Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar yaitu pulau terbesar
ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa
daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2.
Luasanini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10%
dari wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak
dan Sabah, dan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini
mencerminkan kepentingan lampau. Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak
diantara 4024`LU- 4010` LS anatara 108030` BT -119000` BT dengan luas wilayah sekitar
535.834 km2.
Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di utara yang panjang
perbatasannya mencapai 3000 km mulaidari proinsi Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan
Timur. Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69 %),
daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %),
dan lainlain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik
Indonesia/RI)adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan
merupakankawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan
sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang.
Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller, Schwaner,
Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan Meratus. Para Ahli
agronomi sepakat bahwa tanah-tanah diKalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan
dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang
sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam,berpasir,dan lahan yang
memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas
ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi. Sejumlah sungai besar merupakan urat
nadi transportasi utama yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan
olahan antarwilayah dan eksport-import.
Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang danyang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143
km) di Kalbar dan dapatmenjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat. Potensi pertambangan banyak
terdapat di pegunungan dan perbukitan dibagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan
yang cukup potensi aladalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara.
Tambang minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai. Kegiatan
perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah.
Pulau Kalimantan mertupakan pulau terbesar kedua di Indonesia bagian barat. Pulau ini di bagian
timur dibatasi oleh selat Makasar yang memisahkannya dengan pulau Sulawesi dan di selatan oleh
laut Jawa

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana relief pulau kalimantan?
2. Bagaimana kondisi geologi kalimantan?
3. Bagaimana sejarah dan kerangka tektonik pulau kalimantan?

C. Maksud dan Tujuan


Maksud dari makalah ini di buat pada umumnya untuk menjelaskan tentang informasi umum
Geologi di pulau Kalimantan, dan tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya :
a. Mengetahui pergerakan sejarah lempeng tektonik
b. Mengetahui relief pulau Kalimantan
c. Mengetahui kondisi geologi di Kalimantan.
BAB II
SEJARAH TEKTONIK DAN RELIEF KALIMANTAN

Kondisi Tektonik Lempeng di Indonesia


Secara geologi Indonesia berada di jalur "cincin api" (ring of fire), yang merupakan jalur patahan
dan gunung api yang melingkar di sepanjang Samudra Pasifik, membentang 40.000 km mulai dari
Peru dan Cile (Amerika Selatan), Amerika Tengah, Kepulauan Aleutian, Kepulauan Kuril, Jepang,
Filipina, Indonesia, Tonga, hingga Selandia Baru. Tercatat 81 persen gempa bumi terbesar terjadi
di jalur ini.
Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat, rata-rata terjadi 19,4 gempa bumi berkekuatan di
atas 7 skala Richter setiap tahunnya. Pada dasarnya, seluruh wilayah Indonesia rentan terhadap
bencana gempa bumi, kecuali Kalimantan. Gempa-gempa tektonik banyak dijumpai di jalur
subduksi Sunda (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara), subduksi Banda (wilayah Laut Banda),
Zona Tumbukan Maluku dan Papua. Tektonik lempeng di Pulau Jawa sendiri didominasi dengan
subduksi dari lempeng Australia sebelah utara-timur dibawah lempeng Sunda dengan kecepatan
pergerakan 59 mm/tahun. Wilayah sekitar lempeng antara lempeng Australia dan lempeng Sunda
secara seismik sangat aktif, yang sering menimbulkan gempa di wilayah ini.

C. Sejarah Tektonik Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara
dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di
bagian selatan oleh Laut Jawa.
Gambar ??. Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, 2006)

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh


berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-
Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange
Lupar-Lubok Antu dan Boyan.
Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-
Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional derajat
rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito
dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik
Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

a. Tatanan Tektonik
Basement pre-Eosen

agian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian
dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatra,
dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan sediment dari
busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang diperkirakan
berasal dari subduksi Mesozoikum Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment
laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit di (Lupar line, Gambar 4; Tatau-
Mersing line, Gambar 5 dan 6; Boyan mélange antara Cekungan Ketungai dan Melawi), dan unit
lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan Supriatna (1989) menyatakan
bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan
Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.

Gambar 2: NW – SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and


(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

Ø Permulaan Cekungan Eosen


Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di
bawah baratlaut Kalimantan (Gambar 2 dan 3) pada periode Kapur dan Tersier awal dapat
menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok
Rajang di Serawak (Gambar 4), Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh.
Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan batas
konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.

Gambar 3: Paleocene – Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction.


SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Gambar 4: Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in
Eocene (Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006))

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi
perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di
Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan
dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.
Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan
dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusementdari lempeng pada
Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram et
al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan collision bagian utara
lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas
konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan
perpindahan fragmen benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada
kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
Gambar 5: Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (Pertamina
BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)
Keterangan :
Late Oligocene – Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction. SCS = South China Sea, LS =
Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction, WSUL = West Sulawesi, E SUL = East Sulawesi
I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate, INC = Indocina, RRF = Red River Fault, IND =
India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan, RB = Reed Bank, H = Hainan,
SU = Sumba

Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan
Pigott, 1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak
selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut
Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya,
berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal
(Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
Gambar 6: NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and
(B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

Gambar 7: Middle Miocene – Recent SE Asia tectonic reconstruction


(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
Ø Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat penting.
Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai
terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah
(Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

Gambar 8: Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah. Nuay, 1985, op cit., Oh,
1987.)
A. Relief Pulau Kalimantan

Gambar ??. Peta DEM Kalimantan

Kalimantan merupakan nama daerah Indonesia di Pulau Boeneo (wilayah Negara Malaysia dan
Burnei juga ada yang berada di pulau Borneo). Berdasarkan luas Kalimantan merupakan pulau
terbesar ketiga di dunia, setelah Irian dan Greenland. Bagian utara pulau Kalimantan, Serawak,
dan Sabah merupakan wilayah Malaysia yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Wilayah
Indonesia dan wilayah Brunei Darussalam. Di bagian selatan di batasi oleh laut Cina selatan dan
Selat karimata. Bagian timur dipisahkan dengan pulau Sulawesi dan Selat makasar. Di bagian
tengah pulau merupakan wilayah bergunung-gunung dan berbukit.
Pegunungan di Kalimantan tidak aktif dan ketinggiannya di bawah 2000 m di atas permukaan laut.
Sedangkan wilayah daratan rendah adalah pantai, berpaya-paya dan tertutup lapisan tanah gambut
yang tebal. Pulau Kalimantan di lalui garis katulistiwa sehingga membagi pulau ini menjadi dua
bagian yaitu Kalimantan belahan bumi utara dan Kalimantan belahan bumi selatan. Kesuburan
tanah di pulau Kalimantan kurang bila dibandingakan dengan kesuburan tanah di Pulau Jawa dan
pulau Sumatera. Pulau Kalimantan diliputi oleh hutan tropic yang lebat (primer dan sekunder).
Secara geologis pulau Kalimantan stabil, relatife aman dari gempa baik vulkanik maupun tektonik,
karena tidak dilintasi oleh patahan kerak bumi dan tidak mempunyai rangkaian gunung api aktif
seperti halnya pulau Sumatra, jawa dan Sulawesi. Sungai terpanjang di Indonesia sungai Kapuas
1125 km berada di pulau Kalimantan.
Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zone yang masing-masing mempunyai karakteristik yang
brbeda-beda.
Zone I : Kalimantan Selatan
Terdiri dari dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam dan back swamp.
Karakteristik
Pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi genangan. Dataran yang semula berupa
basin diendapi material endapan dari pegunungan di sebelah utaranya. Kalimantan Selatan banyak
terdapat lapisan gambut yang sangat tebal sehingga daerahnya sulit dikembangkan, paling cocok
hanya persawahan pasang surut.
Zone II : Kalimantan Barat
Berupa pegunungan geantiklinal yang batuannya terdiri dari granit dan batuan berumur
Termocarbon. Menurut Van Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang berumur tua di Indonesia.
Batuan ini meluas hingga kepulauan Andalas dan sebagian dari zone ini pada jaman es mengalami
genangan oleh air laut. Di lembah-lembah sungai, zone ini sebagian besar terdiri dari hasil
pelapukan granit yang berupa feldspar dan kuarsa
Zone ini disebut sebagi pegunungan massif karena terdapat di daerah tertutup ataupun tertentu saja
( local ).
Zone III : Kalimantan Tengah
Merupakan geantiklinal yang dibeberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang tidak aktif
lagi, misalnya : pegunungan Iran.
Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang cukup tua dan disebut Formasi Danau.
Zone IV : Kalimantan Timur
Terdiri dari pegunungan antiklinal dan geantiklinal Meratus. Di depresi Mahakam merupakan
delta yang cukup cepat perkembangannya sebab material dan daerahnya merupakan dangkalan
terusan dari selat Sunda dimana basementnya stabil dan muatan sedimen yang diendapkan di
beberapa tempat, menyebabkan delta berkembang dengan baik serta alirannya lambat.

