Anda di halaman 1dari 9

Makalah Geologi Sejarah Lembar Cirebon, Jawa barat

Muhamad Aldios Sofyan Hakim


( 072.11.077 )

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknik Kebumian dan Energi

Universitas Trisakti

Jakarta

2014
BAB I

PENDAHULUAN

Geologi sejarah merupakan ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip geologi untuk merekonstruksi


dan memahami sejarah bumi. Bidang ini berfokus pada proses-proses geologi yang mengubah
permukaan dan bawah pemukaan bumi, dan penggunaan stratigraf, geologi struktur, serta paleontologi
untuk menjelaskan urutan kejadian ataupun umur tersebut.

Dalam penentuan umur batuan terdapat absolut dan relative Penentuan absolute dilakukan
dengan melakukan pengukuran menggunakan pengukuran radioaktif. Sedangkan, penentuan secara
relative ditentukan dengan cara penentuan umur lapisan yang dikenal superposisi dan dengan
menggunakan indeks fosil yang terdapat pada lapisan batuan. Fosil terdapat umumnya pada batuan
sedimen.

Makalah Sejarah Geologi ini disusun berdasarkan peta Geologi pada lembar Cirebon, Jawa barat .
Peta Geologi ini disusun P.H. Silitonga, M.Marsia dan N.Suwarna . Yang diterbitkan oleh pusat
penelitian dan pengembangan geologi.

Peta Geologi merupakan Peta yang menggambarkan informasi tentang penyebaran batuan di
muka bumi dengan struktur, penampang, dan sejarah geologi suatu daerah. Intepretasi sejarah geologi
berdasarkan peta geologi dilakukan untuk menentukan kronostratigrafi atau urutan kejadian geologi
berdasarkan letak atau posisinya. Sejarah Geologi ini berguna untuk menafsirkan Paleoenvironment.

Penafsiran Paleoenviroment ini berguna untuk sebagai panduan lingkungan pengendapan masa
lampau dalam eksplorasi hidrokarbon dan bahan – bahan ekonomis yang berguna untuk masyarakat luas.
Oleh karena itu sejarah geologi sangat penting dalam penafsiran data dari suatu daerah.
BAB II

Fisiografi Regional

2.1 GEOLOGI REGIONAL JAWA BARAT

Pulau Jawa terletak di bagian selatan dari Paparan Sunda dan terbentuk dari batuan yang berasosiasi
dengan suatu aktif margin dari lempeng yang konvergen. Pulau tersebut terdiri dari komplek busur
pluton-vulkanik, accretionary prism, zona subduksi, dan batuan sedimen.

Pada Zaman Kapur, Paparan Sunda yang merupakan bagian tenggara dari Lempeng Eurasia
mengalami konvergensi dengan Lempeng Pasifik.  Kedua lempeng ini saling bertumbukan yang
mengakibatkan Lempeng Samudra menunjam di bawah Lempeng Benua. Zona tumbukan (subduction
zone) membentuk suatu sistem palung busur yang aktif (arc trench system). Di dalam palung ini
terakumulasi berbagai jenis batuan yang terdiri atas batuan sedimen laut dalam (pelagic sediment),
batuan metamorfik (batuan ubahan), dan batuan beku berkomposisi basa hingga ultra basa (ofiolit).
Percampuran berbagai jenis batuan di dalam palung ini dikenal sebagai batuan bancuh (batuan
campur-aduk) atau batuan melange. Singkapan batuan melange dari paleosubduksi ini dapat dilihat di
Ciletuh (Sukabumi, Jawa Barat), Karangsambung (Kebumen, Jawa Tengah), dan Pegunungan Jiwo di
Bayat (Yogyakarta). Batuan tersebut  berumur Kapur dan merupakan salah satu batuan tertua di Jawa
yang dapat diamati secara langsung karena tersingkap di permukaan.
 2.2 FISIOGRAFI REGIONAL

Aktifitas geologi Jawa Barat menghasilkan beberapa zona fisiografi yang satu sama lain dapat
dibedakan berdasarkan morfologi, petrologi, dan struktur geologinya. Van Bemmelen (1949),
membagi daerah Jawa Barat ke dalam 4 besar zona fisiografi, masing-masing dari utara ke selatan
adalah Zona Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan

Zona Dataran Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa membentang barat-timur mulai dari
Serang, Jakarta, Subang, Indramayu, hingga Cirebon. Daerah ini bermorfologi dataran dengan batuan
penyusun terdiri atas aluvium sungai/pantai dan endapan gunungapi muda.

