Geomorfologi
Tangguh Pamungkas/410000020
Surakarta ( 100 m sampai 150 m) yang tersusun oleh endapan aluvium asal
G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus
hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari pantai Parangtritis hingga
K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah
Gambar 2.1. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari
Bemmelen, 1949).
Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo.
Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 40 150 dan beda tinggi 125 264 m.
Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat ( 264 m) di
Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang ( 257 m) di Perbukitan Jiwo bagian
timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan
Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier (Surono dkk, 1992).
Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di
sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur,
Tangguh Pamungkas/410000020
Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara
Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan
di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir
membujur barat-timur sepanjang 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar
40 km (Bronto dan Hartono, 2001).
Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona
Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu (Harsolumekso dkk.,
1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona Baturagung terutama terletak di
bagian utara, namun membentang dari barat (tinggian G. Sudimoro, 507 m, antara
Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung,
(G. Gajahmungkur, 737 m). Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk
tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung ( 706 m) dan G. Gajahmungkur
( 737 m). Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut
lereng antara 100 300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya
tersusun oleh batuan asal gunungapi.
Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi ( 190 m) yang terletak di
bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya.
Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan
di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran
sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu
dengan K. Opak (lihat Gambar 2.2). Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah
lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah
batugamping.
Tangguh Pamungkas/410000020
10
Tangguh Pamungkas/410000020
11
Tangguh Pamungkas/410000020
12
Tangguh Pamungkas/410000020
13
Tabel 2.1 Klasifikasi satuan topografi berdasarkan aspek morfometri (van Zuidam
dan Cancelado, 1979).
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Satuan Topografi
Topografi dataran
Topografi dataran bergelombang lemah
Topografi dataran bergelombang lemah-sedang
Topografi bergelombang sedang perbukitan
Topografi perbukitan tersayat kuat
Topografi tersayat kuat pegunungan
Topografi pegunungan
Kelerengan
(%)
02
37
8 13
14 20
21 55
56 140
> 140
Beda Tinggi
(meter)
<5
5 50
25 75
50 200
200 500
500 1000
> 1000
Tabel 2.2. Klasifikasi kelompok bentang alam berdasarkan aspek morfogenesis (van
Zuidam, 1983).
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bentukan Asal
Bentang alam bentukan asal struktural denudasional
Bentang alam bentukan asal gunungapi
Bentang alam bentukan asal denudasional
Bentang alam bentukan asal laut
Bentang alam bentukan asal fluvial
Bentang alam bentukan asal glasial-periglasial
Bentang alam bentukan asal aeolian
Bentang alam bentukan asal karst
Pewarnaan
Ungu
Merah
Coklat
Hijau
Biru gelap
Biru terang
Kuning
Jingga
Tangguh Pamungkas/410000020
14
Tabel 2.3. Satuan geomorfologi bentukan asal Denudasional (Van Zuidam, 1983).
KODE
UNIT
D1
D2
D3
D4
RESIDUAL
HILLS/INSELPERGES
D5
PANEPLAINS
D6
UPWARPED
PANEPLAINS/PLATEU
D7
FOOTSLOPES
D8
PIEDMONTS
D9
SCARPS
D10
D11
D12
BAD LANDS
Tangguh Pamungkas/410000020
KARAKTERISTIK
Lereng landai curam menengah
(topografi
bergelombangbergelombang
kuat),
perajangan
lemah-menengah .
Lereng curam menengah- curam
(Topografi
bergelombang
kuatberbukit) perajangan mengah-tajam
Lereng berbukit curam-sangat curam
sampai
topografi
pegunungan,
perajangan menengah tajam.
Lereng berbukit curam-sangat curam,
perajangan menengah (born hardt ;
miring membulat, curam halus;
monadnocks: memanjang, curam,
bentukan tidak teratur dengan atau
tanpa blok penutup; lors : timbunan
batuan induk / asal).
Hampir
datar;
topografi
bergelombang bergelombang kuat,
terajam lemah.
Hampir
datar;
topografi
bergelombang bergelombang kuat,
terajam lemah.
Lereng relatif pendek, mendekati
horisontal sampai landai, hampir
datar, topografi bergelombang normal
terajam lemah
Lereng landai-menengah, toppografi
bergelombang-bergelombang
kuat
pada kaki atau perbukitan dan zona
pegunungan yang terangkat, terajam
menengah
Lereng curam sangat curam, terajam
menengah tajam
Landai curam terajam lemah
menengah
Tidak teratur, lereng menengah
curam, topografi bergelombang
berbukit, terajam menengah (slides,
slumps and flows)
Topografi dengan lereng curam
sangat curam, terajam menengah
(knife edged, round crested and
castellite types
15
Tabel 2.4. Satuan geomorfologi bentukan asal Struktural (Van Zuidam, 1983).
KODE
S1
S2
S3
S4
UNIT
Topografi bergelombang sedang hingga
bergelombang kuat dengan pola aliran
berhubungan dengan kekar, dan patahan
Topografi bergelombang sedang hingga
bergelombang kuat dengan pola aliran
berkaitan dengan singkapan batuan
berlapis
Topografi bergelombang kuat hingga
perbukitan dengan pola aliran berkaitan
dengan kekar dan patahan
Topografi perbukitan hingga pegunungan
denganpola aliran berkaitan dengan
singkapan batuan berlapis
S5
S6
Cuestas
S7
S8
S9
S 10
kubah/perbukitan sisa
S 11
Dykes
S 12
Tebing sesar
S 13
Depresi graben
S 14
Tinggian Horst
Tangguh Pamungkas/410000020
KARAKTERISTIK
Tersayat
Berbentuk liniear
Tersayat kuat
Berbentuk liniear, tersayat
kuat
Topografi
datar
hingga
bergelombang lemah di atas
plateau dan perbukitan di
bagian tebing
Bergelombang lemah di
bagian lereng belakang dan
perbukitan
pada
lereng
depan. Tersayat l
emah.
Tinggian berupa topografi
perbukitan tersayat.
Topografi
bergelombang
lemah hingga perbukitan.
Tersayat.
Topografi
bergelombang
kuat hingga perbukitan.
Topografi
bergelombang
kuat hingga perbukitan.
Topografi
bergelombang
kuat hingga perbukitan.
Tersayat.
Topografi
bergelombang
kuat hingga perbukitan.
Tersayat.
Topografi
bergelombang
lemah hingga bergelombang
kuat.
Topografi
bergelombang
kuat hingga perbukitan.
16
KARAKTERISTIK
Suatu dataran rendah bergelombang sangat lemah
hasil erasi subaerial tahap awal.
Suatu dataran yang terbentuk oleh akibat adanya
dataran banjir.
Dataran kaki pegunungan.
Dataran pantai.
Tangguh Pamungkas/410000020
Tangguh Pamungkas/410000020
17
Tangguh Pamungkas/410000020
18
Tangguh Pamungkas/410000020
19
Tangguh Pamungkas/410000020
20
21
Gambar 2.2. Beberapa pola aliran dasar (Microsoft Encarta Reference Library,
2004).
Tangguh Pamungkas/410000020
22
Pola aliran sungai yang terbentuk di daerah penelitian adalah pola aliran sub
trellis, sub dendritik dan paralel (Gambar 2.4). Sebagian besar sungai di daerah ini
merupakan sungai musiman (intermittent streams) yang hanya berair pada musim
penghujan, sedangkan musim kemarau menjadi kering.
II
III
Tangguh Pamungkas/410000020
6 Km
23
Secara genetik, aliran sungai pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi
empat, yaitu: sungai konsekuen, sungai subsekuen, sungai resekuen dan sungai
obsekuen. Sungai konsekuen merupakan sungai utama yang mengalir searah dengan
kemiringan lereng. Sungai subsekuen adalah cabang dari sungai konsekuen dan arah
alirannya sejajar dengan jurus perlapisan batuan. Sungai resekuen adalah cabang dari
sungai subsekuen dan arah alirannya searah dengan sungai konsekuen. Sungai
obsekuen merupakan sungai yang mengalir menuju sungai subsekuen dan arah
alirannya berlawanan dengan arah aliran sungai konsekuen (Stahler, 1945, dalam
Budiadi dan Pandita, 1998).
Pada aliran K. Trembono merupakan sungai konsekuen yang berada pada
bagian utara daerah penelitian, sedangkan pada bagian selatan yaitu aliran K. Oyo
yang merupakan sungai induk dari aliran K. Blembeman yang merupakan sungai
subsekuen. Pada hulu sungai blembeman yaitu K. Jember merupakan sungai
obsekuen. Pada bagian timur daerah penelitian, aliran K Lunyu sebagai sungai
konsekuen yang merupakan sungai induk dari K Nglampeng, K Kedunggupit,
K Dermalang, K. Kedungloban dan K Tempuran. Sungai-sungai itu merupakan
cabang dari sungai induk yang masuk dalam sungai resekuen.
Secara umum stadia sungai pada daerah penelitian dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok yaitu stadia muda, stadia dewasa dan stadia tua. Sungai-sungai
berstadia muda umumnya merupakan sungai musiman (intermittent streams) yang
tersebar hampir di seluruh daerah penelitian. Umumnya menampakkan lembah
sungai berbentuk huruf V. Penggerusan pada lembah sungai lebih intensif ke arah
vertikal daripada ke arah horisontal (Foto 2.1).
Tangguh Pamungkas/410000020
24
Foto 2.5. Kenampakan sungai berstadia muda dengan lembah sungai huruf V di
hulu K. Trembono pada LP. 3 (lensa menghadap ke barat).
Foto 2.6.
Tangguh Pamungkas/410000020
Foto 2.7.
25
2.2.3. Morfogenesa
Dari ulasan di atas dapat ditarik genesa daerah penelitian. Ulasan tersebut
didukung oleh data-data yang diolah di studio yang berupa sayatan-sayatan
morfometri dan sketsa foto di lapangan yang akhirnya dapat menceritakan
morfogenesa daerah penelitian. Adapun morfogenesa tersebut adalah :
1. Berawal dari pembentukan morfologi tinggian terdiri dari gunung-gunung
yang terbentang dari barat hingga timur, serta akibat pembentukan tinggian
tersebut terbentuk lembah dan morfologi yang bergelombang relatif halus.
Morfologi tinggian tersebut meliputi dari barat ke timur yaitu G. Semilir,
G. Butik, G Gambar, G. Watugenuk, G. Watukucing dan G. Gegentong.
2. Gunung-gunung dan lembah-lembah tersebut mempunyai litologi relatif sama
yaitu breksipumis dan tuf dengan kemiringan batuan ke arah selatan. Gununggunung tersebut terangkai dalam Satuan Geomorfologi Pegunungan Terjal
Tersayat Kuat Struktural. Bersamaan terbentuknya gunung-gunung tersebut
Tangguh Pamungkas/410000020
26
terbentuk pula secara otomatis lembah-lembah curam dan itu masuk dalam
Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Kuat Denudasional meliputi G.
Kukusan, G. Butak dan G. Wonodadi. Satuan Geomorfologi. Satuan
Geomorfik Perbukitan Bergelombang Sedang Denudasional menempati
daerah dataran ngawen. Gunung-gunung dan lembah-lembah tersebut terlihat
sekarang bahwa daerah penelitian mengalami proses-proses eksogenik yang
relatif kuat, khususnya erosi ke arah vertikal.
3. Kemudian setelah itu terbentuk Satuan Dataran Aluvial yang relatif besar
tertutup oleh endapan muda yang berasal dari hasil material pada tinggian
Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh aktivitas
fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah utara
tinggian tersebut dan membentuk endapan lempung-bongkal.
Tangguh Pamungkas/410000020