Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi
pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku,
metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani
petra, yang berarti batu. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur
dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu
lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik. Petrologi
batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan
seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen
terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf
(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau
beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi
ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya). Petrologi memanfaatkan bidang klasik
mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi
dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan
geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data
termodinamika
eksperimental
dan
eksperimen
menggunakan
untuk
lebih
perlengkapan
mengerti
tekanan
asal
tinggi,
batuan.
suhu
Petrologi
tinggi
untuk
menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan
dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki
batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam
perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.
1. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica cair dan
pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena tidak adanya kesepakatan dari para
ahli
petrologi
dalam
mengklasifikasikan
batuan
beku
mengakibatkan
sebagian
klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat berpengaruh
dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut
kegunaannya masing-masing. Bila kita dapat menggunakan klasifikasi yang tepat,
maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
2. Penggolongan Batuan Beku
Penggolongan
batuan
beku
dapat
didasarkan
pada
tiga
patokan
utama
yaitu
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas,
berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya
kristal
(struktur
holohialin).
contoh
:Granit,
Granodiorit,
dan
Gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung
api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas
kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga
membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c. Batuan
beku
luar
(efusif) ,terbentuk
di
dekat
permukaan
bumi.
Proses
pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan
ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
2.2. Berdasarkan Senyawa kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya
Dunit
dan
Peridotit.
Basalt.
dan
Syenit.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit,
Riolit.
Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan
sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku
menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti
tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur
porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan
tekstur afanitik menggambarkan pembkuan yang cepat.
beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada
ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :
a. Batuan dalam Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan
tersebut
dapat
b. Batuan
gang
Bertekstur
porfiritik
dengan
massa
c. Batuan
gang
Bertekstur
porfiritik
dengan
massa
d. Batuan
lelehan
Bertekstur
dilihat
afanitik,
tanpa
dimana
bantuan
individu
alat
pembesar.
dasar
faneritik.
dasar
mineralnya
afanitik.
tidak
dapat
plagioklas
yang
berimbang
atau
lebih
banyak
dari
Felspar
3. keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant
tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak
hadir
4. keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam
jumlah
kecil,
Na-Plagioklas
seimbang
atau
melebihi
K-Felspar
5. keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi
plagioklas
6. keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan
plagioklas
(asam)
sedikit/tidak
ada
K-Felspar
dan
K-felspar
9. keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid
(nefelin,
leusit,
dkk),
plagioklas
(Ca)
bisa
melimpah
ataupun
tidak
hadir
10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca)
sangat sedikit atau absen.
3. Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku
a. Warna Batuan
b. Struktur Batuan
Struktur
adalah
kenampakan
hubungan
antara
bagian-bagian
batuan
yang
b. Jointing
akan
c. Vesikular
diamati
pada
singkapan
di
lapangan.
Aliran
gas.
d. Amigdaloidal
c. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di
dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas,
dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan
komposisi
kimia
dan
mineralogi,
maka
tekstur
berhubungan
dengan
sejarah
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa mineral
gelas.
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal dapat
menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
c. Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa
macam
Equigranulritas Disebut
yaitu:
equigranularitas
apabila
memiliki
ukuran
kristal
yang
Fenerik Granular
bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata telanjang
Afinitik
apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan
Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil
dan dapat dikenali dengan mata telanjang
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali
dengan mata telanjang.
Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna.
Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal
yang tidak sempurna.
Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Kelompok Granit Riolit
hornblende,biotit,muskovit
2.
Kelompok
Diorit
dalam
Andesit
jumlah
Berasal
dari
yang
magma
kecil.
yang
bersifat
kuarsa
biotit,orthoklas
dalam
jumlah
kecil
3. Kelompok Gabro Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri
dari
mineral-mineral
olivine,plaglioklas
Ca,piroksen
dan
hornblende.
4. Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin
adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
e. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang
membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu
lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral mineral dengan bentuk kristal
yang relatif sempurna.
Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk
kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi
berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan
bentuk kristal yang kurang.
Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya
berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung
relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral mineral dengan
bentuk yang sempurna.
f.
Sifat Batuan
(Felsik)
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun
atas mineral-mineral felsik.
Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet
diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
Basa
(Mafik)
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
Ultrabasa (Ultramafik )
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna tersusun oleh
mineral mineral mafic seperti olivin.
