Anda di halaman 1dari 27

CEKUNGAN

KALIMANTAN
OLEH:
1. NOVITA DWI NORA P.S.P
(12.2016.1.00289)
2. EUNIKE THANIA PERA
(12.2016.1.00301)
CEKUNGAN KALIMANTAN

1. Cekungan Tarakan
2. Cekungan Kutai
3. Cekungan Barito
4. Cekungan Ketungau
5. Cekungan Melawi
1. CEKUNGAN TARAKAN
Secara geografis, Cekungan Tarakan terletak di daerah
Tarakan, dan Sekitarnya, Provinsi Kalimantan Timur, sekitar 240
km arah Utara – Timur Laut dari Balikpapan.
Cekungan Tarakan terbagi menjadi 4 grup Sub cekungan:
1. Sub Cekungan Tidung (kala Eosen Akhir-Miosen Tengah)
2. Sub Cekungan Berau (Plio-Pleistosen )
3. Sub Cekungan Muara (Eosen)
4. Sub Cekungan Tarakan. (Eosen sampai Miosen )
SEJARAH PEMBENTUKAN CEKUNGAN
TARAKAN
• Sejarahtektonik cekungan Tarakan diawali denganfase ekstensi
sejak Eosen Tengah yang membentuk wrench fault dengan arah
NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat Makasar
yang berhenti pada Miosen Awal.
• Dari Miosen Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih
stabil dimana terendapkan sedimen dengan lingkungan delta yang
menyebar dari beberapa sistem pola penyaluran dari barat ke
timur.
• Fase akhir tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang
terjadi pada Plio – Pleistosen Akhir akibat dari kolisi lempeng
Filipina dengan lempeng Borneo / Kalimantan Timur. Hal ini 
mengaktifkan kembali struktur yang telah ada dan membalikkan
arah beberapa patahan gravitasional. Akan tetapi gaya yang lebih
kuat berada pada bagian utara cekungan dimana endapan Miosen
dan Plosen menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE
hingga WNE – ESE. Pada bagian timur cekungan, fase kompresi
ini membentuk struktur yang tinggi karena material endapan
bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu dan Tarakan.
STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN
TARAKAN
• Stratigrafi dari Cekungan Tarakan,
dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

• Formasi Sembakung
• Batuan Tersier Awal terdiri atas Formasi
Sembakung, yang menindih tak selaras batuan alas
Kapur Akhir, terdiri atas batuan silisiklastik
karbonatan dari lingkungan laut litoral hingga laut
dangkal pada kala Eosen.

• Formasi Sujau
• Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik
(konglomerat dan batupasir), serpih, dan volkanik.
Klastika Formasi Sujau merepresentasikan tahap
pertama pengisian cekungan “graben like” yang
mungkin terbentuk sebagai akibat dari pemakaran
Makassar pada Eosen Awal.

• Litologi penyusun berupakonglomerat, batupasir,


volkaniklastik dengan ketebalan 1000 meter.
Struktur geologi yang berkembang sangatlah
kompleks dan mengakibatkan daerah initerlipat
kuat.
• Formasi Seilor

• Batugamping mikritik dari Formasi Seilor diendapkan secara selaras di atas Formasi Sujau dan Formasi
Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan napal yang berumur Oligosen menjadi penciri perubahan suksesi
ke basinward. Formasi Mangkabua Pada formasi ini terjadi perubahan progradasional dari formasi Seilor (micrite
limestone) menjadi batunapal yang tebal dan masif. Terdapat Nummulites fichteli (Marks,
1957) yang berumur Oligosen. Formasi ini tererosi intensif pada akhir Oligosen karena prosestektonik berupa
pengangkatan yang diakibatkan aktivitas vulkanik.

• Formasi Tempilan

• Litologi penyusun formasi ini berupa lapisan tipis batupasir, tuff, shale dan coal. Terendapkan secara tidak selaras
di atas formasi Mangkabua. Foraminifera besar berupa lepidocyclina dan
heterostegina menunjukkanumur Oligosenakhir (van der, 1925).Ketebalan formasiinimencapai 1000 mnamuntidak
bisa tersingkap dengan baik karena diperkirakan terendapkan pada depresi lokal / graben.

• Formasi Tabular

• Tersusun oleh batugamping yang dominasinya berupa micrite limestone. Formasi ini kaya akan fosil Lepidocyclina


dan umurnya diperkirakan akhir Oligosen awal Miosen. Ketebalan formasi ini diperkirakan mencapai 500-800 m.
Perubahan terjadi pada bagian atasdari batugamping ini, mengalami penipisan hingga ketebalannya mencapai 150
m. Semakan ke atas berubah menjadi napal, batugamping dan shale  yang nantinya berkembang menjadi formasi
Naintupo yang kaya akan fosil plangtonik.
• Formasi Birang dan Naintupo
• Formasi Birang yang terletak pada bagian selatan sebenarnya masih termasuk ke dalambagian dari formasi
Tabular. Sedangkan di bagian utara terdapat  formasi Naintupo. Litologi penyusunnya berupa batugamping
dan Napal. Ketebalan formasi ini diperkirakan antara200- 400 m dan di sub basin Tarakan
tebalnya bias mencapai 600-800 m.
• Formasi Latih / Meliat
• Terletak pada bagian selatan  Berau subbasin sehingga diberi nama Formasi latih, mempunyai tebal  900-
1100 meter. Litologi penyusun berupa batupasir, shale, dan batugamping tipis.Terendapkan secara tidak
selaras di atas formasi Birang. Terdapat foraminifera besar yang mengindikasikan umurnya Miosen Tengah
sampai Miosen akhir. Terjadi perubahan lingkungan pengendapan yang cepat dari laut dalam menjadi laut
dangkal. Ketebalan formasi ini antara250-700 meter.  Pada formasi ini terdapat batubara yang
menggambarkan lingkungan pengendapan delta.
• Formasi Menumbar
• Pada bagian Selatan muara subbasin terbentuk formasi Menumbar dantidak selaras menumpang dengan
formasi Birang. Litologi penyusunnya berupa batugamping tebal.
• Formasi Tabul dan Formasi Sahul

• Formasi Tabul ini tersingkap pada bagian utara sub cekungan Tidung. Formasi Tabul tersusun oleh batupasir,


batulanau dan shale.Formasi Tabul berumur Miosen Tengah-akhir. Lingkungan pengendapannya berupa delta. Sedangkan pada
formasi Sahul tersusun olehbatupasir, shale, dan batubara.Formasi Sahul berumur Miosen akhir.Formasi sahul inilingkungan
pengendapannya berupa delta front-delta plain.

• Formasi Tarakan / Sajau

• Formasi Tarakan secara umum masih sama dengan formasi Sahul, tersusun olehbatupasir dan batubara. Formasi Tarakan


diinterpretasikan lingkungan pengendapannya masihberupa delta. Pada bagian Timur, secara gradasional
terjadi perubahan dari shale hinggabatugamping, di interpretasikan berupa fasies prodelta dan lingkungannya dangkal. Terdapat
kehadiran tuff yang menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang diikuti oleh proses tektonikberupa pengangkatan.

• Formasi Domaring

• Tersingkap pada sub cekungan Berau. Padab agian barat muara sub cekungan initersusun batugamping berumur Pliosen.

• Formasi Bunyu dan Waru

• Ditemukan pada sub cekungan Tarakan. Litologi pernyusunya berupabatupasir, shale dan lignit. Terendapakan secara tidak


selaras diatas formasi Tarakan. Formasi Bunyu terbentukpada pleistosen dengan mengalami proses transgressi, perubahan
lingkungan pengendapan delta plain menjadi fluvial. Sedangkan formasi Waru, terdapat pada bagian selatan (Sub cekungan
Muara dan Berau) yang diendapkan pada kondisi laut dangkal hingga terbentuk napal hinggabatugamping.
STRUKTUR GEOLOGI
Pola struktur dan perkembangan tektonik selama
Zaman Tersier di Kalimantan diwarnai dengan
pembentukan cekungan sedimentasi, kegiatan
magmatik serta deformasi yang didominasi dan
bersumber dari gerak-gerak lateral melalui sesar-
sesar yang umumnya merupakan pengaktifan
kembali sesar-sesar tua yang terdapat dalam batuan
dasar (Asikin, 2002). Secara umum struktur geologi
Cekungan Tarakan dikontrol oleh pola sesar yang
berarah relatif timurlaut - baratdaya dan pola lipatan
dengan arah umum baratlaut – tenggara. Struktur
tersebut terbentuk akibat ekstensi pada umur Eosen
– Miosen Awal dan tereaktivasi akibat kompresi
selama Miosen Tengah – sekarang.
2. CEKUNGAN KUTAI
• Cekungan kutai merupakan cekungan
tersier tertua yang dan terdalam di
Indonesia bagian barat. Cekungan kutai
terdapat di timur kalimantan. Luasnya
mencapai 165.000 km persegi dan
kedalamannya 12.000-14.000 meter.
Cekungan Kutai di batasi oleh Mangkalihat
High di bagian utara,di sebelah selatan oleh
Adang-Paternosfer fault, Kuching High di
barat dan terbuka pada bagian timur yaitu
Selat Makasar.
Posisi Geografi Cekungan Kutai. Upper kutai Basin (biru),
Lower kutai basin (kuning)
SEJARAH PEMBENTUKAN CEKUNGAN
• Batuan dasar (basement) dari Cekungan Kutai diduga sebagai karakter
benua dan samudera yang dikenal sebagai transisi mengambang (rafted
transitional). Batuan dasar Cekungan Kutai berkaitan dengan segmen yang
lebih awal pada periode waktu Kapur Akhir – Paleosen (70 – 60 MA).
Cekungan pada bagian timur dan tenggara Kalimantan dikontrol oleh
adanya proses pergerakan lempeng kerak samudera dari arah tenggara
yang mengarah ke baratlaut .
• Dari Gambar disamping terlihat bahwa kerak samudera yang berasal dari
tenggara Kalimantan mendesak massa kerak benua Schwaner ke arah
baratlaut, dikarenakan massa kerak Schwaner sangat kuat maka kerak
samudera mengalami patah sehingga ada yang turun ke bawah dan naik ke
atas. Karena di dorong terus dari arah Irian Jaya terjadilah obduksi yang
akhirnya membentuk batuan ofiolit pada pegunungan Meratus. Ketika
kerak samudera mengalami tekanan dari arah tenggara sudah sampai pada
titik jenuh maka kerak tersebut patah dan karena adanya arus konveksi
dari bawah kerak maka terjadilah bukaan (rifting) yang kemudian terisi
sedimen sehingga menyebabkan terbentuknya cekungan-cekungan yang
berarah relatif utara–selatan seperti Cekungan Kutai.
• Kawasan daratan pesisir Delta Mahakam memiliki seri perlipatan antiklin
kuat dan sinklin yang luas yang dikenal dengan nama Antiklonorium
Samarinda yang merupakan hasil proses struktur pembalikan (inversi) dari
Perkembangan tektonik Cekungan Kutai (Hutchison, 1996) cekungan Paleogen. 
STRATIGRAFI CEKUNGAN KUTAI
Stratigrafi Cekungan Kutai menurut Allen dan Chamber
(1998) terdiri dari dua pengelompokan utama yaitu:

Seri transgresi Paleogen


Zona ini dimulai dari tektonik ekstensional dan rift infill
saat Eosen dan diakhiri dengan ekstensional post-rift laut
dalam dan karbonat platform pada kala Oligosen Akhir.

Seri regresi Neogen


Zona ini dimulai Miosen Akhir hingga sekarang, yang
menghasilkan deltaic progradation. Sedimen regresi ini
terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik delta hingga
paralik atau laut dangkal dengan progradasi dari barat ke
arah timur dan banyak dijumpai lapisan batubara (lignit).

Stratigrafi Cekungan Kutai (Satyana et al., 1999)


Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan
transgresif Paleogen dan pengendapan regresif Neogen. Fase
Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan pengisian
cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran
tarikan post-rift dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan
karbonat selama Oligosen akhir.
Fase Neogen dimulai sejak Miosen Bawah sampai
sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan Kutai
sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan
yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya berupa
sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian
timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda
menjauhi timur. Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan
Kutai banyak terdeformasi oleh lipatan-lipatan yang subparalel
dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah
timur, sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas
pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin yang
datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai umur lapisan
pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk bersamaan dengan
sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang
asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik yang kecil, secara
umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah barat.
Cekungan Kutai dari Oligosen akhir – sekarang. (Beicip, 1992, op.cit.
Allen dan Chambers, 1998.)
3. CEKUNGAN BARITO
Cekungan Barito merupakan cekungan
berumur Tersier yang terletak di bagian
tenggara Schwaner Shield di daerah
Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi
Pegunungan Meratus pada bagian timur
dan pada bagian utaranya berbatasan
dengan Cekungan Kutai. Cekungan Barito
pada bagian selatan dibatasi Laut Jawa dan
bagian barat dibatasi oleh Paparan Sunda
(Kusuma dan Nafi, 1986)
STRUKTURAL AND GEOLOGY CEKUNGAN
BARITO
Tektonik Cekungan Barito merupakan bagian dari konfigurasi tektonik
Kalimantan yang terdiri dari gaya regangan pada akhir Kapur – awal Miosen
(fase syn and post-rifting) dan gaya tekanan pada Plio – Plistosen yang
menghasilkan struktur patahan dan lipatan. Struktur yang berkembang dalam
pembentukan Cekungan Barito ada 2 jenis :
• Tensional, sinistral shear, dengan arah relatif barat laut- tenggara (NW – SE). 
• Transpesional, merupakan konvergen sehingga mengalami uplift, dan lalu
mengalami reaktifasi dan mengalami invert struktur yang tua, sehingga
menghasilkan wrenching, pensesaran, dan perlipatan. 
Setting tektonik secara umum terjadi pada arah timur laut (NNE) Cekungan
Barito, dengan struktur yang intensif berarah sejajar barat daya – timur laut
(SSW-NNE) membentuk struktur lipatan mengelilingi pegunungan Meratus dan
dipengaruhi oleh sesar naik dengan dip yang curam. Adanya sesar wrench
utama, menunjukkan adanya indikasi drag atau sesar pada lipatan dan bekas
sesar naik. Pada bagian barat dan selatan Cekungan Barito umumnya sedikit
dikontrol oleh tektonik lempeng sehingga tidak menunjukkan bentuk deformasi
struktur (Darman dan Sidi, 2000).
Struktur geologi Cekungan Barito (Satyana et al,1999)
STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO
• Formasi Tanjung (Eosen – Oligosen Awal)
• Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan
basalt. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik.
• Formasi Berai (Oligosen Akhir – Miosen Awal)
• Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung /
serpih di bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan
pada bagian atas kembali berulang menjadi perselingan batugamping, serpih,
dan batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan lagoon-neritik tengah
dan menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di bagian
bawahnya. Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada
dekat Tanjung.
• Formasi Warukin (Miosen Bawah – Miosen Tengah)
• Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak
selaras oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama
sepanjang bagian barat Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan
Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah selatan Tanjung yang masih dibawah
Kolom Stratigrafi Cekungan Barito (Satyana et permukaan.
al,1999 dalam Darman dan Sidi, 2000, modifikasi)
• Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota klastik), dan Warukin
bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan susunan
litologinya.
• Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung gampingan
dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan dibagian atas
merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya mempunyai ketebalan
tidak lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan lebih dari 30 m.
• Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum ± 500 meter, berupa
perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan batubara mencapai
lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya mengandung air tawar. Formasi
Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam (innerneritik) – deltaik dan menunjukkan fasa
regresi.
• Formasi Dahor (Miosen Atas – Pliosen)
• Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan serpih yang
diendapkan dalam lingkungan litoral – supra litoral.
SEJARAH PEMBENTUKAN CEKUNGAN
BARITO
• Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik konvergen, dan menghasilkan pola
rifting Baratlaut – Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial
(alluvial fan) dari Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian graben,
kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi.

• Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang
menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh
pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.

• Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang mengakibatkan terjadinya siklus regresi
bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya
gejala ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah.

• Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya
ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas – pliosen.

• Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat, dan terpatahkan. Sumbu
struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan
batuan-batuan tersier, terutama daerah-daerah Tinggian Meratus.
4. CEKUNGAN KETUNGAU
Cekungan Ketungau yang berada di
wilayah bagian utara propinsi
Kalimantan Barat yang berbatasan
langsung dengan Malaysia mempunyai
fungsi yang strategis dalam pengelolaan
potensi sumberdaya geologi.
Berdasarkan pemetaan Gaya Berat yang
telah dilakukan oleh Pusat Survei
Geologi, cekungan ini membentang
berarah barat-timur mengikuti batas
wilayah antara Indonesia dan Malyasia.
STRUKTUR GEOLOGI
• Struktur geologi yang menonjol di Cekungan Ketungau adalah struktur sinklin yang menyebabkan
perangkap struktur hidrokarbon di daerah ini kemungkinan kurang efektif. Namun keragaman distribusi
lateral dari tiap fasies memberikan peluang bagi terbentuknya perangkap – perangkap stratigrafi di
daerah ini. Studi detil dari sebaran stratigrafi akan menghasilkan pola sebaran perangkap hidrokarbon di
Cekungan Ketungau. Periode deformasi di cekungan Ketungau terdiri dari lima (5) periode deformasi
yang mempunyai arah dan jenis struktur geologi tertentu yang terbentuk pada setiap periode deformasi.
Kelima periode deformasi tersebut adalah:
• Periode deformasi regional I (DI) terjadi pada Jura, dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu N225°E –
N045°E. Pada periode ini, terjadi proses subduksi antara Pre-Cretaceous West Kalimantan Basement dan
Oceanic Crust dibawahnya dan dilanjutkan tumbukan antara West Serawak Block dan Pre-Cretaceous
West Kalimantan Basement, yang menyebabkan Komplek Semitau terangkat. Pada peroide ini pula,
Formasi Selangkai pertama kali diendapkan dan intrusi granit dipegunungan Schwanner terjadi.
• Periode deformasi ini dimulai ketika Formasi Selangkai telah diendapkan, atau pada Kapur-Eosen,
dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu N092°E – N272°E. Cekungan Ketungau dan Melawi terbentuk
pada periode deformasi ini dengan adanya sesar-sesar yang berarah relatif barat-timur dengan pergerakan
normal yang membentuk graben-graben sebagai bakal cekungan Ketungau dan Melawi.
• Periode ini dimulai setelah cekungan-cekungan graben mulai terisi oleh material sedimen dan kemudian
diendapkan batuan-batuan sedimen di dalamnya seperti Kelompok Mandai, Formasi Haloq, Formasi
Ingar, Formasi Dangkan dan Formasi Silat yang diperkirakan berumur Eosen Atas. Berdasarkan
perkiraan umur Formasi-Formasi tersebut, maka periode deformasi regional ini diperkirakan berumur
Oligosen-Miosen, dengan arah tegasan utama N297°E – N117°E.
• Periode deformasi ini diperkirakan terjadi pada kala Pliosen, dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu
N145°E – N325°E. Sesar-sesar yang terbentuk pada periode deformasi ini adalah sesar-sesar yang
terbentuk pada periode deformasi I (D I) dan teraktifkan kembali pada periode deformasi IV (D IV).
• Periode deformasi ini diperkirakan terjadi pada kala Plistosene, dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu
N000°E – N180°E. kelompok kelurusan ini adalah sesar-sesar muda minor yang memotong sesar-sesar
yang lebih tua dengan arah pergerakan mendatar.
STRATIGRAFI CEKUNGAN KETUNAGAU-
MALAWI
• Formasi Kantu merupakan batuan Tersier yang paling tua mengisi Cekungan Ketungau. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
fluvial dan/ atau garis pantai energi menengah sampai laut dangkal pada bagian bawahnya, sedangkan pada bagian atasnya
diendapkan pada dataran limpah banjir dan "chanel". Formasi Kantu terendapakn pada Eosen Akhir.

• Batupasir Tutoop diendapkan secara selaras di atas Formasi Kantu diterobos oleh Terobosan Sintang; dan pada sentuh sesar dengan
Komplek Semitau. Batupasir Tutoop ini berlanjut di Sarawak sebagai Batupasir dataran (Tan, 1979). Batupasir Tutoop diendapkan
pada lingkungan fluvial (umumnya "chanel"), dimana pada saat tertentu kemungkinan dataran melebar ("Braided") teranyam
dengan komponen volkanik yang kecil dengan arah arus purba dari timur laut. Sumber asalnya berasal dari komplek orogen ke arah
utara. Batupasir Tutoop ini berumur Eosen Akhir.

• Formasi Ketungau diendapkan secara selaras di atas Batupasir Tutoop ditero -bos oleh Terobosan Sintang dan dinasabahkan dengan
Serpih Silat di Cekungan Melawi. Fosil gastropoda dan pelecypoda banyak ditemukan di Formasi Ketungau,sedangkan fosil
echinoid, foraminifera dan ostrakoda keberadaannya kurang. Formasi ini diendapkan pada lingkungan saliran fluvial dan dataran
limpah banjir dengan selingan secara periodik laut dangkal. Arah arus purba dari timurlaut. Sumber asal formasi ini dari komplek
orogen ke arah utara. Formasi Ketungau ini berumur Eosen Akhir. Fosil moluska yang ditemukan di Formasi Ketungau
mengindikasikan lingkungan pengendapan daerah laut dangkal terbuka dengan soft substrate, berenergi arus lemah hingga sedang,
sedangkan Formasi Tutoop dan Kantu tidak ditemukan adanya kandungan fosil.

• Tingkat diagenesis batuan sedimen di Cekungan Ketungau mengindikasikan bahwa batuan sedimen Formasi Kantu termasuk dalam
tingkat diagenesis kelompok II yang setara dengan mesogenetik matang A (mature A). Proses diagenesis kelompok II terjadi pada
temperatur 65°C sampai 92°C, dengan kedalaman 1750 sampai 2750 meter. Formasi Tutoop dan Ketungau termasuk ke dalam
tingkat diagenesis awal kelompok III yang digolongkan sebagai mesogenetik awal matang B (early mature B). Proses diagenesis
awal kelompok III terjadi pada temperatur 95°C sampai 100°C, dengan kedalaman 2750 sampai 3250 meter.
5. CEKUNGAN MALAWI
CEKUNGAN MELAWI
Tektonik, cekungan melawi-ketungau merupakan cekungan yang terletak pada
paparan sunda. Pembentukan cekungan-cekungan sedimen tersier di daerah
kalimantan sebelah barat dipengaruhi oleh proses subduksi dari laut cina selatan
(lempeng eurasia) yang mengarah ke selatan sebelum terjadi tumbukan (collision)
luconian microcontinent (hutchison, 1996). Pergerakan lempeng kerak samudera dari
laut cina selatan yang berarah ke selatan menunjam kerak benua sundaland
(schwaner core). kemudian diikuti tumbukan Luconian Platformyang mendesak
lempeng kerak Samudera. Pada energi maksimum, penunjamanini menyebabkan
kerak samudera patah sehingga membentuk graben-graben yang selanjutnya
diisi oleh sedimen sebagai awal mula terbentuknya Cekungan Melawi.
STATIGRAFI CEKUNGAN MELAWI
• Secara umum perkembangan sesar-sesar di Cekungan Melawi dipengaruhi oleh adanya
gerak sesar mendatar Luconia (Sesar Melawi Timur) dan gerak sesar mendatar dari Sesar
Amar (Tim Studi Petroleum SystemCekungan Melawi-Ketungau Kalimantan Barat, 2004).
Sistem deformasi Sesar Melawi Timur ditandai dengan gerak mendatar menganan yang
berarah barat laut-tenggara. Sesar ini diprediksi terbentuk pada zaman Pra-Tersier. Sistem
deformasi Sesar Amar ditandai dengan gerak menganan yang berarah barat timur laut-timur
tenggara. Deformasi Sesar Amar diperkirakan berlangsung sejak Pra-Tersier akibat adanya
tumbukan mikrokontinen Sunda dengan Lempeng Eurasia.Sistem deformasi Sesar
Boyan ditandai dengan gerak sesar naik berarah timur-barat. Sesar ini berkembang di
sekitar Tinggian Semitau, membentuk jalur lurus yang membatasi Subcekungan
Melawi di sebelah utara. Sistem ini diperkirakan berumur Oligosen Akhir
STATIGRAFI CEKUNGAN MELAWI

Anda mungkin juga menyukai