B. Kondisi Geologis Kalimantan


Gambar ??. Peta Geologi Kalimantan
Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan (termasuk
pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar
adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan
ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas.
Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati
sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Daerah batuan metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi
oleh batuan intrusi muda.
Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang tercampur dengan granit
dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas.
Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak samudera)
dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera) terdapat beberapa tempat didaratan
Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa
dan ultra basa dengan komponen granit.
Batuan melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari berbagai jenis dan ukuran
yang berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang menunjukkan adanya tekanan yang sangat
kuat. Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman.
Melange merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng samudera yang
bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung vulkanik di
dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke bawah dari lempeng yang
bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini berasosiasi dengan desakan keatas lempeng
opiolit yang besar di Pegunungan Meratus.Daerah melange yang luas di bagian tengah
Kalimantan, yaitu yang terbentang di perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia, masih belum
diketahui dengan baik.
Daerah melange ini merupakan zona batuan hancur, sering mengandung potongan-potongan
opiolit, tetapi luas dan umur geologinya (akhir mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua)
sulit untuk dijelaskan dalam peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk,
1989).Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan
kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus, batuan vulkanik dan
endapan tersier.
Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa,
tetapi memiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur
Kalimantan. Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup
berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang.
Batuan vulkanik terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika
magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk sebagai hasil magma
dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah
permukaan bumi terbentuk batuan intrusi seperti granodiorit.
Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantan yang telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan
emas, semula di bawah gunung api merupakan bagian penting dari proses utama pembentukan
mineral seperti emas. suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan
tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang lebih tua di
Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan batuan
yang mengandung minyak bumi.
Bagian selatan Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang
sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang tertimbun karena
luapan sungai. Setidaknya di Kalimantan terdapat 205 formasi batuan. Formasi batuan di
Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan Barat, sedikit di Kalimantan
Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Kalimantan Utara membentuk sebagian arah
pokok Kepulauan Filipina.
Rangkaian pulau Palawan berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan rangakaian Pulau Sulu berakhir
di daerah Teluk Darvel. Pegunungan Kinibalu yang membujur arah timur laut barat daya terdiri
dari lapisan Pra-tertier yang terlipat tinggi dan lapisan Tertier tang terlipat lebih rendah, yang
terganggu oleh granodiorit dari massa batuan massif Kinibalu. Pegunungan di sebelah utara Teluk
Darvel yang membujur arah timur barat juga tersusun dari batuan Pre tertier dan Tertier bawah.
Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat terdapat pada sisi rangkaian ini serta pada
basin di antaranya yang meluas ke arah barat palung Sulu.
Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis dengan Kepulauan Filipina,
yang dipisahkan oleh massa Neogen yang membentang melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di
bagian timur sampai teluk Labuhan di pantai barat laut. Bagian yang bersifat Sunda di Kalimantan
terdiri atas teras kontinen berbentuk segitiga (baji) di Kalimantan barat daya yang dibatasi oleh
Basin Tertier bagian selatan dan timur Kalimantan pada sisi lain. Hanya bagian barat Kalimantan
berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller Ujung Datuk Ujung Sambar yang
sebenarnya merupakan massa kontinen. Bagian itu pada sisi timurnya terdiri atas Basin Melawi
dengan fasies air payau Tertier Bawah. Menurut Fen (1933),hanya Kalimantan barat daya yang
boleh disebut daratan tua (Alte Rumpfebene).
Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas utaranya dibentuk oleh
kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung Datuk melalui gunung Niut dan Plato Madi
