Anda di halaman 1dari 66

GEOLOGI DAERAH KALIGENDING DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN SADANG, KABKEBUMEN,


PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH:

I GUSTI AGUNG BAGUS ADINATHA ISWARA


072.14.055

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
OUTLINE

Pendahuluan

Geomorfologi

Stratigrafi

Struktur Geologi

Sejarah Geologi

Evaluasi Geologi

Kesimpulan
PENDAHULUAN
MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud dilakukannya Pemetaan Geologi ini adalah untuk menggambarkan


penyebaran litologi, keadaan struktur, serta bentang alam yang ditemukan pada
daerah pengamatan dan menuangkannya dalam sebuah peta geologi.

 Tujuan dilakukannya Pemetaan Geologi yaitu untuk menyusun sejarah geologi,


menjelaskan potensi – potensi geologi baik berupa sumber daya alam maupun
bencana alam, dan memahami kondisi geologi melalui aspek stratigrafi, struktur
geologi, geomorfologi pada suatu daerah yang akan dipetakan dan dipaparkan
melalui suatu laporan geologi.
LOKASI DAERAH PEMETAAN

 Secara administratif daerah pemetaan terletak di daerah Kaligending dan


sekitarnya, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah.

 Secara geografis daerah pemetaan terletak pada 109°39’50,2” BT -


109°42’33,4” BT dan 07°33’30” LS - 07°36’45” LS dengan luas daerah
pemetaan adalah 30 km2 dan berukuran panjang dan lebar 6km x 5km.
GEOMORFOLOGI
GEOMORFOLOGI

Geomorfologi,daerah pemetaan dapat dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi


yaitu :

 Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Tajam Struktural


 Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Struktural
 Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional
 Satuan Geomorfologi Dataran Fluvial
PENAMPANG GEOMORFOLOGI
STRUKTURAL

Kenampakan bentang alam di Daerah Kedungdalem pada satuan


geomorfologi perbukitan bergelombang struktural
STRUKTURAL

Kenampakan bentang alam di Daerah Kalirancang pada satuan


geomorfologi perbukitan tersayat tajam struktural
SATUAN GEOMORFOLOGI DATARAN DENUDASIONAL

Kenampakan bentang alam di Daerah Kedunglumpang pada satuan


geomorfologi dataran denudasional
Pola Aliran Sungai
Stadia Sungai Daerah Pemetaan

Penampang sungai U pada Kali Kedungbener

Stadia Sungai: Tua


Stadia Sungai Daerah
Pemetaan

Penampang sungai V pada Kali Prekal


Stadia Daerah Pemetaan

 Stadia dari setiap satuan geomorfologi dapat membentuk stadia daerah penelitian
secara keseluruhan. Daerah penelitian tergolong memiliki stadia sungai yang dewasa
karena memiliki bentuk penampang V-U dengan tipe erosi vertikal dan horizontal.
Relief daerah penelitian umumnya bergelombang dilihat dari kenampakan perbukitan
yang bergelombang dengan sedikitnya ditemukan deposisi dari endapan sungai dan
tingkat erosi yang cukup tinggi. Dari parameter-parameter diatas dapat disimpulkan
bahwa stadia daerah adalah muda hingga dewasa.
TABEL SATUAN GEOMORFOLOGI DAERAH
PEMETAAN
STRATIGRAFI
PETA GEOLOGI
DAERAH PEMETAAN
KOLOM STRATIGRAFI DAERAH PEMETAAN
STRATIGRAFI
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN SELANG-SELING BATULEMPUNG
KARBONATAN
KOLOM STRATIGRAFI SATUAN BATUPASIR KARBONATAN SELANG-
SELING BATULEMPUNG KARBONATAN
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN SELANG-SELING BATULEMPUNG
KARBONATAN

Singkapan batupasir karbonatan selang-seling batulempung


karbonatan di LP 17 pada Daerah Kalikudu
Satuan Batupasir Karbonatan Selang-Seling Batulempung Karbonatan

Kenampakan Sayatan Tipis Calcareous Mudstone (Pettijohn, Kenampakan Sayatan Tipis Calcareous Quartz Wacke
1975)pada LP 10 (Pettijohn, 1975) pada LP 32
Miosen Tengah (N9 – N14)

Batial Atas
STRATIGRAFI
SATUAN BREKSI
KOLOM STRATIGRAFI SATUAN BREKSI
SATUAN BREKSI

Singkapan breksi di LP 5 pada Daerah Larangan

Singkapan breksi di LP 62 pada Daerah Gupit


Satuan Breksi

Kenampakan Sayatan Tipis Andesite (IUGS, after Kenampakan Sayatan Tipis Calcareous Arkosic Wacke
striecksen, 1970) pada LP 46 yang merupakan Fragmen (Pettijohn, 1975) pada LP 46 yang merupakan Matriks
dari Breksi dari Breksi
Miosen Tengah-Miosen Akhir
(N12 – N17)

BATIAL ATAS
STRATIGRAFI
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN
KOLOM STRATIGRAFI SATUAN BATUPASIR KARBONATAN
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN

Singkapan batupasir karbonatan di LP 79 pada Daerah


Karangkembang
Satuan Batupasir Karbonatan

Kenampakan Sayatan Tipis Calcareous Quartz Wacke


(Pettijohn, 1975) LP 21
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN

Miosen Tengah – Pliosen Awal


(N14 – N18)

BATIAL ATAS-NERITIK LUAR


STRUKTUR GEOLOGI
Sinklin Seling

Antiklin Krakal

Sesar Geser Mengiri


Turun Kalijaya

Sesar Geser Mengiri


Turun Krakal
Lipatan Antiklin Krakal

Penentuan struktur ini berdasarkan data lapangan dimana di LP 15 dan LP 73 memiliki dip yang saling berlawanan arah dengan
besaran strike pada LP 15 yaitu N 340°E/32° dan di LP 73 N 78°E/35°, dimana dari data lapangan tersebut arah dipping menuju dua
arah yang berbeda yaitu relatif utara dan selatan.
Lipatan Sinklin Seling

Penarikan struktur ini berdasarkan interpretasi kontur dan data lapangan, dimana ada pertemuan antara dua arah dip pada LP 14
dan LP 45, dengan singkapan memliki kedudukan pada LP 14 N 100°E/18° dan LP 45 N 310°E/35°. Berdasarkan data-data tersebut
maka diperkirakan terdapat struktur sinklin di daerah tersebut.
Sesar Geser Mengiri Turun Kalijaya
Secara administratif diperkirakan berada di daerah desa Kalijaya. Jenis struktur ini
berdasarkan pengamatan topografi, pola aliran sungai dan ditemukannya
disorientasi strike dip dan pengukuran kekar di daerah Kalijaya.

Dengan metode
stereografi, didapatkan
hasil gaya dengan besar
arah N9˚E/49˚ dengan
rake 17˚, sehingga
berdasarkan klasifikasi
Rickard (1972) sesar ini
berjenis sesar geser
mengiri turun Kalijaya.
Sesar Geser Mengiri Turun Krakal
Secara administratif, Jenis struktur ini terletak di timur kavling pemetaan,
memanjang dari utara hingga ke selatan peta kavling. Dinamakan sebagai sesar geser
Krakal karena diperkirakan berada di daerah Krakal

Dengan metode
stereografi,
didapatkan hasil gaya
dengan besar arah
N11˚E/49˚ dengan
rake 14˚, sehingga
berdasarkan
klasifikasi Rickard
(1972) sesar ini
berjenis sesar geser
mengiri turun
Krakal.
DATA KEKAR PADA DAERAH PEMETAAN
SEJARAH GEOLOGI
FASE
PENGENDAPAN (1)

MUKA AIR LAUT

Fase pengendapan dimulai pada kala Miosen Tengah (N9 - N14), dimana pada fase pertama terendapkan Satuan batulempung
karbonat selang-seling batupasir karbonat pada lingkungan Batial atas.
FASE PENGENDAPAN (2)

MUKA AIR LAUT

Selanjutnya fase kedua dimulai pada kala Miosen Tengah – Miosen Akhir (N12 - N17), dimana Satuan breksi terendapkan, menjelang
akhir pengendapan fase pertama, pada lingkungan Batial Atas. Pada saat akhir pengendapan fase kedua, terendapkan pula fase ketiga
yaitu Satuan batupasir karbonat yang dimulai pada kala Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan Batial Atas
ASE PENGENDAPAN (3)

