Anda di halaman 1dari 50

GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI SUMATERA DAN JAWA

BAB I

Kondisi Sosial Ekologis Sumatera Memburuk


Kamis, 12 November 2009 | 16:54 WIB





0
Shares

JAMBI, KOMPAS.com - Kondisi sosial ekologis pulau Sumatera dinilai terus memburuk
dalam lima tahun terakhir. Para gubernur se-Sumatera didesak segera menyusun protokol
keselamatan bagi pengurusan pulau sumatera.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jambi, Arif Munandar, Kamis (12/11) di
Jambi mengungkapkan, Sumatera berada dalam ancaman bencana akibat salah urus pengelolaan
sumber daya alam. "Lewat beragam bencana ekologis dan konflik lahan yang terjadi, pulau
Sumatera memberikan peringatannya kepada kita," katanya.

Ia mengatakakan, 32 orang dari perwakilan organisasi nonpemerintah dan masyarakat, seperti


Walhi se-Sumatera dan organisasi nonpemerintah lainya seperti, Jaringan Advokasi Tambang,
Jakarta; Aliansi Rakyat untuk Keadilan Perikanan; Organisasi Konservasi Rakyat, Sumatera
Utara; Sahara, Aceh; dan Sekolah Ekonomi Demokratik Jakarta telah mengadakan workshop di
Bengkulu yang membedah krisis dan ancaman sosial ekologi Sumatera. "Atas nama
pembangunan, kekayaan pulau Sumatera dieksploitasi," katanya.

Pihaknya prihatin pemerintah pusat dan DPR seolah membiarkan Sumatera dalam ancaman
bencana. Pulau Sumatera telah menjadi tempat favorit bagi industri boros lahan, air dan energi
yang telah mengancam ekosistem. Perusakan antara lain terjadi di pegunungan Bukit Barisan
yang menyangga hulu-hulu sungai pulau Sumatera. Deforestasi hutan-hutan dataran tinggi
hingga perusakan kawasan gambut dan hutan bakau di pesisir timur rata-rata mencapai 800 ribu
hektar per tahun. "Saat ini lebih 500 perizinan kuasa pertambangan batubara, emas dan pasir besi
dikeluarkan tanpa mempertimbangkan kerentanan pulau," ucapnya.
Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan sawit membuat warga harus menanggung akibatnya.
Di Pekanbaru, Riau dari Mei-Agustus 2009 jumlah penderita ISPA karena asap kebakaran
mencapai 10.094 orang. "Pembakaran hutan antara 2007- 2009 tersebar di hampir separuh
provinsi di Sumatera dengan sedikitnya 18 ribu titik api," katanya.

Ekspansi besar-besaran lahan untuk perkebunan sawit telah mengancam lahan pertanian milik
rakyat. Akibatnya, lahan-lahan pertanian produktif milik warga menciut drastis. "Di Riau, rata-
rata tiap keluarga hanya memiliki 0,46 ha. Ini tak mungkin menyejahterakan petani," paparnya.

Pihaknya menuntut dihentikannya agenda pembangunan dan inisiatif-inisiatif nasional yang


mengancam keselamatan dan produktivitas warga desa. "Upaya penyelamatan pulau Sumatera
hanya bisa dilakukan dengan merubah paradigma pengurusan skala pulau, dengan meletakkan
kerentanan pulau dan keselamatan warga sebagai syarat utama," katanya.

PENDAHULUAN

Geologi merupakan ilmu kebumian. Orang yang mempelajarinya disebut ahli geologi,
geologiawan, atau geologist. Geologi, kelompok ilmu yang mempelajari Bumi secara menyeluruh;
pembentukan, komposisi, sejarah dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung
(menjadikan muka bumi seperti saat ini).

Geologi modern berkembang pada akhir abad ke -18, James Hutton merupakan bapak geologi
modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul: Theory of the Earth
dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism (“The present is the key to the past”, artinya gaya
atau proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah berlangsung
sejak terbentuknya bumi).

Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori pengapungan benua, yang “menduga” bahwa
pada mulanya benua Amerika Selatan dan Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti saat
sekarang yang terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori Pengapungan
Benua ( Continental Drift )  yang sekarang di kenal dengan Teori Tektonik Lempeng. Teori ini dapat
menjelaskan dan menyderhanakan banyak hal mengenai gejala-gejala alam yang semula di anggap
misterius. Seperti gempa bumi yang datangnya secara tiba-tiba dan gunung api yang tiba-tiba meletus.

Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi dasar geologi.
Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya : Mineralogi, Petrologi, stratigrafi, Paleontologi,
Geologi Struktur, Geomorfologi, Geofisika, Geokimia, dan lain sebagainya.

Untuk masuk ke dalam ilmu geologi yang lebih kompleks diperlukan bekal pengetahuan
mengenai keadaan alam bumi seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, badai angin topan, dan banyak lagi jenisnya merupakan hasil atau produk dari
proses yang dapat dipelajari pada ilmu geologi yang lebih spesifik lagi.

