Anda di halaman 1dari 17

SESAR ADANG-LUPAR, KALIMANTAN:

PERDEBATAN DAN OBSERVASI BARU SESAR


BESAR TRANS KALIMANTAN.

INTISARI

Sesar Adang-Lupar merupakan elemen struktur besar yang memotong


Pulau Kalimantan secara melintang dari Laut Natuna sampai Selat Makassar
sepanjang 1350 km. Sesar Besar Trans-Kalimantan ini membatasi perluasan
Pegunungan Meratus dan Paparan Barito-Paternoster ke sebelah utara,
membatasi Cekungan Natuna Timur, menggeser Cekungan Makassar Utara dari
Cekungan Makassar Selatan, memisahkan Cekungan Kutei dari Cekungan
Barito, dan membedakan penyebaran kompleks melange Zone Sibu dari
kompleks batuan benua-kerak akresi Zone Kuching.
Sesar Adang-Lupar merupakan elemen geologi yang penting.
Meskipun demikian, sesar ini kurang dipel~ari secara rnendetail, sehingga
menimbulkan masalah dan perdebatan tentang sifat dan sejarah tektonik sesar
ini. Makalah ini mengevaluasi Sesar Adang dan Lupar dan mengemukakan
pengamatan serta interpretasi baru. Makalah ini menjawab beberapa rnasalah
dan perdebatan yang ada.
Di permukaan, kehadiran Sesar Besar Adang-Lupar ditandai oleh
singkapan ofiolit di Pulau Natuna dan Lupar; graben retakan Engkilili;
cekungan sedimen retakan Ketungau-Mandai; struktur transpresi
Ketungau; volkanisme retakan Piyabung, Muller dan Teweh; dalaman
retakan/ transtensi Bongan; perubahan facies Oligo-Miosen secara mendadak
di antara Cekungan Barito dan Kutei; struktur transpresi Makunjung-Kuaro;
sesar normal/ transtensi Paternoster; dan terumbu tepi- paparan Balabalagan.
Selama Kapur Akbir - Eosen akhir, Sesar Lupar menunjukkan sejarah tektonik
yang berbeda dari Sesar Adang. Tetapi, kemudian pada perkembangan
selanjutnya menunjukkan sejarab tektonik yang sama sejak terjadinya
pengaktifan ulang sesar mendatar besar pada kedua sesar tersebut.
Dalam kaitannya dengan kepentingan eksplorasi hidrokarbon, Sesar
Adang-Lupar mengontrol pembentukan cekungan, struktur, dan sejarah termal
Cekungan Ketungau; mengontrol stratigrafi Cekungan Barito dan Kutei
pada waktu Oligo- Miosen; mengontrol pembentukan struktur dan
sistem hidrokarbon di daerah perbatasan antara Cekungan Barito dan Kutei;
membentuk perangkap stratigrafi di Selat Makassar; dan mengontrol
pembentukan retakan di Cekungan Natuna Barnt dan Natuna Timur. Di luar
masalah dan perbedaan pendapat yang ada, suatu studi khusus yang mendalam
tentang sifat dan sejarah tektonik sesar ini diperlukan. Nilai akademis dan
ekonomis akan diperoleh bila kita memahami Sesar Adang-Lupar dengan
baik dan benar.

1. PENDAHULUAN

Rincian makalah ini menceritakan kejadian geologi berupa Sesar Adang-


Lupar, sebuah Sesar mendatar besar di Kalimantan (Gambar 1). Sesar
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai elemen utama geoteknik dari
kalimantan, namun saang tidak mempunyai studi yang khusus. Sesar ini berhak
mendapat perhatian kita. Pengetahuan yang tepat tentang sifat dan sejarah tektonik
dari sesar Adang- Lupar akan menguntungkan aspek akademik dan ekonomi.

Gambar 1. Lokasi daerah Penelitian


Ada masalah dan kontroversi tentang sifat dan evolusi tektonik dari sesar
Adang-Lupar. Makalah ini menyajikan pengamatan baru dari sesar Adang-Lupar.
sesar Adang dan sesar Lupar dibahas secara rinci untuk memberikan argumen
mengenai sifat, sejarah tektonik, dan keterkaitan dari sesar. Implikasi dari sesar
Adang- Lupar dalam eksplorasi minyak bumi diperiksa sebagai sesar yang
membentang dan melintasi cekungan sedimen

2. MASALAH DAN KONTROVERSI


Sesar Adang-Lupar memiliki beberapa permasalahan dan kontroversi.
Permasalahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. apa manifestasi permukaan dari sesar Adang dan sesar Lupar?
2. apa sifat dari sesar Adang dan sesar Lupar?
3. mengapa sesar Adang terhubung ke Sesar lupar?,
4. apakah sesar Adang-Lupar terhubung ke sesar besar Vietnam?
5. bagaimana evolusi tektonik dari sesar Adang-Lupar ?
6. bagaimana sesar adang-lupar mengontrol tektonik dan tatanan
stratigrafi yang dibatasi cekungan sedimen?.
yang menjadi Kontroversinya adalah:
1. Sutur vs batas lempeng konvergen aktif dari garis Lupar,
2. Sesar Adang termasuk sesar mendatar mengiri atau menganan,
3. terhubung vs tidak antara sesar Adang dan sesar Lupar.

3. KERANGKA REGIONAL
Pada konsep dasar laut, yang sekarang menjadi dasar benua asia yang terdiri
dari kumpulan dasar dasar benua yang retak dari bagian utara Gondwanaland dan
paleo mesozoik dan melewati bagian depan utara ke bentuk campuran asia
(Gambar 2). (Metcalfe, 1996).
Gambar 2. Dristribution of Continental Block and Fragments (Terranes) and
Principal sutures of SE Asia (after Metalcalfe, 1996).
1. . South China; 2. Indochina;
3. Sibumasu; 4. East 5. West Burma; Borneo; 1.
8. 9. Natal; West Irian Jaya; Buru-Seram; Buton;
Banggai-Sula; Obi-Bacan; North Palawan; 16.
Dange Ground; Reed Bank; Luconia; Macclesfield Bank; 20.
Islands; 21. Kelabit-Longbowan; 22. Mangkalihat; 23. Paternoster;
West Sulawesi; East Sulawesi; 26. Sumba; Banda Allochthon;
Qiong Zhong and Yaxian of Hainan; 29 Simao
that the northern margins of the S. W. Borneo and terranes are
now occupied by trace of Adang-Lupar

Setengah bagian pulau kalimantan yang dilintasi di baratdaya


kalimantan/Schwaner/sunda lautan benua Semitau yang retak dan melintasi dari
laut cina selatan atau indocina yang berawal dari tepi cekungan trias-jura
(Metcalfe, 1996). Benua yang dibatasi oleh adanya bentuk samudra yang
menyempit atau dikenal sebagai zona sesar besar. Dibagian utara dibatasi oleh
Schwaner dan Semitau yang sekarang tertimpa oleh bekas sesar Adang-Lupar.
Penyajian tentang konfigurasi pulau Kalimantan dibuat dengan variasi campuran
dasar campuran benua, samudra dan dasar transisi. Sesar Adang-Lupar adalah
salah satu bagian geologi yang tidak termasuk dasar pembentukan. Sesar adang-
Lupar dapat meluas sepanjang Vietnam dan Baratdaya Sulawesi. Dibagian barat
daya Sulawesi terhubung dengan sesar Adang yang sama mengatur posisi dari
paparan Tonasa ke arah utara (Gambar. 5) (DR. Moyra Wilson Universitas
London, 1966). Sama seperti halnya yang terjadi di bagian tenggara Kalimantan
yang dibatasi oleh paparan Berat ke arah utara. Sesar Walane yang melewati
baratdaya Sulawesi dapat menjadi lebih ke barat sesuai sesar Adang. Kearah
bagian barat laut sesar adang lupar bisa terhubung dengan sesar besar Vietnam
searah jurus (Tiga Pagoda dan Sesar Wang Chao) (Daly dkk.,1987: Rangin dkk.,
1990: packham, 1996).