Selanjutnya Satuan batupasir karbonat terus terendapkan bersamaan dengan berkurangnya aktivitas vulkanisme dan
penurunan muka air laut sehingga lingkungan pengendapan berangsur berubah menjadi Neritik Luar pada kala Pliosen Awal,
sehingga diperkirakan Satuan batupasir karbonat terendapkan pada kala Miosen Tengah – Pliosen Awal (N15 – N18)
FASE DEFORMASI (1)

Selanjutnya fase deformasi dimulai saat aktivitas tektonik secara regional mengalami peningkatan pada kala Plio - Pleistosen dengan
arah gaya dominan barat laut – tenggara yang menyebabkan terjadinya pengangkatan pada daerah penelitian dan berubah menjadi
daratan, dan akibat aktivitas tektonik yang terus berlanjut, terbentuk perlipatan pada hampir semua satuan batuan di daerah
penelitian dengan arah jurus relatif timur laut – barat daya
FASE DEFORMASI (2)

Fase akhir aktivitas tektonik terbentuk Sesar geser mengiri turun Kalijaya , Sesar geser mengiri turun Krakal, akibat pergerakan
blok diantara kedua sesar tersebut dengan arah barat laut-tenggara, yang memotong Satuan breksi, Satuan batupasir karbonatan
selang-seling batulempung karbonatan, dan satuan batupasir karbonatan.
FASE DENUDASI

Fase yang terjadi selanjutnya adalah proses denudasi pada kala Pliosen – Holosen sehingga membentuk morfologi dan relief pada
permukaan seperti saat ini.
Pemodelan Geologi Daerah Pemetaan Saat Ini
EVALUASI GEOLOGI
Potensi Sumber Daya Alam
Bencana Alam
Sumber Mata Air
Panas

Sumber mata air panas di pemandian air panas Krakal


Tata Guna Lahan

Area perkebunan sayuran di daerah Widoropayung


Alam
Batuan sedimen
Bahan Galian berupa batupasir
karbonatan pada
LP 27 di daerah
Sempor sebagai
bahan baku
pondasi bangunan

Batuan sedimen berupa batupasir karbonatan pada LP 21 di daerah


Sumberan sebagai bahan baku pondasi bangunan
Bencana Alam
Tanah Longsor Peringatan
Tanah
Berpotensi
Longsoran
(Terdapat
pada Daerag
G. Wudel)

Daerah rentan
bencana
longsor berupa
gerakan tanah
di LP 11
di daerah
Gunung Wudel
KESIMPULAN
Daerah Krakal dan sekitarnya, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah secara geografis berdasarkan sistem UTM
(Universal Transverse Mercator) berada pada koordinat 109°39’50,2” BT - 109°43’06,0” BT dan 07°36’12,1” LS - 07°38’54,3” LS . Berdasarkan
pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Secara geomorfologi, daerah pemetaan dapat dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi yaitu : Satuan Geomorfologi Perbukitan Tersayat Tajam
Struktural , Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Struktural, Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional.
2. Pola aliran yang berkembang pada daerah pemetaan adalah dan sub-parallel, dengan stadia daerah dan stadia sungai muda hingga dewasa.
3. Daerah pemetaan dapat dibagi menjadi tiga satuan batuan yang berumur relatif dari tua ke muda, yaitu: Satuan batupasir karbonatan selang-
seling batulempung karbonatan yang berumur Miosen Tengah , Satuan breksi yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir, dan Satuan batupasir
karbonatan yang berumur Miosen Akhir- Pliosen Awal.
4. Tatanan struktur yang terbentuk pada daerah pemetaan membentuk struktur sesar geser mengiri turun Kalijaya, sesar geser mengiri turun
Krakal, lipatan Antiklin Krakal, dan lipatan Sinklin Seling dengan arah gaya utama adalah utara – selatan.
5. Berdasarkan hasil evaluasi geologi, disimpulkan bahwa sebagian besar daerah pemetaan dimanfaatkan sebagai pemukiman, persawahan,
perkebunan, dan area pertambangan. Bahan tambang berupa batupasir dan breksi yang digunakan sebagai bahan baku pondasi bangunan, serta
memiliki potensi bencana alam berupa gerakan tanah (longsor).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai