Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATAKULIAH GEOLOGI GEOMORFOLOGI INDONESIA

Dosen Pengampu: Listyo Yudha Irawan, S.Pd, M.Pd, M.Sc.

NAMA : NUR KHOLIFATUN NISA’


NIM : 200721639646
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN : 2020

1. Perhatikan Peta Geomorfologi Pulau Bali dan Lombok di bawah ini!

Jelaskan proses-proses yang mempengaruhi perkembangan bentuk lahan di kedua


Pulau Bali dan Lombok!
Jawab :
A. Pulau Lombok
Menurut Van Bemmelen (1949), pulau Lombok merupakan salah satu gugusan
kepulauan di Nusa Tenggara. Fisiografi Pulau Lombok termasuk dalam Busur
Bergunung api Nusatenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah
timur dan Busur Banda Dalam Bergunung api sebelah barat. Secara geologi berada
pada Busur Banda dan merupakan kepulauan yang dibentuk oleh pegunungan
vulkanik muda. Kondisi geologi wilayah Nusa Tenggara Barat disusun oleh batuan-
batuan umur Tersier yang tersusun dari formasi batuan vulkanik tua, batuan
terobosan dan batuan sedimen (napal, batulempung dan batugamping). Batuan-
batuan vulkanik tua terdiri atas augit andesit, andesit porfir dan augit-hornblende-
andesit. Formasi ini umumnya dijumpai di bagian selatan Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa memanjang dari barat ke timur. Pulau Lombok sendiri terdiri dari
perbukitan landai hingga terjal, memanjang dengan arah umum barat-timur. Bentuk
morfologinya umumnya dikontrol oleh perbedaan litologi yang menempatinya,
seperti morfologi yang ditempati oleh batuan piroklastik produk gunung api berupa
breksi dan tufa gunung api membentuk bentang alam terjal dan landai, sedangkan
batu gamping dan intrusi dasit memperlihatkan bentuk morfologi yang menonjol
dibandingkan dengan sekitarnya dengan kelerengan yang relatif terjal.
Geomorfologi daerah ini dapat dikelompokan menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu:
1) Satuan geomorfologi perbukitan gunungapi. Satuan geomorfologi ini merupakan
hasil aktivitas gunungapi kala Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Satuan ini
terutama disusun oleh batuan breksi gunungapi dan tufa, menempati sekitar 70
% dari luas daerah penelitian yang tersebar dari barat ke timur, meliputi Desa
Pelangan, Desa Sekotong Barat, Brambang dan Gunung Pondok Pake.
2) Satuan geomorfologi perbukitan intrusi. Satuan geomorfologi ini dicirikan oleh
bentuk bukit yang terisolir dan dijumpai di 4 lokasi, yaitu dari barat ke timur (a).
Eot Labuanpah; (b). Gunung Sandat; (c). Gunung Tukat Pangot; dan (d). Gunung
Ketapang. Satuan geomofologi bukit intrusi menempati sekitar 4 % dari luas
daerah penelitian, berada pada ketinggian 200 - 350 m dan kelerengan yang
terjal dengan kemiringan lereng 150 – 750
3) Satuan geomorfologi bukit gamping. Satuan geomorfologi ini disusun oleh
batugamping, menempati sekitar 8 % dari luas daerah penelitian, tersebar di 2