BAB II PEMBAHASAN

A.  GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU SUMATERA


Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi
aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan
struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan sebagian dari bukit
barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian barat dan
timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan
terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva andesit.
Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang besar sehingga membentuk Geantiklin
Sumatra. Pada saat itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas vulkanisme. Intrusi granodiorit
terjadi juga pada zaman miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan yang berarti dan terjadi
proses pandataran yang cukup lama akibat erosi.
Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman Plio-Pleistosen yang mengakibatkan
pembentukan patahan blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan yang terjadi pada zaman
Plio-Pleistosen adalah zone patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan gunung api dan
kegiatan gunung api pada zaman Kuarter tersebut sebagian besar berasosiasi dengan sesar, misalnya
bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan
gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah merupakan hasil dari persesaran.
a)   Sumatra Sebelah Barat
Sumatra sebelah barat tersusun atas endapan batuan tersier yang sangat tebal dan bersifat
resistensi terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan yang berumur pretersier di jalur non-
vulkanik sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt ditemukan secara lokal. Proses
pengangkatan yang menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi pada zaman Kuarter.
b)   Sumatra Sebelah Timur
Pulau Sumatra sebelah timur merupakan bagian dari Dangkalan Sunda terutama yang tersusun
atas batuan sedimen Mesosoikum dan Poleisoikum dan pada bagian atasnya terjadi intrusi granit.
Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan kenampakan-kenampakan struktural masih dapat
diamati.
Zone-zone yang perlu diperhatikan di Sumatra Timur meliputi:
1.    Blok Sekapung
 Dibatasi oleh escarpment mempunyai ketinggian maksimal 200 meter
 Sepanjang sesar terjadi erupsi andesitic dan desitik
 Blok Sekapung telah mengalami base leveling
 Fault scrap tidak dijumpai tetapi yang dijumpai bocca
 Bagian selatan blok sekapung terdapat pulau-pulau vulkanik seperti Sebuku, Sabesi, Krakatau yang
dengan patahan utama
2.    Blok Plateu Sukudana
Disebelah timur terdapat plateu basalt sukudana yang lavanya keluar dari Sesar Sukudana,
dikatakan plato basal karena tebal dan penyebarannya bersifat porous karena terdapat joint pada plato
basalt. Di zone ini terdapat Danau Jepara.
3.    Dataran Alluvial
Sebarannya sepanjang Lampung sempit, setelah mendekati Palembang meluas merupakan
basement yang terdiri dari granit dan grano diorite.
c)    Sumatra Selatan
Ciri-ciri pegunungan yang tersebar di Sumatra Selatan sebagian besar pegunungan blok dan
ditumbuhi oleh gunung api. Ciri dari pegunungan blok lain adalah di bagian tenggara merupakan dataran
rendah dan permukaannya agak datar karena base-lavelling yang cukup lama. Sebelah barat merupakan
graben tengah yang miring ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke arah timur. Gunung
api yang muncul di pegunungan blok berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material vulkanik
menutup sebagian besar dari bukit barisan terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur
graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan
oleh adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik
keluar dari blok Selampung.
Blok Bengkulu adalah suatu daerah Depresi Suoh yang tersusun atas lava andesit dan dasit serta
intrusi granit dan granodiorit yang merupakan batuan intrusi. Depresi Suoh pada bagian baratnya
terdapat sumber mata air yang panas serta ada juga sedimen Neogen yang tersebar terutama di bagian
barat blok Bengkulu kemudian terjadi proses lipatan pada zaman permulaan Neogen dan penurunan
akhir Neogen, ini membuktikan adanya endapan marine di daerah Crui.
Pola aliran sumber air blok Bengkulu bagian barat yang terdapat graben pola alirannya paralel dan
kombinasi dengan pola trelis. Sungai-sungai pendek dan lurus serta pada beberapa tempat terjadi
pembelokan yang mendadak, graden besar. Ciri-ciri lain pantai yang naik terbukti dengan adanya teras
pantai, benting karang, benting pantai yang naik. Bagian blok Bengkulu sebelah barat terdapat aktifitas
gunung berapi, terutama gunung api Kwarter dan distribusinya terdapat di sepanjang graben tengah.
Pertumbuhan gunung api tersebut berasosiasi dengan sesar. Aktifitas gunung api yang terdapat diblok
Bengkulu adalah pegunungan Hulu Palik dan Gunung Api Daun. Gunung Api Daun berperan untuk
membelokkan arah sungai. Di sepanjang graben tengah perbatasan dengan blok Bengkulu terdapat
mata air yang panas dan kipas alluvial (fluvio vulkanik fans). Graben Tengah, penampang yang perlu
diperhatikan:
a.    Penampang Semangko
Penampang ini berbentuk segitiga, pada kedua sisinya yaitu sisi timur dan sisi barat dibatasi oleh
garis lengkung dan garis lurus di bagian barat. Sebagian kelanjutannya dari graben tengah di selatan
timbul horst tobuan.
b.    Penampang Ranau
Terdapat Danau Ranau yang merupakan vulcano tektoknik despression dengan ukuran 16×12 km.
Material yang dikeluarkan bersifat netral. Pada penampang Ranau terdapat ignibrite tetapi tidak
menunjukkan stratifikasi yang jelas.
c.    Penampang Makau Tanjung Sakti
Terdapat suatu Sungai Kuala dan Sungai Mangkakau yang berasal dari utara. Di sebelah utara
horst terdapat suatu dataran alluvial tanjung sakti yang merupakan dataran alluvial subur dan dilalui
sungai yaitu sungai Mana mengalir ke lautan Indonesia.
d.    Ketahun
Merupakan Graben tengah yang yang menyempit beberapa terdapat horst. Pola aliran pada
graben tengah mengalami proses perubahan relative cepat. Aktivitas graben twngah mengalami proses
perubahan relative cepat. Aktivitas graben tengah ini terjadi antara bagian yang tergeser. Pada daerah
terdapat Sungai Tergwse yang masih labil sehingga dapat menyebakan jalan terputus
Pegunungan di sebelah timur graben tengah. Ciri-ciri:
 Merupakan sisi timur Geantiklinal Bukit Barisan
 Blok miring ke arah timur, sebagian horizontal
 Umur hampir sama dengan blok Bengkulu
 Pengikisan intensentif
 Batuan sedimen, baku, metamorf, pada Tertier
 Resistensi terhadap erosi sehingga sangat berpengaruh terhadap aliran lava dan lahar dari zone bagian
tengah ke Sumatra bagian timur.
One zone pada pegunungan blok sebelah timur graben tengah.
a.    Blok Semangko Rantai.
Batuannya terutama tersusun atas andesit tua, lerengnya melandai ke arah timur dan sungainya
adalah sungai konsekuen. Terdapat sesar yang sejajar dengan graben tengah sebarannya hingga sampai
di gunung api rantai.
b.    Graben Gedong Suria
Terletak di sebelah utara huluwai samang merupakan vukanik depression yang tingginya 1100-
1300 m. Diperkirakan letusannya yang tertinggal menghasilkan tuff asam bersifat granitik, desitik.
c.    Pegunungan Garba
Terletak di sebelah utara graben Gedong Surian merupakan suatu celah yang disebut gab
komering yaitu merupakan suatu tempat keluarnya tuff ranau ke arah timur.
d)   Sumatra Tengah
1.      Ciri-ciri :
 Mirip Sumatra Selatan
 Merupakan lanjutan dari blok Bengkulu
 Sungainya mempunyai perubahan secara mendadak terutama yang mengalir ke barat, yang disebabkan
oleh:
a.    Adanya patahan
b.    Resistensi batuan
c.    Bentuk lembah V
d.    Daerah patahan aliran sungai mengecil sehingga sedimennya kuat
e.    Adanya beach ridge membuat aliarannya terhambat
 Graben tengah berkembang baik mulai dari Danau Kerinci sampai Solok di Singkarak
 Dataran tinggi padang sampai Angkolo
 Gunung api strato
 Pegunungan sebelah timur graben tengah ada pegunungan lipatan, batuan Pre-Tertier, akibatnya pola
aliaran sungainya trellis
 Endapan swamp luas di Sumatra Utara dengan endapan gambut
2.      Sumatra Tengah dibagi 4 Zone
a.    Pegunungan blok disebelah barat graben tengah
b.    Kelanjutan dari blok Bengkulu
Merupakan kipas alluvial terdapat “ beach ridge” akibatnya pola alirannya trellis. Ditemukan pula
patahan yang melintang
c.    Dataran Indrapura
Merupakan dataran pantai trianggulair meluas kearah barat laut sungai indrapura berkumpul menjadi
sungai komsekuen yang datangnya dari bukit Barisan 
d.    Dataran Alluvial Padang
 Material bahan vulkanik dari gunung api Maninjau
 Sering terjadi banjir
 Terdapat beach ridge
 Merupakan pantai berbatu ke teluk sampai Palembang 
 Fluvio vulkanik fans
 Mempunyai sebaran yang luas di utara timur padang
 Dapat dibedakan fluvio vulkanik tua dan muda
 Sentral erupsinya dasyat
e)    Sumatra Utara
Schurmann menggambarkan bagian Paleogene ke dalam pegunungan Batak Lands, membentuk
rangkaian pegunungan Pre-Tersier sampai timur laut.
1.      Pilo-Pliocene
Sesudah pengangkatan Intra Miosen pada zone barian umumnya tidak terbentuk endapan
marine. Selama akhir Neogen, rangkaian pegunungan barisan rangkaian pegunungan barisan
membentuk rangkaian gunung api antara basin indiogosinklinal Sumatra Timur dan Sumatra India.