Gambar 5. Dasitic Oligo-Miocene Facies Change from shallow carbonate


platform to Bathyal shale Coincides with the trace of the Adang Fault indicating a
fault-driven paleography. Note the easternmost extention of carbonate platform
in S.W sulawesi (Tonasa Carbonate) and Bounding Walanae fault

4. MANIFESTASI PERMUKAAN DAN SIFAT SESAR

4.1 SESAR ADANG


Sesar adang (Timur Kalimantan) (atau dikenal sebagai sesar
Paternoster) yang meluas sepanjang 700 km dibaratlaut-timur tenggara
kearah baratlaut tenggara . untuk membuat pembahasan menjadi lebih
mudah sesar adang dibagia menjadi 3 bagian dari barat laut ke tenggara :
1. Bagian Busan-Purukcahu .
2. Bagian Makunjung-Kuaro .
3. Bagian Paternoster-Balabagan (Gambar 3).
Gambar 3. Trace Of Adang-Lupar Fault Comprises Six partions. 1-Natuna,
2-proper-lupar, 3-kapuas-keriau, 4-Busang-purukcabu, 5-makunjang-Kuaro,
6-Paternoster-Balabalagan

Di Bagian Busang-Purukcahu berdasarkan SAR dan data lapangan.


Wain dan Berod (1989) melaporkan sebuah ketertarikan yang cukup pendek
dari arah barat laut ke tenggara yang merupakan bagian berat jenis atau
intensitas pararel sesar adang. (Kemiringan < 60 derajat). Menunjukkan
sebuah mode prinsip unggul yang berdasarkan baratlaut tenggara (N 120 o E)
yang sejajar kearah sesar Adang. Keberadaan sesar ini juga dintunjukka
dengan ketertarikan secara vulkanis dari Teweh (Gambar 4) Latreille dkk.,
1971: Weerd dkk., 1987) dan perubahan fasies yang drastis antara laut
dalam disebelah utara dan laut dangkal disebelah selatan ini menunjukkan
penurunan sesar dibagian utara. (Sesar Normal) (Gambar. 5,6) .

Gambar 4. Surface manifestations of the Adang-Lupar fault Along its trace


Dibagian Makunjung-Kuaro, sesar Adang sebelah utaranya berbatasan
dengan Kutei dan sebelah selaran berbatasan dengan cekungan Barito.
Keberadaan dari sesar besar ditandai oleh hilangnya pegunungan meratus
disebelah utara dan Paparan Barito, dan tumpukkan liapatan yang kompleks
didaerah Makunjung-Kuaro (Gambar. 5.6.7) (Disebut lipatan antiklin besar
Adang : Makunjung, Jupai, Jelmusibak, Antiklin Ketam). Ketertarikan dari
susunan karbonat Berai Oligo-miosen di paparan barito dan perubahan
kedalaman zona bathyal yang tersimpan dikedalaman Bongan dari cekungan
Kutei yang menunjukkan topografi yang besar (seperti sesar normal) dibatas
cekungan . Antiklinorium Adang menunjukkan perubahan jelas disusunan
dari lipatan cekungan Barito dan Kutai. Lipatan Adang terusun di baratdaya-
timurlaut dengan jelas yang secara bersamaan pada lipatan cekungan Kutei
dan Barito di selatan baratdaya-utara timurlaut. Perubahan terjadi pada sesar
adang. Ini ditunjukkan dengan adanya Sesar strike-slip yang mengatur
susunan dari Antiklinorioum Adang ( Lipatan en-echelon atau bagian tua
yang bergerigi) (Tony Mason-Tracer Canada-pers. 1993).
Bagian Paternoster-Balabalagan melewati selat Makassar yang dengan
jelas ditunjukkan dengan adanya sesar strike-slip yang besar yang terdapat
dibagain utara dan selatan cekungan Makassar . ini menunjukka sesar besar
sinistral strike-slip (Gambar. 3.4) . Pada bagian barat bagian barat bagian ini
dibatasi paparan Paternoster kesebalah utara. Di daerah ini sesar Adang
ditunjukkan dengan sederhana oleh sebuah sesar normal dibagian utara.
Yang ditujukkan oleh sedimen yang tebal berumur Neogen dari lepas pantai
Kutei dan bagian utara cekungan Makassar dan sedimen tipis berumur
Eosen yang didasarkan pada paparan Paternoster (Situmorang, 1989) . Di
area ini, kemiringan sesar Adang masuk pada wilayah perpindahan sintetik
(Gambar. 4,7) (van de Weerd and Armin, 1992: Moss dkk., 1995). Di
bagian ujung tenggara dari bagian ini ( area Balabalagan) ditunjukkan
dengan sebuah sesar ditandai dengan batas sesar pengapungan benua seperti
pertumbuhan terumbu karang di Balabalagan (Gambar. 7) .
Sebelum mengemukakan
pernyataan tentang sesar Adang
pada setiap bagiannya yang
menyatakan sifat dari sesar
mendatar besar yang bisa juga
sinistral yang dengan kekuatan
biasa ditempatkan (sesar
trantensional) dan sedikit bagian
transpressional.

4.2 SESAR LUPAR


Sesar Lupar (Baratdaya
Sarawak/ Baratlaut Kalimantan)
biasanya disebut sesar Lupar.
(Latreille dkk.,1971 : Haile. 1973: Hutchison. 1996). Panjang sesar Lupang
hanya 100km sama panjang sama panjangnya dengan sungai Lupar.
Bagaimanapun unsur ini merupakan bagian yang bisa menjadi dasar dari
laut Natuna dan bagian Kalimantan sepanjang 650km dan lagi sesar Lupar
dibahas menjadi tiga bagian :

1. Bagian sesar Lupar .


2. Bagian Kapuas-Keriau .
3. Bagain Natuna ( Gambar. 3 ).

Bagian sesar Lupar ditunjukkan pada bagian baratlaut tenggara pada


sesar ini ditunjukkan sebagai penunjuk dari batas antara zona geologi Sibu
(Haile. 1973)/ zona Embaluh (van Bemmelen. 1949) (Gambar. 4) .
Karakteristik zona Sibu ditunjukkan dengan besarnya lipatan yang tebal dan
teratur dari zaman Kretasius dan Eosen prisma akresionasi kompleks dari
Rajang-Embaluh. Zona Kuching digambarkan dengan tersebarnya daerah
deposit tertier yang tebal pada lingkungan benua. (Ketungau-Mandai
Melawi deposenter). Endapan aluvial di sungai Kapuas dan di beberapa
bagian dari batuan vulkanik dan plutonik. Kompleks melange dari zona Sibu
terdapat juga di zona Kuching ( Seperti Boyan dan melange Keriau). Batas
sesar Lupar merupakan sebuah campuran ophiolit yang dikenal sebagai
Lubok Antu melange. Sesar ini menunjukkan sebuah batas lempeng aktif
konvergen. Sesar lupar melewati reaksi aktifvasi sesar strike-slip. Van
Bemmelen (1949) yang melaporkan keberadaan graben baratlaut tenggara
sepanjang permukaan sungai Lupar (Engkilili Graben). Graben ini
menunjukkan bentuk lingkungan transtensional tektonik. Sesar Lupar juga
tercatat beberapa tahapan pada pembentukan penyusunan transpressional
mungkin karena keberadaan sesar besar. (Moss dkk., 1995).

Bagian Kapuas-Keriau terbentang di barat barat laut-timur tenggara.


