GEOLOGI REGIONAL
Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur
dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah utara
berbatasan dengan dataran aluvial Jawa bagian utara, di bagian selatan merupakan
jalur gunung api Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu), sedangkan pada
bagian timur berbatasan dengan Pegunungan Kendeng Bagian utara Pulau Jawa ini
merupakan geosinklin yang memanjang dari barat ke timur (Bemmelen, 1970).
2.2. TATANAN TEKTONIK PULAU JAWA
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur
geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki polapola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah
penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress
regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola
umum struktur yaitu arah Timur Laut Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola
Meratus, arah Utara Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur Barat (E-W).
Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut Barat Daya
(NE-SW) menjadi relatif Timur Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai sekarang
telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit
disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut.
Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah
sekitarnya.
sebagai hasil dari proses subduksi antara lempeng samudra Hindia-Australia dengan
lempeng benua Eurasia.
structural, dan biasa disebut kompleks melange. Di samping itu, morfologi fluvial
yang kini ada dikenal sebagai Karang Sambung.
Banyak perbukitan di Karang sambung, diantaranya yang cukup familiar, Bukit
Waturanda, Bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul, Bukit Jatibungkus, dan
lainnya. Daerah ini dikenal sebagai kompleks melange karena batuan-batuan disini
bercampur-campur. Melange di interpretasikan dilapangan sebagai bentuk bongkahbongkah asing yang berkumpul. Dan skala melange disini berupa bongkah yang
berkisar antara puluhan hingga ratusan meter, walaupun begitu tetap pada rangkaian
pegunungan yang mengelilinginya, seperti sebuah Amphitheatre. Salah satu
morfologi yang dimaksud Karang Sambung adalah Sungai Luk Ulo. Sungai Luk ulo
termasuk sungai anteseden, yang memotong prinsip-prinsip geologi seperti
umur
Kapur
Tengah
s/d
Paleosen
(Sukendar
Asikin
1974).
Kelompok batuan ini disimpulkan sebagai kompleks melange yang terdiri dari
graywacky,
skiss,lava
basalt
berstruktur
bantal,gabro,
batugamping merah,
Formasi Karangsambung
Merupakan kumpulan endapan olisthostrom, terjadi akibat pelongsoran karena
gaya berat di bawah permukaan laut, melibatkan endapan sedimen yang belum
mampat,
berlangsung
pada
lereng
parit
di
bawah
pengaruh
endapan
Suyanto
breksi.Litologinya
&Roskamil
berupa
breksi
(1974)
menyebutnya
dengan
komponen
sebagai
lempung
batulempung,batupasir,
batugamping, napal dan tufa. Mempunyai umur Oligosen - Miosen Awal, dan
berkedudukkan selaras di atas Formasi Karangsambung
Formasi Waturanda
Formasi ini terdiri dari batuan - batuan batupasir vulkanik dan breksi
vulkanik,berumur Miosen Awal - Miosen Tengah, selaras di atas Formasi Totogan.
Formasi ini mempunyai Anggota Tuff, dimana Harloff (1933) menyebutnya sebagai
Eerste Merger Tuff Horizon.
Formasi Panosogan
Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Waturanda, litologinya terdiri dari
perselingan batupasir, batulempung, tufa, napal dan kalkarenit. Ketebalan formasi ini
1000 meter, mempunyai umur Miosen Awal - Miosen Tengah.
Formasi Halang
Penyebaran formasi ini tersebar di bagian tengah Lembar, membentang dari barat
sampai ke timur, menempati daerah perbukitan. Litologi penyusun terdiri dari
batupasir gampingan, batupasir kerikilan, batupasir tufaan, napal, napal tuffaan,
batulempung, batulempung napalan. Umur Formasi Halang adalah Miosen Tengah
sampai Pliosen Awal (N15 N18).
Formasi Peniron
Peneliti terdahulu menamakan sebagai Horizon Breksi III. Formasi Peniron
menindih selaras di atas Formasi Halang dan merupakan sedimen turbidit termuda
yang diendapkan di Zone Pegunungan Serayu Selatan. Litologinya terdiri dari breksi
aneka bahan (polimik) dengan komponen andesit, batulempung, batupasir dengan
masa dasar batupasir sisipan tufa, batupasir, napal dan batulempung.
Batuan Vulkanik Muda
Mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan semua batuan yang lebih tua di
bawahnya. Litologi terdiri dari breksi dengan sisipan batupasir tufan, dengan
komponen andesit dan batupasir. Komponen tersebut merupakan aliran lahar pada
lingkungan darat. Berdasarkan pada ukuran komponen yang membesar ke utara, hal
ini menunjukkan arah sumber di utara yaitu Gunung Sumbing berumur Plistosen.
2.4. STRUKTUR GEOLOGI KARANGSAMBUNG
Aktivitas
tektonik
yang
terjadi
di
Pulau
Jawa
mengakibatkan
busur kepulauan yang disebut Sunda Arc System (Sukendar Asikin, dkk., dalam
PIT IAGI XVI, 1987).
Berdasarkan hasil penafsiran foto citra ERTS (Untung dan Sato, 1978) dan
anomali gaya berat (Untung dan Wiriosudarmo, 1975), menunjukkan adanya sesarsesar dan kelurusan-kelurusan dari pola struktur yang umumnya berarah BaratdayaTimurlaut, Baratlaut-Tenggara, dengan sumbu lipatan yang pada umumnya berarah
Barat-Timur pada daerah Jawa Tengah, (Gambar 2.3). Menurut Sukendar Asikin
(1974), secara umum struktur Pegunungan Serayu Selatan terdiri dari lipatan-lipatan
dengan sumbu berarah Barat-Timur, disertai sesar naik, sesar normal, dan sesar
mendatar. Pada umumnya struktur tersebut dijumpai pada batuan yang berumur
Kapur hingga Pliosen.
Gambar 2.3 Pola Struktur Regional Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan
Kelurusan dari Citra ERTS (Untung dan Sato, 1978)
Karena daerah penelitian termasuk ke dalam jalur Pegununungan Serayu
Selatan (van Bemmelen, 1949), maka pembentukan struktur geologi yang nampak
pada daerah penelitian sekarang, disebabkan oleh aktifnya kembali sesar-sesar tua
pada dasar cekungan (sesar basement/ dip seated fault) sebagai akibat tektonik pada
sedimen
Flysch,
yang
bahannya
bersumber
dari
daratan