KALIMANTAN
OLEH:
1. NOVITA DWI NORA P.S.P
(12.2016.1.00289)
2. EUNIKE THANIA PERA
(12.2016.1.00301)
CEKUNGAN KALIMANTAN
1. Cekungan Tarakan
2. Cekungan Kutai
3. Cekungan Barito
4. Cekungan Ketungau
5. Cekungan Melawi
1. CEKUNGAN TARAKAN
Secara geografis, Cekungan Tarakan terletak di daerah
Tarakan, dan Sekitarnya, Provinsi Kalimantan Timur, sekitar 240
km arah Utara – Timur Laut dari Balikpapan.
Cekungan Tarakan terbagi menjadi 4 grup Sub cekungan:
1. Sub Cekungan Tidung (kala Eosen Akhir-Miosen Tengah)
2. Sub Cekungan Berau (Plio-Pleistosen )
3. Sub Cekungan Muara (Eosen)
4. Sub Cekungan Tarakan. (Eosen sampai Miosen )
SEJARAH PEMBENTUKAN CEKUNGAN
TARAKAN
• Sejarahtektonik cekungan Tarakan diawali denganfase ekstensi
sejak Eosen Tengah yang membentuk wrench fault dengan arah
NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat Makasar
yang berhenti pada Miosen Awal.
• Dari Miosen Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih
stabil dimana terendapkan sedimen dengan lingkungan delta yang
menyebar dari beberapa sistem pola penyaluran dari barat ke
timur.
• Fase akhir tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang
terjadi pada Plio – Pleistosen Akhir akibat dari kolisi lempeng
Filipina dengan lempeng Borneo / Kalimantan Timur. Hal ini
mengaktifkan kembali struktur yang telah ada dan membalikkan
arah beberapa patahan gravitasional. Akan tetapi gaya yang lebih
kuat berada pada bagian utara cekungan dimana endapan Miosen
dan Plosen menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE
hingga WNE – ESE. Pada bagian timur cekungan, fase kompresi
ini membentuk struktur yang tinggi karena material endapan
bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu dan Tarakan.
STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN
TARAKAN
• Stratigrafi dari Cekungan Tarakan,
dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
• Formasi Sembakung
• Batuan Tersier Awal terdiri atas Formasi
Sembakung, yang menindih tak selaras batuan alas
Kapur Akhir, terdiri atas batuan silisiklastik
karbonatan dari lingkungan laut litoral hingga laut
dangkal pada kala Eosen.
• Formasi Sujau
• Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik
(konglomerat dan batupasir), serpih, dan volkanik.
Klastika Formasi Sujau merepresentasikan tahap
pertama pengisian cekungan “graben like” yang
mungkin terbentuk sebagai akibat dari pemakaran
Makassar pada Eosen Awal.
• Batugamping mikritik dari Formasi Seilor diendapkan secara selaras di atas Formasi Sujau dan Formasi
Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan napal yang berumur Oligosen menjadi penciri perubahan suksesi
ke basinward. Formasi Mangkabua Pada formasi ini terjadi perubahan progradasional dari formasi Seilor (micrite
limestone) menjadi batunapal yang tebal dan masif. Terdapat Nummulites fichteli (Marks,
1957) yang berumur Oligosen. Formasi ini tererosi intensif pada akhir Oligosen karena prosestektonik berupa
pengangkatan yang diakibatkan aktivitas vulkanik.
• Formasi Tempilan
• Litologi penyusun formasi ini berupa lapisan tipis batupasir, tuff, shale dan coal. Terendapkan secara tidak selaras
di atas formasi Mangkabua. Foraminifera besar berupa lepidocyclina dan
heterostegina menunjukkanumur Oligosenakhir (van der, 1925).Ketebalan formasiinimencapai 1000 mnamuntidak
bisa tersingkap dengan baik karena diperkirakan terendapkan pada depresi lokal / graben.
• Formasi Tabular
• Formasi Tarakan / Sajau
• Formasi Domaring
• Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang
menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh
pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.
• Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang mengakibatkan terjadinya siklus regresi
bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya
gejala ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah.
• Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya
ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas – pliosen.
• Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat, dan terpatahkan. Sumbu
struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan
batuan-batuan tersier, terutama daerah-daerah Tinggian Meratus.
4. CEKUNGAN KETUNGAU
Cekungan Ketungau yang berada di
wilayah bagian utara propinsi
Kalimantan Barat yang berbatasan
langsung dengan Malaysia mempunyai
fungsi yang strategis dalam pengelolaan
potensi sumberdaya geologi.
Berdasarkan pemetaan Gaya Berat yang
telah dilakukan oleh Pusat Survei
Geologi, cekungan ini membentang
berarah barat-timur mengikuti batas
wilayah antara Indonesia dan Malyasia.
STRUKTUR GEOLOGI
• Struktur geologi yang menonjol di Cekungan Ketungau adalah struktur sinklin yang menyebabkan
perangkap struktur hidrokarbon di daerah ini kemungkinan kurang efektif. Namun keragaman distribusi
lateral dari tiap fasies memberikan peluang bagi terbentuknya perangkap – perangkap stratigrafi di
daerah ini. Studi detil dari sebaran stratigrafi akan menghasilkan pola sebaran perangkap hidrokarbon di
Cekungan Ketungau. Periode deformasi di cekungan Ketungau terdiri dari lima (5) periode deformasi
yang mempunyai arah dan jenis struktur geologi tertentu yang terbentuk pada setiap periode deformasi.
Kelima periode deformasi tersebut adalah:
• Periode deformasi regional I (DI) terjadi pada Jura, dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu N225°E –
N045°E. Pada periode ini, terjadi proses subduksi antara Pre-Cretaceous West Kalimantan Basement dan
Oceanic Crust dibawahnya dan dilanjutkan tumbukan antara West Serawak Block dan Pre-Cretaceous
West Kalimantan Basement, yang menyebabkan Komplek Semitau terangkat. Pada peroide ini pula,
Formasi Selangkai pertama kali diendapkan dan intrusi granit dipegunungan Schwanner terjadi.
• Periode deformasi ini dimulai ketika Formasi Selangkai telah diendapkan, atau pada Kapur-Eosen,
dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu N092°E – N272°E. Cekungan Ketungau dan Melawi terbentuk
pada periode deformasi ini dengan adanya sesar-sesar yang berarah relatif barat-timur dengan pergerakan
normal yang membentuk graben-graben sebagai bakal cekungan Ketungau dan Melawi.
• Periode ini dimulai setelah cekungan-cekungan graben mulai terisi oleh material sedimen dan kemudian
diendapkan batuan-batuan sedimen di dalamnya seperti Kelompok Mandai, Formasi Haloq, Formasi
Ingar, Formasi Dangkan dan Formasi Silat yang diperkirakan berumur Eosen Atas. Berdasarkan
perkiraan umur Formasi-Formasi tersebut, maka periode deformasi regional ini diperkirakan berumur
Oligosen-Miosen, dengan arah tegasan utama N297°E – N117°E.
• Periode deformasi ini diperkirakan terjadi pada kala Pliosen, dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu
N145°E – N325°E. Sesar-sesar yang terbentuk pada periode deformasi ini adalah sesar-sesar yang
terbentuk pada periode deformasi I (D I) dan teraktifkan kembali pada periode deformasi IV (D IV).
• Periode deformasi ini diperkirakan terjadi pada kala Plistosene, dengan arah tegasan utama (σ1) yaitu
N000°E – N180°E. kelompok kelurusan ini adalah sesar-sesar muda minor yang memotong sesar-sesar
yang lebih tua dengan arah pergerakan mendatar.
STRATIGRAFI CEKUNGAN KETUNAGAU-
MALAWI
• Formasi Kantu merupakan batuan Tersier yang paling tua mengisi Cekungan Ketungau. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
fluvial dan/ atau garis pantai energi menengah sampai laut dangkal pada bagian bawahnya, sedangkan pada bagian atasnya
diendapkan pada dataran limpah banjir dan "chanel". Formasi Kantu terendapakn pada Eosen Akhir.
• Batupasir Tutoop diendapkan secara selaras di atas Formasi Kantu diterobos oleh Terobosan Sintang; dan pada sentuh sesar dengan
Komplek Semitau. Batupasir Tutoop ini berlanjut di Sarawak sebagai Batupasir dataran (Tan, 1979). Batupasir Tutoop diendapkan
pada lingkungan fluvial (umumnya "chanel"), dimana pada saat tertentu kemungkinan dataran melebar ("Braided") teranyam
dengan komponen volkanik yang kecil dengan arah arus purba dari timur laut. Sumber asalnya berasal dari komplek orogen ke arah
utara. Batupasir Tutoop ini berumur Eosen Akhir.