Keberadaannya ditandai dengan kehadiran cekungan Ketungau Mandai.
Struktur transperssional dari Ketungau-Mandai dan Piyabung dan retakan
vulkanik tersier Muller yang keseluruhannya tersusun di barat barat laut
timur tenggara dan dinyatakan dengan keberadaan zona besar shear.
Cekungan Ketungau-Mandai dinyatakan perubahannya dengan tektonik
ekstensional sepanjang sesar stike-slip (transtension). Cekungan strike-slip
bertipe sempit (kurang dari 50km luasnya- Chistie-Blick dan Bidle, 1985).
Pada cekungan Ketungau yang luas maksimalnya 38km. Pada awal asam
tersier merupakan awal batuan vulkanik dan piroklastik yang ditunjukkan
oleh Hutchison (1996) yang menyatakan hubungan tahap awal retakan pada
susunan cekungan Ketungau-Mandai, Malawi dan Kutei barat (Gambar. 8) .
Secara intensif pengenalan dasar vulkanik pada pegunungan Muller
Kalimantan tengah. Jadi umur K-Ar pegunungan Muller berumur 40.9 Juta
tahun yang lalu (Pieters dkk., 1987) .

Bagian Natuna dari sesar Lupar hanya melewati bagian timur


Kepulauan Natuna. Bagian ini hanya terbentang dari utara baratlaut selatan
tenggara susunannya. Pada bagian ini menunjukkan karatektistik yang sama
dengan sesar Lupar. Itu ditegaskan dengan geolosi dari zona Sibu dan
Kuching seperti pada bagian Kalimantan (van Bemmelen, 1949). Batuan ini
tersusun di Kepulauan Natunan yang terbentuk dari keberadaan batas
lempeng konvergen yang ditunjukkan oleh ketersediaan ophiolit dengan
lipatan yang teratur rijang, tuff metasedimen dan intrusi granit. Pada bagian
ini melewati reaktifasi zona besar shear, yang ditunjukkan pada awal
retakan di barat Natuna (Ginger dkk.,1993) dan cekungan timur Natuna.

Sebelum membahas setiap bagian dari sesar Lupar yang menunjukkan


catatan batas lempeng konvergen sesar Lupar dan Sesar Strie-slip dengan
keduan transtensional dan komponen transpenssional.
5. EVOLUSI TEKTONIK
Sejak pemisahan dari Cina Selatan / Indochina dalam waktu Trias-Jura
(Metcalfe, 1996), margin utara Schwaner terrane benua tetap pasif (Gambar. 2)
sampai subduksi disebabkan oleh pembukaan proto Laut Cina Selatan
berlangsung dalam waktu Tersier awal (Gambar. 8). Kehadiran kompleks
melange di Lupar Jalur yang tepat membedakan sejarah tektonik yang dari
Sesar Adang yang devoids kompleks melange.

5.1 JALUR SESAR LUPAR

Skenario tektonik jalur sesar Lupar dibahas oleh Hutchison (1996)


di bawah ini didasarkan pada kronologinya.(Gambar. 8). Evolusi dimulai
pada Kapur Akhir ketika kerak samudera memisahkan Schwaner dan
Luconia (Metcalfe, 1996) subduksi ke selatan di bawah kerak benua
Schwaner. Busur vulkanik, intrusi plutonik dan endapan cekungan busur
berkembang dan membesar Blok Schwaner dengan medan bertambah.
Pada garis subduksi, prisma akresi dari Rajang / Embaluh Group (Sibu
Zone) tumbuh terdiri dari endapan melange. Opiolit pada dasar kerak
benua tertahan sebagai akibat dari tumbukan. komplek. Melange terdiri
dari opiolit dan endapan Flysch prisma akresi dipotong di Lupar (Lubok
Antu melange), Mandai (Keriau melange), Semitau (Boyan melange),
dan Kepulauan Natuna. Pada saat paleosen, prisma akresi Luconia
bertabrakan dengan Rajang / Embaluh. Hal ini menyebabkan penghentian
subduksi dan menghasilkan Struktur yang rumit pada prisma akresi. Pada
akhir Eosen, kompleks Rajang / Embaluh mengalami kompresi sangat
kuat dan terangkat selama tabrakan berlangsung. Hal ini diikuti oleh
pembebanan lentur ditampung oleh patahan normal dan deposisi dari
strata Eosen akhir yang baru terbentuk Ketungau-Mandai dan cekungan
Melawi. Kemudian selama Tersier, Lupar dan lembah proto-Ketungau-
Mandai-Melawi menjadi tempat pengaktipan kembali dari sesar mendatar
di lingkungan tektonik transtensional. Hal ini ditunjukkan oleh
pembentukan sub-cekungan dari Ketungau-Mandai-Melawi dan celah
volkanik dari Piyabung dan Muller (Gambar. 4). Reaktivasi ini sesuai
dengan kegiatan tektonik yang terjadi di Vietnam Sesar mendatar utama
(Tiga Pagoda dan Wang Chao fault). Packham (1996) diakui tiga fase
utama dari kegiatan sesar Vietnam. Terjadi pada zaman Eosen tengah
sampai Oligosen awal, Oligosen awal sampai Miosen tengah, dan Miosen
tengah sampai Resen (Gambar 9).

Gambar 9.
Rekontruksi
Tektonik
Purba
dalam 20
Juta Tahun
lalu
(Sebelum
Rangin et al.

Gambar 8. n the and Luconia


tcrrane (modified after u h n A. Late north-facing
system; B. : or ubd forwards of en
Late Eocene and uplift the Sibu by basin
5.2 SESAR ADANG

Pada zaman pra-Tersier, Sesar Adang mungkin telah bertindak


sebagai sesar mendatar menyandingkan beragam substrat geologi /
basements (Wain dan Berod, 1989). Selama Eosen, sesar ditandai zona
perpindahan besar antara sistem setengah graben timur dan barat
menghadap dari cekungan Kutei dan Barito, masing-masing (Daly et al.,
1987). Sesar itu menjadi tektonik aktif pada Eosen akhir sampai Oligosen
awal, menerus berlangsung ke timur laut dari fitur ini dan terus ke Miosen
awal (Gambar. 5,6) Selama periode ini, Sesar Adang memiliki pengaruh
yang kuat pada pola sedimentasi. Paternoster platfrorm dan cekungan
Barito di sebelah selatan sesar adalah sumber air karbonat dangkal (berai
Platform karbonat) deposisi, sementara Deep Bongan utara dari sesar
adalah sumber serpih laut yang lebih dalam (Bongan bathyal serpih).
Terkait celah aktivitas vulkanik yang terjadi dengan kehadiran reruntuhan
aliran vulkanik dengan mudstones bathyal di daerah Teweh (van de Weerd
et al., 1987). Pada Miosen tengah sampai akhir, sesar Adang mengalami
reaktivasi sesar mendatar (Daly et al, 1987;. Wain dan Berod, 1989;
Rangin et al., 1990; Biantoro et al., 1992; Satyana, 1994; Moss et al.,
1995). Rekahan sudut rendah di daerah Maruwai-Ritan di bagian Busang-
Purukcahu kuat mewakili gerakan transpressional. Bentuk pergerakan dari
sesar mendatar Adang adalah sinistral. Selama Miosen akhir sampai
Pliosen, sesar Adang telah mengalami pergerakan karena benturan antara
Benua Australia dengan Banda Arc sepanjang sesar melebarkan
Balikpapan (Gbr. 7) (van de Weerd dan Armin,1992). Namun, tidak
adanya kontak struktur di Selat Makassar bersinggungan dengan aktivitas
tektonik terakhir ini.
Pembahasan sebelumnya mengungkapkan bahwa di awal (Akhir
Cretaceous-awal Tersier), sejarah tektonik dari sesar Lupar dan sesar
Adang yang berbeda, tapi kemudian (sejak Oligosen akhir) merupakan
bagian sejarah tektonik yang sama.

6. KETERKAITAN SESAR ADANG - LUPAR

Setelah diketahui karakteristik dan sejarah tektonik dari sesar Adang dan
Lupar, makalah ini menyimpulkan bahwa kedua sesar dapat cukup dihubungkan
menjadi sesar Adang-Lupar yang merupakan sebuah sesar besar di trans-
Kalimantan (strike-slip / zona sesar) (Gambar. 3). pembentukan formasi
cekungan, dan vulkanisme terkait dengan sesar mendatar dapat dilihat di
sepanjang jejak Sesar Adang-Lupar (Gambar. 4). Dimulai dengan singkapan
ofiolit dari Natuna dan Lupar; Engkilili graben; sub cekungan dan struktur
transpressional dari Ketungau-Mandai; celah volkanik dari Piyabung, Muller,
dan Teweh; transtensional mendalam dari Bongan; facies perubahan sedimen
antara cekungan Barito dan Kutei (Gambar 5,6.); struktur transpressional dari
antiklinorium Adang; sesar transtensional dari Paternoster; dan berakhir dengan
Balabalagan lapisan terumbu karbonat (Gambar. 7). sesar adalah garis lengkung
sepanjang jejak dan dapat diharapkan bisa menahan atau melepaskan struktur di
mana transpressional dan deformasi transtensional terjadi.

7. IMPLIKASI PADA EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI

Sesar Adang-Lupar memisahkan Kutei dari cekungan Barito, Makassar


Utara dari cekungan Selatan Makassar, melewati cekungan Ketungau-Mandai,
dan batas Timur cekungan Natuna. eksplorasi minyak bumi dilakukan di
cekungan sedimen. Sesar memainkan peran penting untuk keadaan stratigrafi dan
struktur cekungan dan mengontrol beberapa komponen dari sistem minyak bumi.

Implikasi langsung dari Sesar Adang adalah pada pola sedimen dari Kutei
dan cekungan Barito selama Oligo-Miosen (Gambar. 5,6). Sesar menerus untuk
membentuk Bongan deep dan tetap dangkal di paparan Barito. Akibatnya dataran
rendah perkembangan dataran rendah di barito berubah secara drastis menjadi
serpihan dasar endapan dalaman Bongan, serpihan endapan di batas dalam
menjadi sumber batuan yang mengandung reservoir. Minyak yang terperangkap
dan dilengkapi oleh terumbu tertutup oleh paparan Barito. Perkembangan gas
Karendan dan daerah kondensasi di daerah Teweh terbukti dengan terjadinya
Hidrokarbon di daerah tersebut.

Slip transpersional di Sesar Adang Lupar diteliti oleh Satyana (1994)


sebagai suatu mekanisme pengangkatan dan pembentukan di daerah utara
pegunungan meratus yang secara substansi megendalikan formasi lipatan Oil
Bearing Barito di sebelah utara cekungan Barito (area Tanjung Raya).

Biantoro drr. (1992) menganjurkan gerakan mendatar sepanjang Adang dan


Mangkalihat (dicekungan utara Kutai) sesar ini diperkirakan merupakan struktur
penentu cekungan Kutei. Struktur ini ditemukan sebagai target utama di eksplorasi
lepas pantai Kutei.
Lipatan anticlinorium Adang berada di echelon pada jalur sesar. Lipatan ini
dapat memberikan jebakan struktural yang akan bersumber minyak bumi yang
bermigrasi dari Bongan Deep shales (Gambar. 5,6,7).

Pada tepi kontinen Balabalagan (lapisan terluar) (bagian paling timur dari
sesar Adang) (Gambar. 7), Tempat ini mungkin terdapat sedimentasi yang
terperangkap dan mengendap di bagian dasar cekungan sejak batas rendah muka
air laut. Batas terendah pasir secara alami mungkin merupakan hal yang bagus
sebagai potensial reservoir. Sebagai tambahan terumbu karang tua dibatas benua
mungkin menyediakan kemungkinan alternatif.
Keretakan / pull-apart cekungan Ketungau-Mandai dikembangkan dalam
lingkungan tektonik transtensional dari sesar mendatar Lupar (Gambar. 3).
Cekungan terisi sedimen dari daerah sekitarnya yang terangkat. Sebuah unit tebal
lebih dari 5000 meter dan terdiri dari banyak formasi diendapkan dalam
cekungan (van de Weerd dan Armin, 1992). Sejarah panas cekungan bisa
menjadi tidak baik, karena strike-slip cekungan cepat kehilangan anomali panas
ditekankan secara lateral. Sebagai konduksi vertikal (Christie-Blick dan Biddle,
1985). Namun, keberadaan keretakan Piyabung volcano- plutonics batas
cekungan ke selatan (Hutchison, 1996) dapat mengkompensasi kehilangan panas
untuk sumber batu induk (Gambar. 8). Struktur transpressional di cekungan bisa
memberikan perangkap struktural. Di Natuna Barat (Ginger et al., 1993) dan
Timur Natuna cekungan, peristiwa extensional yang membuat dua tren
keretakan: dominan tren berorientasi cekungan Malayan dan tren berorientasi S-
W Natuna Barat. Perpecahan ini mungkin disebabkan oleh proses transtensional
kiri-lateral paralel dengan sesar Adang-Lupar atau oleh rezim tegangan lateral
kanan. perpecahan ini menjadi sumber kualitas baik dan batuan reservoir.

8. KESIMPULAN

Kesimpulan berikut berhubungan dengan masalah dan kontroversi yang


ditempatkan di 2 bagian dari makalah ini.

Sesar Adang-Lupar adalah sesar mendatar besar yang berada di trans-


Kalimantan (sesar mendatar utama) yang berawal dari laut Natuna
seluruh kepulauan selat Makassar sampai utara barat laut sampai selatan
tenggara yang membelok ke arah barat barat laut sampai timur tenggara
dan membelok ke barat laut-tenggara sepanjang 1350 km. Jejak sesar
yang dangkal ditunjukkan dari arah Barat laut ke Tenggara oleh batuan
ophiolite dari Natuna dan Lupar; graben transtensional dari Engkilili;
cekungan Ketungau-Mandai; struktur transpressional dari Ketungau;
celah volkanik dari Piyabung, Muller, dan Teweh; mendalam
transtensional dari Bongan; drastis facies Oligo-Miocene berubah
margin cekungan Barito dan Kutei; Struktur transpersional di
Makunjung Kuaro sesar normal di lapisan paternosfer dan terumbu di
Balabalagan.
Jalur sesar Lupar merupakan konvergen batas lempeng aktif Rajang /
Embaluh Flysch kompleks dari Sibu / Embaluh dari zona yang
mendominasi benua dan batas kompleks laut Zona Kuching.
Jalur sesar Lupar memiliki evolusi tektonik yang berbeda selama akhir
Cretaceous hingga akhir Eosen dari sesar Adang, tetapi telah menjadi
sejarah tektonik yang sama sejak terjadi pengaktifan kembali pada
kedua sesar.
Berdasarkan pada gerakan slip yang sama selama Tersier, ada indikasi
kuat bahwa Sesar Adang-Lupar terkait dengan sesar mendatar Vietnam
(Tiga Pagoda dan sesar Wang Chao).
Sesar Adang-Lupar mengontrol pembentukan, deformasi, dan sejarah
panas dari cekungan Ketungau; mengontrol keadaan stratigrafi Oligo-
Miosen dan deformasi sepanjang batas dari cekungan Barito dan Kutei;
memberikan perangkap stratigrafi di Selat Makassar; dan mengontrol
pembentukan keretakan di cekungan Barat dan Timur Natuna.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih untuk bagian Eksplorasi


pengelolaan - PERTAMINA atas perizinan dan dukungan untuk makalah
ini. Makalah ini diuntungkan dari diskusi dengan beberapa rekan. Slamet
Riyadi, BHP Mineral, kontribusi beberapa referensi penting. Lanny
Satyana, istri penulis, membantu meningkatkan bahasa Inggris. R. Idris
dan HE. Wahono, rekan-rekan, membantu dengan beberapa tokoh
presentasi komputerisasi. Moyra Wilson, Universitas London- S.E. Asia
Research Group, memberikan beberapa pengaruh penting pada Adang
Fault.

Anda mungkin juga menyukai