2.      Pilo – pleistosene Diastropisme


Pada akhir Neogen rangakain pegunungan barisan mengalami gerakan disertai dwengan blok
faulting dan erupsi poxymal magma asam (gantik). Pada waktu yang sama lembah Sumatra Timur diisi
dengan akumulasi sedimen yang sangat besar, kemudian ditekan, dan dilipat.
3.      Barisan Zone Semangko
Satu dari banyak kenampakan yang menarik dari Bukit Barisan adalah rift zone longitudinal yang
memanjang dari teluk Semongko Selatan sampai lembah Aceh Selatan. Zone graben pada puncak
geantiklinal barisan dihasilkan dari tekanan, berhubungan dengan lengkungan atas.
Pegunungan sebelah barat graben tengah terdiri dari batuan massif yang berumur Kuarter dan
sejumlah formasi vulkanik muda Paelozoik dan cristalin schists. Batak culmination di Bukit Barisan
Sumatra Utara dekat Sungai Wampu dan Sungai Barumuadi Bukit Barisan terdapat kulminasi berbentuk
khas disebut Batak Timor.
Danau Toba dari geologinya termasuk vulkano tektonik. Kenampakan morfologi Toba lebih muda
dari lembah Asahan. Lembah Asahan merupakan aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah
Toba. Pusat patahan blok Toba, setelah runtuh Kawah Toba mengalami patahan. Kemiringan terus-
menerus sepanjang waktu juga dikelilingi blok. Ketinggian maksimum Danau Toba lebar 500 m dan tinggi
1400 m (air danau Toba ). Volume kawah sekitar 1000-2000 cb/km3 dan terisi oleh piroklastik. Depresi
Toba telah ada sebelum ledakan. Daerah sekeliling Toba merupakan lereng curam. Aliran ignimbetrstes
pada Pre-Tersier dan batuan Neogen menurun ke selatan dengan lereg danau yang terjal antara 1600 m.
Timbunan danau lebih muda yaitu terletak di sebelah barat laut Samosir antara Balige dan
Poresia. Blok Samosir dan Penisula marupakan timbunan Prapat dan Porosea. Kearah barat dip 5-8
derajat (timbunan pulau Samosir) dan ke arah timur dip 10-15 derajat dengan dasar tuff. Sisi barat
merupakan pusat dome dibentuk oleh Pulau Samosir dan ke arah barat oleh Ulukan Penisula.
Terbentuknya pegunungan Bukit Barisan
Gunung merupakan suatu daerah yang mempunyai perbedaan tinggi yang kontras dengan daerah
disekitarnya. Sebuah gunung dapat didefinisikan apabila memiliki puncak lebih dari 610m dari atas
permukaan laut. Bila terdapat suatu jalur busur yang memanjang antara puncak yang satu dengan
puncak lainnya yang saling berhubungan maka fenomena itu dikenal sebagai pegunungan. Indonesia
terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan
lempeng Pasifik yang mana kepulauan di nusantara tersebut akan terus bergerak rata-rata 3-6cm
bahkan 12cm per tahunnya, yang saling berrtumbukan/berinteraksi.
Pulau sumatera sendiri berada pada zona wilayah tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan
lempeng Eurasia. Gambar disamping berikut adalah visualisasi kronologis dari pulau Sumatera
Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (di
Nangroe Aceh Darusalam) sampai ujung selatan (di Lampung) pulau Sumatra. Proses pembentukan
pegunungan ini berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang
lalu. Teori pergerakan lempeng tektonik menjelaskan bagaimana pegunungan ini terbentuk.
Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer padat yang terapung di atas mantel
yang bergerak satu sama lainnya. Terdapat tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif
terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati
(collision) dan saling geser (transform).
Tumbukan lempeng tektonik antara indian-australian plate dengan eurasian plate terus
bergerak secara lambat laun. Saat kedua lempeng bertumbukan atau saling mendekati, bagian dari
indian-australian plate berupa kerak samudera yang memiliki densitas yang lebih besar dan tentu lebih
berat tersubduksi tenggelam jauh ke dalam mantel dibandingkan dengan kerak benua pada eurasian
plate di posisi pulau sumatera. Zona gesekan akibat gaya tekan dari tumbukan tersebut menjadi begitu
panas sehingga akan mencairkan batuan disekitarnya (peleburan parsial). Kemudian batuan cair
tersebut yaitu magma naik lewat, menerobos dan mendesak kerak dan berusaha keluar pada
permukaan dari lempeng di atasnya. Alhasil terbentuklah busur pegunungan bukit barisan di bagian tepi
eurasian plate, di pulau Sumatera, Indonesia .
B.   GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU JAWA
Luas Pulau Jawa adalah 138.793,6 km2 dihuni oleh penduduk sekitar 124 juta jiwa dengan
perkiraan kepadatan penduduk 979 jiwa per km2. Pulau yang memiliki beberapa gunung berapi ini pada
awalnya merupakan bagian dari gugusan kepulauan Sunda Besar dan paparan Sunda, yang konon pada
masa sebelum es mencair merupakan ujung tenggara benua Asia yang menyatu.
Menurut para ahli, Pulau Jawa terbentuk akibat peristiwa vulkanik, yakni terjadinya gempa yang
disebabkan oleh tubrukan dua lempeng benua Australia dan Asia sekitar 20 juta tahun sebelum masehi.
Pada saat itu, daratan wilayah jawa tengah dan jawa timur belum muncul dan masih berupa lautan.
Kemudian sekitar Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau diIndonesia sudah
mirip dengan yang ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah terdapat gunung-gunung api yg
aktif hingga saat ini. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan
Jawa mulai terbentuk dan semakin jelas.
Pendapat mengenai anggapan bahwa kawasan jawa tengah dan jawa timur dulunya merupakan
dasar laut, ialah dengan di temukanya fosil – fosil binatang laut berusia jutaan tahun di beberapa tempat
di pulau ini. Salah satunya adalah sangiran dan wonosari, Jawa tengah. Bukti lainya ialah dengan
banyaknya dijumpai gunung gamping di daerah selatan Pulau Jawa. Yang menurut para ahli
geologi/kebumian, bahwa gamping itu dulunya terumbu karang yg hidup dan berada di laut. Sebagai
contoh Pulau Seribu atau Great Barier di sebelah timur Australia.
Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan
sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang
merupakan mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah
Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari bagian daratan ini salah
satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau
Jawa.
C.  PROSES PEMBENTUKAN PULAU JAWA
1.      Pengaruh gerak lempeng
 Kala kapur hingga oligosen tengah diperkirakan busur vulkanis terbentuk di Pulau Jawa dan satu busur
vulkanis terbentuk di daratan Pulau Jawa.
 Busur non volkanis di perkirakan berumur eosen, tersusun oleh fragmen kerak bumi yang tertimbun pada
jalur subdaksi dan mengandung kwarsa.
 Antar busur volkanis dan non volkanis terdapat cekungan busur luar yang relative dalam, terletak di
sekitar pantai utara Jawa.
 Akhir miosen dan oligosen terjadi perubahan tegas yaitu jalur subdaksi bergeser ke selatan.
 Busur volkanis diperkirakan di pantai selatan Pulau Jawa sekarang. Gunung api muncul di dasar laut
membentuk deretan gunung api. Aktivitas vulkanik ini merupakan tahap pertama pembentukan Pulau
Jawa.
 Satu busur gunungapi dengan laut dangkal yang luas sampai Kalimantan (sampai pliosen tengah)
 Busur dalam bergeser ke utara hingga pantai utara Jawa, laut dangkal mengalami pengangkatan
membentuk daratan sehingga sedimen marin muncul ke atas permukaan laut. Kala pliosen kuarter garis
besar pulau Jawa sudah terbentuk.
 Akhir pliosen di perkirakan Pulau Jawa sering tenggelam yang muncul hanya perbukitan di bagian selatan
Jawa.
2.      Pengaruh iklim
 Pada zaman kuarter terjadi perubahan tegas iklim di bumi.
 Sebelumnya pada zaman tersier iklim di wilayah Indonesia merupakan iklim tropis lembab dengan suhu
rata-rata pertahun lebih tinggi dari sekarang.
 Perubahan iklim menyebabkan berbagai peristiwa seperti terjadinya zaman es dan zaman pencairan es,
yang akibatnya terbentuk teras marin, pembentukan sedimen pada lingkungan marin di darat dan
pembentukan sedimen darat di lingkungan marin.
 Pengaruh iklim tersebut berpengaruh pada proses pelapukan, erosi, abrasi, dan gerak masa batuan, yang
sangat menentukan bentukan geomorfologis dan pembentukan tanah.

D.  PEMBAGIAN ZONA DI JAWA


1.      ZONA SELATAN
  Berupa plato, berlereng miring ke   arah selatan yaitu ke arah laut
Hindia. Pengikisan banyak terjadi pada plato.  
  Di Jawa Tengah zona ini di tempati oleh dataran aluvial.
  Sebelah utara zona ini berbentuk tebing patahan. 
  Pada kala miosen tengah terjadi pelipatan.
2.      ZONA TENGAH
  Depresi banyak terjadi di Jawa Timur dan Jawa Barat.
  Muncul gunungapi besar muda, contohnya pada pegunungan Serayu selatan di Jawa Tengah. 
  Lembah Serayu banyak terjadi di  pegunungan Serayu utara dan selatan.
  Bukit dan pegunungan di Banten.Proses terbentuknya zona ini pada 
kala miosen tengah–muda
3. ZONA UTARA
   Pegunungan lipatan bukit-bukit rendah.
  Inti geosinklinal muda.
  Ada selingan gunungapi yang berbatasan dengan dataran aluvial.
   Lipatan pada miosen atas jalur kendeng-Rembang.
  Pengendapan hingga pleistosen.
  Pada pegunungan Kendeng bermaterial gamping.
  Pantai landai dengan endapan dari pegunungan membentuk delta di sebagian besar pantura
Menurut Van Bemmelen, secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke dalam 7 kondisi geomorfik
sebagai berikut :
1.    Vulkan-vulkan berusia kuarter ( Volcanoes-volcanoes)
2.    Dataran Aluvial Jawa Utara (Alluvial Palins Nothern Java)
3.    Antiklinorium Remban-Madura (Rembang-madura Anticlinorium)
4.    Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North-Serayu dan Kendeng-
Anticlinorium)
5.    Dome dan Igir di Zona Depresi Sentral (Dome and Ridgres in central depretion zone)
6.    Zona Depresi Sentral Jawa dan zone Randublatung (Central Depretion zone of Java and Radublatung
zona).
7.    Pegunungan Selatan (Southern Mountains)
Kondisi fisiografis Jawa, dari Selatan ke Utara dapat diuraikan sebagai
berikut:
 Pegunungan Selatan (Southern Mountains )
Pegunungan selatan sebagai hasil pelipatan pada Maosen dan berlanjut kearah Timur yaitu ke
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur
dengan gejala karet dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan
vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Angung (Formasi Nglanggran) dan di Merawan.
Pegunungan Selatan Jawa memanjang arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk
Tjiletuh di Jawa Barat sampai ke bagian Barat Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke Parangtritis,
Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan sisa-sisa dibeberapa tempat
yang masih berada di beberapa di atas permukaan air laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan
Karangbolong. Pada bagian yang mengalami penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-
endapan yang berasal dari pengunungan Serayu Selatan.Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai
dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan Selatan yang berada
diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu dari Pasisiran sampai ke Puger
pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang berasal dari Komplek Ijang.

 Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari
Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh Laut. Di
Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang sampai ke
pegunungan Kulonprogo.
 Zone Depresi Jawa bagian Tengah
Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G.
Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban Perahu).
Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur.
Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks
Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara
keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila
dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa
Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan
ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan sesaran perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa
Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah Utara
Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang membentangi
dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.
  Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini (Dataran
pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan untuk Jawa
Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial
di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari
sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah sekitar
Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran alluvial melainkan oleh
perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang).
Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran
Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya
Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang.
Pada awal Paleogen Sumatera, Kalimantan dan Jawa masih merupakan satu daratan dengan
Benua Asia yang disebut tanah Sunda. Pada Eosen pulau Jawa yang semula berupa daratan, bagian
utaranya tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan geosinklin. Sedangkan bagian selatan pulau
Jawa terangkat dan membentuk geantiklin yang disebut geantiklin Jawa Tenggara.
Pada kala Oligosen hampir seluruh pulau jawa terangkat menjadi geantiklin yang disebut
geantiklin Jawa. Pada saat ini muncul beberapa gunung api di bagian selatan pulau ini.
Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga
pada Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk
pulau-pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-
endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.
Pada Miosen tengah di sepanjang selatan pulau Jawa pembentukan gamping koral terus
berkembang diselingi batuan vulkanik. Kemudian pada Miosen atas terjadi pengangkatan pada seluruh
lengkung Sunda-Bali dan bagian selatan Jawa. Keberadaan pegunungan selatan Jawa ini tetap bertahan
sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batuan kapur yang dibeberapa tempat
diselingi oleh munculnya vulcanic neck atau bentuk intrusi yang lain.
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke
waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau
Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, pelipatan dan vulkanisme di
bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah
pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara –
Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur – Barat (E-W) disebut pola Jawa.
Pola Meratus di bagian barat dapat dilihat pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah ditunjukkan dari
pola penyebaran singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur
ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan
juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo.
Pola Meratus tampak lebih dominan ditunjukkan pada bagian timur.
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara
perkembangan ke arah timur tidak terlihat. Pola-pola ini antara lain pola sesar-sesar pembatas
Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur
regangan.Pola Jawa di bagian barat diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beri-bis dan sesar-sesar
dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu
Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah sesar pegunungan Kendeng yang
berupa sesar naik.
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua.
Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur
Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar
ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda.
Akibat dari pola struktur dan persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola
yang tertentu pula. Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara bagian timur yang
terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa.