ke arah Pegunungan Muller. Tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan
rendah yang membentang ke pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya ditandai dengan intrusi
volkanis dan ekstrusi Tertier.
Jalur volkan Tertier ini bertemu di Pegunungan Muller dan selanjutnya membentang ke arah timur
laut melalui Batuan (1652 m) ke Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan Datong
yang rendah di sebelah barat Tarakan. Di dekat ujung utara massa kontinen Kalimantan Barat,
jalur basalt Kuarter terdapat di sekeliling Gunung Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya
terdapat beberapa volkan Kuarter yang telah padam, seperti Murai, Seluh, dan Bawang Aso. Dari
Kongkemal sebuah pegunungan yang kompleks bercabang ke arah timur menuju Niapa (1275 m)
dan dari tempat tersebut basement kompleks merosot dengan teratur da bawah lapisan Tertier
semenanjung Mangkaliat. Massa tanah Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar
yang lebar dasarnya 600 km, sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan Ujung Sambar,
membentang ke timur laut sampai pulau itu, serta berangsur angsur menyempit.
Bagian timur laut Pegunungan Schwaner mulai merosot di bawah lapisan marin Tertier, tetapi
kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah timur laut sampai Kongkemal, kemudian meruncing
keluar ke pegunungan Latong di Kalimantan timur laut. Baji batuan Pre Tertier ini membentuk
kerangka struktural Kalimantan Sunda. Di sebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar
setinggi 1000 2000 m yang cekung ke arah barat laut dan terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu
dan Iran.
Rangkaian pegunungan ini tersusun dari batuan marin Pre Tertier dan Tertier Bawah yang terlipat
secara intensif serta menekan ke arah barat laut.rangkaian tersebut dipisahkan oleh Lembah
Rejang, dari sebuah punggungan (Igir Ularbulu) yang tingginya berangsur angsur berkurang dari
1000 m, yang juga cekung ke arah barat laut. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang
sebagian besar terdiri dari lapisan Tertier, dipisahkan dari pantai Serawak dan Brunei oleh jalur
agak sempit dari tanah pegunungan rendah. Pegunungan Kapuas Hulu Iran dan Punggungan
Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan Tertier yang termasuk kedalam Sistem Pegunungan
Sunda. Di sebelah tenggara dan timur kerangka struktural Kalimantan, basement kompleks Pre
tertier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur dan di tempat itu terjadi pengendapan
ribuan meter sidimen Tertier.
Basement kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot membentuk palung di Selat
Makasar dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan. Pada
bagian tepi ini basin Tertier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur barat
daya timur laut. Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari batuan Pre
tertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda.
Dari antiklinorium Samarinda, pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam,
sumbu itu muncul lagi ke arah utara ke ambang melintang yang dibentuk oleh Sistem Kongkemal
Niapa Mangkaliat.Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesis Tertier
pada sisi tenggara kerangka struktural kalimantan. Orogenesis itu membentuk bagian yang
berlawanan dari rangkaian pegunungan Tertier Serawak pada sisi barat lautnya
Secara geologis kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologis, yaitu:
1. Inti benua (continental core)
Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna ke Selatan, dikenal “chinese district” sampai
pegunungan schwanner, oleh Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi bagian, yaitu:
a. Bagian utara, terletak di sebelah utara sungai Kapuas, meliputi kecuali Paloh dan Tayan juga
disebut “chinese district” yang terletak di utara pontianak
b. Zone pegunungan Schwanner, yang membujur dari pontianak ke timur sampai ke pegunungan
Schwanner di kalimntan tengah.
c. Bagian selatan, daerah Ketapang yang terletak antar pegunungan Schwanner dan laut Jawa.
Perkembangan geologi daerah ini, dapat disimpulkan:
1) Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan pembentukan
geosinklinal yang diikuti oleh intrusi dan ektrusi ofiolit.
2) Akhir pleozoik terjadi pembubungan geantiklinal sepanjang bagian poros daripada geosinklinal.
Pembubungan ini disertai oleh penerobosan Batholit.
3) Permo Trias, pengangkatan-pengankatan di daerah wilayah utara dan wilayah selatan.
4) Trias atas, terjadi kembali penurunan dari daerah-daerah ini yang menyebabkan terjadinya
pengendapan sedimen.
5) Jaman jura, disusul oleh gejala pelipatan dan pengangkatan di seluruh daerah dan diikuti pula
oleh intrusi Batholit dan Granitis.
2. Geosinklin Borneo utara (norter borneo geosincline)
Zaman kapur tejadi penurunan dan pembentukan geosinklin di zone utara yang berlangsung hinnga
zaman paleogen. Singkapan-singkapan dari geosinklin tersebar mulai dari selatan sungai Kapuas
hingga ke semenanjung Kudat di kalimantan utara.
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
Kondisi Fisiografis Kalimantan

