Anda di halaman 1dari 26

BAHAN AJAR

PENGINDERAAN JAUH

Mata Pelajaran : Geografi

Kelas : XII

Semester : 1 (satu)/Ganjil

Penyusun : Sutarno,S.Pd

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Kompetensi Dasar :

Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan kajian tata guna lahan dan
transportasi.

Indikator :

1. Menguraikan konsep penginderaan jauh (jenis dan aspek interpretasi penginderaan


jauh)
2. Menganalisis manfaat penginderaan jauh
3. Menganalisis keunggulan penginderaan jauh
4. Merancang tata guna lahan menggunakan penginderaan jauh
5. Merencanakan pengembangan jaringan transportasi menggunakan penginderaan
jauh
6. Merangkum tata kelola dan lembaga penginderaan jauh di Indonesia

Materi Pokok :

1. Menganalisis konsep penginderaan jauh (jenis dan aspek interpretasi)


2. Manfaat penginderaan jauh
3. Keunggulan penginderaan jauh
4. Penginderaan jauh untuk tata guna lahan
5. Penginderaan jauh untuk pengembangan jaringan transportasi
6. Tata kelola dan lembaga penginderaan jauh di Indonesia

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Konsep penginderaan jauh
(jenis, aspek interpretasi penginderaan jauh)
1. Pengertian Pengindraan Jauh

Pengindraan jauh adalah suatu ilmu, seni, dan teknik dalam usaha mengetahui
benda, dan gejala dengan cara menganalisis objek dan arah tanpa adanya kontak
langsung dengan benda, gejala, dan objek yang dikaji.
Pengambilan data dalam pengindraan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Tidak adanya kontak dengan objek yang dikaji maka
pengindraan dilakukan dari jarak jauh sehingga disebut pengindraan jauh.
Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering digunakan untuk
pengindraan jauh. Di negara Inggris, pengindraan jauh dikenal dengan remote
sensing, di negara Prancis dikenal dengan teledection, di negara Spanyol disebut
sensoria remote, di negara Jerman disebut femerkundung, dan di negara Rusia
disebut distansionaya. Di Indonesia pengindraan jauh juga lebih dikenal dengan
remote sensing.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian penginderaan jauh
sebagai berikut:
Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni
untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan
menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
Menurut Colwell (1984) Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau
perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas
atau jauh dari objek yang diindera.
Menurut Curran, (1985) Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi
elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan
sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
Menurut Lindgren (1985) Penginderaan Jauh yaitu berbagai teknik yang
dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi ini.
Dari pengertian di atas, coba kamu pikirkan apakah seorang nenek sihir yang
melihat mangsanya melalui bola kristal termasuk penginderaan jauh atau bukan?

2. Komponen Pengindraan Jauh

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


a. Sistem Tenaga
Pengindraan jauh menggunakan dua sumber tenaga yaitu sumber tenaga matahari
dan sumber tenaga buatan. Sumber tenaga buatan ada sebagai pengganti sumber
matahari karena ketika malam hari di suatu tempat tidak ada sumber tenaga maka
dipakai sumber buatan yang disebut dengan tenaga pulsa.
Pengindraan jauh yang menggunakan tenaga matahari dikenal dengan sistem
pasif. Sedangkan pengindraan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut
dengan sistem aktif.

b. Atmosfer
Energi yang masuk ke permukaan bumi tidak seluruhnya sampai, tapi hanya
sebagian kecil masuk ke permukaan bumi. Energi tersebut dihambat oleh atmosfer
melalui serapan, dipantulkan, dan diteruskan.

c. Interaksi Antara Tenaga dan Objek


Dalam perekaman objek diperlukan wahana, tenaga alami, atau buatan, objek
yang direkam, alat sensor, dan deteksi (detector). Tenaga yang memancar ke
permukaan bumi (objek) akan memantul dan direkam oleh alat (sensor).
Pada sensor terdapat alat untuk mendeteksi (detector), di mana detector yang ada
pada alat dipasang pada wahana (seperti balon udara, pesawat, dan satelit).

d. Wahana dan Sensor


a) Wahana adalah kendaraan yang berfungsi untuk menyimpan alat perekam.
Merekam objek permukaan bumi bisa dilakukan di angkasa maupun di luar
angkasa. Wahana yang digunakan di pengindraan jauh di antaranya balon
udara, pesawat terbang, pesawat ulang-alik, dan satelit.
Setiap jenis kendaraan memiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat
terbang memiliki kerincian objek yang dapat terus ditingkatkan karena
pesawat dapat terbang pada ketinggian yang berbeda, sedangkan satelit
memiliki kerincian objek yang bergantung pada pixel karena ketinggian
wahana satelit sudah ditentukan.
b) Sensor adalah alat yang berfungsi sebagai penerima tenaga pantulan maupun
pancaran yang direkam oleh detector. Sensor sering juga disebut sebagai alat
perekam.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi dua, yaitu
sensor fotografik dan sensor elektronik.
1) Sensor Fotografik
Sensor yang digunakan sistem fotografik adalah kamera. Cara kerja sensor
ini berdasarkan pantulan tenaga dari objek. Sedangkan detektornya adalah
film sehingga sensor fotografik menghasilkan foto. Sensor fotografik yang
dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra yang disebut foto udara,
sedangkan sensor fotografik yang dipasang di satelit sering disebut citra
satelit.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik ini digunakan pada sistem pengindraan jauh
nonfotografik karena proses perekaman objek tidak berdasarkan
pembakaran, tetapi berdasarkan sinyal elektronik yang dipantulkan atau
dipancarkan dan direkam oleh detektor. Detektor untuk sensor ini adalah

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


pita magnetik dan proses perekamannya didasarkan pada energi yang
dipantulkan atau dipancarkan. Sensor elektronik yang direkam pada pita
magnetik selanjutnya diproses menjadi data visual (citra) dan data digital
dengan menggunakan komputer.

e. Perolehan Data
Data pengindraan jauh diperoleh melalui dua cara yaitu dengan cara manual dan
digital. Cara manual dilakukan dengan cara interpretasi secara visual. Sedangkan
cara digital dilakukan dengan menggunakan komputer. Foto udara biasanya
diinterpretasi secara manual.

f. Pengguna Data
Pengguna data adalah orang atau lembaga yang memakai data pengindraan jauh.
Data pengindraan jauh dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Data
pengindraan jauh yang memiliki kerincian dan keandalan sangat dibutuhkan oleh
pengguna data.