lokasi, yaitu di bagian utara daerah penelitian, tepatnya menempati Gunung
Paopao dan Batu ketapang. Secara morfometri satuan ini berada pada ketinggian
12.5 - 150 mdpl, dengan relief landai dan kemiringan lereng 50 – 100
4) Satuan geomorfologi dataran aluvial merupakan hasil pengendapan sungai
dengan bentuk bentangalam dataran. Satuan ini menempati 18 % dari luas
daerah penelitian. Satuan ini menempati dataran banjir, kelokan-kelokan sungai
dan gosong-gosong pasir yang tersebar disepanjang sungai utama yaitu di
Sungai Kokok Siung, Sungai Ketapang, Sungai Lendang Ampuh, Sungai
Selindungan dan Sungai Pelangan.
Secara regional, struktur geologi yang berkembang di Pulau Lombok berupa sesar-
sesar normal dan sesar geser jurus dengan pola umum berarah baratlaut - tenggara.
Gejala tektonik yang paling tua di daerah ini diduga terjadi pada kala Oligosen
dengan diikuti oleh kegiatan gunungapi bawah laut, bersusunan andesit - basalt
yang menghasilkan endapan gunungapi Formasi Pengulung dan Formasi Kawangan.
Kegiatan ini berlangsung sampai kala Miosen Awal. Hal ini diduga akibat adanya
penujaman Lempeng Samudera Hindia ke bawah Lempeng Benua Asia. Pada kala
Miosen Tengah terjadi kegiatan magma dengan ditandai munculnya sebuah retas
dasit dan basalt yang menerobos Formasi Pengulung dan Formasi Kawangan.
Terobosan batuan ini merupakan kegiatan purna-magmatik yang mengakibatkan
proses ubahan dan pemineralan bijih sulfida serta hadirnya urat-urat kuarsa pada
batuan yang diterobosnya. Pada Miosen Akhir, dalam kondisi cekungan
memungkinkan terbentuknya endapan batuan batugamping Formasi Ekas, pada
Awal Pliosen mulai terjadi aktivitas tektonika (orogenesa) yang menyebabkan
timbulnya sesar-sesar geser dan sesar normal. Aktivitas tektonik ini berlangsung
sampai Awal Plistosen dimana pada kala ini terjadi kegiatan gunungapi dari
kelompok Gunungapi Lombok yang membentuk Formasi Kalipalung dengan
Anggota Selayar, Formasi Kalibabak dan Formasi Lekopiko. Sejak kala Plistosen
Akhir hingga Holosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan
gunungapi takterurai yang bersumber dari Gunung Rinjani, Gunung Pusuk dan
Gunung Nangi. Pembentukan struktur geologi apabila dikaitkan dengan gejala
tektonik dan pola struktur regional Pulau Lombok dapat dijelaskan bahwa tektonik
yang paling tua di daerah penelitian diduga terjadi pada kala Oligosen Akhir yaitu
dengan diikuti oleh kegiatan gunungapi yang menghasilkan endapan gunungapi
Breksi dan Tufa Gunungapi dari Formasi Pengulung dan Formasi Kawangan.
Kegiatan ini berlangsung sampai kala Miosen Awal. Hal ini diduga akibat adanya
penujaman Lempeng Samudera Hindia ke bawah Lempeng Benua Asia. Pada kala
Miosen Tengah di daerah penelitian terjadi aktivitas magma berupa batuan
terobosan dasit yang diikuti dengan aktivitas post-magmatic yang menyebabkan
larutan hidrotermal menerobos batuan-batuan yang sudah ada.

B. Pulau Bali
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil, panjang pulau mencapai 153
km dan lebarnya mencapai 112 km. Berjarak sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara
astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur .
Di Bali ada proses dari beberapa jenis bentukan lahan, sebagai berikut:
1) Bentukan lahan asal vulkanis, merupakan bentukan lahan yang bersumber dari
aktivitas gunung berapi, saat terjadi erupsi material-material yang muncul
seperti lava, aglomerat, bom, lapili, pasir dan tuffa. Berdasarkan relief dan
topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang
dari barat ke timur dan diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung
berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi
yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan
tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua)
bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan
kurang landai, dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai.
2) Bentukan lahan asal struktural, merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat
adanya proses endogen (proses tektonik), proses ini meliputi pengangkatan,
penurunan, dan pelipatan kerak bumi, sehingga membentuk lipatan dan
patahan. Selain itu ada pula struktur horizontal yang lazimnya merupakan
stuktur asli sebelum mengalami perubahan. Beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktur
adalah perbedaan daya tahan(resistensi), sifat kelolosan air, pola aliran pada
bentukan struktur. Perbedaan lapisan ini menyebabkan relief positif dan
negative, yang positif menghasilkan bentuk gunung atau bukit sedangkan yang
negative menghasilkan bentuk lembah atau cekungan. Di Bali daerah patahan
yang berada di desa Angseri, Kabupaten Tabanan menyebabkan keluarnya
sumber air panas, di Kabupaten buleleng yaitu di daerah Banjar juga terdapat air
panas. Hal ini dikarenakan oleh batuan di bawah gunung Watukaru yang sifatnya
impermeable atau batuan yang sulit ditembus magma, panas bumi keluar pada
patahan di dua daerah tersebut.
3) Bentukan lahan asal proses denudasional, merupakan bentukan lahan yang
berasal dari proses pelapukan(weathering), erosi, dan gerak masa batuan, dan
proses pengendapan(sedimentasi). Pelapukan merupakan pecahnya batuan
akibat kerjasama semua proses pada batuan baik secara mekanik, maupun
kimia. Pelapukan yang terjadi ini belum menyebabkan perpindahan partikel
batuan ke tempat lain, dengan terjadinya pelapukan tersebut maka merupakan
awal terjadinya evolusi bentuklahan khususnya dimulai dari evolusi lereng yang
membatasi bentuklahan tersebut. Ada 3 proses bentuk lahan yaitu lereng utama
mundur, lereng utama mengecil dan lereng utama menjadi pendek. Pada
umunya keadaan seperti ini terjadi di Bali pada daerah yang memiliki
kemiringan terjal, seperti daerah Kintamani dan Busungbiu.
4) Bentukan lahan asal proses fluvial, merupakan bentukan lahan yang berasal dari
terjadinya erosi, transportasi dan proses pengendapan (sedimentasi). Erosi
sungai dapat berbentuk, (1) Hydraulic action yaitu menumbuk dan mengerus
material sungai sehingga material alluvial yang tidak kompak seperti krikil, pasir
dan lempung. (2) Korasi atau abrasi yaitu pelepasan secara mekanik material
alur sungai (kekuatannya lebih lemah daripada proses hidrolis). (3) Korosi yaitu
proses pelapukan secara kimia akibat reaksi asam dan solusi. Transportasi
sedimen sungai disebabkan oleh adanya kekuatan aliran sungai yang sering
dikenal dengan istilah kompetensi sungai, yaitu keceptan aliran tertentu yang
mampu mengangkut sedimen dengan diameter tertentu yang tergantung pada
debit air, material sedimen dan kecepatan aliran .berbagai contoh bentukan asal
proses fluvial seperti dataran alluvial, dasar sungai, rawa belakang, dataran
banjir, tanggul alam, lakustrin, ledok fluvial, gosong lengkung dalam, teras
fluvial, kipas alluvial, delta, igir aluvial.
5) Bentukan lahan asal proses marin, merupakan bentukan lahan yang terjadi di
daerah pesisir pantai akibat dari proses tektonik, hasil letusan gunung berapi,
dan perubahan muka air laut. Berdasarkan morfologinya, daerah pesisir dapat
dikelompokkan kedalam 4 macam yaitu:(a)pesisir bertebing terjal(cliff).
(b)pesisir bergisik. (c)pesisir berawa payau. (d)terumbu karang. Pada bentang
lahan pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang disebut dengan
pantai atau tepi laut, adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut
pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari
gelombang. Pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi oleh garis pantai
(shore line), yang kedudukannya berubah sesuai denga kedudukan pada saat
pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut perairan wilayah pantai
merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan laut.
Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada
mintakat ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan,
perairan laut dan udara. kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen
yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan
pembentuk tebing pantainya. kekuatan dari darat ini sangat beraneka. sedang
kekuatan yang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang
surut dan arus, sedangkan yang berasal dari udara berupa angin yang
mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu udara dan curah
hujan.
6) Bentukan lahan asal proses angin (aeolin), merupakan bentukan lahan yang
berasal pengikisan yang dilakukan oleh aktivitas angin, seperti pengangkatan
pasir yang halus. Jarang ditemukan di daerah Bali, karena di Bali angin tidak
begitu kencang seperti di daerah pantai Parangtritis, Yogyakarta. Vegetasi
penutup yang ada di pantai Bali pada umumnya sangat rapat dan obyek-obyek
lain seperti bangunan dan bukit yang menjadi penghalang untuk proses aeolin
ini.
7) Bentukan lahan asal proses pelarutan, merupakan bentukan lahan yang
terbentuk di daerah kapur, karena batuan-batuan kapur yang mudah terlarut.
Hidrogeologi Karst (Karst hydrogeology), Beberapa lokasi di Bali yang
mempunyai kawasan karst yang berkembang antara lain: Pulau Bali bagian
selatan seperti di Pecatu, Jimbaran. Di pulau Nusa Penida juga daerah karst
karena memiliki batuan gamping yang melimpah. Bukit karst yang berbentuk:
kerucut, kubah, dan ellipsoid.

2. Indonesia memiliki beberapa kawasan karst diantaranya: Sangkulirang di


Kalimantan Timur dan Maros di Sulawesi Tenggara. Bagaimana karakteristik
fisiografis karst di kedua kawasan tersebut? Berikan penjelasan upaya
pengembangan geowisata karst melalui sudut pandang ilmu geomorfologi!
Jawab :
Lokasi dari Sangkulirang Mangkalihat ini dikelilingi oleh dinding-dinding terjal, gua
bawah tanah dengan ukiran alam eksotis, serta perbukitan hijau, Keindahaan
kelompok karst berukuran raksasa ini membenteng dari Kabupaten Kutai Timur
hingga ke Kabupaten Berau. Kawasan ini punya luas mencapai 1,8 juta hektar,area
ini memiliki kawasan ekosisten inti seluas 550.000 hektar, hal ini adalah aset
bangsa yang sangat berharga karena memiliki nilai ekonomi, budaya, sosial, dan
ilmiah. Menurut hasil penelitian, kawasan karst ini memberi informasi tentang jejak
manusia purba yang bisa dilihat dari lukisan tangan, gambar perahu, dan lukisan
berbagai jenis binatang yang tergambar jelas pada dinding-dinding gua dan konon
telah ada sekitar 10.000 tahun SM. Di sini juga ditemukan tulang, wadah yang
terbuat dari tanah liat, serta alat-alat yang terbuat dari batu. Masih dari hasil
penelitian, diperkirakan penyebaran rumpun manusia purba Austronesia diawali
dari pegunungan karst Sangkulirang. Keberadaan gua-gua, sungai bawah laut,
cadangan batu kapur dan bahan semen pun cukup melimpah sehingga cocok sekali
dijadikan spot pariwisata alam. Sedangkan pada karst Maros di Sulawesi Tenggara
merupakan tipe kars menara di Indonesia. Batu gamping pembentuknya adalah
anggota Formasi Tonasa yang mengalami tektonik, dan penerobosan oleh batuan
beku. Dalam pandangan geologi, jenis batu gamping dan tektonik merupakan dua
factor yang berpengaruh terhadap pembentukan kars. Kawasan kars bukan sekedar
deretan bukit-bukit kerucut yang cadas dengan sungai bawah tanah, air terjun
ataupun telaga diatas bukit, dan menyajikan pemandangan yang menarik untuk
menjelajahinya, tetapi suatu kawasan yang dapat dikembangkan dan dikelola lebih
dari yang ada saat ini, disamping nilai ilmiah dan budayanya. Dan yang tidak kalah
pentingnya, kawasan kars ini memilki fungsi ekologis untuk menjaga keseimbangan
ekosistem kars dan lingkungan sekitarnya. Bentuk bentang alam kars Maros -
Pangkep membentuk arsitektur eksokars dengan karakteristik relief yang khas
berupa bukit-bukit menjulang menyerupai menara (tower kars), dan fenomena
endokars yang unik dengan gua-gua prasejarahnya, serta kekayaan biotik dan
abiotiknya. Dengan demikian kawasan kars ini menyimpan nilai ekonomi, ilmiah
dan kemanusiaan dan oleh dunia internasional diakui sebagai fenomena alam
warisan dunia yang layak diperhitungkan dan diajukan untuk masuk ke dalam
Global Geopark Network (GGN). Upaya konservasi pelestarian situs warisan bumi
dalam suatu strategi pengembangan sosial ekonomi dan budaya daerah
berkelanjutan, harus terus dilakukan secara sistematis oleh seluruh stakeholder dan
bersama melakukan yang terbaik. Pengelolaan kolaboratif dan bertanggung jawab,
kawasan kars bersama ekosistemnya ini akan terselamatkan menuju prakarsa
taman bumi (Geopark) andalan geowisata Provinsi Sulawesi Selatan. Dari hal ini
potensi geowisata karst dapat menambah pengetahuan tentang proses-proses alam.
maka Tugas kita-lah memelihara dan melestarikannya sehingga tidak hanya
travelers Indonesia saja yang bisa menyaksikan kemegahannya, namun juga
travelers mancanegara.
3. Pulau Sulawesi terbagi kedalam beberapa lengan. Hal ini disebabkan pengaruh
kontrol tektonik yang kuat di Pulau Sulawesi. Konsekuensi dari struktur tektonik
yang kompleks adalah variasi bentuk lahan. Identifikasi dan analisislah keterkaitan
antara variasi bentuk lahan di Pulau Sulawesi dengan sebaran potensi sumberdaya
alam/mineral dan ancaman kebencanaan!
Jawab :
Proses geologi yang terjadi di Sulawesi membawa potensi bahan galian baik bahan
galian padat maupun cair, di darat ataupun di wilayah laut. Proses geologi tersebut
juga terkait dengan potensi bencana. Bentuk topografi dan kerawanan longsor pada
banyak kawasan serta ruas-ruas jalan strategis di wilayah ini sangat terkait dengan
struktur material yang rapuh dan dipicu kegempaan serta perubahan tata guna
lahan. Karenanya, sangat dibutuhkan optimalisasi terhadap pemanfaatan bahan
galian dan secara bijak mengelola lingkungan dimana didalamnya termasuk
prasarana jalan, jembatan, permukiman dan pengembangan wilayah. Sebelumnya
penting dijelaskan tentang klasifikasi sumber daya bahan galian tersebut diatas,
sebagaimana diuraikan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6728.4-2002
Tahun 2001 tentang Penyusunan Neraca Sumber Mineral Spatial, dimana bahan
galian diklasifikasi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu Golongan A, B dan C. Bahan
galian unggulan di Provinsi ini antara lain emas, timah hitam, bijih besi mangan.
Sedangkan mineral non logam antara lain; marmer, pasir kuarsa, mika, kaolin dan
gipsum. Yang mana jika di simpulkan golongan bahan galian termasuk bahan galian
B (Bahan galian vital) dan bahan galian C.
Kegiatan produksi atau eksploitasi terhadap bahan galian diatas akan
dilaksanakan setelah dilakukan tahapan-tahapan yang pada akhirnya akan
memunculkan hasil apakah bahan tersebut layak atau tidak layak untuk ditambang.
Semua bahan galian yang ada disebut sebagai sumber daya mineral termasuk pula
minyak dan gas bumi. Namun dari sekian banyak potensi SDA berupa bahan galian
tambang, tersimpan ancaman potensi kebencanaan. Salah satunya yakni
kegempaan, Dari aspek kegempaan, sistem patahan di bagian tengah Sulawesi
dimana Kota Palu terdapat terdiri dari kompleks zona patahan yang yang berletak
dalam pertemuan lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gempa
bumi yang terjadi di laut dapat mengakibatkan terjadinya tsunami (gelombang laut),
terutama pada gempa yang terjadi di laut dalam yang diikuti deformasi bawah laut
seperti yang pernah terjadi di pantai barat Sumatera dan di pantai utara Papua.
Sementara itu letusan gunung berapi juga dapat menimbulkan gelombang pasang
seperti yang terjadi pada letusan Gunung Krakatau. Bencana alam bersifat geologi
yang terjadi di Sulawesi sangat terkait dengan kondisi dan proses-proses geologi
yang telah, sedang dan akan terus berlangsung. Termasuk diantaranya adalah
patahan aktif PaluKoro, patahan Matano dan patahan Sorong yang mendorong
bagian timur Sulawesi. Bentuk topografi dan kerawanan longsor pada banyak
kawasan serta ruas-ruas jalan strategis di wilayah ini sangat terkait dengan struktur
material yang rapuh serta serta dapat dipicu oleh kegempaan, selain itu ancaman
bencana lain adalah longsor karena Pulau Sulawesi sendiri didominasi oleh
topografi perbukitan dan pegunungan dengan elevasi tertinggi sekitar 2.850 m
diatas permukaan laut.