Gambar Peta fisiografi pulau Kalimantan (Biantoro, dkk., 1992)


Indonesia bagian barat seperti Kalimantan, Sumatera dan Jawa Barat serta Jawa Tengah tersusun
oleh kerak benua, demikian pula dasar lautan di antara pulau-pulau ini yang dangkal. Di bawah
kerak bumi adalah zona yang batuannya lebih panas dan bersifat lebih plastis. Lempeng benua dan
lempeng samudera mengapung di atas bahan cair di bawahnya. Di Kalimantan terdapat empat unit
geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan
muda yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang dangkal.
Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan (termasuk
pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia.
Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di
atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bela terkena panas. Hasil metamorfosis
batuan ini yang khas adalah batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis hijau yang berasal
dari batuan vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Daerah batuan metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi
oleh batuan intrusi muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang
tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang
sangat luas. Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak
samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera) terdapat beberapa tempat
didaratan Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap
tipe basa dan ultra basa dengan komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat
mungkinjuga terdapat deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman,
opiolit-opiolit ini terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak samudera terperangkap oleh
gerakan tektonik lempeng dan tertekan ke pinggir lempeng yang berdekatan dan di sini opiolit-
opiolit ini tetap terlindungi. Proses pencuatan ini sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan.
Kompleks opiolit di Pulau Laut dan Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini. Batuan
melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari berbagai jenis dan ukuran yang
berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang menunjukkan adanya tekanan yang sangat kuat.
Potongan-potongan ini ukurannya dapat sangat kecil (cm) dan dapat juga berukuran besar (ratusan
meter atau lebih. Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman.
Melange merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng samudera yang
bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung vulkanik di
dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke bawah dari lempeng yang
bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini berasosiasi dengan desakan keatas lempeng
opiolit yang besar di Pegunungan Meratus.
Daerah melange yang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang terbentang di perbatasan antara
Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui dengan baik. Daerah melange ini merupakan
zona batuan hancur, sering mengandung potongan-potongan opiolit, tetapi luas dan umur
geologinya (akhir mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua) sulit untuk dijelaskan dalam
peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk, 1989) Sebagian besar Kalimantan terdiri
dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan
jajaran pegunungan meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier.
Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa,
tetapi memiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur
Kalimantan. Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup
berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Batuan vulkanik
terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi
dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi
yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan
bumi terbentuk batuan intrusi seperti granodiorit.
Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantan yang telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan
emas, semula di bawah gunung api merupakan bagian penting dari proses utama pembentukan
mineral seperti emas. Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan
tersusun dari batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang lebih tua di
Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan batuan
yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras
yang renggang dan teras kerikil yang sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal
dan kipas aluvial yang tertimbun karena luapan sungai Setidaknya di Kalimantan terdapat 205
formasi batuan. Formasi batuan di Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan
Barat, sedikit di Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan yang
paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan.
Kalimantan Utara membentuk sebagian arah pokok Kepulauan Filipina. Rangkaian pulau Palawan
berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan rangakaian Pulau Sulu berakhir di daerah Teluk Darvel.
Pegunungan Kinibalu yang membujur arah timur laut barat daya terdiri dari lapisan Pra-tertier
yang terlipat tinggi dan lapisan Tertier tang terlipat lebih rendah, yang terganggu oleh granodiorit
dari massa batuan massif Kinibalu.
Pegunungan di sebelah utara Teluk Darvel yang membujur arah timur barat juga tersusun dari
batuan Pre tertier dan Tertier bawah. Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat terdapat
pada sisi rangkaian ini serta pada basin di antaranya yang meluas ke arah barat palung Sulu.
Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis dengan Kepulauan Filipina,
yang dipisahkan oleh massa Neogen yang membentang melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di
bagian timur sampai teluk Labuhan di pantai barat laut.
Bagian yang bersifat Sunda di Kalimantan terdiri atas teras kontinen berbentuk segitiga (baji) di
Kalimantan barat daya yang dibatasi oleh Basin Tertier bagian selatan dan timur Kalimantan pada
sisi lain. Hanya bagian barat Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan Muller
Ujung Datuk Ujung Sambar yang sebenarnya merupakan massa kontinen. Bagian itu pada sisi
timurnya terdiri atas Basin Melawi dengan fasies air payau Tertier Bawah.
Menurut Fen (1933),hanya Kalimantan barat daya yang boleh disebut daratan tua (Alte
Rumpfebene). Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas utaranya
dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung Datuk melalui gunung Niut
dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner
dan pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya
ditandai dengan intrusi volkanis dan ekstrusi Tertier.
Jalur volkan Tertier ini bertemu di Pegunungan Muller dan selanjutnya membentang ke arah timur
laut melalui Batuayan (1652 m) ke Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan Datong
yang rendah di sebelah barat Tarakan.
Di dekat ujung utara massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt Kuarter terdapat di sekeliling
Gunung Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya terdapat beberapa volkan Kuarter yang telah
padam, seperti Murai, Seluh, dan Bawang Aso. Dari Kongkemal sebuah pegunungan yang
kompleks bercabang ke arah timur menuju Niapa (1275 m) dan dari tempat tersebut basement
kompleks merosot dengan teratur da bawah lapisan Tertier semenanjung Mangkaliat. Massa tanah
Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar yang lebar dasarnya 600 km,
sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan Ujung Sambar, membentang ke timur laut
sampai pulau itu, serta berangsur angsur menyempit. Bagian timur laut Pegunungan Schwaner
mulai merosot di bawah lapisan marin Tertier, tetapi kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah
timur laut sampai Kongkemal, kemudian meruncing keluar ke pegunungan Latong di Kalimantan
timur laut.
Baji batuan Pre Tertier ini membentuk kerangka struktural Kalimantan Sunda. Di sebelah barat
lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000 - 2000 m yang cekung ke arah barat laut dan
terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu dan Iran. Rangkaian pegunungan ini tersusun dari batuan
marin Pre Tertier dan Tertier Bawah yang terlipat secara intensif serta menekan ke arah barat
laut.rangkaian tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang, dari sebuah punggungan (Igir Ularbulu)
yang tingginya berangsur angsur berkurang dari 1000 m, yang juga cekung ke arah barat laut.
Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan Tertier,
dipisahkan dari pantai Serawak dan Brunei oleh jalur agak sempit dari tanah pegunungan rendah.
Pegunungan Kapuas Hulu Iran dan Punggungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan
Tertier yang termasuk kedalam Sistem Pegunungan Sunda. Di sebelah tenggara dan timur
kerangka struktural Kalimantan, basement kompleks Pre tertier menghilang di bawah basin bagian
selatan dan timur dan di tempat itu terjadi pengendapan ribuan meter sidimen Tertier. Basement
kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot membentuk palung di Selat Makasar dan
muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan.
Pada bagian tepi ini basin Tertier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur
barat daya timur laut. Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari batuan
Pre tertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda. Dari antiklinorium Samarinda, pada
bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam, sumbu itu muncul lagi ke arah utara ke
ambang melintang yang dibentuk oleh Sistem Kongkemal Niapa Mangkaliat. Rangkaian
Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesis Tertier pada sisi tenggara kerangka
struktural kalimantan. Orogenesis itu membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian
pegunungan Tertier Serawak pada sisi barat lautnya.