Mineralisasi dan Alterasi dalam Sistem Hidrotermal
Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan magma. Interaksi
antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan menyebabkan terubahnya
mineral-mineral penyusun batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan
hidrotermal tersebut akan terendapkan pada suatu tempat membentuk mineralisasi
(Bateman, 1981). Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengendapan mineral di
dalam sistem hidrotermal terdiri dari empat macam (Barnes, 1979; Guilbert dan Park,
1986), yaitu: (1) Perubahan temperatur; (2) Perubahan tekanan; (3) Reaksi kimia
antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewati; dan (4) Percampuran antara
dua larutan yang berbeda. Temperatur dan pH fluida merupakan faktor terpenting yang
mempengaruhi mineralogi sistem hidrotermal. Tekanan langsung berhubungan dengan
temperatur, dan konsentrasi unsur terekspresikan di dalam pH batuan hasil mineralisasi
(Corbett dan Leach, 1996).
Guilbert dan Park (1986) mengemukakan alterasi merupakan perubahan di dalam
komposisi mineralogi suatu batuan (terutama secara fisik dan kimia), khususnya
diakibatkan oleh aksi dari fluida hidrotermal. Alterasi hidrotermal merupakan konversi
dari gabungan beberapa mineral membentuk mineral baru yang lebih stabil di dalam
kondisi temperatur, tekanan dan komposisi hidrotermal tertentu (Barnes, 1979; Reyes,
1990 dalam Hedenquist, 1998). Mineralogi batuan alterasi dapat mengindikasikan
komposisi atau pH fluida hidrotermal (Henley et al., 1984 dalam Hedenquist, 1998).
mineralogi
alterasi.
Mineralogi
skarn
terbentuk
di
dalam
batuan
karbonatan. Fase adularia K-feldspar dipengaruhi oleh batuan kaya potasium. Paragonit
(Na-mika) terbentuk pada proses alterasi yang mengenai batuan berkomposisi albit.
Muskovit terbentuk di dalam alterasi batuan potasik.
Sistem pembentukan mineralisasi di lingkaran Pasifik secara umum terdiri dari endapan
mineral tipe porfiri, mesotermal sampai epitermal (Corbett dan Leach, 1996). Tipe
porfiri terbentuk pada kedalaman lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa
batuan intrusi. Sillitoe, 1993a (dalam Corbett dan Leach, 1996) mengemukakan bahwa
endapan porfiri mempunyai diameter 1 sampai > 2 km dan bentuknya silinder.
Tipe
mesotermal
terbentuk
pada
temperatur
dan
tekanan
menengah,
dan
bertemperatur > 300 C (Lindgren, 1922 dalam Corbett dan Leach, 1996). Kandungan
o
sulfida bijih terdiri dari kalkopirit, spalerit, galena, tertahidrit, bornit, dan kalkosit.
Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, karbonat (kalsit, siderit, rodokrosit), dan pirit.
Mineral alterasi terdiri dari serisit, kuarsa, kalsit, dolomit, pirit, ortoklas, dan lempung.
Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300 oC, dan fluida
hidrotermal diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Endapan tipe
ini
merupakan kelanjutan dari sistem hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk pada busur
magmatik bagian dalam di lingkungan gunungapi kalk-alkali atau batuan dasar sedimen
(Heyba et al., 1985 dalam Corbett dan Leach, 1996). Sistem ini umumnya mempunyai
variasi endapan sulfida rendah dan sulfida tinggi (gambar 4). Mineral bijih terdiri dari
timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak, stibnite, argentit, cinabar, elektrum, emas
murni, perak murni, selenid, dan mengandung sedikit galena, spalerit, dan galena.
Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, ametis, adularia, kalsit, rodokrosit, barit, flourit,
dan hematit. Mineral alterasi terdiri dari klorit, serisit, alunit, zeolit, adularia, silika,
pirit, dan kalsit.
Gambar 4: Model fluida sulfida tinggi dan rendah (Corbett dan Leach, 1996)
Morrison, 1997, mengemukakan beberapa asosiasi mineral petunjuk sistem hipogen
dalam proses magmatik yang berhubungan dengan mineralisasi epigenetik sebagai
berikut:
Tabel 1: Asosiasi mineral petunjuk sistem hipogen dalam proses magmatik yang
berhubungan dengan mineralisasi epigenetik (Morrison, 1997).
Zonasi alterasi dapat mempunyai bentuk geometri yang berbeda-beda, mulai dari
bentuk konsentris, linier, sampai tidak teratur dan komplek. Zonasi alterasi endapan
Porfiri Cu mempunyai bentuk konsentris. Bagian inti/tengah terdiri dari alterasi potasik,
berkomposisi potasium feldspar dan biotit. Bagian tengah merupakan zonasi alterasi
philik tersusun oleh kuarsa-serisit-pirit. Bagian paling luar mempuyai alterasi propilitik,
mineraloginya tersusun oleh kuarsa-klorit-karbonat, dan setempat-setempat terdapat
epidot, albit atau adularia. Endapan epitermal berbentuk urat/vein yang berasosiasi
dengan struktur mayor mempunyai pola linier dan paralel dengan arah struktur. Uruturutan zonasi alterasi dari temperatur tinggi ke temperatur rendah adalah argilik
sempurna, serisit, argilik, dan propilitik.
Mineralisasi/alterasi endapan urat yang berasosiasi dengan endapan logam dasar
dicirikan oleh zonasi pembentukan mineral dari temperatur tinggi sampai rendah.
Urat/vein di daerah proksimal kaya kandungan tembaga dan rasio logam dibanding
sulfur tinggi. Daerah ini dicirikan oleh hadirnya alterasi argillik sempurna di bagian
dalam dan ke arah luar berubah menjadi alterasi serisitik. Daerah distal kaya
kandungan timbal dan zeng, dan terdiri dari mineral sulfida dengan rasio logam
dibanding sulfur rendah. Alterasi yang berkembang di daerah ini berupa alterasi
propilitik, semakin ke arah jauh dari urat tersusun oleh batuan tidak teralterasi
(Panteleyev, 1994; Corbett, 2002).
Tabel 2: Dominasi komposisi mineralisasi/alterasi pada temperatur tinggi dan rendah
(disederhanakan dari Corbett, 2002)
TEMPERATUR TINGGI
TEMPERATUR RENDAH
Kalkopirit
Galena, spalerit
Kalsedon-opal
Serisit
Smektit-illit
Philik
Propilitik
Gambar 5: Zonasi proksimal distal tipe endapan urat logam dasar yang berasosiasi
dengan endapan porfiri tembaga/molibdenum (Panteleyev, 1994)
GuilbertdanPark, 1986, mengemukakan model hubungan antara mineralisasi dan
alterasi dalam sistem epitermal (gambar 6). Beberapa asosiasi mineral bijih maupun
mineral skunder erat hubungannya dengan besar temperatur larutan hidrotermal pada
waktu mineralisasi. Mineral bijih galena, sfalerit dan kalkopirit terbentuk pada horison
logam dasar bagian bawah dengan temperatur 350 oC. Pada horison ini alterasi
bertipe argilik sempurna dan terbentuk mineral alterasi temperatur tinggi seperti
adularia, albit dan feldspar. Fluida hidrotermal di horison logam dasar (bagian tengah)
bertemperatur antara 200o- 400oC. Mineral bijih terdiri dari argentit, elektrum, pirargirit
dan proustit. Mineral ubahan terdiri dari serisit, adularia, ametis, sedikit mengandung
albit. Horison bagian atas terbentuk pada temperatur < 200 oC. Mineral bijih terdiri dari
emas di dalam pirit, Ag-garamsulfo dan pirit. Mineral ubahan berupa zeolit, kalsit, agat.
2) Argilik tersusun oleh anggota kaolin (halosit, kaolin, dikit) dan illit (smektit, selangseling illlit-smektit, illit) dan group mineral transisi (klorit-illit).
3) Philik tersusun oleh anggota kaolin (piropilit-andalusit) dan illit (serisit-mika putih)
berasosiasi dengan mineral pada temperatur tinggi seperti serisit-mika-klorit.
4) Subpropilitik tersusun oleh klorit-zeolit yang terbentuk pada temperatur rendah dan
propilitik tersusun oleh klorit-epidot-aktinolit terbentuk pada temperatur rendah.
5) Potasik tersusun oleh biotit-K-feldspar-aktinolit+klinopiroksen.
6) Skarn tersusun oleh mineral kalk-silikat (Ca-garnet, klinopiroksen, tremolit).
Gambar 7: Mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996)
Gambar 7: Mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996)
Lingkungan magmatik
Lingkungan sedimen
Lingkungan metamorfik
A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan aktivitas
magma. Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi menjadi empat
tipe, yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata air panas.
1. Batuan Beku
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral yang
terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid, piroksen,
hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral penting yang
terdapat dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan beku yang mengandung
hampir 100% mineral yang sama, contohnya seperti Dunityang hampir seluruhnya
tersusun atas mineral olivine.
Berdasarkan
warnanya,
mineral
batuan
beku
dibagi
menjadi
kelompok,
kondisi
pembekuannya,
urutan
kristalisasi,
komposisi,
viskositas
yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena masih memiliki
waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini terjadi di dalam
perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan tekstur faneritik(kasar).
Berdasarkan
kandungan
SiO2
nya,
batuan
beku
dibedakan
menjadi
jenis.
Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-65%, ex:
Diorit, Syenit.
Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%, ex: Gabbro.
Batuan
beku
ultrabasa
yang
mengandung
silika
<45
dunit="dunit"
ex:="ex:"
peridotit.="peridotit." span="span">
2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal
Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional yang kaya
akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil. Cairannya tidak
selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila mencukupi,
tekanan volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah pada batuan
yang merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun batuan lain yang
sudah terbentuk lebih awal.
Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik, umumnya
granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali, serta
sejumlah muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan granit,
namun berbeda dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir sangat kasar,
dan berbentuk tabular.
3. Deposit Hidrotermal
Merupakan
pengembangan
dari
pegmatit.
Ciri-cirinya
adalah
urat-urat
yang
mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat
berupa suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan. Proses
hidrotermal ini merupakan suatu proses yang penting dalam pembentukan mineral-
mineral bijih. Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya, deposit hidrotermal dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
yang
sangat
dalam.
Dicirikan
oleh
mineral Molibdenit[MoS2],
Mineral
yang
mecirikannya
adalah
mineral-mineral
sulfida
seperti Pirit [FeS2], Galena[PbS]. Urat kuarsa mengandung emas yang merupakan
suatu deposit penting, mungkin adalah deposit mesotermal.
itu,
mungkin
juga
Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap pelapukan,
sehingga tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang dikenal paling tahan
terhadap pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika dalam sedimen-sedimen resistat
dapat mencapai 90%, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai sumber dalam
perindustrian.
Mineral-mineral
lainnya
yang
tahan
terhadap
pelapukan
suatu
larutan,
dan
mengendap.
Contohnya
yang
memberikan warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna merah. Bila
kedua mineral ini terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi sangat
bernilai karena bijih besinya.
Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan. Contohnya
adalah Manganit [MnO(OH)],
besar tersusun atas MnO2.
4. Reduzat
yang
sebagian
Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang terisolir dari
atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali dijumpai.
Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi yang
tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan berkurangnya
oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah Pirit (pada keadaan
asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).
Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya akan
berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi,
memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat
digunakan menjadi deposit bijih besi.
Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang biasanya
dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.
5. Presipitat
Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang mensekresi
gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis ini
(karbonatan) adalah di bawah laut.
Bentuk
kalsium
karbonat
yang
paling
stabil
adalahKalsit,
namun
dapat
juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi
aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena
kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di lingkungan
terestrial, seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air
yang jenuh akan kandungan CaCO3.
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari segi
ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti yang kita
ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium, dan karena
terjadi
perubahan
pada
kondisi
fisik-kimianya,
walaupun
hanya
sedikit
akan
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan. Endapan ini
mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi daerah itu,
sebagai indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula pengendapannya,
sedimen evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:
Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut yang menguap.
Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang pertama kali akan
mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan berlanjutnya
evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum, yang bergantung
kepada temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya akan terbentuk
halit. Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium karbonat, namun pada keadaan
tertentu dapat juga terendapkan garam kalsium dan magnesium.
Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas, baik dalam
penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti ekonomi, karena
endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I]. Endapan ini terbentuk di
darat karena menguapnya suatu danau garam. Disamping kedua senyawa tadi,
terkandung pula nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida, dan gipsum.
C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan
ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi
pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari
cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi
melalui larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang
disebabkan oleh cairan ini, maka prosesnya disebut dengan metasomatisme.
1. Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf
Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu metamorfisme termal, dan regional. Metamorfisme
termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang berkembang di sekitar tubuh batuan
plutonik. Pada tipe ini, temperatur metamorfisme ditentukan oleh jauh dekatnya
dengan intrusi magma. Batuan khas dari metamorfisme ini adalah batutanduk
(hornfels). Batu ini mempunyai butir yang halus, dan terkadang mengandung mineral
merupakan
sumber
terbesar
(90%)
dari
proses
pembentukan
endapan.
2.
merupakan
peristiwa
sekunder,
berbeda
dengan
metamorfisme
yang
merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami
pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air meteorik
( meteoric water ) untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan.
Alterasi Hidrothermal
Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan
perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh interaksi fluida panas
dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi fisio-kimia. Proses alterasi
merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu pertukaran komponen kimiawi antara
cairan-cairan dengan batuan dinding ( Pirajno, 1992 ).
Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya ( batuan dinding ),
akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan
( mineral alterasi ), maupun fluida itu sendiri ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004 ).
Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :
1.
2.
3.
Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung ( Guilbert dan
Park, 1986, dalam Sutarto, 2004 ).
4.
Konsentrasi.
5.
himpunan
mineral
yang
hadir
dapat
disatukan
sebagai
satu
zona
alterasi. Host rock adalah batuan yang mengandung endapan bijih atau suatu batuan
yang dapat dilewati larutan, di mana suatu endapan bijih terbentuk. Intrusi maupun
batuan dinding dapat bertindak sebagai host rock.
Reaksi Reaksi Pada Proses Alterasi
Reaksi reaksi yang berperan penting didalam proses alterasi (reaksi kimia antara
batuan dengan fluida) adalah :
Hidrolisis
Merupakan proses pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara
mineral tertentu dengan ion H+, contohnya :
3 KalSiO3 O8 + H2O(aq) Kal3Si3O10 (OH)2 + 6SiO2 + 2K
K Feldspar Muscovite (Sericite) Kuarsa
Hidrasi
Merupakan proses pembentukan mineral baru dengan adanya penambahan molekul
H2O. Dehidrasi adalah sebaliknya. Reaksi Hidrasi :
2 Mg2SiO4+ 2H2O + 2 H+ Mg3 Si2O5 (OH)4 + Mg2+
Olivine Serpentinite
Reaksi dehidrasi :
Al2Si2O5(OH)4 + 2 SiO2 Al2Si4O10 (OH)4 + Mg2+
Kaolinit Kuarsa Pyrophilite
Silisifikasi
Merupakan proses penambahan atau produksi kuarsa polimorfnya, contohnya:
2 CaCO3 + SiO2 + 4 H- 2Ca2- + 2 CO2 + SiO2 + 2 H2O
Calcite Kuarsa
Silisikasi
Merupakan proses konversi atau penggantian mineral silikat, contohnya:
CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2
Calcite Kuarsa Wollastonite
Tipe Alterasi (Type of Alteration)
Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada
endapan tembaga porfir menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan
himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert (1970, dalam Sutarto, 2004)
membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan
istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit.
Adapun delapan macam tipe alterasi antara lain :
1. Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200-300C pada pH mendekati
netral,
dengan
salinitas
beragam,
umumnya
pada
daerah
yang
mempunyai
permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004), terdapat empat
kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik, yaitu :
Klorit-kalsit-kaolinit.
Klorit-kalsit-talk.
Klorit-epidot-kalsit.
Klorit-epidot.
2. Argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovot-kaolinitmonmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe argilik
terbentuk pada temperatur 100-300C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004), fluida
asam-netral, dan salinitas rendah.
3 . Potasik
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem
hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus
meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K
Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan
hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen.
Dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit
sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil
kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku
intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter
magamatik yang kuat.
Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini.
Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende
maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas
mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan
mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang
kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan
hematit.
Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan
disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang
kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan garnet kadang
dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona
ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral
mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang
relatif sama.
Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini
disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan
induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal)
melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan
batuan. Berikut ini ciri ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu
Actinolite.
Sifat Fisik
Sifat fisik dari mineral ini ditunjukkan dengan warna hijau sampai hijau kehitaman, Hal
ini dikarenakan komposisi kimia yang terkandung pada mineral ini, densitas pada
mineral ini sebesar 3.03 3.24 g/cm3 kekerasan mineral ini adalah 5 6 skala mohs,
dengan cerat berwarna agak putih terang, kilap mineral ini termasuk kilap kaca sampai
sutera, Karena komposisi serta tekstur dan sistem mineral pada mineral maka mineral
ini dapat ditembus oleh cahaya hal itu sejalan dengan partikel paretikel pembentuk
mineral ini yang mudah dilalui oleh cahaya, Relief permukaan sedang/lembut.
Sesuai dengan lingkungan pembentukanya yaitu pada daerah metamorfosa dan
terbentuk di dalam sekis kristalin dimana temperatur suhu sangat berpengaruh dalam
pembentukan mineral ini, maka mineral ini banyak ditemukan berasosiasi dengan
mineral magnetit dan hematit.
Sifat Kimia
Komposisi kimia yang penting Ca, H, Mg, O, Si, merupakan salah satu mineral anggota
Amphibole, rumus kimia Ca2(Mg, Fe2+)5(Si8O22)(OH)2.
Sifat Optik
Sistem kristal monoklin, kelas kristal prismatic, kembaran berbentuk parallel, optik ( =
14.56-1.63, = 1.61-1.65, = 1.63-1.66).
4. Filik
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona
alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada
intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai mineral
utama dengan mineral pyrite yang melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral serisit
terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit
yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi
serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona
ini
tersusun
oleh
himpunan
mineral
kuarsa-serisit-pirit,
yang
umumnya
tidak
400C), fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas
dengan urat.
Dominasi endapan dalam bentuk veinlet dibandingkan dengan endapan yang berbentuk
hamburan kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya pengaruh metasomatik yang
lebih mengarah ke proses hidrotermal. Hal ini disebabkan karena zona ini semakin
menjauh dari pusat intrusi serta berkurangnya kedalaman sehingga interaksi membesar
dan juga diakibatkan oleh banyaknya rekahan pada batuan sehingga larutan dengan
mudah mengisinya dan mengkristal pada rekahan tersebut, mineralisasi yang intensif
dijumpai pada vein kuarsa adalah logam sulfida berupa pirit, kalkopirit dan galena.