Gb. Satelit pengindra jarak jauh

Pengindraan jauh dengan proses satelit seperti tampak pada gambar di samping,
melalui berbagai proses berikut:
a. Spektrum Elektromagnetik
Sinar matahari sebagai spektrum elektromagnetik mengenai sasaran (objek) yang
diinginkan.
b. Penyinaran
Matahari sebagai sumber energi alami digunakan dalam proses satelit sebagai
sistem pasif (searah). Sinar yang masuk dihambat oleh atmosfir melalui serapan,
pantulan, dan kemudian diteruskan.
c. Pemantulan dan Penangkapan Hasil penyinaran dari sasaran (objek) yang berupa
pantulan kemudian ditangkap oleh alat perekam data (citra satelit).
d. Perekaman
Hasil perekaman dari citra satelit diterima oleh piringan penerima data, dalam hal
ini data secara digital, baru kemudian diolah (dicetak, disimpan, dan sebagainya)
dan digunakan oleh pengguna data.

3. Alat Penginderaan Jauh

Alat yang digunakan untuk memperoleh citra foto adalah kamera. Jenis
kamera dalam penginderaan jauh fotografik antara lain:
1) kamera kerangka untuk pemetaan,

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


2) kamera kerangka untuk keperluan tinjau,
3) kamera panoramik, dan
4) kamera multispektral.

Berikut ini adalah beberapa alat penginderaan jauh berserta fungsinya:

1) Active Microwave Instrument (AMI)


AMI mampu menghasilkan citra (gambar rekaman suatu objek) dataran dan
lautan, dapat pula menentukan arah gelombang samudera, serta mengukur arah
dan kecepatan angin.

2) Radar Altimeter (RA)


Jenis sensor ini mampu mengukur tinggi muka laut, tinggi gelombang, dan
topografi bawah laut. Radar adalah Radio Detection and Ranging.

3) Along Track Scanning Radiometer and Microwave


Sounder (ATRS) ATRS merupakan gabungan antara sensor inframerah dan
gelombang mikro yang fungsinya untuk mengukur temperatur permukaan laut,
mengukur temperatur tebal tutupan awan, serta mengukur kelembapan awan.

4) Precise Range and Range-Rate Equipment (PRARE)


PRARE dapat menentukan posisi satelit paling tepat terhadap lokasi stasiun di
muka bumi.

5) Laser Retro-Reflector (LRR)


LRR digunakan untuk menentukan posisi satelit yang tepat beserta orbitnya
dengan lokasi di bumi melalui stasiun-stasiun laser.

Kemudian, yang dimaksud dengan objek dalam pengertian penginderaan jauh


di atas ialah dapat berupa permukaan bumi, dirgantara, antariksa. Penginderaannya
dilakukan dari jarak jauh. Dengan demikian, disebutlah sistem penginderaan itu
sebagai penginderaan jauh.

Sumber: http://www.cpuik.com/2014/11/interpretasi-citra-alat-penginderaan-jauh.html

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


4. Jenis Citra Penginderaan Jauh

Dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau


dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tersebut kemudian diolah
untuk menjadi data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dibagi menjadi dua,
yaitu :
1) Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.
2) Data visual yang dianalisis secara manual.

Data visual dibedakan menjadi dua yaitu data citra dan data noncitra. Data
citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau setidaknya berupa gambaran
planimetrik. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.
Citra dibedakan menjadi citra foto atau foto udara dan citra nonfoto.
Perbedaan antara citra foto dan nonfoto adalah sebagai berikut.

Tabel Perbedaan Antara Citra Foto dan Nonfoto

Jenis Citra
Variabel Pembeda
Citra Foto Citra Nonfoto
Sensor Kamera Nonkamera,
mendasarkan atas
penyiangan (scanning)
Detektor Film Kamera yang
detektornya bukan film
Proses perekaman Fotografi/kimiawi Pita magnetik, termistor,
foto konduktif, foto
voltaic, dsb
Mekanisme Serentak Elektronik Parsial
Perekaman Spektrum elektromagnetik Spektrum tampak dan Spektra tampak dan
perluasannya perluasannya, termal
dan gelombang mikro

a. Citra Foto

Citra Foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil
pemotretan dengan menggunakan kamera. Kamera yang dipasang pada wahana
seperti balon udara, pesawat, atau layang-layang maka hasil pemotretannya
disebut foto udara, sedangkan kamera yang dipasang dengan menggunakan
wahana satelit hasil pemotretannya disebut foto satelit.
Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu :

1) Spektrum elektromagnetik yang digunakan,


Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan
menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut:
a) Foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
b) Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


c) Foto pankromatik, yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum
tampak.
d) Foto infra merah asli, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9-1,2
mikrometer yang dibuat secara khusus.
e) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah
dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian
saluran hijau.

2) Sumbu kamera,
Posisi sumbu kamera, yaitu arah sumbu kamera ke permukaan bumi.
a) Foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus
terhadap permukaan bumi.
b) Foto condong atau foto miring, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu
kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut
ini umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi bila sudut
condongnya masih berkisar antara 1-4 derajat, foto yang dihasikan masih
digolongkan sebagai foto vertikal.

3) Sudut liputan kamera,


Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi empat jenis.
Perhatikan tabel berikut:
Tabel Jenis Foto Berdasarkan Sudut Liputan Kamera
Jenis Kamera Panjang Fokus Sudut Liputan Jenis Foto
Sudut kecil (Narrow 304,8 <60° Sudut Kecil
Angle)
Sudut normal (Normal 209,5 60°-70° Sudut normal /
Angle) sudut standar
Sudut Lebar (Wide 152,4 75°-100° Sudut lebar
Angle)
Sudut sangat lebar 88,8 >100° Sudut sangat lebar
(Super Wide Angle)

4) jenis kamera,
Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak:
a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah
liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.
b) Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan
menggambarkan daerah liputan yang sama.

Foto jamak dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu:


a) multi kamera atau beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke
satu sasaran,
b) kamera multi lensa atau satu kamera dengan beberapa lensa,
c) kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.

Foto jamak dibedakan lebih jauh lagi menjadi:

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


a) Foto multispektral yaitu beberapa foto daerah sama yang dibuat dengan
saluran yang berbeda-beda, atau satu kamera dengan beberapa lensa,
masing-masing lensa menggunakan band (saluran) yang berbeda yaitu
biru, hijau, merah, serta infra merah pantulan.
b) Foto dengan kamera ganda; yaitu dengan menggunakan kamera ganda.
Pada setiap pemotretan dihasilkan dua foto yang berbeda.

5) warna yang digunakan.


