Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH DAN MEKANIKA BATUAN


ATTERBERG LIMIT, POROSITAS DAN PERMEABILITAS

Disusun oleh :
EFRINALDI SAPUTRA
F1D220025

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mekanika batuan adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu teoretis dan ilmu
terapan dari perilaku mekanik batuan dan massa batuan. Dalam geologi, mekanika
batuan adalah cabang mekanika yang mengkaji tentang respons batuan dan massa
batuan terhadap medan gaya yang diberikan dari lingkungan batuan.
Mekanika batuan merupakan bagian dari subjek yang lebih luas yakni
geomekanika, yang mengkaji tentang tanggapan mekanik dari semua material
geologi, termasuk tanah. Mekanika batuan, seperti yang diterapkan di geologi
teknik, pertambangan, perminyakan, dan praktik teknik sipil, memerhatikan
penerapan prinsip-prinsip mekanika rekayasa untuk desain struktur batuan yang
dihasilkan oleh pertambangan, pengeboran, produksi waduk, atau kegiatan
konstruksi sipil seperti pembangunan terowongan, lubang tambang, penggalian
bawah tanah, tambang terbuka, sumur minyak dan gas, pemotongan jalan,
repositori limbah, dan struktur lainnya yang dibangun dengan batuan tersebut.
Tanah dalam pengertian teknik secara umum adalah material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan orgnaik yang melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel. Menurut Bieniawski, tanah adalah suatu
material bentukan alam yang mempunyai kuat tekan uniaksial kurang 1 MPa.
Tanah yang porinya hanya terisi udara disebut sebagai tanah kering sedangkan
tanah yang porinya hanya terisi oleh air disebut sebagai tanah jenuh. Dalam
keadaan asli biasanya suatu tanah porinya terisi oleh udara maupun air oleh
karena itu dibutuhkan percobaan untuk menentukan sifat fisik pada tanah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Dapat memahami konsep dari atterberg limit
2. Mengetahui pengertian dari porositas dan permeabilitas
3. Mengetahui hubungan antara porositas dan permeabilitas

1
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1.3.1 Atterberg Limit
1. Cawan
2. Solet
3. Timbangan dengan ketelitan 0.001 gr
4. Oven
5. Mangkuk
6. Lempeng kaca
7. Cassagrande
8. Aquades
9. Pisau Cassagrande
10. Pisau
11. Sample tanah dan tanah lempung
1.3.2 Porositas dan Permeabilitas
1. Sampel Batuan beku dan sedimen
2. Sampel tanah
3. Gelas ukur
4. Buret
5. Timbangan
6. Stopwatch
7. Oven
8. Silinder
9. Termometer
1.4 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah:
1.4.1 Atterberg Limit
A. Pengujian batas cair
1. Timbang berat cawan dan letakan sampe tanah dalam cawan
2. Tambahkan air kedalam sampel lalu aduk hingga merata
3. Letakan sampel ke dalam mangkuk, aduk dan meratakannya
dengan solet

2
4. Membelah sampel pada cassagrande dengan solet hingga terpisah
menjadi dua bagian yang sama
5. Memutar stang cassagrande sehingga tertekuk hingga alur
menutup kembali sepanjang 1 cm
6. Mencatat jumlah ketukan
7. Ambil tanah dari cassagrande menjadi 3 bagian lalu timbang
8. Lalukan percobaan sebanyak 4 kali dan usahakan gar jumlah
ketukan di bawah 25 kali sebanyak 2 kali dan di atas 25 kali
sebanyak 2 kali juga
9. Masukan sampel yang telah di timbang dalam oven kemudian
timbang kembali
B. Pengujian batas plastis
1. Timbang cawan kosong
2. Tambahkan sampel tanah dengan aquades dan aduk hingga rata
3. Letakan sampel di atas kaca dan menggelintirnya sampai
berdiameter 3 mm dan mulai retak
4. Jika sampai diameter 3 mm dan belum retak berarti tanah terlalu
banyak mengandung air, maka cari bagian tanah yang tidak
banyak mengandung air
5. Jika sampai diameter 3 mm dan mulai retak lalu masukan
kedalam oven selama 24 jam pada suhu 1100 C dan timbang
kembali
1.4.2 Porositas dan Permeabilitas
A. Pengujian Porositas
1. Menimbang batu pada keadaan awal (massa normal)
2. Memasukkan batu ke dalam gelas ukur,di rendam dalam air
selama satu malam
3. Menimbang massa basahnya
4. Memanaskan batu ke dalam microwave dengan suhu 90o C
selama 30 menit
5. Kemudian, menimbang batu lagi (massa kering)

3
B. Pengujian Permeabilitas
1. Sampel contoh dimasukkan kedalam silinder
2. Isi buret dengan air dengan ketinggian yang telah ditentukan
3. Alirkan air dari buret kedalam silinder berisi sampel contoh
4. Catat waktu yang dibutuhkan air sampai habis
5. Ukur air yang lolos dengan menggunakan gelas ukur
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat pada praktikum kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari Atterberg limit
2. Untuk mengetahui Porositas dan permeabilitas
3. Untuk dapat menentukan porositas suatu tanah
4. Dapat menentukan permeabilitas suatu tanah

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah suatu lapisan dari permukaan bumi yang berasal dari material
induk yang telah mengalami proses lebih lanjut, karena perubahan alami dibawah
pengaruh air, udara, dan macam - macam organisme baik yang masih hidup
maupun yang telah mati. Tingkat dari perubahan terlihat pada komposisi, struktur
dan warna dari hasil pelapukan pada material tanah tersebut (Dokuchaev, 1870).
Tanah adalah himpunan mineral berupa bahan organik, dan bahan endapan-
endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).
Istilah pasir, lempung, lanau, atau lumpur dapat digunakan untuk menggambarkan
ukuran partikel pada batas yang telah ditentukan. Akan tetapi, istilah yang sama
juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah dengan jenis khusus. Sebagai
contohnya yaitu lempung merupakan jenis tanah yang bersifat kohesif dan bersifat
plastis (lentur), sedangkan pada pasir merupakan penggambaran tanah yang
memiliki sifat tidak kohesif dan bersifat tidak plastis (lentur) (Hardiyatmo, 1992).
Klasifikasi tanah secara umum adalah pengelompokkan berbagai jenis tanah
ke dalam kelompok yang sesuai dengan sifat teknik dan karakteristiknya. Sistem
klasifikasi tanah adalah suatu sistem yang mengatur jenis-jenis tanah yang
berbeda-beda, tetapi mempunyai sifat-sifat yang serupa kedalam kelompok-
kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Dengan adanya sistem
klasifikasi ini akan menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat
bervariasi tanpa penjelasan yang rinci. Klasifikasi ini pada umumnya di dasarkan
sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan
plastisitas. Namun semuanya tidak memberikan penjelasan yang tegas tentang
kemungkinan pemakaiannya. Sistem klasifikasi tanah dapat dibagi menjadi dua,
yaitu klasifikasi berdasarkan tekstur dan ukuran dari tanah, Sistem klasifikasi ini
di dasarkan pada keadaan permukaan tanah yang bersangkutan, sehingga
dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah tersebut. Klasifikasi sangat sederhana di
dasarkan pada distribusi ukuran tanah saja. Pada klasifikasi ini tanah dibagi
menjadi kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay) (Das, 1995).

5
Tanah terdiri atas tiga unsur yaitu butiran, air, dan udara. Sifat-sifat
dari suatu tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran
butiran tanah menentukan klasifikasi macam tanah tersebut. Untuk butiran
yang kasar dipakai metode sieving dalam penentuan distribusi ukurannya.
Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran
diameter kisi saringan tertentu mulai dari yang kasar hingga yang halus.
Dengan demikian butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian (Sujiman,
2016).
Tanah lempung terdiri dari butir – butir yang sangat kecil ( < 0.002 mm) dan
menunjukkan sifat – sifat plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan
bahwa bagian – bagian itu melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah
sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah – rubah tanpa perubahan isi
atau tanpa kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi retakan – retakan atau
terpecah – pecah. Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur
kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang
dominan dimana kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang
paling mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada
masing-masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-
unsur warna tanah dipengaruhi oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda.
Dalam keadaan kering sangat keras, dan tidak mudah terkelupas hanya dengan
jari tangan. Selain itu, permeabilitas dari lempung sangat rendah (Wesley, 1973).
Analisis ukuran butiran tanah adalah penentuan persentase berat butiran
pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu. Dalam analisis
saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang berbeda-beda disusun
dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil. Contoh tanah yang akan diuji
dikeringkan dalam oven, gumpalan yang dihancurkan dan contoh dari yang tanah
akan lolos melalui susunan saringan setelah saringan digetarkan (Kusuma, 2013).
Permeabilitas tanah adalah suatu kemampuan tanah untuk mentransfer air
atau udara, yang biasanya diukur dengan istilah jumlah air yang mengalir melalui
tanah dalam waktu yang tertentu dan ditetapkan sebagai inci/jam (Utomo, 1994 ).
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah yang terdapat dalam suatu
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, yang merupakan indikator

6
kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah berpori berarti tanah yang mempunyai
ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara
leluasa , maka akan jadi sebaliknya jika tanah tidak memiliki pori (Hakim, 1986).

7
3.2 Pembahasan
Pada praktikum keempat ini, membahas mengenai tentang Atterberg limit,
porositas dan permeabilitas. Atterberg limit merupakan ukuran dasar dari butiran
halus tanah. Tergantung pada kandungan air pada tanah, tanah dapat
diklasifikasikan menjadi empat kondisi yaitu padat, semi-padat, pastik, dan cair.
Disetiap kondisi, konsistensi dan sifat dari tanah akan berbeda-beda, begitu pula
sifat-sifat rekayasanya. Atterberg Limit dapat digunakan untuk membedakan
antara lanau dan lempung dan juga lebih detailnya dapat membedakan antara
berbagai macam lanau dan lempung. Atterberg limit ini bertujuan untuk
mengetahui batasan-batasan dari empat kondisi tanah yang dimiliki oleh suatu
sampel tanah yang akan diuji. Uji ini biasanya dilakukan pada lanau atau lempung
berkaitan dengan sifat kedua jenis tanah ini yang mudah mengembang atau
menyusut tergantung pada kadar air yang terkandung pada tanah jenis ini. Hal ini
disebabkan karena lanau atau lempung secara kimia bereaksi terhadap air dengan
merubah ukuran dan mengakibatkan perbedaan kekuatan. Jadi tujuan utama dari
tes ini seringkali digunakan untuk menguji daya dukung tanah tempat suatu
bangunan yang akan didirikan terutama jika tanah terkandung lanau atau lempung.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Besarkan pratikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan yaitu :
1. Konsep dasar dari Atterberg limit itu adalah suatu ukuran dasar dari kadar
air kritis tanah berbutir halus yang memiliki batas- batas yaitu batas susut,
batas plastis dan batas cair
2. Porositas itu adalah keseragaman butiran pada suatu tanah, beberapa faktor
yang mempengaruhi besar atau kecilnya suatu porositas adalah bentuk
butiran, cara susunannya, lingkungan pengendapan, ukuran butiran batuan
dan komposisi mineral pembentuk batuan. Sedangkan permeabilitas adalah
kemampuan tanah dalam menyerap fluida atau air melalui pori-pori yang
saling berhubungan
3. Hubungan antara porositas dengan permeablitas berbanding lurus, karena
apabila porositas suatu tanah itu baik maka artinya permeabilitasnya juga
baik karena tanah itu memiliki volume rongga yang besar sehingga dapat
dengan mudah menyerap atau meloloskan suatu air tersebut begitu juga
sebaliknya

3.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum diharapkan untuk kedepannya praktikan
belajar terlebih dahulu sehingga dalam praktikum praktikan dapat lebih mudah
memahami materi dan juga praktikan kedepannya menjadi lebih aktif lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis).


Jakarta: Erlangga.
Dokuchaev. 1870. Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong,
G.B.,Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
488 hal.

Hardiyatmo, Hary C. (1994). Mekanika Tanah 2. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka


Utama.
Kusuma, R.I,. 2013. “Stabilisasi Tanah Lempung Menggunakan Fly Ash Terhadap Nilai
Cbr”. Jurnal Fondasi. Vol. 2 (2) : 43-51
Sujiman. 2016. “Analisis Stabilitas Longsoran Berdasarkan Kondisi Tipe, Sifat Fisik Dan
Mekanik Batuan Di Kecamatan Telukpandan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur”. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 16 (1) : 23-31.
Utomo, Wani Hadi. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Penerbit IKIP Malang.
Malang.

Wesley, L. D. 1973. Mekanika Tanah. Jakarta : Badan Penerbit Pustaka Umum.

10

Anda mungkin juga menyukai