BAB I
0
Shares
JAMBI, KOMPAS.com - Kondisi sosial ekologis pulau Sumatera dinilai terus memburuk
dalam lima tahun terakhir. Para gubernur se-Sumatera didesak segera menyusun protokol
keselamatan bagi pengurusan pulau sumatera.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jambi, Arif Munandar, Kamis (12/11) di
Jambi mengungkapkan, Sumatera berada dalam ancaman bencana akibat salah urus pengelolaan
sumber daya alam. "Lewat beragam bencana ekologis dan konflik lahan yang terjadi, pulau
Sumatera memberikan peringatannya kepada kita," katanya.
Pihaknya prihatin pemerintah pusat dan DPR seolah membiarkan Sumatera dalam ancaman
bencana. Pulau Sumatera telah menjadi tempat favorit bagi industri boros lahan, air dan energi
yang telah mengancam ekosistem. Perusakan antara lain terjadi di pegunungan Bukit Barisan
yang menyangga hulu-hulu sungai pulau Sumatera. Deforestasi hutan-hutan dataran tinggi
hingga perusakan kawasan gambut dan hutan bakau di pesisir timur rata-rata mencapai 800 ribu
hektar per tahun. "Saat ini lebih 500 perizinan kuasa pertambangan batubara, emas dan pasir besi
dikeluarkan tanpa mempertimbangkan kerentanan pulau," ucapnya.
Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan sawit membuat warga harus menanggung akibatnya.
Di Pekanbaru, Riau dari Mei-Agustus 2009 jumlah penderita ISPA karena asap kebakaran
mencapai 10.094 orang. "Pembakaran hutan antara 2007- 2009 tersebar di hampir separuh
provinsi di Sumatera dengan sedikitnya 18 ribu titik api," katanya.
Ekspansi besar-besaran lahan untuk perkebunan sawit telah mengancam lahan pertanian milik
rakyat. Akibatnya, lahan-lahan pertanian produktif milik warga menciut drastis. "Di Riau, rata-
rata tiap keluarga hanya memiliki 0,46 ha. Ini tak mungkin menyejahterakan petani," paparnya.
PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu kebumian. Orang yang mempelajarinya disebut ahli geologi,
geologiawan, atau geologist. Geologi, kelompok ilmu yang mempelajari Bumi secara menyeluruh;
pembentukan, komposisi, sejarah dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung
(menjadikan muka bumi seperti saat ini).
Geologi modern berkembang pada akhir abad ke -18, James Hutton merupakan bapak geologi
modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul: Theory of the Earth
dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism (“The present is the key to the past”, artinya gaya
atau proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah berlangsung
sejak terbentuknya bumi).
Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori pengapungan benua, yang “menduga” bahwa
pada mulanya benua Amerika Selatan dan Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti saat
sekarang yang terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori Pengapungan
Benua ( Continental Drift ) yang sekarang di kenal dengan Teori Tektonik Lempeng. Teori ini dapat
menjelaskan dan menyderhanakan banyak hal mengenai gejala-gejala alam yang semula di anggap
misterius. Seperti gempa bumi yang datangnya secara tiba-tiba dan gunung api yang tiba-tiba meletus.
Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi dasar geologi.
Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya : Mineralogi, Petrologi, stratigrafi, Paleontologi,
Geologi Struktur, Geomorfologi, Geofisika, Geokimia, dan lain sebagainya.
Untuk masuk ke dalam ilmu geologi yang lebih kompleks diperlukan bekal pengetahuan
mengenai keadaan alam bumi seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, badai angin topan, dan banyak lagi jenisnya merupakan hasil atau produk dari
proses yang dapat dipelajari pada ilmu geologi yang lebih spesifik lagi.
BAB II PEMBAHASAN
Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari
Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh Laut. Di
Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang sampai ke
pegunungan Kulonprogo.
Zone Depresi Jawa bagian Tengah
Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G.
Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban Perahu).
Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur.
Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks
Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara
keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila
dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa
Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan
ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan sesaran perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa
Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah Utara
Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang membentangi
dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.
Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini (Dataran
pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan untuk Jawa
Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial
di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari
sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah sekitar
Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran alluvial melainkan oleh
perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang).
Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran
Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya
Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang.
Pada awal Paleogen Sumatera, Kalimantan dan Jawa masih merupakan satu daratan dengan
Benua Asia yang disebut tanah Sunda. Pada Eosen pulau Jawa yang semula berupa daratan, bagian
utaranya tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan geosinklin. Sedangkan bagian selatan pulau
Jawa terangkat dan membentuk geantiklin yang disebut geantiklin Jawa Tenggara.
Pada kala Oligosen hampir seluruh pulau jawa terangkat menjadi geantiklin yang disebut
geantiklin Jawa. Pada saat ini muncul beberapa gunung api di bagian selatan pulau ini.
Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga
pada Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk
pulau-pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-
endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.
Pada Miosen tengah di sepanjang selatan pulau Jawa pembentukan gamping koral terus
berkembang diselingi batuan vulkanik. Kemudian pada Miosen atas terjadi pengangkatan pada seluruh
lengkung Sunda-Bali dan bagian selatan Jawa. Keberadaan pegunungan selatan Jawa ini tetap bertahan
sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batuan kapur yang dibeberapa tempat
diselingi oleh munculnya vulcanic neck atau bentuk intrusi yang lain.
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke
waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau
Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, pelipatan dan vulkanisme di
bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah
pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara –
Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur – Barat (E-W) disebut pola Jawa.
Pola Meratus di bagian barat dapat dilihat pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah ditunjukkan dari
pola penyebaran singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur
ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan
juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo.
Pola Meratus tampak lebih dominan ditunjukkan pada bagian timur.
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara
perkembangan ke arah timur tidak terlihat. Pola-pola ini antara lain pola sesar-sesar pembatas
Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur
regangan.Pola Jawa di bagian barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beri-bis dan sesar-sesar
dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu
Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah sesar pegunungan Kendeng yang
berupa sesar naik.
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua.
Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur
Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar
ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda.
Akibat dari pola struktur dan persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola
yang tertentu pula. Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara bagian timur yang
terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.
Secara lebih terperinci, Dobby membagi Jawa dan Madura atas dasar bentuk permukaan buminya
menjadi :
1. Pantai Selatan yang merupakan daratan dari kapur
2. Daerah perbukitan di bagian teengah.
3. Jalur gunung api yang menjadi sumbu Pulau Jawa
4. Jalur alluvial (endapan) yang memanjang dari Banten menuju Lembah Lusi-Solo sampai Selat Madura.
5. Pantai utara yang merupakan dataran dari kapur
1. Pantai Selatan
Dinding-dinding pantai selatan Jawa sangat curam. Karena ketika bagian selatan pulau Jawa
terangkat pada Oligosen, gelombang laut selatan Jawa yang besar akan menghantam dinding pantai
sehingga menjadi terjal. Gelombang pantai yang besar ini dikarenakan angin yang berhembus berasal
dari laut lepas (Samudra Hindia).
Contohnya pada pantai Popoh di Tulung Agung. Pantai ini berhadapan langsung dengan laut lepas
dan dinding pantainya sangat terjal. Pada pantai ini terdapat singkapan yang sangat bagus yaitu diantara
lapisan batuan kapur tersisip suatu lapisan yang terdiri dari batuan pasir. Batuan ini merupakan hasil
aktivitas vulkanik yang ada pada saat koral dan foraminifera mulai tumbuh pada Miosen bawah.
Singkapan yang ada dibentuk oleh hantaman gelombang (abrasi) dari Samudera Hindia.
2. Daerah Perbukitan
Barisan perbukitan dan jalur lembah-lembah adalah bentang alam tua yang sudah sangat terkikis.
Di antara perbukitan itu terdapat suatu alur yang dibeberapa tempat merupakan cekungan, misalnya
Bandung dan Garut. Sedangkan mengarah ke timur semakin melebar dan mulai terbuka serta melandai
sampai sebagian tenggelam di Selat Madura. Ketinggian endapan di daerah ini menurut Dobby sampai
mencapai kira-kira 1200 m, dan membentuk bagian dari susunan dataran tinggi di Pulau Jawa. Di bagian
selatan barisan perbukitan ini ada yang mencapai pantai sebagai tebing pantai yang curam. Hanya
dibeberapa tempat dikatakan bahwa tanah tinggi itu mundur dari pantai, misalnya di dataran rendah
Banyumas.
a. bagian yang sebelah dalam, yang lebih dekat ke pegunungan, dibatasi oleh teras-teras yang hampir
sejajar dengan garis pantai;
b. bagian luar merupakan dataran yang tingginya
GEOMORFOLOGI SUMATERA
http://www.jakartastreetatlas.com/peta/sumatera.htm
Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan
dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di
sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh
sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau),
Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera
Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).
Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya
sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan
terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit
Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya
Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan
Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km
dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200
Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar
keenam di dunia.
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut,
merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah
selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan
dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang
landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
(http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html)
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh
rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai
timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan
jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera
Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini terdiri dari
lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar
10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung
berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik
merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif
mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung
berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung
berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
– Abu
Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi
lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di
perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa
bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan
Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra.
1) Abongabong
Ketinggian 2.985 meter (9.793 kaki), Lokasi Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan, Jenis
Stratovolcano.
3) Balai
4) Balak
Ketinggian 3.030 meter, Lokasi Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia, Jenis
Gunung tidak berapi
6) Bapagat
8) Bateekeubeu
9) Berakah
10) Bering
11) Besagi
12) Besar
13) Beser
14) Beteemecica
16) Geureudong
17) Daik
Ketinggian 1.165 meter, Lokasi Pulau Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau Indonesia, Jenis
Gunung tidak berapi
Ketinggian 3,173 meter (10,410 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat
4°02′S 103°08′E / -4.03; 103.13, Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 2009.
19) Dingin
20) Gampang
21) Garba
23) Geureudong
Ketinggian 2,885 meter (9,465 ft), Lokasi Sumatera, Indonesia, Koordinat 4°48′47″N 96°49′12″E, Jenis
stratovolcano Letusan terakhir 1937.
24) Gumai
25) Hitam
27) Jabul
28) Jadi
29) Kaba
30) Kalau
32) Kerinci
Ketinggian 3,805 m (12.484 ft) Ketinggian topografi 3,805 m (12.484 ft), Lokasi Jambi. Jenis
Stratovolcano Busur/sabuk vulkanik Cincin Api, Pasifik Letusan terakhir 2009.
33) Krakatau
Gunung Krakatau pada lukisan abad ke-19. Ketinggian 813 m (2,667 kaki), Lokasi Selat Sunda, Indonesia,
Koordinat 6°6′27″LS,105°25′3″BT, Jenis Kaldera vulkanik. Letusan terakhir 4 Agustus 2009.
34) Lelematsua
36) Lubukraya
Koordinat 0°22′50″S 100°28′24″E. / -0.38056; 100.47333 Jenis Stratovolcano Umur batuan Pleistosen
Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda Letusan terakhir 2004.
38) Maras
Ketinggian 699 meter Lokasi Lokasi Pulau Bangka, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Geologi Jenis Gunung tidak berapi
39) Masurai
40) Mueajan
41) Nanti
42) Pandan
44) Panetoh
45) Panjang
47) Pasaman
Ketinggian 2.900 meter (9.515 kaki), Lokasi Sumatera Barat, Indonesia Pendakian Rute termudah Desa
Durian Kandang
48) Patah
Ketinggian 2,817 meter (9,242 kaki), Lokasi Sumatra, Indonesia. Koordinat 4°16′S 103°18′E. Letusan
terakhir 1994.
49) Patahsembilan
50) Payung
Ketinggian 2.828 meter, Lokasi Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia. Jenis
Gunung tidak berapi.
Ketinggian 2,801 meter, Lokasi Meureudu, Sigli, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia Koordinat
4°54′50″N 96°19′44″E. / 4.914; 96.329 Jenis Komplek Gunung berapi. Letusan terakhir 2000.
55) Pinapan
56) Pugung
57) Punggur
Ketinggian 1,281 m (4.203 kaki). Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat
05°47′00″S 105°37′30″E. / -5.783333; 105.625Jenis stratovolcano. Letusan terakhir tidak diketahui.
Pendakian Rute termudah Desa Marambung.
59) Ranai
Ketinggian 1.035 meter. Lokasi Pulau Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Jenis Gunung
tidak berapi.
60) Ratai
61) Ridingan
62) Runcing
Ketinggian 2.261 m (7 ft), Lokasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan
Bukit Barisan Koordinat 0°19′37″S 100°40′14″E
64) Sanggul
Ketinggian 2.383 meter (7,818 kaki). Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan. Pegunungan Bukit Barisan.
Pendakian Rute termudah Air Lisai
66) Segama
67) Sekicau
68) Sembuang
Ketinggian 1.726 meter (5.663 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat
5°25′51″N 95°39′28″E. Jenis Stratovolcano, Letusan terakhir 1839
Sibayak pada tahun 1987 Ketinggian 2,212 m (7.257 ft), Lokasi Sumatera, Indonesia. Koordinat 3°12′0″N
98°31′0″E. / 3.2; 98.51667 Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 1881
Sinabung pada tahun 1987 Ketinggian 2.460 m (8 ft). Koordinat 3°10′12″N 98°23′31″E. Jenis
Stratovolcano. Umur batuan Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda. Letusan terakhir 7
September 2010.
Gunung Singgalang Ketinggian 2.877 m (9 ft). Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan
Bukit Barisan. Koordinat 0°23′24″S 100°19′51″E. Jenis stratovolcano.
76) Sipoimcim
Ketinggian 2.145 meter (7.037 kaki). Lokasi Sumatera Utara, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan.
Koordinat 0°41′11″S 99°32′13″E. Jenis Strato, Letusan terakhir 1987. Pendakian Pertama didaki tercatat
tahun 1830
78) Sumbing
79) Susup
Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Indonesia. Ketinggian 2.913 m (10 ft). Lokasi
Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 0°16′29.14″N 99°55′46.28″E
Ketinggian 2,597 m (8.520 ft). Lokasi Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit
Barisan. Koordinat 0°58′42″S 100°40′46″E. / -0.97833; 100.67944Jenis Stratovolcano. Umur batuan
Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda. Letusan terakhir 2007
82) Tampulonanjing
Gunung Tandikat (kiri) dan Gunung Singgalang (kanan) dilihat dari Gunung Marapi Ketinggian 2.438 m (8
ft). Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat
0°25′57″S 100°19′1″E. Jenis stratovolcano
84) Tanggamus (Lampung)
85) Tanggang
90) Tinjaulaut
91) Ulumasen
Bentuk permukaan Pulau Sumatera terdiri dari 3 bagian besar: (1). Bukit Barian, (2) Dataran rendah di
bagian timur, (3) Jalur perbukitan (kaki timur bukit barisan).
Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (Aceh)
sampai ujung selatan (Lampung) pulau Sumatra, memiliki panjang lebih kurang 1650 km. Rangkaian
pegunungan ini mempunyai puncak tertinggi Gunung Kerinci yang berlokasi di Jambi, berketinggian
3.805 meter di atas permukaan laut. Pegunungan Bukit Barisan terletak dekat pertemuan antara pelat
tektonik Eurasia dan Australia.
Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang jalan raya Bukittinggi–Payakumbuh. Provinsi Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung. Titik tertinggi Gunung Kerinci -
elevasi 3.805 m (12.484 ft) Panjang 1.025 mi (1.650 km), utara–selatan.
Jalur perbukitan (kaki gunung bukit barisan) adalah bekas cekungan yang tertimbun oleh endapan tebal,
yang kemudian terangkat oleh tenaga endogen. Jalur ini banyak terdapat minyak bumi seperti: Sungai
Komering, Sungai Bila dan antara Sungai Besitang-Krueng Meureudu.
1. Topografi Pulau Sumatera
Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari
Barat Laut – Tenggara sebagai berikut :
a) Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu
terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat
tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan
Singkil di Sumatra Utara.
b) Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah
Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan
ini memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis
yang berulang-ulang. Zone Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan
Tengah dan Zona Barisan Utara (Van Bemmelen, 1949, 678).
Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10° ke arah Laut India (Indian Ocean)
dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben,
Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda. Sedangkan panjang Graben
Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan
lebarnya 10 Km.
Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko
terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima,
Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk
seperti Dome (diameter + 40 Km).
Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan,
dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan,
suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling
mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi.
Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas di California. Memanjang di
sepanjang Pulau Sumatra, mulai dari ujung Aceh hingga Selat Sunda, dengan bidang vertikal dan
pergerakan lateral meng-kanan (dextral-strike slip).
Sesar ini menyebabkan terjadinya gempa di darat oleh sebab pelepasan energi di sesar/patahan
Semangko apabila sesar tersebut teraktifkan kembali (peristiwa reaktivasi sesar) dengan bergesernya
lapisan batuan di sekitar zona sesar tersebut. Pergerakan sesar yang merupakan salah satu sesar teraktif
di dunia ini diyakini disebabkan oleh desakan lempeng India-Australia ke dalam lempeng Eurasia.
Bagian barat sesar ini bergerak ke utara dan bagian timur bergerak ke selatan. Jika lama tidak terjadi
gempa besar, artinya sedang terjadi pengumpulan energi di patahan tersebut. Di sepanjang Patahan
Sumatera ini terdapat pula ribuan patahan kecil yang juga dapat mengakibatkan rawan gempa. Seperti
halnya gempa asal laut, gempa darat di Sumatera biasanya juga cukup besar dan menyebabkan
kerusakan yang cukup parah.
Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di
Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai
pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat
Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung
Sorikmarapi.
Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler
disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem
Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara
Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan
Graben dengan posisi memanjang.
Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu
Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian
Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151 terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G.
Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m. Sejarah pembentukan Tumor
Batak tidak diuraikan di sini mengingat memiliki sejarah volcano tectonic yang panjang dan lebih banyak
bersifat geologis.
Pegunungan di Aceh
Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga
pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh
sangat sedikit. Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan
Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan
beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong
2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145
m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya. Dari uraian Zone
Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu
depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh
lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tektovulkanik maupun erupsi vulkan.
c) Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah
yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa
di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985, 42). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami
perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone
Barisan.
Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non
vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang arah Barat Laut
– Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.
Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di
Indonesia. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana
pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia.
Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier,
sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu
Pegunungan Tiga puluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan
Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan
Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara.
Cekungan Sumatera Selatan
Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut – tenggara,
yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur
laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan
Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan
Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.
Tektonik Regional
Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur
belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda
(sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi
daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit
Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan
Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung.
(http://hidayatardiansyah.wordpress.com/2008/02/12/geologi-regional-cekungan-sumatera-selatan/)
Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk selama Awal Tersier (Eosen –
Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut
antara lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia.
Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang
membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah,
tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio – Plistosen.
Episode pertama, endapan – endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan
terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk pola
dasar struktur cekungan. Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak –
gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara – selatan. Episode ketiga
berupa fase kompresi pada Plio – Plistosen yang menyebabkan pola pengendapan berubah menjadi
regresi dan berperan dalam pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk
konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit
Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit
Barisan.
Cekungan Bengkulu
Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan fore-arc di Indonesia. Cekungan forearc artinya
cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik (fore-arc; arc = jalur volkanik). Tetapi, kita menyebutnya
demikian berdasarkan posisi geologinya saat ini.
Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan (dalam hal ini adalah
volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya kepada
Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada forearc basin Bengkulu
sebab pada saat itu arc-nya sendiri tidak ada.
Begitulah yang selama ini diyakini, yaitu bahwa pada sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan
Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah
Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari
Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah, Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan
Cekungan Sumatera Selatan menjadi cekungan backarc (belakang busur).
Cekungan Bengkulu merupakan salah satu dari dua cekungan forearc di Indonesia yang paling banyak
dikerjakan operator perminyakan (satunya lagi Cekungan Sibolga-Meulaboh). Meskipun belum berhasil
menemukan minyak atau gas komersial, tidak berarti cekungan-cekungan ini tidak mengandung migas
komersial. Sebab, target-target pemboran di wilayah ini (total sekitar 30 sumur) tak ada satu pun yang
menembus target Paleogen dengan sistem graben-nya yag telah terbukti produktif di Cekungan-
Cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.
Gradient geothermal yang besar ini merupakan anomali pada sebuah forearc basin yang rata-rata di
Indonesia sekitar 2.5 F/100 ft atau di bawahnya (Netherwood, 2000); Bila dibandingkan cekungan
forearc lain, memang banyak publikasi menyebutkan thermal Cekungan Bengkulu di atas rata-rata. Itu
pula yang dipakai sebagai salah satu pemikiran bahwa Cekungan ini dulunya bersatu dengan Cekungan
Sumatera Selatan (pada Paleogen)—pemikiran yang juga didukung oleh tatanan tektonostratigrafinya.
Gradient geothermal dipengaruhi konduktivitas termal masing-masing lapisan pengisi cekungan dan
heatflow dari basement di bawah cekungan. Apabila basementnya kontinen, maka ia akan punya
heatflow yang relatif lebih tinggi daripada basement intermediat dan oseanik. Selain itu, kedekatan
dengan volcanic arc akan mempertinggi thermal background di wilayah ini dan berpengaruh kepada
konduktivitas termal. Gradient geothermal yang diluar kebiasaan ini, tentu saja baik bagi pematangan
batuan induk dan generasi hidrokarbon.
1. Bentuk-bentuk Lahan
Gua Harimau di wilayah Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
Gosong Sinyaru
Letak Gosong sinyaru ini Terletak di dekat Pulau sinyaru Kodya padang berjarak kira-kira 3 mil arah
selatan teluk bayur. Hanya sekitar 40 menit dari pelabuhan Muara Padang atai sekitar 30 menit dari TPI
Bungus, kita sudah sampai kepulau ini dengan mempergunakan perahu 80 HP. Pulau ini merupakan
pulau yang relatif kecil yang terletak lebih kurang 11 mill dari pusat kota Padang. Setiap harinya puluhan
kapal-kapal nelayan bagan yang berasal dari kawasan Bungus lego jangkar di sekitar perairan pulau ini
untuk berlindung dan menunggu hari sore untuk berangkat ketengah laut mencari ikan. Pantainya terdiri
dari pasir putih halus dan landai. Keindahan bawah lautnya dapat dilihat di sekeliling pulau yang
ditumbuhi oleh karang dari acropora bercabang, heliopora, pada kedalaman 2-3 meter lebih didominasi
oleh pertumbuhan karang-karang lunak. Pertumbuhan karang ditemukan sampai dengan kedalaman 15
meter menjadikan panorama lautnya menjadi indah untuk diselami. Lokasi ini sangat cocok untuk
dijadikan sebagai tempat penyelaman scuba dan snorkelling karena didukung oleh kejernihan air dan
keanekaragaman terumbu karangnya yang cukup padat.