Berdasarkan warna yang digunakan, foto berwarna dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a) Foto berwarna semu (false color) atau foto infra merah berwarna. Pada
foto berwarna semu, warna objek tidak sama dengan warna foto. Misalnya
objek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan
spektrum infra merah, tampak merah pada foto.
b) Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.

6) sistem wahana dan penginderaannya.


Berdasarkan wahana, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Foto udara yaitu foto yang dibuat dari pesawat/ balon udara.
b) Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.

b. Citra Nonfoto

Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh
sensor, bukan kamera. Dengan cara scanning, citra nonfoto dibedakan
berdasarkan:

1) spektrum elektromagnetik yang digunakan


a) Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra
merah termal. Penginderaan pada spektrum ini berdasarkan pada beda
suhu objek dan daya pancarnya pada citra tecermin dengan beda rona atau
beda warnanya.
b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan
spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan
dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra
gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan
menggunakan sumber tenaga alamiah.

2) sensor yang digunakan


a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
b) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak. Berbeda
dengan citra tunggal yang dibuat dengan saluran sempit, citra
multispektral salurannya sempit.

3) Wahana yang Digunakan


a) Citra dirgantara, adalah citra yang dibuat dengan menggunakan wahana
yang beroperasi di udara atau dirgantara.
b) Citra satelit, adalah citra yang menggunakan wahana yang bergerak di
ruang angkasa seperti satelit.

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Sumber: http://www.cpuik.com/2014/10/pengertian-dan-komponen-pengindraan-
jauh.html

5. Aspek Interpretasi Citra

Interpretasi Citra adalah kegiatan mengenali objek pada citra dengan cara
menganalisis dan kemudian menilai penting atau tidaknya objek tersebut. Pengenalan
objek citra berdasarkan karakteristik tertentu yang disebut unsur interpretasi citra.
Ada delapan interpretasi citra, di antaranya:

1) Rona/ Warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra. Warna
adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum nyata.

2) Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan dalam
bentuk kasar, sedang, dan halus. Misalnya hutan bertekstur kasar, belukar
bertekstur sedang, dan semak bertekstrur halus.

3) Bentuk
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat dikenali
berdasarkan bentuknya. Seperti: jalan bentuknya memanjang sedangkan lapangan
bola mempunyai bentuk lonjong.

4) Ukuran
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan volume. ukuran
objek pada citra berupa skala.

5) Pola
Pola merupakan suatu keteraturan pada suatu objek di lapangan yang tampak
pada citra. Pola diklasifikasikan menjadi: teratur, kurang teratur, dan tidak
teratur.

6) Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Contoh: pemukiman pada umumnya memanjang pada pinggir tebing pantai,
tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di
daerah dataran rendah, dan sebagainya.

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


7) Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail objek yang berada di daerah gelap.
Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting dari beberapa
objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh: pola transmigrasi dikenali dengan rumah yang ukuran dan jaraknya
seragam, masing-masing menghadap ke jalan.

8) Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh: sawah berasosiasi dengan aliran air (irigasi), pemukiman, dan sebagainya.

6. Keunggulan Dan Manfaat Penginderaan Jauh

Diukur dari segi jumlah maupun segi frekuensinya, pada empat dasawarsa
terakhir ini penggunaan penginderaan jauh menunjukkan adanya peningkatan yang
sangat pesat. Kenyataan ini tentunya dilandasi oleh berbagai alasan di antaranya
seperti berikut ini:
a. Citra atau hasil rekamannya menggambarkan objek yang:
1) wujud dan letaknya mirip dengan sebenarnya;
2) relatif lengkap;
3) meliputi daerah yang luas; serta
4) permanen.
b. Jenis citra tertentu dapat memperoleh gambar tiga dimensi apabila
pengamatannya dilakukan dengan stereoskop.
c. Objek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga objek
tersebut bisa dikenali.
d. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun secara terestrial objeknya sukar
dijelajahi.
e. Penginderaan jauh merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk pemetaan
daerah bencana.
f. Citra merupakan alat yang sangat efektif untuk memantau perubahan yang cepat,
seperti pembukaan hutan, pemekaran kota, perubahan kualitas lingkungan, dan
perluasan lahan garapan.

Keterbatasan citra pengindraan jauh

Keterbatasan utama dari citra pengindraan jauh adalah sebagai berikut:


a. Tidak semua data dapat disadap. Data yang diperoleh terbatas pada data objek
atau gejala yang tampak langsung pada citra. Kelompok objek atau gejala ini
meliputi jenis tanah, jenis batuan, air tanah, kualitas perumahan, dan pencemaran
air. Objek atau gejala yang tidak mungkin disadap datanya dari citra antara lain
migrasi, susunan penduduk, dan produksi padi per hektar.
b. Ketelitian hasil interpretasi citra sangat tergantung pada kejelasan wujud objek
atau gejala pada citra dan tergantung pula pada karakteristik yang digunakan
untuk menyidiknya.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh teknologi penginderaan jauh


yang mulanya hanya digunakan dalam bidang kemiliteran, kini bidang-bidang lain,

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


seperti geologi, industri migas, perencanaan kota, kehutanan, dan arkeologi turut pula
memanfaatkannya.

a. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Bidang Geologi (Landsat)

Pakar geologi khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana


alam memerlukan informasi dari teknologi ini untuk mengetahui/ memperkirakan
potensi dan melokalisasi daerah rawan bencana.
Kegiatan alam tersebut dapat diamati melalui foto citra indera jauh, yang
datanya kemudian dianalisis dan dipakai sebagai data dasar peta dampak
lingkungan. Jadi, penginderaan jauh memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengidentifikasi daerah rawan bencana alam. Informasi potensi rawan yang
dihasilkan oleh penafsiran penginderaan jauh dapat berupa:

1) jenis dan sebaran batuan;


2) hubungan antarbatuan;
3) struktur/ geologis, seperti sesar dan pelipatan;
4) morfologi tanah;
5) sebaran, bahaya informasi-informasi itu, maka kita akan sangat terbantu
dalam mengevaluasi kerawanan bencana dan risiko bahayanya.

b. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Bidang Geomorfologi (Geosat dan


SPOT)

Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:


1) mengamati bentuk, panjang, dan arah lereng;
2) mengamati kekasaran lereng;
3) mengamati gerak massa batuan;
4) mengamati beda ketinggian;
5) mengamati bentuk lembah.

c. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Bidang Meteorologi

Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan untuk hal-hal berikut:


1) mengamati iklim suatu daerah, yaitu melalui pengamatan tingkat perawanan
dan kandungan air dalam udara.
2) membantu analisis cuaca dan peramalannya, yaitu dengan menentukan daerah
tekanan tinggi dan daerah tekanan rendah.
3) mengamati sistem pola angin permukaan.
4) memetakan data meteorologi dan klimatologi.

d. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Bidang Hidrologi (Landsat, ERS


dan SPOT)

Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:


1) pemantauan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.
2) pemetaan luas daerah dan intensitas banjir.
3) mengamati kecepatan aliran sungai.
4) mengamati arah aliran sungai.