4. Pulau Papua dikenal sebagai salah satu wilayah tambang terbesar di dunia
(freeport). Eksploitasi tambang Freeport menghasilkan bijih tembaga dan emas
dengan kualitas yang baik. Bagaimanakah proses pembentukan mineral emas yang
terdapat di Freeport dalam sudut pandang keilmuan geologi?
Jawab :
Emas merupakan unsur kimia dalam tabel periodik bersimbol Au (Aurum). Logam
ini banyak terdapat di naggets emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit aluvial.
Berdasarkan hasil riset yang dipublikasikan University of Bristol di jurnal
internasional Nature pada 2011, dijelaskan kalau emas yang ada di Bumi berasal
dari hantaman meteorit lebih dari 200 juta tahun setelah bumi terbentuk. Ceritanya
adalah sesaat setelah inti bumi terbentuk (ya, 200 juta tahun adalah waktu yang
singkat dalam skala geologi), terdapat hujan meteorit yang menghantam bumi.
Beberapa meteorit yang sepenuhnya terdiri dari emas ini mentok berada di
permukaan bumi dan tidak terjerembab masuk ke bagian bumi yang lebih dalam
lagi (inti). Setelah logam-logam mulia ini memasuki inti Bumi, proses geologi
kemudian membentuk Benua dan memusatkan logam mulia di kantong-kantong
tambang saat ini. Pecahan-pecahan meteorit tersebut tersebar di beberapa bagian
permukaan bumi. Bijih emas dari meteorit ini lalu menyebar dan larut bersama
fluida (cairan) yang panas dan mengalir melalui pori-pori batuan atau rekahan
struktur. Ketika fluida ini mulai mendingin atau bereaksi dengan batuan, emas yang
larut bersama fluida mengisi rekahan dan membentuk endapan berupa urat (vein)
atau lode. Konsentrat emas yang ditemukan pun umumnya sangat rendah. Sebagai
contoh, dalam 1.000 kilogram batuan hanya mengandung 0,005 gram emas,
sementara pada besi bisa mencapai 58 kilogram (58.000 gram). Itulah mengapa
pertambangan emas lebih banyak memproduksi logam lain, seperti tembaga atau
besi. Untuk Freeport Indonesia sendiri klaim produksi tembaga pada 2016
mencapai 1,06 miliar pon (456 ribu ton), sementara emasnya sendiri sebanyak 1,23
juta ons (35 ton).
5. Ancaman bencana geologi merupakan salah satu konsekuensi posisi geologis
Indonesia. Terdapat beberapa jenis ancaman bencana alam geologis seperti: erupsi
gunungapi, gempa bumi, dan tanah longsor. Bagaimana persebaran/agihan dari
ancaman bencana geologi untuk wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur?
Jawab :
Secara umum Indonesia bagian barat memiliki stabilitas tektonik lebih tinggi dari
Indonesia tengah dan timur dengan kerentanan yang lebih rendah terhadap bahaya
gempa bumi, khususnya di daerah Kalimantan, Jawa Bagian Utara-Barat, Sumatera
bagian timur, serta kawasan di sebelah barat Kalimantan (Natuna dan sekitarnya)
Bagian barat dicirikan oleh tumbukan antara lempeng Indo-Australia dengan
Eurasia, sementara di Indonesia bagian timur merupakan triple junction antara
lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia. Berikut adalah peta
percepatan puncak batuan dasar wilayah Indonesia untuk periode ulang 500 yang
saya peroleh dari sumber rujukan jurnal penelitian.
Gambar 1

Merujuk dari sumber peta pada gambar 1 di atas, salah satu bencana geologi di
Indonesia adalah kegempaan, Indonesia yang merupakan pertemua tiga lempeng
utama, yaitu Indo-Australia, Pasifik dan Lempeng Asia Tenggara atau Lempeng
Eurasia, sangat dipengaruhi oleh gempa tektonik. Berdasarkan data simbol warna
hijau menggambarkan tingkat kerentanan terhahap gempa bumi paling rendah,
sementara simbol warna merah menggambarkan daerah yang paling rentan
terhadap pengaruh gempa bumi. Dengan demikian Indonesia bagian barat, terutama
pada jalur Kalimantan dan Sumatera bagian timur, termasuk daerah Natuna,
memilki risiko bahaya gempabumi paling rendah. Sebaliknya Indonesia bagian
timur seluruhnya mempunyai tingkat kerawanan yang lebih tinggi.
Gambar 2

Namun bila diperhatikan pada sebaran pusat-pusat zona gempa bumi pada gambar
peta zona gempa bumi Indonesia gambar 2 diatas , daerah-daerah yang aman
menurut pada gambar 1, masih ada beberapa daerah yang tidak aman, yaitu daerah
yang dilewati sesar-sesar aktif.
` Gambar 3

Berikutnya pada gambar 3 peta diatas di perlihatkan peta sebaran gunung api aktif
di Indonesia mulai dari wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah, sampai Timur.
Sebagaimana tertera dalam Gambar 3, gunungapi aktif terdapat di sepanjang Busur
Sunda, Busur Banda, Sulawesi, Halmahera, dan lajur Sangihe – Talaud. Namun tidak
seluruhnya di sepanjang busur tersebut ditempati oleh gunungapi, misalnya
Sumatera bagian timur jauh dari gunung api.
SUMBER RUJUKAN

Fahmi Arif Kurnianto. Proses Geomorfologi dan Kaitannya dengan Tipologi Wilayah.
Program Studi Pendidikan Geografi Kelompok Riset Basis Data Sistem
Informasi Geografis serta Pengajarannya Universitas Jember
Slamet Nuhung. Karst Maros Pengkep Menuju Geopark Dunia (Tinjauan dari Aspek
Geologi Lingkungan). Penyelidik Bumi Madya DESM.
https://media.neliti.com/media/publications/158950-ID-karst-maros-
pangkep-menuju-geopark-dunia.pdf
http://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/Laporan_Karst_Lengkap1.pdf
Hadi Nugroho dan Syaiful Bachri. Geologi Indonesia Bagian Barat dan Bagian Timur
serta Kaitannya dengan Prospek Carbon Capture and Storage (CCS) Geology
of Western and Eastern Parts of Indonesia and Its Relationship to the
Prospect of Carbon Capture and Storage (CCS). J.G.S.M. Vol. 16 No. 3 Agustus
2015 hal. 151 - 159 . Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, Semarang.
https://www.kutaitimurkab.go.id/page/wisata/2#:~:text=Karst%20Sangkulirang
%20Mangkalihat%20terletak%20di,yang%20membuat%20travelers%20ter
kagum%2Dkagum.
https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-20200910071423.pdf
http://agussunthe.blogspot.com/2012/06/geomorfologi-bali.html
https://sains.kompas.com/read/2019/06/14/221114223/rahasia-alam-semesta-
dari-mana-asal-emas-yang-ada-di-bumi
https://kumparan.com/fnawawi/panduan-singkat-terbentuknya-emas-dan-cara-
mengeksplorasinya/full

Anda mungkin juga menyukai