GEOMORFOLOGI
Kondisi Geomorfologis
Kalimantan memiliki pulau yang datar, dikarenakan mempunyai pesisir yang rendah dan
memanjang serta dataran sungai, terutama disebelah selatan dan barat. Lebih dari setengah pulau
ini berada di ketinggian di bawah 150 m dpl dan air pasang dapat mencapai 100 km ke arah
pedalaman. Kalimantan tidak memiliki pegunungan berapi namun jajaran pegunungan utamanya
semula merupakan gunung berapi. Rangkaian pegunungan utamanya melintasi bagian tengah
pulau seperti trisula terbalik dari utara ke selatan dengan tiga mata tombak bercabang di bagian
selatan. Gunung Kinibalu di Kalimantan yang tingginya 4.101 m dpl, merupakan puncak tertinggi
di Asia tenggara dan merupakan gunung tertinggi diantara pegunungan Himalaya dan puncak
Jayawijaya yang tertutup salju di Irian Jaya. Puncak gunung lain di Kalimantan yang mencapai
2.000 m hanya beberapa saja. Gunung Kinibalu terdiri atas sumbat batu granit yang terangkat oleh
tekanan vulkanik dan masih terus bertambah tinggi. Pengunungan Iran (Iban) antara Kalimantan
Timur dan Malaysia Timur menjulang sampai 2.160 m di Gunung Harun (Harden), dekat
perbatasan dengan Sabah. Ujung bagian barat rangkaian pegunungan Iran tengah membentuk
jajaran Kapuas Hulu di sepanjang perbatasan Serawak dengan Kalimantan Barat. Menjulang di
Gunung Lawit (1.767 m) dan Gunung Cemaru (1.681 m). Dari pegunungan tengah sekitar Gunung
Cemaru, Pegunungan Muller (puncak tertingginya Gunung Liangpran (2.240 m) dan Pegunungan
Schwaner (Bukit Raya 2.278 m) melintang kebarat daya di sepanjang perbatasan Kalimantan
Tengah dan Barat. Kearah tenggara melintang pengunungan Meratusyang rendah (puncak
tertingginya G. Besar 1.892 m), memisahkan Kalimantan Selatan dan timur dan memanjang ke
arah selatan sepanjang pesisir.
Seluruh rangkaian pegunungan ini merupakan pegunungan sekunder dengan ketinggian rata-rata
1.000 1.500 dan dengan puncak kadang-kadang hanya mencapai 2.000. Gunung Makita (2.987 m)
yang berada dekat Longnawan dan Gunung Giho (2.550 m) di dekat Longsaan, keduanya berada
di perbatasan dengan Serawak merupakan puncak tertinggi Borneo yang berada di Kalimantan,
diikuti dengan Gunung Mantam (2.467 m) di sebelah barat Tanjung Redep, Kalimantan Timur.
Kalimantan dilalui oleh sungai-sungai besar yang mengalir dari bagian tengah pulau ke pesisir.
Kalimantan memiliki tiga sungai terpanjang yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Sungai Kapuas (1.143 km), Sungai Barito (900 km) dan Sungai Mahakam (775 m). Sungai
Kapuas mengalir dari kaki Gunung Cemaru ke barat, mengaliri sebagian besar Kalimantan Barat.
Sungai Barito yang besar mata airnya berasal dari pegunungan Muller dan mengalir ke selatan dan
bertemu dengan Sungai Negara yang berasal dari Pegunungan Meratus bermuara dekat
Banjarmasin. Sungai Kahayan yang kecil tetapi memiliki sejarah yang penting juga mengaliri
pesisir selatan. Sungai Kahayan dan Sungai Mahakam mengalir dari pegunungan di pedalaman ke
pesisir timur.
Sejumlah sistem sungai yang berukuran besar mempunyai anak-anak sungai yang sangat luas di
daerah alirannya di pedalaman dam pantai-pantainya di dataran rendah. Sungai Mahakam, Sungai
Barito, Sungai Negara, Sungai Kapuas dan Sungai Baram (serawak) semuanya mempunyai danau
tapal kuda dan anak sungai musiman pada dataran banjir. Di bagian selatan, anak sungai Bayan
mengalir ke Seruyan. Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung berapi, patahan atau
sesar dan gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa potensi bahaya lingkungan.
Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering terjadi erosi pada lereng barat laut
pegunungan Schwener dan Gunung Benturan, Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai
terjadi di pantai barat, selatan dan timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada
musim kemarau sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di bawah hutan
tropis ini.
Bahaya lingkungan ini harus menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan dalam pengaturan
ruang wilayah. Pola pegunungan di Kalimantan sangat berbeda dengan Pulau Sumatera dan Jawa.
Selain itu kebanyakan pegunungan tersebut (selain di Kalimantan Utara pada perbatasan Indonesia
dan Malaysia Timur) merupakan pegunungan tua (dari zaman Mesozoikum); karena telah
mengalami denudasi berat. Puncak pegunungan di Kalimantan rendah, dan bentuknya tumpul.
Keadaan ini menyebabkan sungai sungai di Kalimantan tidak begitu deras alirannya (gradien
tingginya kecil), sehingga sangat baik untuk pelayaran. Hal ini membantu bagi sistem lalu lintas
di daratan bagi daerah tersebut.
Berbeda dengan pulau pulau lain, Kalimantan tidak mempunyai gunung api aktif, kecuali
pegunungan Apokayam pada perbatasan dengan Malaysia Timur. Oleh karena itu peremajaan
tanah oleh bahan vulkanik tidak terjadi. Hal ini tampak bila tanah di Kalimantan mulai di buka
(digarap) tanahnya tidak subur (kecuali diberi pupuk dan dijaga humusnya).
Pegunungan di Kalimantan berpusat di tengah tengah pulau. Gunung yang tertinggi di Kalimantan
adalah Kongkemul (2053 m), yang lebih tinggi di Kalimantan Utara (Malaysia Timur) seperti
Gunung Kinibalu (4175 m), Limbakauh (2300 m), Murud (2260 m) dan Gunung Mulu (3000 m).
Batas antara Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur dan Pegunungan Kapuas Hulu dengan
Pegunungan Muller terbentang dataran rendah Kapuas yang semakin meluas ke arah pantai. Di
antara Pegunungan Muller dan Schwaner dengan Pegunungan Meratusterbentang dataran rendah
sungai sungai yang mengalir ke selatan.
Akhirnya di sebelah Timur terdapat dataran rendah Sungai Mahakam. Kondisi fisik dasar alam
kalimantan sebagian beasr berupa daerah pengunungan atau perbukitan (39,69%), daratan