Secara lebih terperinci, Dobby membagi Jawa dan Madura atas dasar bentuk permukaan buminya
menjadi :
1.    Pantai Selatan yang merupakan daratan dari kapur
2.    Daerah perbukitan di bagian teengah.
3.    Jalur gunung api yang menjadi sumbu Pulau Jawa
4.    Jalur alluvial (endapan) yang memanjang dari Banten menuju Lembah Lusi-Solo sampai Selat Madura.
5.    Pantai utara yang merupakan dataran dari kapur
1.    Pantai Selatan
Dinding-dinding pantai selatan Jawa sangat curam. Karena ketika bagian selatan pulau Jawa
terangkat pada Oligosen, gelombang laut selatan Jawa yang besar akan menghantam dinding pantai
sehingga menjadi terjal. Gelombang pantai yang besar ini dikarenakan angin yang berhembus berasal
dari laut lepas (Samudra Hindia).

Contohnya pada pantai Popoh di Tulung Agung. Pantai ini berhadapan langsung dengan laut lepas
dan dinding pantainya sangat terjal. Pada pantai ini terdapat singkapan yang sangat bagus yaitu diantara
lapisan batuan kapur tersisip suatu lapisan yang terdiri dari batuan pasir. Batuan ini merupakan hasil
aktivitas vulkanik yang ada pada saat koral dan foraminifera mulai tumbuh pada Miosen bawah.
Singkapan yang ada dibentuk oleh hantaman gelombang (abrasi) dari Samudera Hindia.
2.    Daerah Perbukitan
Barisan perbukitan dan jalur lembah-lembah adalah bentang alam tua yang sudah sangat terkikis.
Di antara perbukitan itu terdapat suatu alur yang dibeberapa tempat merupakan cekungan, misalnya
Bandung dan Garut. Sedangkan mengarah ke timur semakin melebar dan mulai terbuka serta melandai
sampai sebagian tenggelam di Selat Madura. Ketinggian endapan di daerah ini menurut Dobby sampai
mencapai kira-kira 1200 m, dan membentuk bagian dari susunan dataran tinggi di Pulau Jawa. Di bagian
selatan barisan perbukitan ini ada yang mencapai pantai sebagai tebing pantai yang curam. Hanya
dibeberapa tempat dikatakan bahwa tanah tinggi itu mundur dari pantai, misalnya di dataran rendah
Banyumas.

3.    Jalur Gunung Api


Sumbu jalur rangkaian gunung api terletak di pedalaman. Sebagai perkecualian adalah Gunung
Karang di Banten dan Gunung Muria di dekat Jepara. Kedua gunung api tersebut terletak di luar jalur
umum. Di Jawa Barat rangkaian gunung api merupakan lengkungan melingkupi cekungan Bandung dan
cekungan Garut, yang pada masa dahulu pernah tergenang menjadi danau. Keadaan yang mirip terdapat
di Jawa Timur. Di sini pun gunung-gunung api membentuk kumpulan yang bersambung. Gunung-gunung
api di Jawa Tengah agak berbeda dengan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah, gunung-gunung
api hanya mengelompok dalam dua atau tiga saja, dipisahkan oleh dataran tinggi endapan.
Kebanyakan gunung api tersebar pada jalur tengah. Bahan-bahan ejektanya menyebar ke
berbagai tempat. Menurut Dobby, hanya gunung api di Banten Selatan yang mengeluarkan lava asam.
Karena itu kesuburan daerah ini agak rendah bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa Barat.
4.    Jalur Aluvial Utara
Endapan ini terbentuk oleh sungai yang membawa bahan ejekta gunung api. Karena itu, dataran
ini umumnya cukup subur. Jalur endapan ini menurut Dobby terbagi atas dua bagian :

a.       bagian yang sebelah dalam, yang lebih dekat ke pegunungan, dibatasi oleh teras-teras yang hampir
sejajar dengan garis pantai;
b.      bagian luar merupakan dataran yang tingginya

5.    Pantai Kapur Utara


Pantai utara Jawa merupakan daerah yang relatif tandus karena di sana terdapat alur pegunungan
kapur utara. Pantai kapur ini terutama terdapat di daerah Rembang dan Madura. Di pantai Rembang-
Bojonegoro dataran endapannya sempit dan pantainya mempunyai tebing agak curam, dibeberapa
daerah melebihi 30 m. Di Madura tepian kapur ini tidak merata.

GEOMORFOLOGI SUMATERA

Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004,


http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap,
menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau
Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu:
Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai
kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia.
Gambar 1 Peta Pulau Sumatera

http://www.jakartastreetatlas.com/peta/sumatera.htm

Geomorfologi Pulau Sumatera

Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan
dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di
sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh
sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau),
Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera
Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).

Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya
sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan
terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit
Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya
Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan
Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).

Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km
dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200
Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar
keenam di dunia.

Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut,
merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah
selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan
dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang
landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
(http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html)

Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh
rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai
timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan
jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera
Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini terdiri dari
lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.

Gunung Berapi di Sumatera

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar
10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung
berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik
merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif
mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung
berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung
berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

–           Aliran lava

–           Letusan gunung berapi

–           Aliran lumpur

–           Abu

–           Kebakaran hutan

–           Gas beracun

–           Gelombang tsunami

–           Gempa bumi

 
Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi
lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di
perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa
bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan
Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra.

Berikut ini ialah gunung-gunung yang terdapat di Sumatera, Gunung ;

1) Abongabong

Ketinggian 2.985 meter (9.793 kaki), Lokasi Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan, Jenis
Stratovolcano.

2)       Bacan Gutang

3)       Balai

4)       Balak

5)       Bandara (NAD)

Ketinggian 3.030  meter, Lokasi Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia, Jenis
Gunung tidak berapi

6)       Bapagat

7)       Batee Hitam

8)       Bateekeubeu

9)       Berakah

10)   Bering

11)   Besagi

12)   Besar

13)   Beser

14)   Beteemecica

15)   Bur ni Telong (NAD)

16)   Geureudong

17)   Daik
Ketinggian 1.165  meter, Lokasi Pulau Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau Indonesia, Jenis
Gunung tidak berapi

18)   Dempo (Sumatera Selatan)

Ketinggian 3,173 meter (10,410 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat
4°02′S 103°08′E / -4.03; 103.13, Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 2009.

19)   Dingin

Ketinggian 1.279 meter (4.196 kaki) Lokasi Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan

20)   Gampang

21)   Garba

22)   Gedang Seblat

Ketinggian 2.050 meter (6.726 kaki), Lokasi Bengkulu, Jambi, Indonesia.

23)   Geureudong

Ketinggian 2,885 meter (9,465 ft), Lokasi Sumatera, Indonesia, Koordinat 4°48′47″N 96°49′12″E, Jenis
stratovolcano Letusan terakhir 1937.

24)   Gumai

25)   Hitam

Ketinggian 1.279 meter (4.196 kaki) Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan

26)   Hulu Air Putih

27)   Jabul

28)   Jadi

29)   Kaba

Ketinggian 1.938 meter (6.358 kaki) Lokasi Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan

30)   Kalau

31)   Kayu Aro

32)   Kerinci
Ketinggian 3,805 m (12.484 ft) Ketinggian topografi 3,805 m (12.484 ft), Lokasi Jambi. Jenis
Stratovolcano Busur/sabuk vulkanik Cincin Api, Pasifik Letusan terakhir 2009.

33)   Krakatau

Gunung Krakatau pada lukisan abad ke-19. Ketinggian 813 m (2,667 kaki), Lokasi Selat Sunda, Indonesia,
Koordinat 6°6′27″LS,105°25′3″BT, Jenis Kaldera vulkanik. Letusan terakhir 4 Agustus 2009.

34)   Lelematsua

35)   Leuser (NAD)

36)   Lubukraya

Ketinggian 1.862 meter (6.109 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia Koordinat 1°28′41″N 99°12′32″E. /


1.478; 99.209Jenis stratovolcano Letusan terakhir tidak diketahui.

37)   Marapi Sumatera Barat

Koordinat 0°22′50″S 100°28′24″E. / -0.38056; 100.47333 Jenis Stratovolcano Umur batuan Pleistosen
Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda Letusan terakhir 2004.

38)   Maras

Ketinggian 699  meter Lokasi Lokasi Pulau Bangka, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Geologi Jenis Gunung tidak berapi

39)   Masurai

Ketinggian 2.980 meter (9.777 kaki) Lokasi Jambi, Indonesia

40)   Mueajan

41)   Nanti

42)   Pandan

43)   Pandan Bungsu

44)   Panetoh

45)   Panjang

46)   Pantai Cermin

47)   Pasaman
Ketinggian 2.900 meter (9.515 kaki), Lokasi Sumatera Barat, Indonesia Pendakian Rute termudah Desa
Durian Kandang

48)   Patah

Ketinggian 2,817 meter (9,242 kaki), Lokasi Sumatra, Indonesia. Koordinat 4°16′S 103°18′E. Letusan
terakhir 1994.

49)   Patahsembilan

50)   Payung

51)   Perkison (2300 m) NAD

Ketinggian 2.828  meter, Lokasi Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia. Jenis
Gunung tidak berapi.

52)   Pesagi (2.262 m) Lampung

Ketinggian 2.262 meter, Lokasi Lampung. Pendakian Rute termudah Desa Hujung.

53)   Pesawaran (Lampung)

54)   Puet Sague

Ketinggian 2,801 meter, Lokasi Meureudu, Sigli, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia Koordinat
4°54′50″N 96°19′44″E. / 4.914; 96.329 Jenis Komplek Gunung berapi. Letusan terakhir 2000.

55)   Pinapan

56)   Pugung

Ketinggian 1.964 meter (6.445 kaki). Lokasi Lampung, Indonesia.

57)   Punggur

Ketinggian 1.877 meter (6.158 kaki), Lokasi Lampung, Indonesia.

58)   Rajabasa (Lampung)

Ketinggian 1,281 m (4.203 kaki). Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat
05°47′00″S 105°37′30″E. / -5.783333; 105.625Jenis stratovolcano. Letusan terakhir tidak diketahui.
Pendakian Rute termudah Desa Marambung.

59)   Ranai
Ketinggian 1.035  meter. Lokasi Pulau Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Jenis Gunung
tidak berapi.

60)   Ratai

Ketinggian 1.681 meter (5.515 kaki). Lokasi Lampung, Indonesia

61)   Ridingan

Ketinggian 1.608 meter (5.276 kaki). Lokasi Lampung, Indonesia

62)   Runcing

63)   Sago (2500 m) Sumatra Barat

Ketinggian 2.261 m (7 ft), Lokasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan
Bukit Barisan Koordinat 0°19′37″S 100°40′14″E

64)   Sanggul

65)   Seblat (Bengkulu)

Ketinggian 2.383 meter (7,818 kaki). Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan. Pegunungan Bukit Barisan.
Pendakian Rute termudah Air Lisai

66)   Segama

67)   Sekicau

Ketinggian 1.718 meter (5.636 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

68)   Sembuang

69)   Seminung (Lampung)

70)   Seulawah Agam

Ketinggian 1.726 meter (5.663 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat
5°25′51″N 95°39′28″E. Jenis Stratovolcano, Letusan terakhir 1839

71)   Sibayak (2.212 m) Sumatra Utara

Sibayak pada tahun 1987 Ketinggian 2,212 m (7.257 ft), Lokasi Sumatera, Indonesia. Koordinat 3°12′0″N
98°31′0″E. / 3.2; 98.51667 Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 1881

72)   Sibuatan (Sumatera Utara)


73)   Sihabuhabu (Sumatera Utara)

74)   Sinabung (2.475 m) Sumatra Utara

Sinabung pada tahun 1987 Ketinggian 2.460 m (8 ft). Koordinat 3°10′12″N 98°23′31″E. Jenis
Stratovolcano. Umur batuan Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda. Letusan terakhir 7
September 2010.

75)   Singgalang (2.877 m) Sumatra Barat

Gunung Singgalang Ketinggian 2.877 m (9 ft). Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan
Bukit Barisan. Koordinat 0°23′24″S 100°19′51″E. Jenis stratovolcano.

76)   Sipoimcim

77)   Sorik Marapi

Ketinggian 2.145 meter (7.037 kaki). Lokasi Sumatera Utara, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan.
Koordinat 0°41′11″S 99°32′13″E. Jenis Strato, Letusan terakhir 1987. Pendakian Pertama didaki tercatat
tahun 1830

78)   Sumbing

Ketinggian 2,507 meter (8,225 kaki). Lokasi Sumatera, Indonesia. Koordinat 2°24′50″S 101°43′41″E. / -


2.414; 101.728 Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 1921.

79)   Susup

80)   Talamau (Sumatera Barat)

Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Indonesia. Ketinggian 2.913 m (10 ft). Lokasi
Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 0°16′29.14″N 99°55′46.28″E

81)   Talang (Sumatra Barat)

Ketinggian 2,597 m (8.520 ft). Lokasi Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit
Barisan. Koordinat 0°58′42″S 100°40′46″E. / -0.97833; 100.67944Jenis Stratovolcano. Umur batuan
Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda. Letusan terakhir 2007

82)   Tampulonanjing

83)   Tandikat (Sumatra Barat)

Gunung Tandikat (kiri) dan Gunung Singgalang (kanan) dilihat dari Gunung Marapi Ketinggian 2.438 m (8
ft). Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat
0°25′57″S 100°19′1″E. Jenis stratovolcano
84)   Tanggamus (Lampung)

Ketinggian 2.102 meter (6.896 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

85)   Tanggang

Ketinggian 1.162 meter (3.812 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

86)   Tangkit Cumbi

Ketinggian 1.162 meter (3.812 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

87)   Tangkit Tebak

88)   Tebo Salak

89)   Tengah Teras

90)   Tinjaulaut

91)   Ulumasen

Ketinggian 2.390 meter (7.841 kaki) Lokasi Lokasi Aceh, Indonesia

Bentuk Muka Bumi Sumatera

Bentuk permukaan Pulau Sumatera terdiri dari 3 bagian besar: (1). Bukit Barian, (2) Dataran rendah di
bagian timur, (3) Jalur perbukitan (kaki timur bukit barisan).

Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (Aceh)
sampai ujung selatan (Lampung) pulau Sumatra, memiliki panjang lebih kurang 1650 km. Rangkaian
pegunungan ini mempunyai puncak tertinggi Gunung Kerinci yang berlokasi di Jambi, berketinggian
3.805 meter di atas permukaan laut. Pegunungan Bukit Barisan terletak dekat pertemuan antara pelat
tektonik Eurasia dan Australia.

Bukit Barisan Pegunungan

Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang jalan raya Bukittinggi–Payakumbuh. Provinsi Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung. Titik tertinggi Gunung Kerinci -
elevasi 3.805 m (12.484 ft) Panjang 1.025 mi (1.650 km), utara–selatan.

Jalur perbukitan (kaki gunung bukit barisan) adalah bekas cekungan yang tertimbun oleh endapan tebal,
yang kemudian terangkat oleh tenaga endogen. Jalur ini banyak terdapat minyak bumi seperti: Sungai
Komering, Sungai Bila dan antara Sungai Besitang-Krueng Meureudu.
1. Topografi Pulau Sumatera

Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari
Barat Laut – Tenggara sebagai berikut :

a)        Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu
terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat
tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan
Singkil di Sumatra Utara.

b)       Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah
Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan
ini memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis
yang berulang-ulang. Zone Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan
Tengah dan Zona Barisan Utara (Van Bemmelen, 1949, 678).

1. Zona Barisan Sumatera Selatan

Zona ini dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :

 Blok Bengkulu (The Bengkulu Block)

Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10° ke arah Laut India (Indian Ocean)
dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben,
Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda. Sedangkan panjang Graben
Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan
lebarnya 10 Km.

 Blok Semangko (The Semangko Block)

Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko
terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima,
Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk
seperti Dome (diameter + 40 Km).

Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan,
dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan,
suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling
mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi.
 

Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas di California. Memanjang di
sepanjang Pulau Sumatra, mulai dari ujung Aceh hingga Selat Sunda, dengan bidang vertikal dan
pergerakan lateral meng-kanan (dextral-strike slip).

Sesar ini menyebabkan terjadinya gempa di darat oleh sebab pelepasan energi di sesar/patahan
Semangko apabila sesar tersebut teraktifkan kembali (peristiwa reaktivasi sesar) dengan bergesernya
lapisan batuan di sekitar zona sesar tersebut. Pergerakan sesar yang merupakan salah satu sesar teraktif
di dunia ini diyakini disebabkan oleh desakan lempeng India-Australia ke dalam lempeng Eurasia.

Bagian barat sesar ini bergerak ke utara dan bagian timur bergerak ke selatan. Jika lama tidak terjadi
gempa besar, artinya sedang terjadi pengumpulan energi di patahan tersebut. Di sepanjang Patahan
Sumatera ini terdapat pula ribuan patahan kecil yang juga dapat mengakibatkan rawan gempa. Seperti
halnya gempa asal laut, gempa darat di Sumatera biasanya juga cukup besar dan menyebabkan
kerusakan yang cukup parah.

Ngarai Sianok, terbentuk akibat adanya patahan Semangko.

 Blok Sekampung (The Sekampung Blok)


Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di Sumatra Selatan. Blok ini merupakan
Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan maka Zone Barisan bagian Selatan (di daerah
Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat
Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak
geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.

1. Zone Barisan Sumatra Tengah

Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di
Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai
pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat
Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung
Sorikmarapi.

Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler
disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem
Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara
Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan
Graben dengan posisi memanjang.

1. Zona Barisan Sumatra Utara

Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu
Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.

 Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba)

Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian
Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151 terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G.
Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m. Sejarah pembentukan Tumor
Batak tidak diuraikan di sini mengingat memiliki sejarah volcano tectonic yang panjang dan lebih banyak
bersifat geologis.

 Pegunungan di Aceh

Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga
pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh
sangat sedikit. Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan
Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan
beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong
2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145
m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya. Dari uraian Zone
Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu
depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh
lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tektovulkanik maupun erupsi vulkan.
c)        Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah
yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa
di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985, 42). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami
perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone
Barisan.

Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non
vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang arah Barat Laut
– Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.