Langkat, Sumut – Kerusakan hutan mangrove (bakau), karena beralih fungsi menjadi lahan tambak dan
kebun sawit, semakin nyata terjadi di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara.
Teluk bayur
http://adesanjaya.com/tag/pelabuhan-pulau-baai-bengkulu/page/2
Bukit Maninjau
Bencana tanah longsor dari perbukitan Leter W di pinggiran Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra
Barat, awal Oktober 2009 dan merusak empat jorong (kampung) merupakan peristiwa ulangan yang
pernah terjadi tahun 1980.
Sumber;
Anonim. 2011. Karakteristik batu bara di cekungan bengkulu. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;
http://iagibengkulu.blogspot.com/2010/11/karakteristik-batubara-di-cekungan_27.html
Anonim. 2009. Geologi Daerah Sumatera. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://geologi2002-
geoiunpak.blogspot.com/2009/07/geologi-daerah-sumatra.html
Anonim. 2009. Danau Buatan Ditargetkan Jadi Kawasan Wisata Sumatera. Diakses pada; 21/12/2010.
Tersedia di; http://riauku.wordpress.com/2009/01/08/danau-buatan-ditargetkan-jadi-kawasan-wisata-
sumatera/
Anonim. 2010. Gua Harimau Menyingkap fajar Sejarah Sumatera. Diakses pada; 21/12/2010. Tersedia
di; http://hurahura.wordpress.com/2010/10/30/gua-harimau-menyingkap-fajar-sejarah-sumatera/
Ega. 2010. Wisata di Sawahlunto. Diakses pada; 21/12/2010. Tersedia di;
http://egadichini.blogspot.com/2010/03/wisata-di-sawahlunto.html
http://dewaputu.co.cc
Iskandar, Rudi. ………. Kuliah 1 GeoRegional Indonesia. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;
http://www.slideshare.net/rudiiskandar/kuliah-1-geo-regional-indonesia
Rovicky. 2009. Gempa Retakan Kerak Bumi Membentuk Danau Malawi. Diakses pada; 19/12/2010.
Tersedia di; http://rovicky.wordpress.com/2009/12/20/gempa-retakan-kerak-bumi-membentuk-danau-
malawi/
Sanjaya, Ade. ………. Pelabuhan Pulau BAAI Bengkulu. Diakses pada; 28/12/2010. Tersedia di;
http://adesanjaya.com/tag/pelabuhan-pulau-baai-bengkulu/page/2
Wikipedia. ………. Pegunungan Bukit Barisan. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;
http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan_Bukit_Barisan
http://www.moreindonesia.com/wp-content/uploads/2010/11/Danau-buatan-limbungan-picture-by-
dee-photowoks-31.jpg
http://uchihajaka.blogspot.com/2010/01/pulau-di-tengah-sungai.html]
http://kembangsalira.files.wordpress.com/2008/12/pltalamajan-750060.jpg
Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 km dari Ule Lhee
sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985) lebar pulaudibagian Utara berkisar 100 – 200 Km dibagian
Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga
bagian yang menjalur dari Barat Laut - Tenggara sebagai berikut :
A. Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu
terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat
tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan
Singkil di Sumatra Utara.
B. Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau
Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini
memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis
yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil fenomena geologis yang terjadi
pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan fenomena pada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat
diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van
Bemmelen, 1949, 678).
1. Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
a. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10
derajat ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut
Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di
Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di
Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
b. Blok Semangko (Semangko Central Blok) Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung
Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan
Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian
Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan
di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan
Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di
mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap
Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75
Km.
2. Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian
tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat
ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara
Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought),
Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi. Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke
Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949) membentang
memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap
Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak
sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang.
3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu
Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
a. Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba) Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150
Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao
2151terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat
adalah Gunung Uludarat 2.157 m.
b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak
disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene
terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di
Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke
pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue
2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu
2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi
gunung lainnya.
Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone
Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa
tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik naupun erupsi
vulkan.
Aaaaa
Wilayah Sumatera merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda, yang terbentang dari
kepulauan Andaman-Nicobar hingga busur Banda (Timor). Busur Sunda merupakan busur kepulauan
hasil dari interaksi lempeng samudera (lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 7
cm pertahun) yang menunjam di bawah lempeng benua (Lempeng Eurasia). Penunjaman lempeng
terjadi di selatan busur Sunda berupa palung (trench). Disamping itu, Penunjaman lempeng tersebut
membentuk jajaran gunung-gunung api dan perbukitan vulkanik (bukit barisan) sepanjang daratan
Sumatera dan patahan Sumatera (Sumatera Fault) yang membelah daratan Sumatera (Natawidjaja,
2004).
Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau ini
membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra
atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit
Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan
gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga
membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arahSamudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke
arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan di bagian selatan
dengan Selat Sunda. Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primerdan hutan tropik sekunder yang
lebat dengan tanah yang subur. Gungng berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di
Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh
Darussalam danGunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra
merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak
bumidisepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar
Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di Indonesia, Danau
Toba terdapat di pulau Sumatra.
Latar Belakang Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 km dari
Ule Lhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985) lebar pulaudibagian Utara berkisar 100 – 200 Km
dibagian Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi pegunungan Sumatra dapat dibagi
kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut - tenggara sebagai berikut : A. Bagian Barat, daerah
ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang
menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai
yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil di Sumatra Utara.
B. Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau
Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini
memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis
yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil fenomena geologis yang terjadi
pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan fenomena pada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat
diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van
Bemmelen, 1949, 678). 1. Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu : a.
Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 –
10 derajat ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur
Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko
di Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung
di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km. b. Blok Semangko (Semangko Central Blok)
Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko
terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima,
Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk
seperti Dome (diameter + 40 Km). c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung
merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok
Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung)
memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar
30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya
adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km. 2. Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan
di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang
Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk
sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di
duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi.
Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler
disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949) membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan
baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau
Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben
dengan posisi memanjang. 3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van
Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh. a. Tumor Batak (The Batak
Culmination with the Lake Toba) Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi
Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151terletak di bagian Timur
Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157
m. b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum
banyak disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene
terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di
Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke
pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue
2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu
2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi
gunung lainnya.Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak
Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di
beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik
naupun erupsi vulkan. C. Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan
merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran
terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985). Bagian Timur
Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran
sungai dari sayap Timur Zone Barisan.Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat
deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi
pulau-pulau memanjang arah Barat Laut - Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan
Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Memahami Bentang lahan
Geomorfologi Pulau Sumatra? 1.3. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini merupakan bagaimana
kita bisa melihat dam mempelajari keadaan dan kondisi di daerah Sumatra terutama berdasarkanang
lahan bent geomorfologi
Struktur geologi adalah segala unsure dari bentuk arsitektur kulit bumi / gambaran geometri
(bentuk dan hubungan) yang diakibatkan oleh gejala - gejala gaya endogen.Secara umum terdapat unsur
- unsur dari struktur geologi yaitu, Bidang perlapisan, Lipatan, Patahan dan kekar atau joint.
Pada awal berkembangnya geologi, Pemikiran geologi dimulai oleh Leonardo da Vinci (1452-
1519). Pada awalnya perkembangan geologi didominasi pemikiran klasik (fixist), yang menganggap
pembentukan orogenesa dan geosinklin terjadi di tempat yang tetap. Mewakili pemikiran ini misalnya
Erich Haarmann (1930), yang menyatakan bahwa orogenesa terjadi karena kulit bumi terangkat seperti
tumor, dan melengser karena gaya berat. Selanjutnya pendapat ini diterapkan oleh van Bemmelen
(1933) di Indonesia sebagai Teori Undasi.
Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan pertumbukan antara lempeng India-
Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 Juta tahun lalu yang mengakibatkan perubahan sistematis dari
perubahan arah dan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya.
Proses tumbukan ini mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur
India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik. Selanjutnya sebagai respon
tektonik akibat dari bentuk melengkung ke dalam dari tepi lempeng Asia Tenggara terhadap Lempeng
Indo-Australia, besarnya slip-vectorini secara geometri akan mengalami kenaikan ke arah barat laut
sejalan dengan semakin kecilnya sudut konvergensi antara dua lempeng tersebut.
Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan
lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan
gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua
sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979). Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan
dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta
tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-
lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang
terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun
menurun menjaedi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al,
1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai sekitar 76 milimeter/
tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada akhirnya mengakibatkan
terbentuknya banyak sistem sesar sebelah timur India.
Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka
dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan
bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan tatanan Tektonik
Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro
Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian
tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.
.0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto;
mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"> a. Bagian Selatan Pulau Sumatra
memberikan kenampakan pola tektonik:
1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer
di atas penunjaman.
2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar.
3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh
sesar utama.
4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur
muka relatif utuh.
6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut
merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan arah
tumbukan 10°N-7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-masing segmen 60-200
kilometer, yaitu :
Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi perkembangan busur Sunda, di bagian barat,
pertemuan subduksi antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng Samudra Australia mengkontruksikan
Busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif stabil; sementara di
sebelah timur pertemuan subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-lempeng mikro
Tersier mengkontruksikan sistem busur Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang
lebih labil. Perbedaan sudut penunjaman antara Propinsi Jawa dan Propinsi Sumatra Selatan Busur
Sunda mendorong pada kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem busur kepulauan
dan busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan pertanyaan,
karena pola kenampakan anomali gaya berat menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang
cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatra dibanding dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara
vertikal perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jika dilakukan pembangungan
dengan struktur cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau Sumatra secara vertikal
berkembang sebagai struktur bunga.
Berdasarkan teori undasi Seksi Andaman dan Nikobar yang pusat undasinya di Margui
menghasilkan penggelombangan emigrasi yang mengarah ke Godwanland, sehingga hal tersebut
mempegaruhi pegunungan di Sumatra Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur barat
seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan pegunungan pada umumnya di Sumatra yang
arahnya barat laut–tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi pertemuan antar gelombang dengan
pusat undasi Margui dan pusat undasi Anambas. Titik pertemuannya adalah di Gunung Lembu, adapun
busur dalam hasil penggelombangan dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-Narkondam dan
busur luar Andaman–Nikobar–Gayo Tengah.
Sedangkan Seksi Sumatra dengan pusat undasinya di Anambas, penggelombangan dari pusat
undasi Anambas telah berkembang sejak Palaezoikumakhir, Sehingga menghasilkan sisitem Orogene
Malaya pada Mesozoikum bawah (Trias, Jura), system Orogene Sumatra pada Mesozoikum atas
(Crataceus) dan system orogene Sunda pada priode tersier kuarter, yang dimaksud dengan Orogene
Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk pada Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata
dan busur luar Daerah Timah. Yang dimaksud dengan Orogene Sumatra adalah busur pengunungan yang
terbentuk pada Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatra Timur dan busur luar Sumatra Barat.
Yang dimaksud dengan Orogenesa Sunda adalah busur pengununagn yang terbuntuk periode Tersier-
Kuarter dengan busur dalam Bukit Barisan dan busur luar pulau-pulau sebelah barat Sumatra. Bukit
Barisan pada Mesozoikum atas masih merupakan Foredeep, memasuki tersier baru mengalami
pengangkatan pada priode Tersier pulau-pulau di sebelah barat Sumatra dari Nias sampai Enggano
belum ada memasuki periode Kuarter baru mengalami penggkatan membentuk pulau-pulau tadi,
sampai sekarang masih mengalami pengakatan secara pelan-pelan.
Bbb
Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan.
Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan
terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit
Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya
Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan
Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650
Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 –
200 Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar
keenam di dunia.
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan
laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah
selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan
dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang
landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
(http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html)
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk
oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan
pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini
mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di
Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini
terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar
10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah
gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api
Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif
mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung
berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung
berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
- Abu
Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi
lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di
perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa
bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan
Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra.
Sumatera bagian tengah meliputi 3 provinsi yaitu Sumatera Barat, Riau, dan jambi. Geomorfologi
sumatera tengah secara umum merupakan deretan pengunungan bukit barisan di mana terdapat
gunung api aktif pada bagian baratnya. Dan pada bagian timur merupan dataran aluvial yang merupakan
sedimentasi dari pegunungan bukit barisan.
Gunung api yang muncul berasosiasi dengan adanya sesar. Yaitu sesar mendatar yang di namakan
dengan sesar smbako karna bewal dari teluk sembako. Material vulkanis menutupisebagian besar dari
bukit barisan.
Ciri umumnya adalah
a. Merupakan lanjutan dari blok bengkulu.
Yaitu suatu depresi suoh terjadi lava andesitdan desit serta intrusi granit.kemudian terjadi lipatan
pada zaman neogen awal.
b. Sungainya mempunyai gradien perubahan mendadak, terutama yang mengalir ke barat. Hal ini di
karenakan: adaya patahan, resistensi batuan, bentuk lembahnya V, sedimentasi kuat karna daerah
patahan aliran sungai mengecil dan adanya beting gesik yang menghambat lajur sungai.
c. Graben tengah berkembang baikmulai dari danau kerinci sampai solok di singkarak
d. Adaya dataran tinggi padang angkola
e. Gunung api yang ada pada daerah ini adalah berbentuk stato yaitu proses pembentukan yang
merupakan campuran dari erupsi magma efusif dan difusif.
f. Pada bagian timur graben tengah pola aliran sungainta berbentuk trilis yaitu pola aliran sungai yang
aliran sungai induknya sejajar dengananak anak sungaiyang bermuara pada sungai induk. Pertemuan
antara sungai induk dan anak sungai membentuk sudut siku-siku ( tegak lurus )
Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di
Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai
pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat
Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung
Sorikmarapi.
Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler
disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem
Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara
Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan
Graben dengan posisi memanjang.
Cekungan Sumatera Tengah
Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar
di Indonesia. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana
pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia.
Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier,
sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu
Pegunungan Tiga puluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan
Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan
Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara