Anda di halaman 1dari 22

GEOMORFOLOGI INDONESIA

GEOMORFOLOGI JAWA

Dosen Pengampu:

Dr. Nevy Farista Aristin, M.Sc.

Disusun Oleh:

Nur Hadhirah Nafisah

(2110115120017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan limpahan-Nya lah Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tentang GEOMORFOLOGI JAWA dalam memenuhi tugas Geomorfologi
Indonesia.

Saya menyadari ssepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan Saya untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari Ibu sangat Saya Harapkan.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk
Saya, tetapi juga untuk kita semua.

Banjarmasin, 20 Maret 2023

Nur Hadhirah Nafisah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................


DAFTAR ISI .........................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................
A. Latar Belakang .................................................
B. Rumusan Masalah .................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................
A. Geomorfologi Umum Pulau Jawa .....................................
B. Geomorfologi Jawa Barat .....................................
C. Geomorfologi Jawa Tengah ..............................................
D. Geomorfologi Jawa Timur ..............................................
BAB III PENUTUP …….....................................................
A. Kesimpulan ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ….........................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara,
samudera hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur
berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik
Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa
merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan
lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan
bergeser. Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu.
Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman
ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih besar
menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan.
Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi
batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma
dalam bumi.
Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga tekanan
tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan litosfer
dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik.
Sumatera, Jawa, dan Bali hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang terjadi
sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya endogen
berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunung api.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan umum Pulau Jawa?
2. Bagaimana keadaan Geomorfologi Jawa Barat
3. Bagaimana keadaan Geomorfologi Jawa Tengah
4. Bagaimana keadaan Geomorfologi Jawa Timur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Geomorfologi umum Pulau Jawa


Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena
beberapa keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri
geografinya disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa
dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa
mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang. Perubahannya dalam bagian-
bagian tertentu yaitu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau Jawa.
Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di
Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan
pelapukan yang cepat dan intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi
vertikal. Perbedaan topografi yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya
kurang nampak jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau
Jawa banyak terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya
banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak terjadi
dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang
rapat mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu
pernah terangkat tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu
singkat.
Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam waktu
yang cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
suatu daerah berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin mengherankan
mengapa semua topografinya belum merupakan peneplain. Alasannya bahwa erosi
dan danudasi dapat diimbangi oleh orogenesa muda dan epirogenesa yang masih
bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih terus berlangsung dalam sebuah
periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi banyak mengeluarkan
bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada
permukaan tanah.
1. Zona Fisiografis
Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau.
Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun
Jawa Barat. Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona
serta jalurnya tampak kurang jelas karena menunjukan adanya perubahan-
perubahan. Zona-zona tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
2. Zona Selatan
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut
Hindia dan disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona
ini sering terkikis sehingga kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah
sebagian dari zona ini telah diganti (ditempati) oleh dataran alluvial.
3. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-
tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa
Tengah sebagian daerahnya diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan
Serayu selatan, yang mana disebelah utara berbatasan dengan depresi yang
lebih kecil. Di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit
dan pegunungan.
4. Zona Utara
Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah
diselingi oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan
dataran alluvial.
B. Geomorfologis Jawa Barat
Adapun keadaan geomorfologi Jawa Barat dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:
1. Zona Selatan
Zona Selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa
Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir
dibatasi oleh laut yang dalam dari samudera Hindia. Zona Selatan terdiri
dari:
 Plato Jampang
Plato Jampang memiliki dip ke Selatan dengan escarpment di
sebelah utaranya.. Pada Plato Jampang ini terdapat cliff yang sangat
mencolok karena proses pengangkatan. Pada sudut barat daya sisa-
sisa dari endapan tanggul yang terangkat ditemukan Duyfjespada
“Platform” bawah yang menunjukan penurunan sementara ke bawah
permukaan laut. Daerah ini mempunyai keistimewaan berupa pola
lembah yang sejajar dengan garis pantai. Pola lembah tersebut terjadi
karena alur sungai yang mengalir sejajar dengan garis pantai diantara
tanggul pantai yang belum terjadi pengangkatan. Di dekat batas
bagian utara daerah ini terangkat dengan ketinggian kurang lebih 700
meter dan tanggul pantai bagian dalam terangkat sampai 400 meter.
Di daerah-daerah pada permukaan Lengkong terdapat bukit-bukit
yang menonjol tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-bukit tersebut
memotong Plato secara miring yang terletak di sebelah selatan
Cikaso Udik sampai Cibuni.
 Plato Rongga
Plato Rongga terletak di sebelah timur gunung Malang. Plato ini
dipnya merupakan “Flexur” tidak teratur berarah ke dataran Bandung
dan sisi tenggaranya dibatasi oleh massa intrusi yang lebih tinggi
yaitu gunung Cillin. Jauh ke timur seluruh escarpment besar dari
zona selatan ini tertimbun oleh pegunungan muda gunung Malabar,
Papandai dan Cikurai. Plato ini merupakan bagian plato selatan yang
sudah tertutup oleh bahan-bahan vulkanis.
 Plato Karangnunggal
Plato ini terletak jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan
permukaan 350-400 meter di atas permukaan laut. Di sebelah
utaranya terdapat igir yang lebih tinggi. Plato Karangunggal ini jauh
lebih rendah, lebih muda dan tidak diketahui apakah berkaitan
dengan Plato Lengkong atau masih lebih muda lagi.

2. Zona Tengah
Ada Persamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat.
Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya
dan kedua-duanya merupakan kedudukan dari gunung berapi. Selain
persamaan ada beberapa perbedaaan, yaitu :
 Zona Tengah di Jawa Barat disebut depresi tetapi memiliki
kedudukan yang masih tetap tinggi, contoh: Depresi Bandung
mempunyai ketinggian 675 meter di atas permukaan air laut.
 Pada zona tengah Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis
lurus sepanjang bagian tengah depresi.
 Pada zona tengah Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang
jarang ditemukan di zona tengah Jawa Timur, dimana keadaanya
berganti-ganti dengan depresi.
 Di bagian barat (Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda,
dimana tidak terdapat depresi, tetapi terdapat komplek pegunungan
yang sedikit demi sedikit merendah menjadi perbukitan yang rendah
sampai ke ujung sebelah barat pulau Jawa.
Zona Tengah Jawa Barat terdiri dari beberapa bentuk fisiografis, yaitu:
 Dataran Tasikmalaya
Gunung Sawal menempati posisi yang terpisah di tengah-tengah
zona tengah. Dan kelompok pegunungan selanjutanya terdapat di
sebelah barat dari dataran Tasikmalaya. Pegunungan ini merupakan
penghalang utama dalam menghubungkan dengan zona selatan,
dimana hanya terdapat celah sempit yang dipergunakan untuk jalur
jalan raya (Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).
 Dataran Garut.
Kota Garut dikelilingi pada semua sisinya oleh gunung berapi, di
sebelah selatan gunung Kracak Tua dan gunung Cikaruai muda
yang masih berbentuk kerucut yang teratur dan pada sebelah barat
daya, barat dan utara berhubungan dengan gunung-gunung yang
melintang yaitu gunung Papandai, Guntur, Mandalawangi,
Calancang.
 Kompleks Pegunungan di Barat Garut.
Gunung yang paling utara ialah gunung Calancang yang tua dan
kompleks, dimana sebagian sudah merupakan zone utara.
Pegunungan dibagi menjadi dua golongan yaitu kelompok gunung
Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar yang memanjang dari
timur ke barat gunung Takuban Prahu di batas utara.
 Lipatan Rajamandala
Di sebelah dataran Bandung terdapat gunung Rajamandala
memanjang miring memotong zona tengah dan menghubungkan
antara zona selatan dengan zona utara.
 Dataran Bandung
Di sepanjang lembah Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat.
Daerah ini telah mengalami patahan dan kemudian terangkat
dibeberapa tempat dan tertutup secara tidak konform oleh tuff
lakustrin baru.
 Dataran Cianjur - Sukabumi.
Depresi Cianjur telah mengalami penurunan lebih rendah dari
dataran Bandung. Bagian yang paling dalam lebih kurang 270
meter di atas permukaan air laut. Ditengah Depresi Cianjur-
Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro, berupa gunung
kembar.
 Kompleks gunung Gede-Pangrango
Gunung tertua pada daerah ini adalah gunung Pangrango Tua
dengan kawahnya yang besar dimana diperdalam karena proses
erosi. Pada sebelah timur terdapat topografi longsoran vulkanis
yang khas yang terdiri dari kubah-kubah tidak beraturan pada
dataran rendah.
 Sektor Banten
Bagian paling barat atau sektor Banten dari zona tengah
keadaannya berbeda dengan bagian-bagian lainnya dari zona ini.
Sektor Banten terdiri dari daerah pegunungan yang rumit yang
dibangun baik oleh intrusi maupun batuan berlapis dan terkikis
kuat dengan lembah-lembah yang dalam.

3. Zona Utara
Zona utara terdiri dari :
 Daerah Lipatan
Di Jawa timur dan Jawa tengah endapan-endapan berjalan terus
tanpa gangguan selama pleosen dan pletosen tengah bagian bawah.
Di Jawa Barat endapan-endapan diselingi oleh beberapa lapisan
tidak konform, dimana lapisan pleosen atas dari alas Bojong di
Banten serta alas pleosen Ciberang dan kali Glagah diendapkan
sebagai endapan laut terakhir.
 Endapan Kipas
Berupa celah yang besar dibagian utara dekat dengan Bogor,
dimana melalui celah ini mengalir bahan vulkanis Gede-Pangrango
dan gunung Salak memencar merupakan kipas alluvial mencapai
dekat Jakarta. Rangkaian lipatan ke timur dari celah ini ditutupi
oleh endapan vulkanik lain pada permukaan yang lebih tinggi.
 Jalur Peneplain
Di bagian barat celah Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-
ciri khusus yang terdiri dari tuff sedikit terlipat diselingi oleh
massa intrusif yang keras dengan puncak yang datar dan
reruntuhan pegunungan tua.
 Gunung Cireme dan Sekitarnya
Gunung Cireme berupa gunung muda endapan vulkanisnya
mengalir dan menutupi sebagian besar dari batuan lipatan lapissan
bawahnya yang dibeberapa tempat batuan tadi menonjol dari
batuan vulkanik bagian luar. Aliran vulkaniknya bebas sampai
mencapai laut Cirebon. Pada lereng barat daya terdapat reruntuhan
dari pegunungan tua. Di selatan terdapat pegunungan Celancang
tua yang menutupi zona utara.
 Kompleks Takuban Prahu.
Kompleks pegunungan Takuban Prahu merupakan pusat peletusan
yang terletak di utara Bandung. Bagian yang tua telah terpotong/
terkoyak oleh beberapa patahan, dan sebagian dari pegunungan ini
telah longsor. Pergerakan ini ada hubungannya dengan pelipatan
terakhir dari pegunungan Tambakan. Sebagian lereng selatan telah
berbatasan dengan patahan Lembang, dimana bagian utara dari
kompleks ini telah terlempar dan longsor. Dan sisa yang tertinggal
dari pegunungan ini muncul lagi yang muda.
 Kompleks Pegunungan di Banten
Kompleks pegunungan yang besar di barat laut yang agak terpencil
berupa komplek pegunungan dengan pusatnya berupa kaldera.
Danau dibagian barat dekat selat Sunda.
C. Geomorfologi Jawa Tengah
Geomorfologi Jawa Tengah dibagi ke dalam beberapa zona yaitu:
1. Zona Selatan
Di zona selatan ini sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran alluvial.
Dataran pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/
penenggelaman ke bawah permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini
terdapat di pegunungan Progo. Sisa ini berbentuk seperti bentuk dome.
Hanya dibeberapa tempat di Nanggulan terdapat endapan batu-batuan eosen
terdiri dari breksi andesit oligosen, sebagian tertutup oleh batuan kapur
meosen. Setelah beberapa gerakan tektonik sebagian besar daerah tadi
diratakan dan untuk waktu yang lama tetap sebagai dataran rendah.
Selanjutnya karena pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari
peneplain ini terangkat sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya
mengalami penurunan. Pada puncak dome beberapa bagian dari peneplain
tua masih nampak demikian juga sekelilingnya berupa daerah batuan kapur
yang mempunyai kenampakan topografi karst.

Dengan demikian pegunungan Progo dapat dimasukan ke dalam zona


selatan yang ada di sebelah timur Jawa Tengah. Oleh karena itu dapat
dianggap bahwa “updoming” dari pegunungan Progo barat seumur dengan
pengangkatan dari zona selatan yang ada di Jawa Timur. Sisi utara dari
pegunungan Progo barat ini terpotong escarpment seperti halnya dengan
zona selatan. Pelipatan di sisi utara Progo lebih kuat, sifat tektonik berubah
dan dapat dikatakan peralihan ke zona tengah. Pada kaki escarpment ini
batu-batuan tua nampak menonjol dipermukaan, tidak jauh dari candi
Borobudur. Keadaan ini seperti yang terjadi di pegunungan Jiwo. Bagian
selanjutnya dari zona selatan adalah daerah Karang Bolong yang terdiri dari
lapisan meosen batuan kapur meosen muda dengan karst relief yang
menutupi batuan andesit tua. Di sebelah selatan clifnya dibatasi oleh lautan.
Di sebelah utara oleh celah (pass) yang menghubungkan dengan barisan
pegunungan dari zona tengah. Sisa zona selatan yang lain yaitu pulau Nusa
Kambangan dan bukit Selok. T. Hoen menganggap bukit Selok dan Nusa
Kambangan merupakan suatu Horst. Di Nusa Kambangan lapisan tanahnya
(strata) terangkat dan mungkin juga terlipat. Di atas strata tersebut terdapat
permukaan-permukaan yang terkikis. Dari sudut geologis Nusa Kambangan
membentuk peralihan ke zona tengah tetapi secara fisiografi dapat
disamakan/ dimasukan dalam zona selatan.
2. Zona Tengah
Berbeda dengan Jawa Timur, zona tengah disini bukan merupakan depresi,
melainkan suatu daerah pegunungan disebut pegunungan Serayu selatan.
Pada zona selatan merupakan zona plat yang terangkat, terletak lebih ke
timur, dan sebagian besar tertutup oleh dataran alluvial. Di Jawa Tengah
zona ini dipengaruhi oleh gerakan yang berlawanan. Pegunungan Serayu ini
dimasukan dalam zone selatan berdasarkan pertimbangan geologis. Dari
sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada waktu
periode meosen, akibatnya tidak hanya batuan tertier tua saja yang tampak
tetapi juga batu-batuan kristalin dan batu-batuan mesozoikum lainnya.
3. Zona Utara
Peneplain Kendeng tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis
yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro. Lapisan tersebut
menutup pegunungan Kendeng bagian barat dengan tidak konform dan
terlipat sangat kuat disini disebut Alas Damar. Zona utara terdiri dari :
 Gunung Ungaran
Tempat ini mengalami pengangkatan seperti halnya sisa-sisa dari
zona pegunungan Kendeng dan dibeberapa tempat terdapat
patahan-patahan, juga pusat dari gunung yang tua tenggelam
sepanjang patahan-patahan yang berbentuk lingkaran. Pada depresi
tadi gunung Ungaran muda muncul, sekarang dialiri oleh sungai
yang telah membentuk lembah sempit menuju lingkaran kawah
yang telah terangkat dari breksea vulkanis.
 Gunung Suropati dan depresei Pening
Gunung Suropati tua yang rendah terpotong jadi dua bagian oleh
lembah yang besar. Lembah ini bergabung dengan depresi Pening
dimana bahan-bahan vulkanis dari segala arah dibawa kesitu dan
terbendung di sebelah timur oleh pungung lipatan. Terjadinya rawa
Pening ini sebenarnya merupakan pembendungan baik oleh
pengangkatan punggung lipatan maupun arus vulkanis. Sungai
Tuntang memotong igir tadi, sehingga mengalirkan air Rawa
Pening, tetapi air Rawa Pening naik lagi akibat diadakan Station
listrik pada lembah Tuntang.
 Kompleks pegunungan Dieng/ Sundoro
Bagian selanjutnya dari zona utara ini ditempati oleh beberapa
kompleks pegunungan:
 Kompleks pegunungan Dieng terdiri dari suatu kelompok
gunung, diantaranya terdapat plato dengan beberapa pusat
letusan kecil. Plato ini disebut Dieng plato dengan beberapa
candi-candi Hindu yang terkenal.
 Gunung Sundoro adalah gunung muda yang terletak
disebelah tenggara Dieng yang merupakan peralihan
pegunungan zona tengah.
 Komples pegunungan Jembangan sebelah utara Dieng,
terdiri dari pegunungan tua dan depresi vulkano tektonik
yang dipengaruhi oleh patahan-patahan yang mana
sebagian besar mengalami longsor
D. Geoformofologi Jawa Timur
Zona yang berbeda sangat jelas dan mudah dipisahkan di daerah Jawa Timur atau
paling tidak sebagian besar dari bagian tadi dapat diketahui dengan jelas. Adapun
pembagian satuan/ zona fisiografi di Jawa Timur adalah :
1. Zona Plato Selatan
Deskripsi fisiografi dari zona plato selatan baik dimulai disebelah barat dan
pada daerah peralihan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena bagian ini
sangat nyata dan dapat diamati dengan jelas, terutama berdasarkan
penyelidikan mendasar dari H. Lehman. Permukaan plato ini merupakan
sebagian peneplain yang terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan
meosen tua dan batuan kapur meosen muda. Peneplain ini tidak hanya
terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan (warped) ke dalam
depersi dan kulminasi yang luas. Zona Plato Selatan kondisi Fisiografinya
meliputi:
 Topografi Karst Gunung Sewu
 Cekungan Wonosari dan Baturetno
 Escarpment Plato Selatan
 Perluasan Lembah
 Zona Plato disebelah Timur Popoh
 Semenanjung Blambangan
 Zona Tengah Vulkanik
 Kelompok Pegunungan Arjuno
 Kelompok Pegunungan Tengger
 Kelompok pegunungan Paling Timur
 Kelompok Gunung Wilis
 Kelompok Gunung Lawu
2. Zona Utara atau Zona Lipatan.
Zona Utara ini keadaannya paling lebar di Jawa Timur ±87 km. Di Jawa Timur
dibagian utara
 Igir Pengunungan Kendeng
Igir pegunungan Kendeng merupakan kenampakan garis yang
horizontal, dimana semua punggung-punggungnya mempunyai
tinggi yang sama. Menurut Rutten yaitu terbentuk sebagai akibat
kerja peneplainisasi sehingga mencapai ketinggian permukaan
yang sama. Dan ketinggian peneplain tadi menurut Lehman
berkisar ± 120-145 m yaitu tinggi dekat lembah melintang dari
Bengawan Solo ke arah barat naik sampai setinggi 180 m, dan ke
timur semakin tinggi lagi ± 250 m. Sisa peneplain hanya terdapat
pada igir yang terdiri dari batuan yang tahan lapuk.
Menurut Lehman bahwa diantara igir tadi terdapat suatu sistem
pengikisan permukaan yang lebih rendah, yaitu pada ketinggian ±
150 m di atas permukaan laut. Untuk menentukan umur dari
pengikisan permukaan intramontana dan umur dari peneplain di
atas, maka harus mengarahkan penyelidikan pada endapan yang
terlipat. Untungnya stratigrafi dari endapan terlipat ini diketahui
umurnya dari penyelidikan yang dilakukan oleh L.J.C Van Es dan
diteruskan Duyjes yaitu diketemukan fosil binatang bertulang
belakang. Dengan demikian urutan geomorfologinya menurut
Lehman adalah endapan yang terjadi pada plestosen tua yang
menutupi alas plestosen Kalibeng adalah alas Pucangan yang mana
telah diketemukan fauna Jetis berumur plestosen tua.
Dari sebelah timur masih merupakan endapan laut, di sebelah barat
sebagian endapan terdiri dari vulkanis dan sebagian terdiri dari
tanah liat air tawar. Hal ini menunjukan pernah terjadi regresi,
menurut Duyjes dikatakan bahwa regresi yang terjadi akibat dari
gerak tektonik. Tetapi oleh Smith Sibinga dikatakan bahwa regresi
tadi akibat dari karena penurunan permukaan air laut. Di lereng
sebelah selatan igir Kendeng terdapat semacam breksea endesitik
Notopuro, yang mana menutupui alas Kabuh secara conform.
 Perbukitan Rembang
Perbukitan Rembang terdiri dari bukit-bukit lipatan, tetapi berbeda
dengan pegunungan Kendeng. Dari sudut tektonik lipatan di
perbukitan Rembang lebih landai dan simetris dari pada yang
terdapat di Kendeng, dimana zona Kendeng lipatannya kuat,
curam, dan upturned.
Ditinjau dari sudut stratigraphy endapan neogen muda lebih tipis hal
ini disebabkan karena daerah tadi terletak di luar proses neogen
geosiklin dan merupakan daerah peralihan terhadap zona laut Jawa.
Beberapa endapan terutama plestosen atas terdiri dari batuan kapur
(gb 16) yang mempunyai pengaruh dalam topografi. Endapan-
endapan plestosen bawah dan tengah sebagian terdiri dari batuan
tanah liat. Dengan demikian sangat mudah dirusak oleh gaya erosi
ditempat siklin. Gerak lipatan ini terjadi pada bagian akhir
plestosen tengah.
Dari sudut fisiografi suatu perbedaan dengan pegunungan Kendeng
bahwa ia merupakan antiklin seungguhpun sebagian telah miring,
tetapi secara topografi ia masih jelas dalam kektinggiannya yang di
atasnya ditutupi oleh lapisan datar dari suatu peneplain, hal ini
telah dijelaskan oleh Lehman, yaitu karena adanya gerakan lipatan
yang lambat dan berlanjut selama proses erosi dan danudasi.
Permukaan yang diratakan terletak diantara antiklin masih
mempunyai tinggi kurang lebih 150-300 meter. Diantara lipatan
tersebut terdapat depresi dimana permukaan aslinya mulai menurun
dan yang sekarang telah diisi oleh endapan muda seperti cekungan
Belora, Jojongan dan lain-lain. Pola drainase asli dari antiklin
adalah radial, tetapi karena fase gerak lipatan yang terjadi
kemudian dan juga gerak pengangkatan dari beberapa antiklin
maka sungai-sungai akan memperdalam lembah-lembahnya pada
permukaan dasar dan merubah aslinya menjadi subsekwen yaitu
menurut batuan yang lunak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
 Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng
Indo-Australia dengan lempeng Pasifik.
 Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di
Indonesia.
 Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis,
merupakan geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak
vulkanisme yang kuat. Kondisi tersebut mengakibatkan pulau Jawa
mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.
 Dari bentuk pulau Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok
memanjang sepanjang pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa
plato, zona tengah yang berupa depresi, dan zona utara yang berupa
rangkaian gunung lipatan.
 Ditinjau dari kondisi geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang
berbeda, yaitu: zona selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan
bahan-bahan endapan yang terlipat pada waktu periode meosen tengah, zona
tengah ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda, zona
utara merupakan inti dari geosiklinal muda dimana banyak terdapat lipatan.
 Kondisi fisiografi Jawa :
 Jawa Timur
Zona plato selatan dimana permukaan plato ini merupakan sebagian
peneplain yang terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan
meosen tua dan batuan kapur meosen muda.
Zona utara atau zona lipatan kondisinya paling lebar di Jawa timur
±87 km dimana dibagi menjadi 2 sub zona yang berbeda, yaitu Igir
Pegunungan Kendeng dan Perbukitan Rembang.
 Jawa Tengah
Zona selatan adalah daerah yang tertutup oleh dataran alluvial.
Dataran pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena
penurunan/ penenggelaman ke bawah permukaan laut.
Zona tengah di sini bukan merupakan depresi, melainkan suatu
daerah pegunungan yang disebut pegunungan Serayu selatan. Dari
sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada waktu
periode meosen.
Zona utara merupakan peneplain Kendeng yang tertutup dibagian
barat oleh batuan breksea vulkanis yang banyak memiliki kesamaan
dengan Alas Notopuro.
 Jawa Barat
Zona selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal
dari Nusa Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah
barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam dari samudera
Hindia.
Zona tengah memiliki kesamaan antara zona tengah di Jawa Timur
dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan
terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan kedudukan
dari gunung berapi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31384807/GEOMORFOLOGI_PULAU_JAWA_doc
http://volcano.fis.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/Makalah-geomorfologi-pulau-jawa.doc
https://geologi.esdm.go.id/geomap/pages/preview/peta-geomorfologi-foto-pulau-jawa-dan-
madura

Anda mungkin juga menyukai