(35,08%), dan sisanya dataran pantai atau pasang surut (11,37%), dataran alluvial (12,47%) dan
lain-lain (0,39%). Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zone yang masing-masing mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, berikut ini akan dikemukakan masing-masing karakteristik zone.
Zone I Kalimantan Selatan
1. Terdiri dari daratan alluvial, daratan banjir, tanggul alam, dan back swamp.
2. Karakteristik: Pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi genangan. Dataran yang
semula berupa basin diendapi oleh maretial endapan dari pegunungan di sebelah utaranya.
Kalimanta selatan banyak terdapat lapisan gambut yang sangat tebal sehingga daerahnya sulit
dikembangkan paling cocok hanya dipaiak sebagai persawahan pasang surut.
Zona II Kalimantan Barat
Berupa pegunungan geantiklinyang batuannya terdiri dari batuan yang berumur Permocarbon.
Menurut Van Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang berumur tua di Indonesia. Batuan ini
meluan hingga ke kepulauan Andalan dan sebagian dari zone ini pada zaman es mengalami
genangan oleh air laut. Di lembah-lembah sungai zone ini sebagian besar terdiri dari hasil
pelapukan granit yang berupa feldspar dan kuarsa. Beberapa puluh sentimeter (cm) di baeah
permukaan laut, materialnya pasir kuarsa. Zone ini disebut sebagai peguningan masif yang
terdapat di daerah tertutup ataupu tertentu saja (lokal).
Zone III Kalimantan Tengah
1. Merupakan geantiklin yang di beberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang tidak aktif
lagi, misalnya Pegunungan Iran.
2. Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang cukup tua dan disebut formasi
danau.
Zone IV Kalimantan Timur
Terdiri dari pegunungan antiklinal Samamuda dan geantiklin Meratus. Di depresi Mahakam
merupakan delta yang cukup perkembangannya, sebab material dan daerahnya merupakan
dangkalan dari terusan Selat Sunda dimana basementnya stabil dan muatan sedimen yang
diendapkan di beberapa tempat menyebabkan delta berkembang baik karena dukungan dari lairan
air yang lambat.
Deretan pegunungan yang menyusun kerangka morfologi Kalimantan, yaitu:
1. Sistem pegunungan yang memanjang dari pegunungan Kanibalu (4175m) melalui pegunungan
Iran dan Muller ke arah pegunungan Schwaner di bagian barat daya. Sistem pegunungan ini
menyusun bagian poko pulau ini, yang merupaka pangkal percabangan ke arah timur barat.
Adapun cabang yang menuju ke arah barat adalah pegunungan Kapuas Hulu dan Plato Madi.
Cabang terakhir ini dapat diikuti lebih lanjut ke arah barat sepanjang sumbu deprise yang dipotong
oleh Sungai Kapuas berupa Anteseden, ke arah kelompok pegunungan yang menjorok ke laut
seperti Niut (1701m). Kelompok pegunungan ini pecah menjadi sejumlah puncak yang terisolir
dengan topografi pegunungan sisa. Jalur ini cembung ke arah barat lalu melalui ujung Datuk ke
arah pegunungan yang tenggelam di selat Karimata Sampai pulau Natuna.
2. Sistem pegunungan Maratus yang membujur ke arah utara-selatan, puncak tertinggi adalah
Gunung Besar (1892). Sistem ini memanjang sebagai Kongkemal-Niapa-Mangkaliat, di bagian
tenggara kedudukannya terisolir. Untaian pegunungan ini terdapat di tengah, di bagian utara atau
timur laut terdapat deretan pegunungan yang lebih rapat disebut pegunungan Iban terpecah dua ke
arah selatan disebut pegunungan Meratus, ke arah barat daya bernama Muller-schwaner
pegunungan Kapuas Hulu dan Kapuas Hilir.
Puncak tertinggi pulau Kalimantan adalah Gunung Kilibalu(4101m) berada di wilayah negara
bagian Sabah MalaysiaTimur. Pncak tertinggi di Kalimantan Indonesia adalah Gunung Bukit Rya
(2278m) digugus pegunungan Schwaner, tepat ditapal batas Propinsi Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah.Di antara pegunungan Kapuas Hulu-Kapuas Hilirda pegunungan Muller-
Schwaner terdapat paparan dataran rendah aliran sungai Kapuas, yang semakin dekat dengan
pesisir bertambah luas.
Di antara gugus pegunungan Muller-Schwaner terdapat paparan dataran rendah yang lebih luas
tembus ke pantai selatan Kalimantan, secara administratif turmasuk dalam wilayah propinsi
Kalimantan Tngah dan Kalimanatn Selatan daerah tersebut dialiri sejumlah sungai besar kecil, dua
diantaranya yang besarito (2344km) dan sungai Kahayan (833km). Dialiran sungai Mahakam
(Kalimantan Timur) terdapat dataran rendah yang sempit. Secara kasar bagan pulau Kalimantan
merupakan sebuah segitiga dengan semenanjung kecil pada sisi timur laut, yaitu Semenanjung
Mangkaliat dan dua ujung yang membatasi Teluk Darvel.
Pulau ini berbukit-bukit luas dan reliefnya bergunung-gunung yang tingginya sebagian besar tidak
lebih dari 1500m. Sebuah sistem pegunungan yang luas dan lebar melintasi pulau ini dari
pegunungan Kanibalu (4175m), merupakan puncak tertinggi di pualau Kalimantan, melalui
pegunungan Iran dan Muller ke arah pegunungan Schwaner dengan Bukir Raja (2278m) di bagian
barat dayanya.
Sistem pegunungan kompleks ini membentuk bagian-bagian pokok dari pulau Kalimantan, yang
merupakan pangkal percabangan orografis lainnya ke arah timur dan barat, sedangkan pegunungna
Meratus yang membujur dari utara-selatan dimana puncak tertinggi sebesar (1892m), di bagian
tenggara pulau tersebut mempunyai kedudukan yang lebih terisolir. Cabang yang terakhir dapat
diikuti lebih jauh ke arah barat (pannekoek), sepanjang sumbu depresi yang terpotong oleh sungai
Kapuas yang kemungkinan berupa sungai Anteseden ke arah kelompok pegunungan yang
menjorok ke laut membentuk distrik-distrik Cina denga puncak tertinggi adalah Gunung Niut
(1203m). Kelompok pegunungan ini terpecah menjadi sejumlah puncak-puncak yang terisolir dan
merupakan sebuah topografi aneh dari pegunungan-pegunungan sisa. Jalur ini berbentuk cembung
ke arah barat laut melalui Ujung Datuk ke arah Natuna.