Berikut ini ciri ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu Serisit.
Sifat Fisik
Tidak berwarna putih; kekerasan 5.5 6 skala mohs; kilap kaca; dapat ditembus oleh
cahaya; pecahan conchoidal; cerat putih. Umumnya berasosiasi dengan mineral kuarsa,
muskovit, dan mineral-mineral bijih seperti pirit, kalkopirit,galena, dan lainya. Rumus
kimia Ca[Al2Si4O12].2H2O.
Sifat Optik
Sistem kristal monoclinic dengan kelas kristal prismatic, surface relief sedang, optic n
= 1.498 n = 1.502.
5. Propilitik dalam ( inner propilitik )
Menurut Hedenquist dan Linndqvist (1985, , dalam Sutarto, 2004), zona alterasi pada
sistem epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH mendekati netral) ummnya
menunjukkan zona alterasi seperti pada sistem porfir, tetapi menambahkan istilah inner
propylitic untuk zona pada bagian yang bertemperatur tinggi (>300C), yang dicirikan
oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
6. Argilik lanjut ( advanced argilic )
Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat),
ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral
pirofilit+diasporandalusitkuarsaturmalinenargit-luzonit (untuk temperatur tinggi,
skarn
terbentuk
pada
fluida
yang
mempunyai
salinitas
tinggi
dengan
Sifat Fisik
Secara megaskopis mineral ini berwarna putih, kuning,dan merah; kekerasan 3 skala
mohs; cerat putih; pecahan uneven/irrengular ; densitas 2.711 g/cm3; belahan 1 arah;
kilap kaca, dapat ditembus oleh cahaya.
Sifat Kimia.
Komposisi kimia yang penting C, Ca, O; merupakan anggota dari Calcite grup mineral;
mengandung unsur karbonat; rumus kimia CaCO3. Mineral ini kaya terhadap
kandungan kalsium sehingga dalam proses pelarutan dengan mineral asam ia sangat
cepat beraksi.
Sifat Optik.
Sistem kristal trigonal, termasuk dalam kelas hexagonal scalenohedral, optik n =
1.640 1.660 n = 1.486.
Lingkungan Pembentukan.
Terbentuk di laut, sebagai nodul dalam batuan sedimen, selain itu juga bisa terbentuk
pada urat-urat hydrothermal sebagai mineral gang di dalam berbagai batuan beku.
Umumnya berasosiasi dengan mineral magnetit, hematit.
8. Greisen
Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau lipidolit) dengan
sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit yang dibentuk oleh alterasi
metasomatik post-magmatik granit (Best, 1982, Stempork, 1987, dalam Sutarto,
2004).
9. Silisifikasi
Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling umum dijumpai dan
merupakan tipe terbaik. Bentuk yang paling umum dari silika adalah (E-quartz, atau quartz, rendah quartz, temperatur tinggi, atau tinggi kandungan kuarsanya (>573C),
tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Bentuk yang paling umum adalahquartz rendah,
kristobalit, dan tridimit kebanyakan ditemukan di batuan volkanik. Tridimit terutama
umum sebagai produk devitrivikasi gelas volkanik, terbentuk bersama alkali felspar.
Selama proses hidrotermal, silika mungkin didatangkan dari cairan yang bersirkulasi,
atau mungkin ditinggalkan di belakang dalam bentuk silika residual setelah melepaskan
(leaching)
dari
dasar. Solubilitas
silika
mengalami
peningkatan
sesuai
dengan
temperatur dan tekanan, dan jika larutan mengalami ekspansi adiabatik, silika
mengalami presipitasi, sehingga di daerah bertekanan rendah siap mengalami
pengendapan (Pirajno, 1992).
10. Serpentinisasi
Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral utamanya adalah
Cripiolite disamping ada juga mineral mineral lain. Batuan semuala biasanya batuan
basa ( andesitte ) yang berubah karena proses hidrotermal maka batuan basa ini
berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan diubah
menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering, tetapi
daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.
Permasalahannya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh batuan ditemukan
beberapa mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik untuk tahap awal
observasi batuan tersebut di atas adalah menulis semua mineral yang tampak sebagai
himpunan mineral. Apabila dalam satu batuan dijumpai mineral-mineral klorit, kuarsa,
kalsit, dan kaolinit, maka disebut sebagai himpunan mineral klorit-kuarsa-kalsit-kaolinit
(Sutarto, 2004).
Pola Alterasi (Style of Alteration)
Kuantitas alterasi pada batuan disebabkan oleh derajat dan lamanya proses alterasi.
Terdapat tiga jenis pola alterasi (Sutarto, 2004), yaitu :
a. Pervasive
Yaitu penggantian seluruh atau sebagian besar mineral pembentuk batuan. Semua
mineral primer pembentuk batuan telah mengalami alterasi, walaupun intensitasnya
berbeda.
b. Selectively pervasive
Proses alterasi hanya terjadi pada mineral-mineral tertentu pada batuan. Misalnya klorit
pada andesit hanya mengganti piroksen saja, sedangkan plagioklas tidak ada yang
terubah sama sekali.
c. Non-pervasive
Hanya bagian tertentu dari keseluruhan batuan yang mengalami alterasi hidrotermal.
Proporsi Mineral Alterasi
Proporsi satu mineral alterasi tertentu dalam batuan digolongkan sebgai berikut
(Sutarto, 2004) :
Jarang (rare)
Sedikit (minor)
Sedang (moderate)
Banyak (major)
Melimpah (predominant)
:<1%
: 1-5%
: 5-10%
: 10-50%
: >50%
Mordenit (NaCaAlSi)
210
Laumonit (NaAlSiO)
250
Wairakit (CaAlSi)
300
Intensitas Alterasi
a.
b.
span="span" volume="volume">
c.
Sedang (moderate)
d.
Kuat (strong)
e.
Intens (intense)
Total (total)
kuarsa, zirkon, dan apatit), serta tekstur primer sudah tidak tampak lagi
Ukuran Mineral
Penggolongan ukuran mineral seperti yang digunakan pada batuan beku (Morrison,
1997) :
Halus (fine)
Sedang (medium)
Kasar (coarse)
Batuan dinding
Hasil alterasi
Epithermal
Batuan gamping
Silisifikasi
Lava
pirit, beberapa sericit, mineral-mineral lempung
Alunit, clorit,
Klorit, epidot,
Mesothermal
Batuan gamping
Silisifikasi
Serpih, lava
Selisifikasi, mineral-mineral lempung
Batuan beku asam
Sebagian
Hypothermal
Batas batas peralihan antara batuan batuan yang terbentuk pada kondisi
hypotermal ; mesotermal dan epitermal tidak begitu terlihat, serupa bisa diberikan
dengan
membandingkan
kandungan
kandungan
mineralnya
pada
endapan
hypotermal, mesotermal dan epitermal, karena ada mineral yang khas terdapat pada
kondisi yang tertentu.
Disamping itu ada juga mineral mineral yang kita dapat pada semua kondisi
(hypotermal , mesotermal dan epitermal). Misal : mineral Pirite, Chalcopirite dan
kwarsa yang bisa terbentuk pada hampir semua temperatur dari juga hampir semua
batuan memungkinkan terdapatnya mineral tersebut.
Secara umum alterasi hidrotermal akan membentuk satu Aureole hale terhadap
tubuh bijih hidrotermal ataupun Channelwey termineralisasi yang pada umumnya
dapat diindentifikasi secaara megaskopis di lapangan dan dipetakan menjadi beberapa
zone subzone berdasarkan asosiasi minerral khusus.
MINERALISASI DAN ALTERASI
Mineralisasi adalah suatu proses pengendapan mineral bijih (metal) dari media yang
membawanya akibat perubahan lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.
Mineralisasi = Ore Deposit
2.
3.
Deposit yang berhubungan dengan intrusi intermediate dan felsik (Porphyry Base
Metal Deposit, Skarn Deposit dll.)
4.
5.
Tekanan 1-2kb.
Temperatur 250-500 C dan jarang 600 atau 700 C.
Gambar 1.
Gambar 2.
Temperatur
Tekanan
Komposisi kimia
Dalam pembentukan alterasi yang paling penting adalah komposisi kimia
Titik 1 mewakili komposisi larutan chlorine yang dalam kesetimbangan kimia dengan
granodiorit dan starting point dari evolusi fluida hidrothermal
Skarn Deposit
1. Terbentuk akibat interaksi fluida magmatic bertemperatur tinggi dengan batuan
samping limestone yang diikuti oleh proses metasomatism dan pengendapan bijih
2. Berkembang baik pada batas tubuh intrusi berukuran kecil hingga sedang dengan
komposisi intermediate seperti monzonit dan granodiorit.
Gambar 4-5
Skarn Deposit
ALTERASI
Alterasi adalah Setiap perubahan dalam mineralogi suatu batuan yang terjadi karena
proses-proses fisika dan kimia, khususnya oleh aktivitas fluida hydrothermal.
Alterasi dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral sekunder yang mengandung
hidroksil (biotit, serisit, khlorit, mineral lempung) disamping kuarsa dan juga karbonat.
Fenomena Alterasi dapat disebabkan oleh:
Metamorfosa
Proses mineralisasi
Produk Alterasi tergantung pada :
1.
2.
Hydration-dehydration
(lepasnya
molekul
air
dari
fluid
ke
mineral
dan
sebaliknya)
3.
4.
5.
6.
7.
merupakan="merupakan"
suhu="suhu"
terbentuk="terbentuk"
utama="utama" yang="yang">
2. Group Mineral Alunit.
pada="pada"
ph="ph"
silika="silika"
tinggi.="tinggi."
tinggi="tinggi"
Alunit ternentuk pada pH yang sedikit lebih besar dari 2, terbentuk bersama dengan
group silika dalam rentang temperatur yang besar, berasosiasi dengan andalusit pada
temperatur yang tinggi
tinggi lagi. Ada 4 macam alunit, alunit steam-heated, alunit supergen, alunit magmatic,
dan alunit liquid.
3. Group Mineral Kaolinit.
Dijumpai pada pH sekitar 4, biasa hadir bersama group alunit-andalusit-korundum pada
pH 3-4. Halloysit merupakan produk supergene utama group ini. Kaolinit terbentuk
pada kedalaman dangkal dan temperatur yang rendah. Dikit terbentuk pada suhu yang
tinggi dan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan terbentuk pirophilit. Diaspor
setempatsetempat dijumpai dalam
dan/atau kaolinit.
4. Group Mineral Illit.
Terbentuk pada fluida dengan pH yang lebih tinggi (4-6). Smektit terbentuk pada
temperatur < 100-150C, interlayer illit-smektit (100-200C), illit (200-250C),
serisit (muskovit) >200-250 C, phengit >250-300C. Kandungan smektit pada interlayer
illit smektit akan berkurang bersamaan dengan naiknya temperature. 22 Interlayer illitsmektit dapat menunjukkan temperatur fluida hidrothermal padakisaran 160-220 C
(Lawless dan White, 1997). Alterasi dengan mineral alterasi yang dominan illit
menunjukkan temperatur fluida pada kisaran 220-270 C (Lawless dkk, 1997).
Sebagaimana illit umumnya stabil pada temperature lebih tinggi dari 220 C,
berkurangnya temperatur akan meningkatkan stabilitas smektit. Pada umumnya illit
banyak
dijumpai
pada
zona
permeabel
dan
permeabilitas
berkurang
dengan
sampai temperatur lebih tinggi dari 300 C, tetapi mineral ini merupakan mineral yang
baik untuk menunjukkan pH pembentukan yang mendekati netral 6-7 (Lawless dan
White, 1997).
6. Group Mineral Kalksilikat
Group kalksilikat terbentuk pada kondisi pH netral sampai alkali, pada temperatur
rendah membentuk zeolit-klorit-karbonat,
aktinolit) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi. Di beberapa sistem prehnit atau
pumpellyit dijumpai berasosiasi dengan epidot. Epidot dengan kristalinitas yang rendah
terbentuk pada suhu 180-220 C, pada kristalinitas yang lebih baik pada suhu yang lebih
tinggi (>220-250 C). Amfibol sekunder (aktinolit) terbentuk pada suhu 280-300 C.
Biotit umumnya tersebar luas di dalam atau di sekitar intrusi porfiri dan terbentuk
pada suhu 300-325 C.
7. Phase Mineral Lain
Mineral Karbonat terbentuk pada range pH (> 4) dan temperatur yang lebih luas, dan
berasosiasi dengan phase kaolin, illit, klorit, dan kalk-silikat. Mineral yang termasuk
dalam
kelompok
ini
adalah
siderit,
rhodokrosit,
ankerit,
kutnahorit,
dolomit,
putih-pink, sistem kristal monoklin, belahan 2 arah, kilap kaca, cerat putih dan
menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk pada suhu 7000 C, akibat proses hidrotermal
dengan temperatur yang rendah berupa urat.
4.
menunjukkan warna hitam, sistem kristal monoklin, belahan sempurna, pecahan tidak
rata, kilap kaca dan mutiara, cerat putih dan menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk
pada temperatur 700 800
C, terbentuk
kontak dan regional dengan temperatur yang tinggi. Dapat terbentuk pada daerah
magmatisme bersifat basa.
C, terbentuk
akibat proses magmatik mafic dan ultramafic plutonic, pada proses metamorphisme
kontak. Lingkungan daerah magmatisme.
15. Montmorillonite(Na,Ca)0.33(Al,Mg)2(Si4O10)
(OH)2nH2O, Mineral ini menunjukkan warna putih abu-abu, sistem kristal monoklin.
Terbentuk pada daerah beriklim tropis yang merupakan hasil alterasi dari feldspar pada
batuan yang miskin silika. Hasil dari pelapukan glass volkanik dan tuff dari proses
hidrotermal.