Cekungan di Pulau Sumatera

Cekungan Sumatera Tengah

Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di
Indonesia. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana
pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia.
Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier,
sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu
Pegunungan Tiga puluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan
Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan
Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara.

Cekungan Sumatera Selatan

Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut – tenggara,
yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur
laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan
Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan
Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

Tektonik Regional

Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur
belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda
(sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi
daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit
Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan
Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung.

(http://hidayatardiansyah.wordpress.com/2008/02/12/geologi-regional-cekungan-sumatera-selatan/)

Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk selama Awal Tersier (Eosen –
Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut
antara lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia.
Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang
membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah,
tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio – Plistosen.

Episode pertama, endapan – endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan
terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk pola
dasar struktur cekungan. Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak –
gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara – selatan. Episode ketiga
berupa fase kompresi pada Plio – Plistosen yang menyebabkan pola pengendapan berubah menjadi
regresi dan berperan dalam pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk
konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit
Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit
Barisan.

Cekungan Bengkulu

Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan fore-arc di Indonesia. Cekungan forearc artinya
cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik (fore-arc; arc = jalur volkanik). Tetapi, kita menyebutnya
demikian berdasarkan posisi geologinya saat ini.

Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan (dalam hal ini adalah
volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya kepada
Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada forearc basin Bengkulu
sebab pada saat itu arc-nya sendiri tidak ada.

Begitulah yang selama ini diyakini, yaitu bahwa pada sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan
Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah
Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari
Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah, Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan
Cekungan Sumatera Selatan menjadi cekungan backarc (belakang busur).

Cekungan Bengkulu merupakan salah satu dari dua cekungan forearc di Indonesia yang paling banyak
dikerjakan operator perminyakan (satunya lagi Cekungan Sibolga-Meulaboh). Meskipun belum berhasil
menemukan minyak atau gas komersial, tidak berarti cekungan-cekungan ini tidak mengandung migas
komersial. Sebab, target-target pemboran di wilayah ini (total sekitar 30 sumur) tak ada satu pun yang
menembus target Paleogen dengan sistem graben-nya yag telah terbukti produktif di Cekungan-
Cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

Gradient geothermal yang besar ini merupakan anomali pada sebuah forearc basin yang rata-rata di
Indonesia sekitar 2.5 F/100 ft atau di bawahnya (Netherwood, 2000); Bila dibandingkan cekungan
forearc lain, memang banyak publikasi menyebutkan thermal Cekungan Bengkulu di atas rata-rata. Itu
pula yang dipakai sebagai salah satu pemikiran bahwa Cekungan ini dulunya bersatu dengan Cekungan
Sumatera Selatan (pada Paleogen)—pemikiran yang juga didukung oleh tatanan tektonostratigrafinya.

Gradient geothermal dipengaruhi konduktivitas termal masing-masing lapisan pengisi cekungan dan
heatflow dari basement di bawah cekungan. Apabila basementnya kontinen, maka ia akan punya
heatflow yang relatif lebih tinggi daripada basement intermediat dan oseanik. Selain itu, kedekatan
dengan volcanic arc akan mempertinggi thermal background di wilayah ini dan berpengaruh kepada
konduktivitas termal. Gradient geothermal yang diluar kebiasaan ini, tentu saja baik bagi pematangan
batuan induk dan generasi hidrokarbon.

1. Bentuk-bentuk Lahan

Bentuk lahan struktural

Ngarai Sianok, terbentuk akibat adanya patahan Semangko

Bentuk lahan vulkanik

Gunung Api Dempo. Ketinggian 3,173 meter (10,410 kaki), Lokasi Sumatera Selatan.

Bentuk lahan pelarutan

Gua Harimau di wilayah Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan

Bentuk lahan fluvial


Pulau Kemaro, di tengah sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan

Bentuk lahan marin

Bungus Bay, Padang

Gosong Sinyaru

Letak Gosong sinyaru ini Terletak di dekat Pulau sinyaru Kodya padang berjarak kira-kira 3 mil arah
selatan teluk bayur. Hanya sekitar 40 menit dari pelabuhan Muara Padang atai sekitar 30 menit dari TPI
Bungus, kita sudah sampai kepulau ini dengan mempergunakan perahu 80 HP. Pulau ini merupakan
pulau yang relatif kecil yang terletak lebih kurang 11 mill dari pusat kota Padang. Setiap harinya puluhan
kapal-kapal nelayan bagan yang berasal dari kawasan Bungus lego jangkar di sekitar perairan pulau ini
untuk berlindung dan menunggu hari sore untuk berangkat ketengah laut mencari ikan. Pantainya terdiri
dari pasir putih halus dan landai. Keindahan bawah lautnya dapat dilihat di sekeliling pulau yang
ditumbuhi oleh karang dari acropora bercabang, heliopora, pada kedalaman 2-3 meter lebih didominasi
oleh pertumbuhan karang-karang lunak. Pertumbuhan karang ditemukan sampai dengan kedalaman 15
meter menjadikan panorama lautnya menjadi indah untuk diselami. Lokasi ini sangat cocok untuk
dijadikan sebagai tempat penyelaman scuba dan snorkelling karena didukung oleh kejernihan air dan
keanekaragaman terumbu karangnya yang cukup padat.

Bentuk lahan biologis

Langkat, Sumut – Kerusakan hutan mangrove (bakau), karena beralih fungsi menjadi lahan tambak dan
kebun sawit, semakin nyata terjadi di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara.

Bentuk lahan antropogenik

Teluk bayur

http://adesanjaya.com/tag/pelabuhan-pulau-baai-bengkulu/page/2

Pelabuhan Baai Bengkulu Terletak Di Pantai Barat Pulau Sumatera


Sawahlunto Merupakan Kota Kecil Yang Terletak di Sumatera Barat,

Bentuk lahan denudasional

Bukit Maninjau

Bencana tanah longsor dari perbukitan Leter W di pinggiran Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra
Barat, awal Oktober 2009 dan merusak empat jorong (kampung) merupakan peristiwa ulangan yang
pernah terjadi tahun 1980.

Bentuk lahan glasial

Bentuk lahan angin

Sumber;

Adriansyah, Dony. 2008. Gempa Bumi di Sumatera Barat.


http://donyadriansyah.blogspot.com/2008/08/gempa-bumi-mengapa-di-sumatra-barat.html

Adriansyah, Hidayat. 2008. Geologi Regional Cekungan Sumatera Selatan.


http://hidayatardiansyah.wordpress.com/2008/02/12/geologi-regional-cekungan-sumatera-selatan/

Anonim. 2011. Karakteristik batu bara di cekungan bengkulu. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;
http://iagibengkulu.blogspot.com/2010/11/karakteristik-batubara-di-cekungan_27.html

Anonim. 2010. ……………….. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;


http://adventuresumateranusantara.blogspot.com/2010_07_01_archive.html

Anonim. 2009. Cekungan Bengkulu. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;


http://geologi.iagi.or.id/2009/03/22/cekungan-bengkulu/

Anonim. 2009. Geomorfologi Sumatera. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;


http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html

Anonim. 2009. Geologi Daerah Sumatera. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://geologi2002-
geoiunpak.blogspot.com/2009/07/geologi-daerah-sumatra.html

Anonim. 2010. ……………….. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;


http://bangjenggotinfo.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Anonim. 2009. Danau Buatan Ditargetkan Jadi Kawasan Wisata Sumatera. Diakses pada; 21/12/2010.
Tersedia di; http://riauku.wordpress.com/2009/01/08/danau-buatan-ditargetkan-jadi-kawasan-wisata-
sumatera/

Anonim. 2010. Gua Harimau Menyingkap fajar Sejarah Sumatera. Diakses pada; 21/12/2010. Tersedia
di; http://hurahura.wordpress.com/2010/10/30/gua-harimau-menyingkap-fajar-sejarah-sumatera/
Ega. 2010. Wisata di Sawahlunto. Diakses pada; 21/12/2010. Tersedia di;
http://egadichini.blogspot.com/2010/03/wisata-di-sawahlunto.html

http://dewaputu.co.cc

Iskandar, Rudi. ………. Kuliah 1 GeoRegional Indonesia. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;
http://www.slideshare.net/rudiiskandar/kuliah-1-geo-regional-indonesia

Rovicky. 2009. Gempa Retakan Kerak Bumi Membentuk Danau Malawi. Diakses pada; 19/12/2010.
Tersedia di; http://rovicky.wordpress.com/2009/12/20/gempa-retakan-kerak-bumi-membentuk-danau-
malawi/

Sanjaya, Ade. ……….  Pelabuhan Pulau BAAI Bengkulu. Diakses pada; 28/12/2010. Tersedia di;
http://adesanjaya.com/tag/pelabuhan-pulau-baai-bengkulu/page/2

Wikipedia. ………. Pegunungan Bukit Barisan. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;
http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan_Bukit_Barisan

Wikipedia. ………. Gunung. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung

Wikipedia. ………. Geografi Indonesia. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di;


http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia

Wikipedia. ………. Patahan. Diakses pada; 19/12/2010. Tersedia di; http://id.wikipedia.org/wiki/Patahan

http://www.moreindonesia.com/wp-content/uploads/2010/11/Danau-buatan-limbungan-picture-by-
dee-photowoks-31.jpg

Danau Limbungan di Kelurahan Limbungan Kec. Rumbai Danau Limbungan

Kota Pekanbaru – Riau – Indonesia

http://uchihajaka.blogspot.com/2010/01/pulau-di-tengah-sungai.html]

http://kembangsalira.files.wordpress.com/2008/12/pltalamajan-750060.jpg

Selam, 2009. Gosong Sinyaru. Diakses pada; 28/12/2010. Tersedia di;


http://selampancing.blogspot.com/2009/03/gosong-sinyaru.html#

Cahkendals, 2009. Pulau Pisang Gadang. http://pikniklaut.blogspot.com/2009/07/pulau-pisang-


gadang.html

RINGKASAN GEOMORFOLOGI SUMATERA


Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara
berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat
Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa
yang dialiri oleh sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai
Indragiri (Riau), Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang,
Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).
Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga
selatan. Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang
bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera
Barat), Bukit Kabat (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di
antaranya Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau
Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang
1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di bagian
Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia.
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas
permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung
utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang
terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan
pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau itu agak sederhana. Fisiografinya dibentuk
oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan
pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini
mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di
Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini
terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.
Bentuk permukaan Pulau Sumatera terdiri dari 3 bagian besar: (1). Bukit Barian, (2) Dataran
rendah di bagian timur, (3) Jalur perbukitan (kaki timur bukit barisan).
A.    Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (Aceh)
sampai ujung selatan (Lampung) pulau Sumatra, memiliki panjang lebih kurang 1650 km. Rangkaian
pegunungan ini mempunyai puncak tertinggi Gunung Kerinci yang berlokasi di Jambi, berketinggian
3.805 meter di atas permukaan laut. Pegunungan Bukit Barisan terletak dekat pertemuan antara pelat
tektonik Eurasia dan Australia.
Bukit Barisan Pegunungan, Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh.
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung. Titik
tertinggi Gunung Kerinci -elevasi 3.805 m (12.484 ft) Panjang 1.025 mi (1.650 km), utara–selatan.
B.     Jalur perbukitan (kaki gunung bukit barisan) adalah bekas cekungan yang tertimbun oleh endapan
tebal, yang kemudian terangkat oleh tenaga endogen. Jalur ini banyak terdapat minyak bumi seperti:
Sungai Komering, Sungai Bila dan antara Sungai Besitang-Krueng Meureudu.
C.    Dataran rendah di bagian timur, berbentuk dataran rendah yang landai dari arah bukit barisan menuju
ke arah laut disebelah timur pulau sumatera. Daerah ini merupakan daerah dataran rendah yang banyak
ditemukan rawa.
1.      Zona Barisan Sumatera Selatan
a.       Blok Bengkulu (The Bengkulu Block)
Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10° ke arah Laut India (Indian Ocean)
dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben,
Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda. Sedangkan panjang Graben
Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan
lebarnya 10 Km.
b.      Blok Bengkulu (The Bengkulu Block)
Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko
terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima,
Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk
seperti Dome (diameter + 40 Km).
c.       Blok Sekampung (The Sekampung Blok)
Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di Sumatra Selatan. Blok ini merupakan
Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan maka Zone Barisan bagian Selatan (di daerah
Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat
Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak
geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.
2.      Zone Barisan Tengah
Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di
Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai
pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat
Daya di duduki oleh Danau Maninjau, Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi.
Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini membentang
memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap
Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara.
3.      Zona Barisan Utara
a.       Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba)
Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian
Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151 terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G.
Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m.
b.      Pegunungan di Aceh
Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan Lembah Krueng
Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak
seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung
Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser
letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya. Dari uraian Zone Barisan maka
terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu depresi yang
memanjang dari Tenggara ke Barat Laut.

Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 km dari Ule Lhee
sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985) lebar pulaudibagian Utara berkisar 100 – 200 Km dibagian
Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga
bagian yang menjalur dari Barat Laut - Tenggara sebagai berikut :
A. Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu
terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat
tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan
Singkil di Sumatra Utara.
B.  Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau
Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini
memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis
yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil fenomena geologis yang terjadi
pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan fenomena pada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat
diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van
Bemmelen, 1949, 678).
1.   Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
a. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10
derajat ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut
Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di
Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di
Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
b. Blok Semangko (Semangko Central Blok) Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung
Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan
Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian
Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan
di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan
Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di
mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap
Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75
Km.
2.  Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian
tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat
ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara
Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought),
Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi. Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke
Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949) membentang
memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap
Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak
sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang. 
3.  Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu
Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
a.  Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba) Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150
Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao
2151terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat
adalah Gunung Uludarat 2.157 m.
b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak
disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene
terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di
Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke
pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue
2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu
2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi
gunung lainnya.

Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone
Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa
tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik naupun erupsi
vulkan.

C.  Bagian Timur


Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah
yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa
di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami perluasan
sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone Barisan.
Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang
bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang
arah Barat Laut - Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung,
Lingga, Singkep

Aaaaa

STRUKTUR GEOLOGI PULAU SUMATERA

Gambaran Umum Pulau Sumatera

Wilayah Sumatera merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda, yang terbentang dari
kepulauan Andaman-Nicobar hingga busur Banda (Timor). Busur Sunda merupakan busur kepulauan
hasil dari interaksi lempeng samudera (lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 7
cm pertahun) yang menunjam di bawah lempeng benua (Lempeng Eurasia). Penunjaman lempeng
terjadi di selatan busur Sunda berupa palung (trench). Disamping itu, Penunjaman lempeng tersebut
membentuk jajaran gunung-gunung api dan perbukitan vulkanik (bukit barisan) sepanjang daratan
Sumatera dan patahan Sumatera (Sumatera Fault) yang membelah daratan Sumatera (Natawidjaja,
2004).

Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia. Pulau ini
membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi pulau Sumatra
atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. Pegunungan Bukit
Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan
gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga
membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arahSamudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke
arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan  Laut Andaman dan di bagian selatan
dengan Selat Sunda. Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primerdan hutan tropik sekunder yang
lebat dengan tanah yang subur. Gungng berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di
Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh
Darussalam danGunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra
merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak
bumidisepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar
Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di Indonesia, Danau
Toba terdapat di pulau Sumatra.

Latar Belakang Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 km dari
Ule Lhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985) lebar pulaudibagian Utara berkisar 100 – 200 Km
dibagian Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi pegunungan Sumatra dapat dibagi
kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut - tenggara sebagai berikut : A. Bagian Barat, daerah
ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang
menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai
yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil di Sumatra Utara.
B. Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau
Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini
memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis
yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil fenomena geologis yang terjadi
pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan fenomena pada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat
diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van
Bemmelen, 1949, 678). 1. Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu : a.
Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 –
10 derajat ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur
Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko
di Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung
di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km. b. Blok Semangko (Semangko Central Blok)
Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko
terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima,
Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk
seperti Dome (diameter + 40 Km). c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung
merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok
Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung)
memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar
30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya
adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km. 2. Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan
di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang
Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk
sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di
duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi.
Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler
disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949) membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan
baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau
Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben
dengan posisi memanjang. 3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van
Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh. a. Tumor Batak (The Batak
Culmination with the Lake Toba) Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi
Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151terletak di bagian Timur
Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157
m. b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum
banyak disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene
terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di
Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke
pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue
2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu
2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi
gunung lainnya.Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak
Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di
beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik
naupun erupsi vulkan. C. Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan
merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran
terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985). Bagian Timur
Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran
sungai dari sayap Timur Zone Barisan.Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat
deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi
pulau-pulau memanjang arah Barat Laut - Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan
Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Memahami Bentang lahan
Geomorfologi Pulau Sumatra? 1.3. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini merupakan bagaimana
kita bisa melihat dam mempelajari keadaan dan kondisi di daerah Sumatra terutama berdasarkanang
lahan bent geomorfologi

Sejarah Terbentuknya Struktur Geologi Pulau Sumatera

Struktur geologi adalah segala unsure dari bentuk arsitektur kulit bumi / gambaran geometri
(bentuk dan hubungan) yang diakibatkan oleh gejala - gejala gaya endogen.Secara umum terdapat unsur
- unsur dari struktur geologi yaitu, Bidang perlapisan, Lipatan, Patahan dan kekar atau joint.

Pada awal berkembangnya geologi, Pemikiran geologi dimulai oleh Leonardo da Vinci (1452-
1519). Pada awalnya perkembangan geologi didominasi pemikiran klasik (fixist), yang menganggap
pembentukan orogenesa dan geosinklin terjadi di tempat yang tetap. Mewakili pemikiran ini misalnya
Erich Haarmann (1930), yang menyatakan bahwa orogenesa terjadi karena kulit bumi terangkat seperti
tumor, dan melengser karena gaya berat. Selanjutnya pendapat ini diterapkan oleh van Bemmelen
(1933) di Indonesia sebagai Teori Undasi.

Pemikiran lain, mobilist dikemukakan Antonio Snider-Pellgrini (1658) yang mencermati


kesamaan bentuk pantai barat dan timur Atlantik, serta Alfred Lothar Wegener (1915) yang
mengemukakan konsep “benua mengembara”. Perubahan mendasar geologi global terjadi setelah
Perang Dunia II, ketika data geofisika lantai samudera menunjukkan bahwa jalur anomali magnet
mempunyai rasio yang tetap di mana-mana. Pada 250 juta tahun yang lalu benua merupakan satu
kesatuan benua induk, atau Pangea. Perputaran bumi mendorong benua untuk bergerak ke arah kutub,
sehingga benua terpecah-pecah sebagai kepingan benua kecil-kecil seperti saat ini: 6 lempeng utama
dengan 14 lempeng yang lebih kecil. Dengan demikian maka seluruh permukaan bumi berada di dalam
satu kesatuan proses geologis yang universal: Tektonik Global.

Pengaruh Tektonik Regional pada Perkembangan Sesar Sumatera, 

Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan pertumbukan antara lempeng India-
Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 Juta tahun lalu yang mengakibatkan perubahan sistematis dari
perubahan arah dan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya.
Proses tumbukan ini mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur
India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik. Selanjutnya sebagai respon
tektonik akibat dari bentuk melengkung ke dalam dari tepi lempeng Asia Tenggara terhadap Lempeng
Indo-Australia, besarnya slip-vectorini secara geometri akan mengalami kenaikan ke arah barat laut
sejalan dengan semakin kecilnya sudut konvergensi antara dua lempeng tersebut.

Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan
lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan
gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua
sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979). Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan
dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta
tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-
lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang
terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun
menurun menjaedi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al,
1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai sekitar 76 milimeter/
tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada akhirnya mengakibatkan
terbentuknya banyak sistem sesar sebelah timur India.

Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka
dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan
bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan tatanan Tektonik
Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro
Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian
tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.

.0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto;
mso-list: l3 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"> a.      Bagian Selatan Pulau Sumatra
memberikan kenampakan pola tektonik:

1.      Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer
di atas penunjaman.
2.      Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar.
3.      Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh
sesar utama.
4.      Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
5.      Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur
muka relatif utuh.
6.      Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.

b.      Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik:


1.      Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140 kilometer dari garis
penunjaman.
2.      Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.
3.      Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
4.      Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam.
5.      Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang
berada di sebelah selatannya.
6.      Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.

c.       Bagian Tengah Pulau Sumatra memberikan kenampakan tektonik:


1.      Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatra menunjukkan posisi memotong arah
penunjaman.
2.      Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.
3.      Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-bagi
4.      Busur luar terpecah-pecah.
5.      Homoklin yang terletak antara punggungan busur muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik.
6.      Sudut kemiringan penunjaman beragam

Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut
merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan arah
tumbukan 10°N-7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-masing segmen 60-200
kilometer, yaitu :

·         segmen Sunda (6.75°S-5.9°S),


·         segmen Semangko (5.9°S-5.25°S),
·         segmen Kumering (5.3°S-4.35°S),
·         segmen Manna (4.35°S-3.8°S),
·         segmen Musi (3.65°S-3.25°S),
·         segmen Ketaun (3.35°S-2.75°S)
·         segmen Dikit (2.75°S-2.3°S),
·         segmen Siulak (2.25°S-1.7°S),
·         segmen Sulii (1.75°S-1.0°S),
·         segmen Sumani (1.0°S-0.5°S),
·         segmen Sianok (0.7°S-0.1°N),
·         segmen Barumun (0.3°N-1.2°N),
·         segmen Angkola (0.3°N-1.8°N),
·         segmen Toru (1.2°N-2.0°N),
·         segmen Renun (2.0°N-3.55°N),
·         segmen Tnpz (3.2°N-4.4°N),
·         segmen Aceh (4.4°N-5.4°N),
·         segmen Seulimeum (5.0°N-5.9°N).

Kompleksitas tatanan geologi Sumatera, perubahan lingkungan tektonik dan perkembangannya


dalam ruang dan waktu memungkinkan sebagai penyebab keanekaragaman arah pola vektor
hubungannya dengan slip-ratedan segmentasi Sesar Sumatera. Hal tersebut antara lain karena (1)
perbedaan lingkungan tektonik akan menjadikan batuan memberikan tanggapan yang beranekaragam
pada reaktivasi struktur, serta (2) struktur geologi yang lebih tua yang telah terbentuk akan
mempengaruhi kemampuan deformasi batuan yang lebih muda.

Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi perkembangan busur Sunda, di bagian barat,
pertemuan subduksi antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng Samudra Australia mengkontruksikan
Busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif stabil; sementara di
sebelah timur pertemuan subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-lempeng mikro
Tersier mengkontruksikan sistem busur Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang
lebih labil. Perbedaan sudut penunjaman antara Propinsi Jawa dan Propinsi Sumatra Selatan Busur
Sunda mendorong pada kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem busur kepulauan
dan busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan pertanyaan,
karena pola kenampakan anomali gaya berat menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang
cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatra dibanding dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara
vertikal perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jika dilakukan pembangungan
dengan struktur cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau Sumatra secara vertikal
berkembang sebagai struktur bunga.

Berdasarkan teori undasi Seksi Andaman dan Nikobar yang pusat undasinya di Margui
menghasilkan penggelombangan emigrasi yang mengarah ke Godwanland, sehingga hal tersebut
mempegaruhi pegunungan di Sumatra Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur barat
seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan pegunungan pada umumnya di Sumatra yang
arahnya barat laut–tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi pertemuan antar gelombang dengan
pusat undasi Margui dan pusat undasi Anambas. Titik pertemuannya adalah di Gunung Lembu, adapun
busur dalam hasil penggelombangan dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-Narkondam dan
busur luar Andaman–Nikobar–Gayo Tengah.

Sedangkan Seksi Sumatra dengan pusat undasinya di Anambas, penggelombangan dari pusat
undasi Anambas telah berkembang sejak Palaezoikumakhir, Sehingga menghasilkan sisitem Orogene
Malaya pada Mesozoikum bawah (Trias, Jura), system Orogene Sumatra pada Mesozoikum atas
(Crataceus) dan system orogene Sunda pada priode tersier kuarter, yang dimaksud dengan Orogene
Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk pada Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata
dan busur luar Daerah Timah. Yang dimaksud dengan Orogene Sumatra adalah busur pengunungan yang
terbentuk pada Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatra Timur dan busur luar Sumatra Barat.
Yang dimaksud dengan Orogenesa Sunda adalah busur pengununagn yang terbuntuk periode Tersier-
Kuarter dengan busur dalam Bukit Barisan dan busur luar pulau-pulau sebelah barat Sumatra. Bukit
Barisan pada Mesozoikum atas masih merupakan Foredeep, memasuki tersier baru mengalami
pengangkatan pada priode Tersier pulau-pulau di sebelah barat Sumatra dari Nias sampai Enggano
belum ada memasuki periode Kuarter baru mengalami penggkatan membentuk pulau-pulau tadi,
sampai sekarang masih mengalami pengakatan secara pelan-pelan.

Bbb

Morfologi Sumatera Bagian Tengah ( Sumatera Barat, Riau dan Jambi


Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan
dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di
sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh
sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau),
Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera
Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).

Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan.
Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan
terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit
Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya
Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan
Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).

Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650
Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 –
200 Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar
keenam di dunia.

Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan
laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah
selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan
dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang
landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

(http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html)

Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk
oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan
pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini
mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di
Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini
terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.

Gunung Berapi di Sumatera

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar
10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah
gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api
Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif
mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung
berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung
berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

-           Aliran lava

-           Letusan gunung berapi

-           Aliran lumpur

-           Abu

-           Kebakaran hutan

-           Gas beracun

-           Gelombang tsunami

-           Gempa bumi

Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi
lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di
perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa
bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan
Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra.

Sumatera bagian tengah meliputi 3 provinsi yaitu Sumatera Barat, Riau, dan jambi. Geomorfologi
sumatera tengah secara umum merupakan deretan pengunungan bukit barisan di mana terdapat
gunung api aktif pada bagian baratnya. Dan pada bagian timur merupan dataran aluvial yang merupakan
sedimentasi dari pegunungan bukit barisan.
Gunung api yang muncul berasosiasi dengan adanya sesar. Yaitu sesar mendatar yang di namakan
dengan sesar smbako karna bewal dari teluk sembako. Material vulkanis menutupisebagian besar dari
bukit barisan.
Ciri umumnya adalah
a.       Merupakan lanjutan dari blok bengkulu.
Yaitu suatu depresi suoh terjadi lava andesitdan desit serta intrusi granit.kemudian terjadi lipatan
pada zaman neogen awal.
b. Sungainya mempunyai gradien perubahan mendadak, terutama yang mengalir ke barat. Hal ini di
karenakan: adaya patahan, resistensi batuan, bentuk lembahnya V, sedimentasi kuat karna daerah
patahan aliran sungai mengecil dan adanya beting gesik yang menghambat lajur sungai.
c. Graben tengah berkembang baikmulai dari danau kerinci sampai solok di singkarak
d. Adaya dataran tinggi padang angkola
e. Gunung api yang ada pada daerah ini adalah berbentuk stato yaitu proses pembentukan yang
merupakan campuran dari erupsi magma efusif dan difusif.
f. Pada bagian timur graben tengah pola aliran sungainta berbentuk trilis yaitu pola aliran sungai yang
aliran sungai induknya sejajar dengananak anak sungaiyang bermuara pada sungai induk. Pertemuan
antara sungai induk dan anak sungai membentuk sudut siku-siku ( tegak lurus )

Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di
Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai
pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat
Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung
Sorikmarapi.

Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler
disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem
Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara
Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan
Graben dengan posisi memanjang.
Cekungan Sumatera Tengah

Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar
di Indonesia. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana
pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia.
Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier,
sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu
Pegunungan Tiga puluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan
Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan
Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara

Anda mungkin juga menyukai