Gambar. Peta Citra Satellite Topografi Kalimantan


CEKUNGAN TARAKAN

Cekungan Tarakan merupakan cekungan sedimentasi berumur Tersier yang terletak di bagian
timurlaut Kalimantan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Samporna di bagian Utara, Tinggian
Kuching di bagian barat, Tinggian Mangkalihat di selatan, dan membuka ke arah timur sampai
Laut Sulawesi (Gambar Cekungan Tarakan).

Cekungan Tarakan (Achmad and Samuel, 1984)

Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan, Kalimantan
Timur Cekungan Tarakan dapat dibagi menjadi 4 subcekungan yaitu Subcekungan Tarakan,
Tidung, Berau, dan Muara (Tossin dan Kadir, 1996; Achmad and Samuel, 1984). Tinggian
Suikerbrood terbentuk pada umur Oligosen Akhir (Achmad and Samuel, 1984), yang memisahkan
Subcekungan Muara dan Berau, sedangkan Subcekungan Berau dan Tidung dipisahkan oleh
Tinggian Sekatak. Subcekungan Tarakan berkembang sampai ke lepas pantai.

STRATIGRAFI

Stratigrafi regional dapat dibagi menjadi endapan pra-Tersier, Tersier, dan Kuarter. Batuan pra-
Tersier tertua dinamakan Formasi Danau, tersusun atas batuan yang telah mengalami tektonik kuat
dan batuan metamorf dengan ketebalan yang signifikan, dengan umur yang masih menjadi
perdebatan antara Perm – Karbon atau Jura – Kapur (Marks, 1957 op. cit. