Kelompok 2 :
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
FEBRUARI 2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik fisiografi di Jawa Tengah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan persebaran Sumber Daya Alam di Jawa Tengah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik ancaman bencana di Jawa Tengah
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik fisiografi di Jawa Tengah ?
2. Bagaimana persebaran Sumber Daya Alam di Jawa Tengah ?
3. Bagaimana karakteristik ancaman bencana di Jawa Tengah ?
PEMBAHASAN
Selama Pleistosen Tua dan mungkin sebagian dari Pleistosen Tengah, terdapatlah peneplain
yang saat ini di zona selatan seperti Jawa Timur dan sisanya dijumpai di Pegunungan Kulon
Progo, Karangbolong plateau dan mungkin pada permukaan pegunungan Serayu Selatan yang
miring selatan. Vulkanismenya adalah aktif dan geosinklinal keluar dari zona utara, yang telah
terlipat pada zaman Pliosen, sedimentasi berjalan terus terutama di atas suatu permukaan
vulkanik. Dalam Pleistocene tengah, zona utara terlipat lagi dan pada akhir pertengahan pada
zaman ini sebagian dari perlipatan tersebut telah selesai mengalami base leveling. Pada
pleistosen tengah dan permulaan pleistosen muda, permukaan yang tererosi sebagian tertutup
oleh vulkanik breccias, seperti misalnya Notopuro beds dan Linggopodo series. Kemudian pada
sewaktu waktu dalam pleistosen muda, suatu gerakan tektonis terakhir tidak hanya
menyebabkan uplifting tetapi juga warping dan faulting dari daerah Ungaran, sedangkan
Ungaran tua mengalami penurunan terhadap blok blok sekitarnya.
Karena pembentukan jawa tengah mirip dengan zona selatan di Jawa Timur maka boleh diduga
bahwa gerakan-gerakan Pleistosen tengah di Jawa Tengah mungkin juga menyebabkan
pengangkatan Serayu selatan dan Gunung Progo Barat dan begitu pula down warping pada
lembah serayu dan pada sebagian besar zona selatan, meskipun gerakan gerakan ini mungkin
juga mulai lebih dahulu dan berjalan terus sesudahnya.
Sesudah terbentuknya lembah-lembah sekarang, bagian barat daya tenggelam lagi hingga
sebagian dari lembah tersebut bisa terisi oleh alluvium dari coastal plain. Penurunan yang
paling kuat terjadi didataran hingga membentuk inland see segara anakan. Kemudian danau
dengan air laut atau air tawar yang terdapat dibelakang deretan bukit pasir yang parallel
didaerah pantai selatan, belum begitu lama terisi oleh sedimen-sedimen yang mana sekarang
merupakan dataran dataran subur.
Iklim
Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di Indonesia.
Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan
intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan topografi yang
disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila dibandingkan dengan
daerah iklim lain, meskipun Jawa Tengah banyak terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing
yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak
terjadi dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat
mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat
tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat
3. Geomorfologi
Pada zona serayu utara di selatan Tegal, zona ini tetutupi oleh produk gunungapi
kwarter dari Gunung Slamet. Di bagian tengah tertutupi oleh vulkanik kwarter
Gunung Rogojembangan, Gunung Ungaran dan Gunung Dieng. Zona ini menjadi
menerus menuju ke Jawa Barat menjadi Zona Bogor dengan batas antar keduanya
terletak disekitar prupuk, Bumiayu hingga Ajibarang, persis di sebelah barat Gunung
Slamet, sedangkan kearah timur membentuk Zona Kendeng. Zona Antiklinorium
Bogor terletak di selatan Dataran Alluvial Jakarta berupa Antiklinorium dari lapisan
Neogen yang terlipat kuat dan terintrusi.
Zona Serayu Utara mempunyai relief yang agak menonjol membentuk jalur
pegunungan slamet dan menuju kearah selatan semakin melandai membentuk
Cekungan Serayu. Cekungan Serayu ini terbentuk oleh amblesan yang terletak di
tengah-tengah Jawa. Pada awalnya Pulau Jawa merupakan geantiklin yang besar.
Pada bagian yang ambles tersebut kemudian ditumbuhi gunungapi-gunung api yang
di DAS Serayu berjajar dari barat ketimur mulai dari Gunungapi Slamet, Gunung
Beser, Gunung Rogojembangan, Gunung Bisma, hingga kompleks Gunung Sindoro-
Sumbing. Celah antara sisa geantiklinal di bagian selatan dan deretan gunung api
inilah yang kemudian membentuk lembah sungai serayu. Proses-proses selanjutnya
yang berupa pengangkatan, amblesan, pesesaran, dan pelipatan serta intruksi batuan
plutonik hingga membentuk satuan-satuan bentuk lahan seperti sekarang
(Pannekeok, 1949).
Bentang lahan yang mendominasi di zona ini adalah bentang lahan asal proses
structural lipatan, proses marine, dan juga proses antropogenik.
a. Bentang lahan asal proses structural dapat dilihat di perbukitan anticlinal Gundi,
di Lembah Jono yang mempunyai air tanah asin dan juga di Beldug Kuwu
dengan fenomena semburan lumpurnya. Bentuk lahan asal structural merupakan
kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat structur
geologis. Pegunungan lipatan, pegunuhan patahan, perbukitan, dan kubah
merupakan merupakan contoh-contoh untuk bentuk lahan structural (Verstepen
1983). Namun, bentuk lahan di Lembah Jono dan Bledug Kuwu masih
dipengaruhi oleh proses diapirisme. Jika di Gundih merupakan bentukan
atiklinal, maka Lembah Jono dan Bledug Kuwu merupakan bentuk sinklinal,
sehingga biasa disebut Sinklinorium Randublatun.
b. Bentuk lahan asal proses marine dapat dilihat di Paleogeomorfologi Selat Demak
dan juga banjir Kanal Timur, Semarang. Bentuk lahan asal proses marine
merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut
oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Contoh satuan bentuk lahan ini
adalah gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach
ridge) karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka
seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvio marine
ini antara lain delta dan estuary (Verstepen 1983).
c. Bentuk lahan asal proses atropogenik dimiliki oleh pantai Marina. Pantai ini
walaupun merupakan bentukan alam, namun sebagian besar prosesnya adalah
rekayasa manusia. Pantai ini disebut dengan pantai antropogenik karena
pembuatan pantai ini tidak alami, yaitu dengan cara reklamasi atau penimbunan
rawa. Proses reklamasi ini sangat mengganggu arus laut. Akibatnya erosi laut
atau abrasi juga terjadi semakin intensif karena tanah yang menjorok ke laut tak
terlindungi dari deburan ombak. Namun, peranan dan fungsi reklamasi
sebetulnya sangat banyak. Diantaranya, tanah hasil pengerukan dapat difungsikan
sebagai kawasan perumahan maupun industry. Selain itu reklamasi di sebelah
barat pantai Marina menyebabkan arus yang sampai di bibir pantai terlalu besar,
air terlihat lebih tenang.
2. Geomorfologi
Dataran pantai selatan ini Pannekoeck dikatakan berupa teluk ketika pegunungan
selatan meluncur ke dasar Lautan Hindia. Endapan sungai di lauatan Hindia
dihembaskan oleh gelombang ke pantai sehingga lama kelamaan menjadi daratan.
Pendapat ini diperkuat oleh kenampakan pantai Ayah, sebelah selatan Gua Jatijajar,
dimana terlihat bekas gosong pasir lebih tinggi dan bekas laguna lebih rendah.
Di zona selatan ini sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran
pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke
bawah permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini terdapat di pegunungan Progo.
Sisa ini berbentuk seperti bentuk dome. Hanya dibeberapa tempat di Nanggulan
terdapat endapan batu-batuan eosen terdiri dari breksi andesit oligosen, sebagian
tertutup oleh batuan kapur meosen. Setelah beberapa gerakan tektonik sebagian besar
daerah tadi diratakan dan untuk waktu yang lama tetap sebagai dataran rendah.
Selanjutnya karena pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari peneplain ini
terangkat sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya mengalami penurunan. Pada
puncak dome beberapa bagian dari peneplain tua masih nampak demikian juga
sekelilingnya berupa daerah batuan kapur yang mempunyai kenampakan topografi
karst.
Baik zona Utara maupun Selatan adalah sungai-sungai yang muncul dari rekahan
batugamping kawasan tersebut atau karst spring dengan tipe mata air karst
rekahan (fracture springs). Terbentuknya mata air rekahan tersebut akibat terjadinya
patahan pada blok batugamping di kawasan ini saat proses pengangkatan dan
perlipatan.
4. Jenis tanah
Jenis tanah Regosol Bukit pasir halus maupun kasar terdapat jauh dari garis pantai
yang mana semakin jauh garis pantai maka pasir akan semakin halus sebaliknya
semakin dekat dengan garis pantai maka pasir akan semakin kasar. Semakin halus
teksturnya maka dapat dipastikan usia semakin tua serta permeabilitasnya kurang baik
kaya unsur hara.
Gisik merupakan endapan material pasir dan terletak di wilayah pantai. Gisik
bertopografi datar dengan material pasir kasar hingga halus.
Beting gisik merupakan endapan marin yang terdiri dari material pasir baik kasar
ataupun halus, membentuk semacam pematang (ridge).
5. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan asal Marine yang terdapat di sepanjang pesisir pantai selatan Jawa
Tengah. Bentuk lahan asal marine bentuk lahan yang terbentuk oleh kerja air laut
(gelombang dan arus) baik proses yang bersifat kontruktif atau pengendapan maupun
destruktif atau abrasi dan terdapat pada wilayah pesisir. Bentuk lahan asal proses
marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan laut, baik pada tebing curam, pantai berpasir,
pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering dipengaruhi
aktivias fluvial sehingga sering disebut fluvio-marine. Poses marine mempunyai
pengaruh yang sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai sangat dipengaruhi oleh kedalaman pantai tersebut.
Semakin dangkal laut maka akan mempermudah terjadinya bentang alam daerah
pantai tersebut. Semakin kedalam pantai maka semakin lambat terjadinya bentang
alam di pantai tersebut.
Penggunaan lahan asal marine di wilayah gisik dan benting gisik sering dimanfaatkan
sebagai tempat wisata dan tempat bermain maupun bersantai, selain itu sebagai
tempat bersantai.
6. Sumber daya alam dan mineral
Pasir yang kasar terdapat biota laut yang dapat diolah dan dapat memenuhi ekonomi
pendapatan masyarakat pesisir pantai selatan jawa tengah.
7. Aspek kebencanaan
Provinsi Jawa Tengah terdapat busur gunung berapi yang tumbuh pada zona lemah
sehingga terdapat beberapa gunung berapi di atasnya. Dampak dari tumbukan
lempeng tektonik adalah terjadinya pengangkatan dan pelipatan lapisan geologi
pembentuk pulau sehingga membentuk geomorfologi yang bervariasi seperti dataran
landai, perbukitan dan dataran tinggi. Kondisi geologi yang demikian menjadikan
Provinsi Jawa Tengah mempunyai potensi ancaman bencana alam. Gempa bumi di
Klaten, tsunami di pantai selatan Jawa, erupsi gunung berapi Merapi dan tanah
longsor di Banjarnegara merupakan sebagian bukti kebencanaan yang pernah terjadi
di Provinsi Jawa Tengah.
Tsunami terjadi saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, panjang
gelombang menurun kecepatannya namun tinggi gelombang meningkat hingga
puluhan meter dan bersifat merusak. Sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempa
bumi di dasar laut dengan kedalaman kurang dari 60 km dan magnitude lebih dari 6
SR. Namun demikian, tsunami juga dapat diakibatkan oleh tanah longsor dasar laut,
letusan gunung berapi dasar laut, atau jatuhnya meteor ke laut.
E. Zona Pegunungan Selatan
1. Kondisi umum
Pegunungan selatan merupakan satuan fisiografi regional dibagian selatan
Jawayang membentang dari Teluk Citetuh di Jawa Barat hingga Semenanjung
Blambangan di ujung timur (eastern spur atau oosthoek)Jawa Timur (Pannekok,
1949; Van Bemmelen, 1949). Pegunungan selatan tidak akan dijumpai mulai dari
Teluk Cilacap hingga Yogyakarta, hal ini dikarenakan dataran alluvial pantai telah
menggantikannya. Sehingga pegunungan selatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu
pegunungan selatan Jawa Barat yang terbentang dari Teluk Ciletuh hingga
Nusakambangan dan pegunungan selatan Jawa Timur yang membentang dari
Yogyakarta hingga Semenanjung Blambangan.
2. Geologi
Zona Pegunungan selatan adalah daerah pegunungan yang terletak di bagian
selatan pulau jawa, Terbentang dari Jawa Tengah bagian selatan yaitu provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Teluk Pacitan. Sejarah geologi daerah
pegunungan selatan ini terjadi pada kala Pliosen. Pada kala Pliosen dan Pleistosen
bawah, daerah pegunungan selatan yang sekarangt merupakan tanah rendah yang
sedikit terangkat lebih tinggi dari permukaan laut. Bagian selatan dari tanah rendah
ini terdiri dari gamping Wonosari dan Kepek Marls yang berusia Miosen, sedangkan
pada bagian utara merupakan material yang berasal dari kegiatan vulkanis.
Pada Pleistosen tengah, Jawa bagian selatan mengalami pengangkatan dan
terbentuklah suatu geantlikin besar yang membujur dari arah timur ke barat, yang
bagian tengahnya terdapat d daerah Perbukitan Jiwo. Pengangkatan dan penurunan
telah berlangsung secara berrganti sejak Tersier Tua dan Tersier tengah. Akibat dari
pengangkatan ini maka daerah low lands (lahan rendah) sepanjang pantai selatan
terangkat dan termiringkan kearah selatan membentuk sisi bagian selatan geantiklin
yang besar.
Pada Pleistosen atas pegunungan selatan yang miring keselatan mengalami
pengangkatan lagi dan pelipatan ringan. Pengankatan dan pelipatan ini menyebabkan
pola aliran sungai Bengawan Solo dan sungai Opak berubah arah. Sebelum
pengangkata dan pelipatan terakhir sungai ini mengalir ke selatan dan bermuara ke
Samudera Indonesia. Menurut Lehmann pengangkatan dan pelipatan ini juga
menyebabkan terjadinya basin Wonosari dan basin Baturetno. Van bemmelen
mengatakan mengatakan bahwa gerakan pengangkatan yang terakhir itu mula-mula
agak lambat, sehingga sungai yang mengalir ke selatan (bengawan solo dan Kali oya)
pengikisan vertical masih dapat mengimbangi naiknya daerah tersebut. Tetapi
kemudian pengangkatan berlangsung begitu cepat, sehingga pengikisan vertical tidak
dapat mengimbangi naiknya kecepetan pengangkatan dan pelipatan., akibatnya aliran
sungai berubah ke arah utara mencari yang lebih rendah.
3. Geomorfologi
Daerah pegunungan selatan dapat dibedakan menjadi : (a) daratan alluvial, (b)
pegunungan block dan (c) topografi karst.
a. Daratan alluvial
4. Hidrologi dan Klimatologi
5. Jenis tanah
6. Penggunaan lahan
7. Sumber daya alam dan mineral
8. Aspek kebencanaan
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
- Yuwono, N. 1986. Teknik Pantai vol.1 : Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Geologi Mada. Yogyakarta.