Zona Bogor terletak di sebelah selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang mulai dari
Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka, dan Kuningan. Zona Bogor umumnya
bermorfologi  perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40 km.
Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif.
Morfologi perbukitan terjal disusun oleh batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di Komplek
Pegunungan Sanggabuana, Purwakarta.  Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi perbukitannya
sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.

Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40
km,  membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga
Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh
beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut sebagai
depresi di antara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression). 
Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara
tidak selaras oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut 
membentuk struktur lipatan besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak
dari Geantiklin Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van
Bemmelen, 1949).

Zona Pegunungan Selatan terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek (1946) menyatakan
bahwa batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri, Sukabumi.
Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri yang merupakan bagian dari Zona Bandung
berbatasan langsung dengan dataran tinggi (plateau) Zona Pegunungan Selatan. Morfologi dataran
tinggi atau plateau ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan sebagai Plateau Jampang.
2.3 Fisiografi Struktur

Struktur geologi daerah yang dipetakan ini sangat sederhana,sumbu lipat yang pada
umumnya berarah pada Timur Tenggara – Barat Baratlaut. Demikian juga dengan arah beberapa
sesar normal dan sesar naik yang terdapat di daerah Lembar.

Lipatan dan sesar naik diduga terbentuk oleh adanya gaya kompresi terhadap batuam
sedimen laut pada Tersier, dengan arah Utama Selatan Baratdaya – Utara Timurlaut. Sedangkan sesar
normal terbentuk pada Kuarter,akibat gaya tegang yang berkaitan dengan terjadinya kegiatan gunung
api seperti G. Cereme disebelah barat Lembar.

Pengangkatan dan perlipatan lemah jelas masih berlangsung di daerah ini sampai sekarang,
terbukti dari adanya undak undak sungai di antara beberapa bukit . Struktur kuba pada batuan
berumur Kuarter disekitar situpatok diduga adanya hubungan dengan erupsi “phreatic” di situpatok.
BAB III

PETA SEJARAH GEOLOGI

Pada jaman Tersier tepatnya pada umur Miocene , dibagi menjadi 3 zona yaitu ; miocene bawah ,
tengah dan atas . pada umur miocene bawah terendapkan batuan dengan formasi pemali dengan litologi
batu lempung , kelabi kebiruan yang kompak dengan bidang perlapisan yang kurang jelas dan pada
litologi ini terdapat fosil foraminifera kecil yang tersingkap secara kecil dengan sisipan batupasir tufan
dan batu gamping pasiran sebagai penyusun formasi ini , dengan ketebalan 900 m.

Pada umur miocene tengah merupakan formasi halang yang merupakan turbidit, yang terdiri dari
breksi sedimen dari gunungapi dan konglomerat bersusunan andesit dan basal, bersisipan dengan batu
pasir,serpih dan batu lempung pasiran , tebal dari satuan ini mencapai 150 m.

Pada bagian atasnya merupakan runtunan turbidit yang terdiri dari lapisan batu lempung dan napal,pada
bagian tengah runtunan banyak mengandung sisipan atau selingan batu pasir.dan pada bagian bawah
formasi batuan diatas bersisipan dengan batu gamping dan lensa lensa bongkah batuan gamping yang
mengandung fosil foraminifera besar serta molusca.Runtunan diendapkan sebagai sedimen turbidit pada
zona batial atas.struktur sedimen yang jelas berupa perlapisan bersusun , perairan sejajar,perairan
terperuling dan tikas beban. Tertindih takselaras formasi tapak,menjemari dengan anggota gunung hurip
formasi halang dan formasi kumbang dan menindih atas formasi pemali,ketebalan sataun diperkirakan
2400 m dengan menipis kearah timur.
Pada umur miocene tengah juga terdapat anggota breksi formasi kumbang yang berasal dari
breksi gunungapidengan komponen bongkah andesit dan menjemari dengan formasi halang dan pada
umur miocene tengah-akhir ini terdapat formasi kumbang dengan adanya intrusi lava dan tuff tersusun
andesit sampai basal yang menjemari dengan formasi halang dengan tersingkap setempat pada bagian
selatan batas selat lembar peta.

