Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampus Lapangan Geologi Karangsambung merupakan daerah kawasan
tropis yang tidak terlalu luas namun, menyimpan fenomena geologi dan aneka
batuan unik dan langka. Teori tentang lempeng tektonik dapat diuji kebenarannya
di sini. Lokasi kampus ini juga luput dari kegiatan gunung api muda dan relatif
terhindar dari disintegrasi iklim tropis. Daerah Karangsambung memiliki ciri khas
geologi yang sangat menarik untuk dipelajari. Pada daerah ini terdapat batuan PraTersier dengan jenis batuan yang beragam serta tatanan dan struktur geologi yang
kompleks.
Kondisi geologi yang kompleks ini terbentuk karena pada daerah
Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah pertemuan antara lempeng
(subduksi) yang terangkat. Lempeng yang saling bertabrakan tersebut membentuk
boudin-boudin lonjong yang membentuk formasi masing-masing dengan jenis
batuan yang beragam. Sebelum palung subduksi tersebut terangkat, banyak jenis
batan yang terendapkan dengan batuan domiannya berupa batu lempung. Pada
daerah ini juga ditemukan batuan yang berada di laut dalam, karena proses
pengangkatan pada zona palung subduksi tersebut.
Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas dibandingkan
dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari bentuk morfologi yang berbentuk lonjong
dan berbukit-bukit dengan formasi batuan yang berbeda-beda, stratigrafi daerah
ini sangta khas dan membentuk formasi yang beragam, struktur geologi pada
daerah ini terdiri dari lipatan, sesar dan kekar.
Fenomena Gumuk Pasir Parang Kusumo yang memiliki butiran pasair
pantai yang sangat halus juga sebuah fenomena yang tidak dialami oleh sebagian
besar pantai-pantai yang ada di Indonesia. Lokasi Gumuk Pasir Parang kusumo ini
berada pada Timur dari Padepokan. Dimana Padepokan ini merupakan tempat
pertemuan antara Sri Sultan Hamengkubuwono dengan Nyi Roro Kidul).
Fenomena Pembelokan muara sungai Opak yang berada di Pantai Samas.
Pembelokan tersebut bukan hanya sekedar proses secara alami yang biasa terjadi
namun, pembelokan arah muara sungai ini hanya terjadi pada Kali Opak. Diman
aproses
ini
disebabkan
oleh
pembelokan
arah
angina
sehingga
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
pengaruh
adanya
Goa
Pindul
Bagi
masyarakat
disekitarnya?
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
negatif
adalah
Depresi
Semarang-Pati,
Depresi
Gambar 1.1 Fisiografi bagian tengah dan timur Pulau Jawa (dikembangkan dari van
Bemmelen, 1949).
terpisah
dari
Gondwana,
mendekati
zona
subduksi
Karangsambung-Meratus.
Kehadiran allochthonous micro-continents di wilayah Asia
Tenggara telah dilaporkan oleh banyak penulis (Metcalfe, 1996).
Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zona
subduksi Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat
Makasar teridentifikasi di Sumur Rubah-1 (Conoco, 1977) berupa
granit pada kedalaman 5056 kaki, sementara didekatnya Sumur
Taka Talu-1 menembus basement diorit. Docking (mera-patnya)
fragmen mikro-kontinen pada bagian tepi timur Sundaland
menyebabkan matinya zona subduksi Karang-sambung-Meratus
dan
terang-katnya
zona
subduksi
tersebut
menghasilkan
Pegunungan Meratus.
2. Periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan)
Antara 54 jtl - 45 jtl (Eosen), di wilayah Lautan Hindia
terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan berkurangnya secara
mencolok
kecepatan
pergerakan
ke
utara
India.
Aktifitas
struktur
basement
mempengaruhi
arah
deformasi
tektonik
yang
sama
yang
menyebabkan
ini
kemungkinan
juga
berkaitan
dengan
pergerakan
strike-slip
utara-selatan
yang
dominan
10
11
Gambar 1.2 Rekontruksi perkembangan tektonik Pulau Jawa dimulai pada KapurPaleosen sampai dengan Oligosen tengah (Prasetyadi, 2007)
Stratigrafi Regional
Stratigrafi Daerah Pegunungan Selatan
Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah
dikemukakan oleh beberapa peneliti. Perbedaan ini terutama antara
wilayah bagian barat (Parangtritis-Wonosari) dan wilayah bagian
timur (Wonosari-Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan
bagian barat diusulkan diantaranya oleh Bothe (1929) dan Surono
(1989), dan di bagian timur diantaranya diajukan oleh Sartono
(1964), Nahrowi (1979) dan Pringgoprawiro (1985), sedangkan
Samodra. (1989) mengusulkan tatanan stratigrafi di daerah
peralihan antara bagian barat dan timur
12
Tersier)
Batuan
berumur
Pra-Tersier
tersingkap
di
(bongkah)
dalam
batulempung.
Berdasarkan
Gambar 1.3 Stratigrafi Pegunungan Selatan, Jawa Tengah (Surono, et al. 1992) dan penarikan umur absolut
menurut peneliti terdahulu.
13
oleh
kalkarenit
dengan
sisipan
batupasir
dan
sebagai
Formasi
GampingWungkal
yang
breksi,
batupasir
tufaan,
konglomerat
batuapung,
14
yang
ter-prophyliti-kan;
andesite,
dasit,
breksia
15
endapan lingkungan laut pada Miosen Awal bagian tengahMiosen awal bagian akhir (N6 - N8).
Formasi Oyo. Formasi ini tersingkap baik di Kali Oyo sebagai
lokasi tipenya, terdiri dari perselingan batugamping bioklastik,
kalkarenit, batugamping pasiran dan napal dengan sisipan
konglomerat
batugamping.
Satuan
ini
diendapkan
pada
16
Satuan
Batugamping
perselingan
Batupasir,
17
maka
energi
yang
berperan
dalam
proses
yang
menyusun
satuan
batuan
ini
bersifat
bahwa
energi
yang
dibutuhkan
untuk
yang
sangat
lemah
dikarenakan
terbentuknya
18
Pada
saat
tertentu,
terjadi
letusan
gunungapi
yang
saat
tidak
terjadi
letusan,
yang
diendapkan
adalah
Geomorfologi
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang
membicarakan tentang bentuklahan yang mengukir permukaan
19
bumi,
Menekankan
cara
pembentukannya
serta
konteks
20
pengendapan
dari
material-material
permukaan
yang
Hidrologi
Kecepatan sedimentasi pada sungai dilihat dari besarnya laju
angkutan sedimen. Besarnya laju angkutan sedimen pada sungai
ditentukan oleh besarnya debit sungai dan jumlah sedimen pada
dasar sungai. Laju angkutan sedimen akan berkurang sejalan dengan
tingkat pengambilan sedimen dan akan menimbulkan degradasi
21
seiring dengan
22
23
2.1.9 Profiling
Profiling merupakan salah satu proses untuk melihat bentuk secara 2D
atau 3D dari suatu pengukuran area di Lapangan. Metode profiling bisa
dilakukan secara memanjang maupun melintang. Tergantung dengan
kondisi area pengukuran.
24
perubahan
alam
lingkungannya.
Hanya
b)
Ellsworth Huntington
Ellsworth Huntington merupakan geograf dari
Amerika Serikat dan merupakan salah seorang dari
determinisme iklim. Dalam bukunya principle of Human
Geography,
dia
mengatakan
bahwa
iklim
sangat
ragam.
Bentuk
bangunan,
seni,
agama,
Ratzel
merupakan
geograf
Jerman
25
yang
dinamis,
namun
pola-pola
pergerakan
dan
2. Fisis Posibilisme
Faham ini mengatakan bahwa manusia adalah makhluk
yang berakal. Dengan kemampuan akalnya itu manusia mampu
merespon apa yang diberikan oleh alam. Pada faham ini juga
disebutkan bahwa alam tidak selamanya mampu mendikte setiap
kehidupan dan aktivitas manusia, namun alam memberikan
berbagai alternatif (pilihan) dan manusia menanggapi setiap pilihan
26
EC Sample
EC Sample awalnya merupakan pengikut dan
pendukung faham fisis determinisme. Dia merupakan anak
buah dan muridnya dari Ratzel. Menurut pandangannya,
alam bukan merupakan faktor penentu, namun hanyalah
sebagai faktor pengontriol bagi aktivitas manusia. Alam
memberikan
banyak
peluang
dan
kemungkinan-
27
yang
telah
dikatakan
bahwa
faktor
yang
relief
mempengaruhi
Dikarenakan
hal
pola
ini
pemukiman
mempengaruhi
28
daerah pegunungan biasanya semakin sedikit orang orang yang akan bermukim disana, dikarenakan sulit
air,
susahnya
aksesibilitas
baik
transportasi
ekonomi
sarana
berhubungan
dan
dengan
prasarana
berbagai
yang tersedia,
bergantung pada
cenderung terisolir
dari
permukiman
lain.
29
datar
dan
atau
landai,
sehingga
alur
sungai
Pola
pemukiman
ini
memanfaatkan
sungai
sebagai
alat
Bandung
dan
atau
daerah
padat
dikarenakan
umumya
penduduk
Selain
di
itu
pula
daerah
pariwisata
pantai
juga
yang
ikut
30
3.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Laporan
KKL ini dengan :
3.1.1
Observasi
Teknik pengumpulan data secara Observasi merupakan kegiatan
pengamatan
yang
dilakukan
dengan
melibatkan
penglihatan,
Wawancara
Pengumpulan data selanjutnya menggunakan metode wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Perbedaan antara duametodetersebut
adalah Wawancara terstruktur dilakukan hanya membutuhkan
jawaban yang singkat dimana data atau dokumen yang dibutuhkan
sudah ada dan sifatnya tidak mendalam, sedangkan wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan tujuan
mendapatkan jawaban yang mendalam, bersifat spontan sesuai
keadaan sekitar, dan untuk menggali isu yang sedang hangat di
masyarakat.
Metode Wawancara Terstruktur dilakukan di Karang Sambung.
Sedngakan Metode Wawancara Tidak Terstruktur dilakukan di
Nglanggrang, Kali Opak, Pantai Samas dan Goa Pindul.
32
3.1.3
Dokumen
Pengumpulan data berupa dokumen merupakan pengambilandata yang
berasal dari instansi atau secara elektronikuntuk mendukung
penunjangan kelengkapan data yang diperlukan.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Provinsi
Jawa
Tengah.
Secara
fisiografis,
daerah
serta
konglomerat
(Pesanggrahan).
Pada
daerah
34
tropis
di
kawasan
Karangsambung
menyebabkan
35
Serayu
Selatan
(Bemmelen,
1949).
Daerah
ini
36
memanjang
dan
perbukitan
prismatik.
Perbukitan
Kuarter,
sedangkan
morfologi
perbukitan
prismatik
umumnya disusun oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan
batuan beku lainnya (Intrusi). Perbedaan kedua morfologi tersebut
nampak jelas dilihat pada saat diamati dari puncak bukit Jatisamit.
37
38
berumur
Kapur
hingga
paleosen.
Berdasarkan
sejarah
39
basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang
seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang
tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks
melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya,
yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit.
Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama
yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally
clay). Bongkah yang berada di dalam masa dasar berupa boudin dan
pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus. Beberapa
macam dan sifat fisik komponen melange tektonik ini, antara lain
batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku.
batuan
beku
umumnya
membentuk
morfologi
40
masing-masing
tubuh
bukit
tersebut
(kecuali
intrusi)
clay).
Morfologi
perbukitan
dimana
batuan
41
Secara
garis
besar,
penggunaan
lahan
dapat
42
43
44
4.1.2
merupakan
batulempung
yang
telah
mengalami
di
lapangan
menunjukan
sifat
berlapis,
mula batuannya
berasal
dari
45
batugamping
foram,
batugamping
klastik,
46
dengan
batupasir,
batulanau
dan
serpih.
Serpih
yang
juga
dijumpai
sebagai
sisipan
merupakan
batuan
beku
basa
yang umumnya
47
48
kipas
terbalik.
Dimana
mengalami
proses
49
Mandala
merupakan
salah
satu
lokasi
yang
50
Gambar 1.11 Kali Mandala dengan Batuan Basalt dan sesar Gerus
Pada batu basalt terbreksikan ini tampak goresan saling
tegak lurus yang sangat banyak pada semua sisi batuan. Hal ini
merupakan sesar gores, yang bisa digunakan untuk menentukan
arah sesar batuan di arah Utara Selatan atau Timur Barat. Kali
Mandala adalah Sungai dengan jenis internmitten atau sungai
yang tidak mengalirkan airnya sepanjang tahun. Hal ini dibukti
dengan aliran airnya yang tergenang diantara cekungan bebatuan.
Dan hanya mengalir saat musin hujan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan sesar gerus
di 8 titik, didapatkan hasil :
Tabel Hasil Pengukuran Sesar Gerus Kali Mandala
NO.
1
2
3
TITIK
Titik 1
Titik 2
Titik 3
DIP (o)
60
76
88
STRIKE (o)
197
233
204
51
4
5
6
7
8
Titik 4
Titik 5
Titik 6
Titik 7
Titik 8
80
79
90
81
65
235
190
189
120
60
52
PATAHAN LUK
ULO
JENIS BATUAN
HOMOGEN
JENIS BATUAN
HETEROGEN
53
54
55
4.1.3
56
pembentukannya
secara
vulkanik.
Namun,
lokasi
57
58
: 424642
: 9113749
Kemiringan Lereng : 2o 20
Azimuth
: S 6o E
: 424643
: 9113757
Kemiringan Lereng : 4o 20
59
Azimuth
: S 6o E
: 424643
: 9113773
Kemiringan Lereng : 3o 10
Azimuth
: S 6o E
: 424642
: 9113788
Kemiringan Lereng : 2o 20
Azimuth
: S 6o E
: 424640
: 9113796
Kemiringan Lereng : 2o 10
Azimuth
4.3.2
: S 6o E
4.3.3
setelah
padepokan
banyak
ditemukan
tempat
60
Gambar 1.18 Salah satu rumah yang ada di sepanjang jalan Parang
Kusumo
4.4 Formasi Batuan Bukit bagian atas Kali Opak
4.4.1 Lokasi Bukit Pertemuan Formasi Semilir Dan Formasi Wonosari
Pada kegiatan lapangan yang telah dilakukan dilakukan di
bukit yang terletak di sebelah selatan aliran sungai opak. Pada
kegiatan ini didapatkan beberapa data yang menunjukkan
perbedaan kondisi geologis. Data diperoleh dari pengamatan
sampel batuan yang diambil pda lokasi tersebut serta samepl tanah
lokasi tersebut.
Formasi Semilir
Pada lokasi pertama dilakukan kegiatan pengamatan
lapangan dengan koordinat x : 0424765 y: 9116572, dengan jurus
S 23 W, dengan tingkat elevasi 31 mdpl. Pada titik ini ditemukan
suatu singkapan batuan, yang terindikasi merupakan singkapan
batuan breksi lapili yang merupakan bagian dari formasi semilir.
Jenis batuan ini mempengaruhi kondisi tanah yang terdapat pada
lokasi tersebut. Berdasarkan sampel tanah yang diambil, kemudian
dilakukan dengan pengujian sederhana di lapangan menunjukkan
61
Formasi Wonosari
Lokasi kedua dilakukan pengamatan dengan koordinat x:
0424735 y: 9116556 dengan tingkat elevasi 134 mdpl. Pada loksi
ini ditemukan singkapan batuan kapur yang merupakan bagian dari
formasi
wonosari.
Formasi
ini
terbentuk
akibat
proses
62
Gambar 1.21 Penampang Melintang Dari Formasi Semilir dan Formasi Wonosari
63
4.5.2
4.5.3
64
65
66
67
semakin kea rah pantai atau kea rah muara sungai ukuran butir pasir
semakin kecil dibandingkan dengan ukuran butir yang ada di tengah
gumukan pasir.
Berdasarkan hasil pengayakan pasair pantai didapatkan hasil :
NO.
SEGMEN
UKURAN
BERAT
SEGMEN 1
2 mm
93,1
SEGMEN 1
1 mm
209,4
SEGMEN 1
500 um
252,1
SEGMEN 1
250 um
134,6
SEGMEN 1
106 um
16,6
SEGMEN 1
53 um
1,0
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
69
LAMPIRAN
Penjelasan Nama Batuan
1.
Batuan Serpentinit
Batuan Serpentinit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari
mineral serpentin akibat perubahan basalt dasar laut yang bertekanan tinggi
pada temperatur rendah. Mineral serpentin tergolong dalam kelas mineral
Silikat yaituPhyllosilicates. Batuan Serpentinit sering digunakan untuk batu
hias
dan
dipakai
untuk
industri
mineral.
Mineral
Serpentin
70
2.
Warna
Kekerasan
Tidak ada
Kilauan (Luster)
Bentuk Kristal
Berat Jenis
2,5-2,6
Goresan
Putih
Batuan Kuarsit
Batuan Kuarsit yang ditemukan di Sungai LokUlo. Kuarsit merupakan
batuan metamorf yang disusun oleh mineral kuarsa (SiO2) berwarna putih
terang yang terbentuk nonfoliated oleh metamorfosis dari batu pasir yang
mengandung kuarsa murni. Panas intens dan tekanan dari metamorfosis
menyebabkan butir kuarsa untuk kompak dan menjadi erat intergrown satu
sama lain, sehingga kuarsit sangat keras dan padat. Kuarsit biasanya putih
atau abu-abu, tetapi dapat warna cahaya lain tergantung pada kotoran di batu
pasir tua. Ia memiliki kilau kaca, seperti yang diharapkan mempertimbangkan
dalam batu pasir kuarsa memiliki kilau vitreous atau kaca. Ketika cuaca
kuarsit dapat memiliki penampilan granular, tetapi permukaan yang baru
71
patah.
Terbentuk
oleh
proses
panas
dan
tekanan
tinggi
3.
Batuan Andesit
Andesit merupakan batuan beku berwarna abu-abu gelap yang
terbentuk sebagai lava menyerupai basalt. Andesit dapat dibedakan dengan
basalt dengan adanya mineral-mineral yang lebih kasar seperti Plagioklas,
Homblenda dan Biotit. Batuan Andesit ini ditemukan di puncak gunung api
purba Nglanggeran yang terletak di zona Pegunungan Selatan Jawa tengah
Jawa Timur atau tepatnya di Sub Zona Pegunungan Baturagung (Baturagung
Range) dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dan kemiringan
lerengnya curam terjal (>45%).
Gunung Nglanggeran berdasarkan sejarah geologinya merupakan
gunung api purba yang berumur tersier (oligo-Moisen) atau 0,6 70 juta
72
tahun yang lalu. Adanya bongkahan besar batuan Andesit ini menunjukkan
bahwa gunung Nglanggeran pernah mengalami erupsi efusi dan eksplosif
secara berulang-ulang, letak gunung api purba ini sangat unik karena
keberadaannya dikelilingi oleh karst yang terangkat dari dasar laut. Jenis
magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan kapur
alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut
merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat
pendinginan magma pada temparatur antara 1500 2500 C membentuk
andesit berkomposisi sekitar 10% mineral felspar plagioklas jenis kalium
felspar natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa
hornblend, biotit dan piroksen. Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan
berwarna gelap.
4.
73
5.
Batuan Rijang
Disebut sebagai batuan sedimen laut dalam. Batuan ini terbentuk oleh
proses pengendapan yang terjadi pada dasar samudra. Fosil renik Radiolaria
yang dijumpai di dalam batu rijang di daerah Karangsambung menunjukkan
bahwa umur batuan 85 juta tahun hingga mencapai 140 juta tahun yang lalu.
Kebanyakan perlapisan rijang tersusun oleh sisa organisme penghasil
silika seperti diatom dan radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan dari hasil
pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik yang terakumulasi
pada dasar lautan yang dalam. Lumpur tersebut bersama-sama terkumpul
dibawah zona-zona plangtonik radiolaria dan diatom saat hidup di permukaan
air dengan suhu yang hangat. Saat organisme tersebut mati, cangkang mereka
diendapkan perlahan di dasar laut dalam yang kemudian mengalami
akumulasi yang masih saling lepas. Material-material tersebut diendapkan
jauh dari busur daratan hingga area dasar samudra, saat suplai sedimen
terrigenous rendah, dan pada bagian terdalam dari dataran abyssal terdapat
batas ini dinamakan carbonate compensation depth (CCD), dimana akumulasi
material-material calcareous tidak dapat terbentuk. Hal ini dikarenakan salah
satu sifat air adalah air dingin akan mengikat lebih banyak CO2 dibandingkan
air hangat.
Di laut, terdapat satu batas yang jelas di mana kandungan CO2 di
bawah lebih tinggi. Di bawah batas tersebut, kandungan CO2 sangat tinggi
akibatnya organisme yang mengandung karbonat akan larut di CCD sehingga
tidak akan mengendap karena tidak pernah sampai ke dasar laut. Carbonate
compensation depth ini terletak sekitar kedalaman 2500 meter atau 2,5
kilometer di bawah permukaan laut. Di atas carbonate compensation depth,
sekitar 2000 meter, terdapat suatu daerah yang disebut lysocline. Di sini,
sebagian karbonat sudah mulai melarut sebagian. Berberapa perlapisan rijang
belum tentu berasal dari bahan organik. Bisa saja berasal dari presipitasi
silika yang berasal dari dapur magma yang sama pada basaltik bawah laut
yang mengalami presipitasi bersamaan dengan perlapisan rijang. Batu ini
memberi fakta kuat bahwa dahulu Karangsambung adalah dasar samudra
yang terangkat oleh proses geologi.
74
6.
Batuan Diabas
Singkapan batuan Diabas ini terletak di pinggir jalan sekitar 300 m ke
utara dari UPT BIKK Karangsambung LIPI. Batuan ini diinterpretasikan
merupakan batuan intrusi, dan menunjukan struktur kekar tiang (collumnar
joint) yang mana merupakan hasil gaya kontraksi pada saat pembekuan
magma. Mineral piroksen dan plagioklas berbentuk seperti jarum yang saling
bersalingan.
Diabas Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang kaya
kandungan Fe dan berwarna gelap terbentuk akibat tumbukan antara lempeng
benua dengan lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada kala
Miosen. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial melting batuan
menjadi magma yang bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe
dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian mengalami alih
tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi
dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang selanjutnya
tersingkap di permukaan bumi sebagai Gunung Parangan dengan menerobos
Formasi Karangsambung.
Diabas Gunung Parang merupakan tubuh intrusi sill. Hal tersebut
berdasarkan adanya bidang kontak antara lempung Formasi Karangsambung
dengan diabas di sekitar Kali Jebug dan kenampakan struktur lava bantal di
Watutumpang. Pada bidang kontak terlihat warna lempung lebih kelam,
semakin menjauh menjadi keabu-abuan, dijumpai struktur gores garis dan
undak yang menandakan adanya patahan melewati lokasi ini.
Batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic dan tersusun
oleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit, hypersten,
enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta mineral karbonat.
Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena untuk
membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia
merupakan wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki
tipe gunungapi kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah
magma andesitik. Pada daerah ini telah dilakukan konservasi sebagian dan
75
7.
Batuan Konglomerat
Di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan
sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange
tektonik,
melange sedimenter,
8.
76
9.
Batuan Filit
Batu Filit yang ditemukan di tepi sungai Luk Ulo, termasuk kedalam
jenis batuan Metamorf. Batu filit ini merupakan hancuran batu pasir dan
batuan Slate dengan komponen greywacke yang mengalami proses
metamorfisme dengan tekanan tinggi dan temperature rendah. Derajat
metamorfismenya rendah sampai intermediet. Berwarna hitam, abu-abu,
berekstur lapidoblastik terdiri dari mineral-mineral tabular. Strukturnya
Filitik, terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai
terjadi pemisahan mineral granular atau segresi tetapi belum sempurna dan
memiliki struktur foliasi.
Ukuran butirnya halus. Batu Filit berasal dari lempung hitam yang
sudah kaya akan karbon (C). Bertekstur Lepidoblastik yang terdiri dari
mineral mineral yang tabular. Prosesnya berawal dari daerah palung,
kemudian masuklah mineral-mineral organik terutama karbon, kemudian
lempeng samudera masuk zona subduksi, kemudian menerima panas dan
tekanan, kemudian berubah menjadi filit. Batuan ini memiliki microfault
(sesar minor) yaitu adanya garis lekukan-lekukan pada batuan berukuran
kecil. Filit berwarna hitam keperakan dari mineral klorit, muskopit dan serisit
yang membentuk saling sejajar.
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S. 1974. Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi
Teori Tektonik Dunia yang Baru. Disertasi Doktor. Departemen Teknik
Geologi ITB.
Nur, AM. 2009. Sungai Meander Luk Ulo Antara Kondisi Ideal dan Kenyataan.
Jurnal Geografi. Volume 6 No. 2 Juli 2009.
Raharjo, PG. dan Ansori, C. 2009. Kajian Penggunaan Lahan Pada Kawasan
Cagar Alam Geologi Karangsambung Dengan Menggunakan Sistem
Informasi Geografis. International Conference Earth Science And
Technology. Yogyakarta 6-7 August 2009. Balai Informasi dan Konservasi
Kebumian Karangsambung, LIPI.
Setiyani, Anis. 2013. Laporan Kuliah Lapangan Karang Sambung. (Online)
(https://www.academia.edu/6388501/Laporan_Kuliah_Lapangan_Karangs
ambung_Anis_Stiyani_Page_1, Diakses pada tanggal 17 Desember 2014)
Malik,Yakub. 2013. Handout Batuan. (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011
989011-YAKUB_MALIK/HANDOUT_BATUAN.pdf, Diakses pada
tanggal 17 Desember 2014)
Mulyatini, Endang. 2013. Metode Pengumpulan Data. (Online)
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Endang%20M
ulyatiningsih,%20M.Pd./METODE%20PENGUMPULAN%20DATA.pdf,
Diakses pada tanggal 17 Desember 2014)
79