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


e. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Bidang Oceanografi (Seasat dan
MOS)

Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai


berikut:
1) pengamatan pasang surut dan gelombang air laut;
2) studi perubahan pantai, abrasi, dan sedimentasi;
3) pemetaan potensi sumber daya laut.

f. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Bidang Perencanaan

Untuk perencanaan kota diperlukan data tepercaya, terinci, dan mutakhir.


Dengan demikian, penginderaan jauh sebagai satu-satunya pilihan. Dengan
teknologi ini, kota dapat direkam secara cepat. Data yang diperolehnya
menggambarkan wujud dan letak yang mendekati wujud dan letak bumi yang
sebenarnya. Data yang direkam relatif lebih lengkap dibandingkan dengan cara-
cara yang biasa digunakan. Benda atau fenomena yang relatif tidak terlalu kecil
dan tidak terhalang oleh benda lain dapat direkam dan dikenali.
Pada bidang ini penginderaan jauh dimanfaatkan antara lain untuk:
1) menentukan arah pengembangan suatu wilayah;
2) menentukan lokasi pembangunan;
3) menentukan model pengembangan suatu wilayah.

g. Manfaat Penginderaan Jauh dalam Kegiatan Militer

Kedigdayaan suatu negara dalam bidang militer, saat ini tidak lagi
ditentukan oleh lengkap tidaknya persenjataan tempur, melainkan juga
ditentukan oleh ada tidaknya data citra satelit militer.

Hal ini sudah dibuktikan:


1) perang Irak dengan sekutu Kuwait,
2) tertembaknya tokoh pejuang Republik Chechnya,

Sumber:http://www.cpuik.com/2014/11/penjelasan-hasil-dan-manfaat-
penginderaanjauh.html

Waluya, Bagja. 2009. Memahami Geografi SMA/MA Kelas XII Semester


1 dan 2, Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat
Perbukuan DEPDIKNAS

Endarto, Danang. 2009. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:


Pusat Perbukuan DEPDIKNAS

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Penginderaan jauh untuk tata guna lahan

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mendapatkan


informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari
jarak jauh dengan menggunakan sensor.
Data yang digunakan dalam penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi
daya gelombang bunyi dan atau energi elektromagnetik.Sebagai contoh grafimeter
memperoleh data dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi
memperoleh data dari gelombang bunyi dan maka kita memperoleh data dari energi
elektromagnetik. Data yang diperoleh itu dikelola dan akan digunakan untuk kepentingan
tertentu.

1. Bentangan Alam sebagai Hasil Penginderaan Jauh

Hasil penginderaan jauh terhadap beberapa bentangan alam dapat dideskripsikan


sebagai berikut:

a. Bumi
Bentuknya bulat, terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti:
gunung api yang tampak seperti kerucut, dataran pantai yang tampak melingkari
laut, tanggul alam berbentuk lingkaran berisi air yang di pinggirnya dilapisi
tembok.
b. Wilayah Indonesia
Wilayah Indonesia bentuk luarnya memanjang, terdiri atas deretan pulau-pulau,
dikelilingi oleh rona biru laut.
c. Hutan Mangrove
1) ronanya tampak cerah, sedikit lebih gelap dibanding kenampakan nipah;
2) teksturnya kasar, sangat berbeda dengan kenampakan tekstur pada pohon-
pohon sekitarnya;
3) polanya memanjang, mengikuti garis pantai;
4) mangrove hidup pada ekologi pantai dan daerah rawa.
d. Gunung Api
Gunung api berbentuk kerucut, sedangkan kipas aluvial berbentuk segi tiga yang
alasnya cembung.
e. Kebun Karet
Tampak gelap, pola dan jarak tanamnya teratur, serta ketinggiannya pun seragam.

2. Bentangan Budaya sebagai Hasil Penginderaan Jauh

Bentangan budaya, seperti daerah transmigrasi, pemukiman kumuh, lapangan sepak


bola, rumah, terowongan, bandar udara, stasiun kereta api, dan atap yang merupakan
hasil penginderaan jauh dapat terlihat sebagai berikut:

a. Daerah Transmigrasi
Polanya teratur, yaitu dengan rumah yang berukuran sama, jaraknya seragam, dan
masing-masing menghadap ke jalan.
b. Pemukiman Kumuh
1) rumah-rumah berukuran kecil;

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


2) kepadatan rumah tinggi;
3) atap terbuat dari genting, asbes, seng, jerami, (serba aneka);
4) pola jalan internal tidak teratur;
5) adanya kakus umum.
c. Lapangan Sepak Bola
Bentuknya persegi panjang, dikelilingi tembok, rona cerah oleh rumput,
teksturnya halus.
d. Rumah
Bentuknya persegi panjang, pada umumnya ditanami tanaman hias atau tanaman
pekarangan, ukurannya relatif lebih kecil daripada kantor atau pabrik.
e. Terowongan
Wujudnya seperti jalan, tetapi hilang di suatu titik dan kembali tampak seperti
jalan lagi pada titik lain.
f. Bandar Udara
Tampak jelas, yaitu berupa landasan yang lurus dan lebar dengan pola yang
teratur.
g. Stasiun Kereta Api
Tampak jelas rel kereta api yang berbentuk garis.
h. Atap
Atap seng dan asbes yang masih baru tampak dengan rona putih, sedangkan atas
sirap ronanya hitam, Genting yang masih baru tampak kelabu cerah, sedangkan
rona genting lama berkisar antara kelabu hingga kelabu hitam.

Salah satu pemanfaatan penginderaan jauh tersebut adalah Sistem Informasi


Geografi. Citra yang diperoleh melalui penginderaan jauh merupakan data dasar atau
input yang selanjutnya diolah dan disajikan oleh Sistem Informasi Geografi. Posisi data
dari citra Penginderaan Jauh dapat dikoreksi kembali dalam Sistem Informasi Geografi.
Dengan demikian, integrasi antara data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi
Geografi akan memperoleh informasi yang optimal sebagai data pemanfaatan wilayah.
Sementara itu, penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam
kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra.
Penggunaan lahan tidak memiliki satu definisi yang benar – benar tepat di dalam
keseluruhan konteks yang berbeda. Sedangkan penutup lahan merupakan gambaran
kostruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Konstruksi tersebut
merupakan konstruksi yang tampak dari sebuah citra penginderaan jauh.
Pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan dengan studi
vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dari biosfer. Karena data penggunaan lahan dan
penutup lahan sangatlah penting untuk sebuah perencanaan. Lahan merupakan material
dasar dari suatu lingkungan, yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik
alami yaitu iklim, geologi, tanah, toporafi, hidrologi dan biologi.

Manfaat Penginderaan Jauh di Bidang Penggunaan Lahan

1. Pemetaan Penggunaan Lahan


Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah
pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun
daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi
lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan
salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan
lahan.Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan
penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah.Contohnya penggunaan lahan
untuk usaha pertanian atau budidaya permukiman.

2. Penentuan Arahan Lahan


Penentuan batas-batas keserasian sumberdaya air merupakan salah satu aspek
utama dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bahan pertimbangan
penyusunan konsep tata ruang kawasan.Ketetapan penataan tata ruang didasarkan
pada tiga faktor yaitu lereng lapangan, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap
erosi dan intensitas hujan harian wilayah yang bersangkutan.Masing-masing faktor
ditampilkan dalam tiap-tiap unit lahan untuk mendapatkan angka skor yang secara
makro dipergunakan untuk menetapkan arahan penggunaan lahan sebagai kawasan
lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya atau kawasan pemukiman.Aplikasi
GIS dapat menyajikan Peta Arahan Penggunaan Lahan yang dibuat dari komposit
Peta Kelerengan, Peta Jenis Tanah dan Peta Curah Hujan. Dari ketiga peta ini dipilih
masing-masing data atributnya yang akan digunakan sebagai dasar dalam membuat
peta baru (Peta Arahan).
3. Penggunaan Lahan Pertanian
Dalam usaha memelihara konsistensi penggunaan lahan sebagai areal
pertanian maka diperlukan suatu sistem monitoring yang mampu mengamati,
menganalisa, menyajikan serta membuat model-model keputusan sehingga aktifitas
pertanian yang berkelanjutan tetap terjaga. Teknologi penginderaan jauh merupakan
salah satu teknologi pendekatan terintegrasi yang dapat memodelkan masalah-
masalah pertanian kaitannya dengan usaha menjaga konsistensi penggunaan lahan
(monitoring), proteksi stabilitas lingkungan (analisis degradasi lahan dan identifikasi
sumber air) dan analisa keruangan (basis data spasial).

4. Penggunaan Lahan Kehutanan


Bidang kehutanan berkenaan dengan pengelolaan hutan untuk kayu termasuk
perencanaan pengambilan hasil kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan
kembali, pengelolaan dan pencacahan margasatwa, inventarisasi dan pemantauan
sumber daya hutan, rekreasi, dan pengawasan kebakaran. Kondisi fisik hutan sangat
rentan terhadap bahaya kebakaran maka penggunaan citra inframerah akan sangat
membantu dalam penyediaan data dan informasi dalam rangka monitoring
perubahan temperatur secara kontinu dengan aspek geografis yang cukup memadai
sehingga implementasi di lapangan dapat dilakukan dengan sangat mudah dan cepat.

5. Penggunaan Lahan Perkebunan


Manfaat dari menggunakan RS dan teknologi GIS tergantung pada tingkat
keberhasilan penerapannya untuk menyelesaikan masalah spasial.Secara umum,
manfaat ini dapat dibagi menjadi empat kategori seperti efisiensi ilmiah, teknologi,
metodologi, dan ekonomi. Efisiensi ilmiah penginderaan jauh data juga termasuk
memperoleh fakta-fakta baru untuk menguatkan dan klarifikasi sebelumnya dikenal
kuantitatif, data kualitatif yang dipelajari. Teknologi efisiensi berarti peningkatan
produktivitas kerja (terutama lapangan pekerjaan yang paling mahal), membuat

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


norma-norma untuk lapangan dan mempercepat proses pemetaan kebun, mengurangi
volume lapangan, memperpendek waktu yang diperlukan untuk survei dan
mengurangi jumlah karyawan yang terlibat monitoring kebun. Berdasarkan manfaat
dan aplikasi remote sensing dan GIS, sektor perkebunana telah mengadopsi
pendekatan ini untuk mempelajari kerugian yang disebabkan faktor lingkungan
karena berbagai alasan.Meskipun kebun menderita berbagai kerugian penyebab
utama adalah kerusakan berat akibat serangan Helopeltis.Jadi dalam proyek ini
inisiatif telah dilakukan untuk mempelajari kesehatan tanaman perkebunan
menggunakan analisis tekstur dan bagaimana kesehatan tenaman perkebunan
tersebut mempengaruhi hasilnya.

Berikut ini contoh pemanfaatan interpretasi citra satelit penginderaan jauh untuk
penggunaan lahan dengan objek kajian Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.
Peta hasil interpretasi citra SPOT5 tanggal perekaman 29 Juli 2005 disini adalah
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Pedurungan Kota Semarang Tahun 2005 dengan
skala 1 : 50.000.
Di peta ini tergambarkan berbagai penggunaan lahan yang ada di Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang. Beberapa penggunaan lahan di Kecamatan Pedurungan
sebagai berikut ;

Jenis Penggunaan Lahan Ciri-ciri Interpretasi


Pemukiman Bentuk persegi ataupun limas, rona cerah, pola teratur, tekstur
kasar, dan asosiasi dengan jalan
Kebun Tekstur kasar, rona gelap, pola terputus-putus dan situs dengan
sungai
Sawah Rona cerah, tekstur halus, dan situs dengan sungai
Industri Bentuk persegi panjang, warna coklat kekuningan, rona terang,
ukuran besar, tekstur kasar
Jalan Bentuk memanjang, ukuran cukup lebar, warna hitam, rona gelap,
pola teratur, dan berasosiasi dengan pemukiman
Pepohonan/ Hutan Bentuk agak membulat, tekstur kasar, pola tidak teratur, warna
hijau tua, dan rona cerah
Sungai Bentuk memanjang, ukuran lebar, warna biru tua, rona terang,
situs dengan sungai, dan asosiasi dengan pemukiman

Dari interpretasi citra satelit tersebut, dapat diketahui berbagai jenis penggunaan
lahan di Kecamatan Pedurungan. Penggunaan lahan paling besar adalah untuk
pemukiman. Penyebaran wilayah pemukiman terjadi pada Kecamatan Pedurungan
sebelah barat, dan wilayah sebelah timur banyak di gunakan sebagai daerah industri,
sawah, dan perkebunan, serta sebelah utara banyak ditumbuhi pepohonan. Luasnya areal
pemukiman dikarenakan di Kecamatan Pedurungan terdapat areal pemukiman sehingga
memiliki tingkat hunian yang tinggi. Selain itu, karena merupakan salah satu bagian dari
wilayah perkotaan, Kecamatan Pedurungan tentu saja memiliki tingkat aksesibilitas dan
konektivitas yang baik, sehingga menarik minat untuk dijadikan wilayah pemukiman.

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Penggunaan lahan untuk pemukiman ini diproyeksikan semakin meningkat karena sektor
industri yang semakin berkembang.
Sementara itu, sektor industri dapat berkembang karena Kecamatan Pedurungan
memiliki aksesibilitas dan konektivitas yang baik sehingga memudahkan mobilitas barang
dan jasa. Meskipun penggunaan lahan untuk industri tidak terlalu luas, namun dapat
memberikan dampak yang besar, terutama dalam pembangunan di wilayah Kecamatan
Pedurungan. Adanya penggunaan lahan untuk persawahan lebih disebabkan oleh adanya
aliran sungai, sehingga memudahkan untuk sistem pengairan. Meskipun sangat potensial
dan produktif untuk sektor ini, namun areal persawahan tidaklah luas karena tergusur
oleh perluasan lahan untuk pemukiman dan industri. Demikian halnya dengan
perkebunan, juga semakin tergusur karena perluasan lahan untuk pemukiman dan
industri, meskipun sebenarnya lahan ini mampu untuk produktif. Sedangkan adanya
pepohonan/ hutan merupakan salah satu bentuk pengelolan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Hal ini dikarenakan Kecamatan Pedurungan masih termasuk Kota Semarang, sehingga
adanya pepohonan merupakan kebutuhan untuk kegiatan rekreasi masyarakat setempat
maupun untuk stabilitas iklim mikro wilayah tersebut.
Pola penggunaan lahan di atas muka bumi mencerminkan tingkat dan orientasi
kehidupan masyarakat di wilayah itu. Akan banyak sekali kebutuhan akan lahan di
Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Yang rencannya kedepannya menjadi perluasan
daerah perekonomian Kota Semarang dan akan banyak sekali perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Pedurungan. Perubahan penggunaan lahan selain dampak dari
perluasan daerah perekonomian Kota Semarang juga karena perkembangan penduduk
yang semakin bertambah. Penambahan bangunan perekonomian, pemukiman, sarana
dan prasarana penunjang sangat diperlukan. Namun pembangunan tersebut harus tetap
memikirkan dampak lingkungan dari setiap perubahan penggunaan lahan.

Sumber:http://referensigeography.blogspot.com/2013/05/penginderaan-jauh-untuk-
penggunaan-lahan.html

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Penginderaan Jauh untuk Pengembangan Jaringan
Transportasi
1. Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan
transportasi
Untuk perencanaan jalan dan transportasi, hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal
sebagai berikut:
a. Interpretasi fisis
1) Relief
Apabila pada peta tergambar puncak-puncak pegunungan yang saling
berdekatan dengan ketinggian yang seragam dapat diperkirakan daerah
tersebut merupakan bekas dasar lautan yang terangkat dan mengalami erosi
tingkat lanjut.
Daerah dengan kondisi geologis seperti ini sulit untuk dibangun jalan atau
jembatan, karena proses pelapukan berlangsung cepat di daerah tersebut.
2) Daerah gunung/pegunungan
Apabila daerah pegunungan memiliki kontur interval yang semakin rapat
menuju titik puncak, berarti daerah tersebut adalah puncak gunung yang
semakin tinggi, semakin terjal, dan semakin besar derajat kemiringannya.
Apabila kontur interval semakin longgar menuju titik dasar, berarti daerah
tersebut merupakan daerah turunan menuju lembah dan derajat kemiringan
lerengnya semakin kecil, jika daerah tersebut labil akan banyak ditemukan
daerah patahan, pengangkatan dan penurunan permukaan tanah.
Pembangunan jalan dan transportasi akan lebih mudah dilakukan pada daerah
landai dengan derajat kemiringan lereng gunung yang kecil. Pada daerah labil
dimana ditemukan banyak patahan pembangunan jalan akan sangat beresiko,
karena pada daerah patahan rentan terjadi gempa.
3) Topografi dan kemiringan lereng
Karakteristik topografi suatu daerah merupakan salah satu faktor penentu
terpenting bagi kesesuaian pengembangan suatu daerah. Bagi lereng dengan
kisaran 5-30 derajat, cukup terjal untuk pengaturan tempat tinggal. Adapun
jika akan dibangun jalan raya dan jalan kereta api, diperlukan biaya yang
besar.
4) Hidrologi

b. Interpretasi manusia
Pola distribusi penduduk dapat memberikan petunjuk tentang keadaan
relief, transportasi, dan tata air di suatu tempat. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1) Pola sebaran scattered atau tersebar merata menunjukkan daerah berelief
datar, kondisi tanah subur, dan akses transpotasi mudah.
2) Pola sebaran dot atau sporadis menunjukkan bahwa daerah itu tidak memiliki
air bersih, akses transportasi belum ada, jenis batuan didominasi oleh batu
kapur, dan relief kasar.
3) Pola sebaran elongated atau memanjang menunjukkan daerah itu dilalui jalur
transportasi atau aliran sungai sehingga merupakan daerah yang subur dengan
tingkat kemakmuran yang cukup tinggi.

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


4) Pola sebaran radial atau memusat menunjukkan bahwa daerah tersebut
merupakan daerah gunung api atau setidak-tidaknyanya bagian dari
pegunungan sehingga sifat litologisnya dapat menguntungkan bagi usaha
pertanian.
5) Pola sebaran menjari menunjukkan daerah tersebut merupakan bekas delta
sungai besar sehingga sangat subur dan cocok untuk pertanian.
6) Penduduk secara alami selalu hidup dekat air sehingga dapat ditafsirkan
bahwa pada pemusatan penduduk pasti terdapat sumber air. Pada lokasi kaki-
kaki escarpment (patahan) banyak terdapat mata air.
7) Daerah dengan pemusatan penduduk dapat ditafsirkan memiliki persediaan
air cukup, relief datar, akses transportasi mudah, dan tanahnya subur.

2. Pertimbangan akses transportasi antarpulau


a. Akses transportasi dengan kapal
Berikut adalah pertimbangan untuk memanfaatkan transpotasi antar pulau:
1) Kualitas kapal harus memadai secara teknis.
2) Untuk keamanan pelayaran perlu dibangun menara, rambu, stasiun radio
pantai kesyahbandaran, dan kestuan penjaga laut dan pantai.
3) Perlu dikembangkan angkutan feri untuk kepentingan antarpantai, antarpulau
dengan selat-selat yang sempit dan laut yang relative dangkal.
4) Untuk keselamatan pelayaran, diperlukan pengamatan pasang surut air laut
dan gelombang laut yang dapat mencapai pada ketinggian optimal.
b. Faktor gangguan alam perlu dideteksi lebih dini
Misalnya akibat ombak besar, arus laut kencang, badai angin, dan gelombang
tsunami. Oleh sebab itu, peran satelit cuaca sangat menentukan keselamatan akses
transportasi laut.
c. Peran satelit cuaca sangat menentukan keselamatan
penerbangan udara
Peran satelit cuaca sangat menentukan keselamatan akses transportasi laut.
d. Perlu dibangun jembatan yang menjadi akses transportasi
antarpulau
Sebagai contoh jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau
Madura.

Sumber: Wardiatmoko, K. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Tata Kelola dan Lembaga Penginderaan Jauh di Indonesia
Pemanfaatan perkembangan teknologi penginderaan jauh di Indonesia lebih
ditekankan pada kepentingan nasional. Dalam hal ini Badan Informasi Geospasial (BIG)
dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), melalui kedeputian
penginderaan jauh, mengoperasikan stasiun-stasiun bumi yang menerima data indera
dari satelit, mengolah data tersebut, dan mengubahnya kedalam bentuk yang mudah
dipahami oleh masyarakat pengguna. Untuk itu, Lapan mengoperasikan Sistem Stasiun
Bumi Satelit Penginderaan Jauh (SBSPJ) yang terdiri atas dua subsistem, yaitu Fasilitas
Akuisisi Data di Pare Pare, Jakarta, dan Biak serta Psat Pengelolaan Data dan Pelayanan
Pengguna di Pekayon, Jakarta Timur.
Berikut merupakan penjelasan dari beberapa tata kelola dan lembaga
penginderaan jauh di Indonesia.

1. Badan Informasi Geospasial (BIG)


Badan Informasi Geospasial (BIG) dibentuk untuk menggantikan Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) sesuai Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2011 tentang informasi geospasial. Lahirnya BIG ditandai dengan
ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 mengenai Badan
Informasi Geospasial pada 27 Desember 2011.

BIG menjadi tulang punggung dalam mewujudkan tujuan UU tentang informasi


geospasial, yaitu sebagai berikut:
a. Menjamin ketersediaan akses terhadap informasi geospasial yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Mewujudkan penyelenggaran informasi geospasial yang berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif) melalui kerjasama, koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi.
c. Mendorong penggunaan informasi geospasial dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Kedudukan, tugas, dan fungsi Badan Informasi Geospasial (BIG)


1) Kedudukan
Berdasarkan Bab 1 Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011,
Badan Informasi Geospasial adalah lembaga pemerintahn nonkementerian
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden. BIG dipimpin
oleh seorang kepala.
2) Tugas
Badan Informasi Geospasial mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang informasi geospasial.

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


3) Fungsi
Untuk melaksanakan tugas yang dimaksud dalam Pasal 2 Perpres Nomor 94
Tahun 2011, BIG menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:
a) Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis di bidang informasi
geospasial.
b) Penyusunan rencana dan program di bidang informasi geospasial.
c) Penyelenggaraan informasi geospasial dasar yang meliputi pengumpulan
data, pengolahan, penyimpanan data dan informasi, dan penggunaan
informasi geospasial dasar.
d) Pengintegrasian informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh
instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
e) Penyelenggaraan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan
selain BIG meliputi pengumpulan data, pengolahan, penyimpanan data
dan informasi, dan penggunaan informasi geospasial tematik.
f) Penyelenggaraan infrastruktur informasi geospasial meliputi
penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan data dan informasi, dan
penggunaan informasi geospasial.
g) Penyelenggaraan dan pembinaan jaringan informasi geospasial.
h) Akreditasi kepada lembaga sertifikasi di bidang informasi geospasial.
i) Pelaksanaan kerjasama dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta,
dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri.
j) Pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di lingkungan BIG.
k) Pelaksanaan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan
perundang-undangan dan bantuan hukum.
l) Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan, kerjasama,
hubungan antarlembaga, kearsipan, persandian, barang milik Negara,
perlengkapan, dan rumah tangga BIG.
m) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,
serta promosi dan pelayanan produk dan jasa di bidang informasi
geospasial.
n) Perumusan, penyusunan rencana, dan pelaksanaan pengawasan
fungsional.

Program dan Organisasi Badan Informasi Geospasial (BIG)


Program dari Badan Informasi Geospasial (BIG) adalah sebagai berikut:
1) Survei dan pemetaan nasional
a) Pembangunan dan pemutakhiran informasi geospasial dasar (IGD)
 Pembangunan dan pemutakhiran jarring control geodesi nasional
 Pembangunan dan pemutakhiran peta dasar
b) Pembinaan dan pengintegrasian informasi geospasial tematik (IGT)
 Pembangunan IGT strategis yang merespon program pembangunan
nasional
 Pengintegrasian IGT nasional menuju kebijakan “one map”
2) Pembangunan infrastruktur informasi geospasial
Pembnagunan dan pengembangan infrastruktur informasi geospasial (IIG)
a) Pembangunan dan pengembangan simpul jaringan secara nasional

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


b) Peningkatan aksesibilitas data dan informasi geospasial
3) Dukungan manajemen
Pembinaan kelembagaan informasi geospasial (IG)
a) Pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia IG melalui
pembinaan jabatan fungsional, diklat, dan litbang IG
b) Sertifikasi SDM dan badan usaha IG

Sumber: Wardiatmoko, K. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga

2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)


Pada 27 November 1963, dibentuk Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan) dengan Keppres nomor 236 tahun 1963 tentang Lapan, untuk
melembagakan penyelenggaraan program-program pembangunan kedirgantaraan
nasional. Lembaga pemerintah nonkementrian ini berkedudukan dibawah
presiden dan bertanggungjawab kepada presiden melalui menteri yang
membidangi urusan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tugas Pokok
Lapan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian
dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan
keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fungsi
Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi :

1) Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains


antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan
penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
2) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer,
teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta
pemanfaatannya;
3) Penyelenggaraan keantariksaan;
4) Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
5) Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di lingkungan LAPAN;
6) Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


7) Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
8) Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan
antariksa;
9) Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan
10) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan
pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan
antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya.

Program Utama LAPAN


1) Sains antariksa dan atmosfer
 Sains antariksa
 Sains teknologi atmosfer
2) Penginderaan jauh (inderaja)
 Teknologi dan data penginderaan jauh
 Pemanfaatan penginderaan jauh
3) Teknologi penerbangan dan antariksa
 Teknologi penerbangan
 Teknologi satelit
 Teknologi roket
4) Kajian kebijakan penerbangan dan antariksa
 Pengkajian dan informasi kedirgantaraan

Sumber: http://www.lapan.go.id/index.php/litbangtek

3. Pusat Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Survei


Terpadu (Puspics)

PUSPICS adalah bagian yang tak terpisahkan dari Jurusan Sains Informasi
Geografis dan Pengembangan Wilayah (SIGPW), Fakultas Geografi UGM, maka
kami juga menyediakan informasi mengenai abstrak penelitian (tidak semua) di
bidang kajian Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis.

Puspics (pada awalnya merupakan singkatan dari PUSat Pendidikan


Interpretasi Citra dan Survei Terpadu) merupakan Program Penginderaan Jauh
untuk Sumberdaya dengan Pendekatan Interpretasi Citra dan Survei Terpadu.
PUSPICS melayani mahasiswa UGM dalam penyediaan data (peta, citra), dan
sekaligus menjadi pusat aktivitas akademis mahasiswa S1 dan S2 Fakultas
Geografi UGM, terutama yang mengambil program studi S1 Kartografi
Penginderaan Jauh dan S2 Penginderaan Jauh. Aktivitas ini antara lain berupa
praktikum, tutorial, Kuliah Kerja Lapangan, diskusi ilmiah, dan penunjang
skripsi/tesis. Selain itu, PUSPICS juga melayani masyarakat luas dengan cara
pelatihan (kursus) dan kerja sama penelitian.

PUSPICS sebagai bagian dari Jurusan Sains Informasi Geografis dan


Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi UGM mengembangkan visi dan misi

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


yang selaras dengan Visi dan Misi Fakultas Geografi, khususnya program-program
studi (D3, S1, S2 dan S3) yang menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis.

Visi Puspics
Menjadi pusat unggulan di bidang Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis secara nasional dan regional (Asia Tenggara) dalam konteks
pengembangan penelitian, pendidikan dan pelatihan.

Misi Puspics
Melayani masyarakat luas dalam pengadaan data spasial dan dalam meningkatkan
pemahaman mengenai peta, citra, teknologi penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis, agar dapat membantu terbentuknya masyarakat yang lebih
peka lingkungan namun sekaligus ‘melek peta’. Memberikan dukungan langsung
kepada Fakultas Geografi UGM dalam menjalankan misi pendidikannya, sehingga
dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang menguasai ilmu dan teknologi
penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.

PUSPICS didirikan pada tahun 1976 sebagai suatu wadah kerja sama antara Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan Fakultas
Geografi UGM. Perintis pendirian PUSPICS adalah Prof. Dr. Sutanto dengan
dukungan langsung dari Prof. Kardono Darmoyuwono, yang pada saat itu
merangkap jabatan sebagai dekan Fakultas Geografi UGM dan sekaligus Deputi
bidang Survei Sumberdaya Alam di Bakosurtanal. Sebelum itu, Prof. Dr. Sutanto
telah mengepalai Seksi Penafsiran Potret Udara di Fakultas Geografi, dan menjadi
orang pertama di fakultas ini yang memperoleh pendidikan penginderaan jauh di
ITC Delft, Negeri Belanda pada tahun 1970.

PUSPICS pada awalnya bertugas untuk memberikan pendidikan dan pelatihan di


bidang survei dan pemetaan, khususnya penginderaan jauh, serta survei terpadu
(integrated survey). Peserta kursus datang dari berbagai lembaga di Indonesia,
baik swasta maupun negeri, praktisi ataupun dosen. Pada tahun 1979, Jurusan
Penginderaan Jauh (S1) didirikan dan memperoleh dukungan penuh dari
PUSPICS. Pada tahun 1983 Program Pascasarjana S2 Penginderaan Jauh
menyusul dan seluruh aktivitasnya berpusat di lingkungan PUSPICS, seperti
halnya program S1. Dalam perjalanan waktu, Jurusan Penginderaan Jauh dilebur
dengan Jurusan Kartografi menjadi Jurusan Geografi Teknik (1985-1993), dan
kemudian menjadi Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh (1993-2005), di
mana penginderaan jauh menjadi salah satu minat studi; dan mulai 2006 Program
Studi Kartografi dan Penginderaan jauh menjadi bagian dari Jurusan Sains
Informasi Geografis dan Pengembangan Wilayah. Perubahan-perubahan yang
terjadi selama itu tidak mengubah posisi PUSPICS sebagai jantung aktivitas dosen
dan mahasiswa Penginderaan Jauh dan SIG.

Dalam 20 tahun terakhir, PUSPICS juga dipercaya untuk mendampingi


Bakosurtanal dalam memberikan pelatihan pada staf survei pemetaan dari
berbagai negara berkembang, dari Azerbaijan di perbatasan Eropa Timur hingga
Fiji di Pasifik Selatan, dan dari Maladewa di samudera Hindia hingga Mongolia di
Utara. Keterlibatan ini memperkokoh status PUSPICS sebagai salah satu Pusat

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd


Nasional (national centres) dan bahkan Pusat Regional untuk Pendidikan dan
Pelatihan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Pada saat ini, ketika
berbagai bidang kajian spasial mulai mengerucut pada suatu bidang kajian baru
yang disebut sains informasi geografis (Geographic Information Science, GISc),
maka PUSPICS pun mencoba meningkatkan relevansi kehadirannya dengan
memberikan pelatihan di bidang SIG, GPS dan bidang pemetaan lain seperti
pemetaan digital. Selain memberikan pelatihan, PUSPICS juga mempunyai
sejarah panjang di bidang penelitian kerja sama. Kerja sama dengan Bakosurtanal
tentu saja merupakan salah satu aktivitas yang paling menonjol, di samping kerja
sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
Departemen Transmigrasi, Departemen Dalam Negeri, berbagai Bappeda provinsi
maupun kota dan kabupaten. Kerja sama luar negeri telah banyak dilakukan,
misalnya dengan World Bank, ITC Belanda, Masyarakat Eropa, dan Australia.

Sumber: http://puspics.ugm.ac.id/hlmdepan

Bahan Ajar Penginderaan Jauh/SMA N 2 Blora kls XII/Sutarno,S.Pd

Anda mungkin juga menyukai