Pada umur pliocene terendapkan formasi tapak yang terdiri dari batu pasir kasar yang berangsur
angsur menjadi batu pasir yang lebih menghalus dengan beberapa sisipan napal pasiran. Pada bagian atas
perselingan batu pasir gampingan dengan batu napal mengandung fosil moluska air payau-marine yang
menunjukan umur pliocene awal – tengah menindih tak selaras dengan formasi kumbang dan halang.
Pada umur pliocene juga terdapat formasi kalibiuk dengan interfengering dengan formasi tapak , akan
tetapi pada pertengahan kedua formasi ini terdapat lapisan yang hilang (hiatus). Pada formasi kalibiuk ini
ditempati oleh litologi batu pasir tuffan yang halus dengan warna putih kekuninga, lapisan tipis
konglomerat,batu pasir kasar , gamping dengan fosil moluska dan koral , batu lempung dengan fosil
foraminifera kecil dan pada batu lempung kasar terdapat batu lempung halus . formasi ini semkin menipis
kearah barat dengan tebal lapisan 300 m.

Pada bagian atas formasi kalibiuk terapat terdapat formsi cijolang dengan litologi konglomerat
sisipan dengan batu pasir tuffan yang memperlihatkan perlapisan yang kurang jelas dengan bagian bawah
tersusun oleh kuarsa , batu pasir , batu lempung , andesit dan basal . pada wktu yang sama juga terdapat
intrusi dari formasi ciherang dengan perselingan antara batu breksi gunung api batu pasir tufan dan
konlomerat dengan sisipan batu lempung tufan. Batu pasir tufan dan berbutir halus hingga
kekonglomeratan yang mengandung hornblende , plgioklas . fosil yang terdapat pada batu lempung antara
lain foraminifera kecil dan verteberta pada konglomerat atau breksi .secara stratigrafi satuan batuan ini
menjemari dengan formasi cijolang ,formasi kalibiuk dan bagian bawah formasi tapak dan berumur
pliocene tengah.

Pada masa umur transisi pliocene – plistocene terdapat lava hasil gunung api tua ciremei yang
terdiri dari litologi batu pasir tufan dan konglomerat yang tersisipi lapisan lava, breksi aliran dan tuff .
batuan ini membentuk morfologi yang jauh lebih enonjol jika dibandingkan dengan morfologi batuan
gunjng api muda yang mengelilingi dan menunjukan pengerosian yang lebih matang

Pada umur plistocene terdapat formasi gintung dengan litologi batu lempug tufan , batu pair tufan
, konglomerat dan breksi. Umumnya batuan disini hampir datar kemiringannya dengan drajat kepadatan
dan penyemenan yang belum kuat.dalam batu pasir sering terlihat adanya pecahan pecahan yang lepas
dari plagioklas , kristal kuarsa dan batu apung.lingkungan pengendapan ini tergolong dari darat sampe
peralihandan tebal singkapan yang tersingap kurang lebih setabal 90 m dan singkapan yang paling jelas
terlihat di Bt.puterlumbung yang menindih takselaras formasi herang.

Pada umur holocene awal terdapat endapan lahar lahar slamet dengan lahar pada bagian bawah bagian
bawah yang membentuk topografi hampir datar dan punggungnan tajam pada tepi sungai.

Sedangkan pada umur holocene tengah terdapat hasil gunung api muda ciremai dengan litologi lava, batu
pasir , tuff dan breksi . singkapan breksi umumnya masih padu,sedangkan batu pasir tufan dan lahar
umumnya lapukdan berubah menjadi soil.
Pada bagian umur holocene akhir merupakan endapan pantai dengan satuan lemping hasil endapan rawa ,
lanau serta lempung kelab yang menggandung cangkang kerang hasil pengendapan disekitar
pantai.endapan pantai ini berinterfengering dengan endapan aluvial dengan satuan krikil,pasir dan
lempung yang terendapkan disekitar dan sepanjang dataran endapan banjir disekitar sungai dengan
ketebalan 5 m.
DAFTAR PUSTAKA

http://syawal88.wordpress.com/2011/10/05/geologi-regional-jawa-barat/

Anda mungkin juga menyukai