• Formasi Ketungau diendapkan secara selaras di atas Batupasir Tutoop ditero -bos oleh Terobosan Sintang dan dinasabahkan dengan
Serpih Silat di Cekungan Melawi. Fosil gastropoda dan pelecypoda banyak ditemukan di Formasi Ketungau,sedangkan fosil
echinoid, foraminifera dan ostrakoda keberadaannya kurang. Formasi ini diendapkan pada lingkungan saliran fluvial dan dataran
limpah banjir dengan selingan secara periodik laut dangkal. Arah arus purba dari timurlaut. Sumber asal formasi ini dari komplek
orogen ke arah utara. Formasi Ketungau ini berumur Eosen Akhir. Fosil moluska yang ditemukan di Formasi Ketungau
mengindikasikan lingkungan pengendapan daerah laut dangkal terbuka dengan soft substrate, berenergi arus lemah hingga sedang,
sedangkan Formasi Tutoop dan Kantu tidak ditemukan adanya kandungan fosil.
• Tingkat diagenesis batuan sedimen di Cekungan Ketungau mengindikasikan bahwa batuan sedimen Formasi Kantu termasuk dalam
tingkat diagenesis kelompok II yang setara dengan mesogenetik matang A (mature A). Proses diagenesis kelompok II terjadi pada
temperatur 65°C sampai 92°C, dengan kedalaman 1750 sampai 2750 meter. Formasi Tutoop dan Ketungau termasuk ke dalam
tingkat diagenesis awal kelompok III yang digolongkan sebagai mesogenetik awal matang B (early mature B). Proses diagenesis
awal kelompok III terjadi pada temperatur 95°C sampai 100°C, dengan kedalaman 2750 sampai 3250 meter.
5. CEKUNGAN MALAWI
CEKUNGAN MELAWI
Tektonik, cekungan melawi-ketungau merupakan cekungan yang terletak pada
paparan sunda. Pembentukan cekungan-cekungan sedimen tersier di daerah
kalimantan sebelah barat dipengaruhi oleh proses subduksi dari laut cina selatan
(lempeng eurasia) yang mengarah ke selatan sebelum terjadi tumbukan (collision)
luconian microcontinent (hutchison, 1996). Pergerakan lempeng kerak samudera dari
laut cina selatan yang berarah ke selatan menunjam kerak benua sundaland
(schwaner core). kemudian diikuti tumbukan Luconian Platformyang mendesak
lempeng kerak Samudera. Pada energi maksimum, penunjamanini menyebabkan
kerak samudera patah sehingga membentuk graben-graben yang selanjutnya
diisi oleh sedimen sebagai awal mula terbentuknya Cekungan Melawi.
STATIGRAFI CEKUNGAN MELAWI
• Secara umum perkembangan sesar-sesar di Cekungan Melawi dipengaruhi oleh adanya
gerak sesar mendatar Luconia (Sesar Melawi Timur) dan gerak sesar mendatar dari Sesar
Amar (Tim Studi Petroleum SystemCekungan Melawi-Ketungau Kalimantan Barat, 2004).
Sistem deformasi Sesar Melawi Timur ditandai dengan gerak mendatar menganan yang
berarah barat laut-tenggara. Sesar ini diprediksi terbentuk pada zaman Pra-Tersier. Sistem
deformasi Sesar Amar ditandai dengan gerak menganan yang berarah barat timur laut-timur
tenggara. Deformasi Sesar Amar diperkirakan berlangsung sejak Pra-Tersier akibat adanya
tumbukan mikrokontinen Sunda dengan Lempeng Eurasia.Sistem deformasi Sesar
Boyan ditandai dengan gerak sesar naik berarah timur-barat. Sesar ini berkembang di
sekitar Tinggian Semitau, membentuk jalur lurus yang membatasi Subcekungan
Melawi di sebelah utara. Sistem ini diperkirakan berumur Oligosen Akhir
STATIGRAFI CEKUNGAN MELAWI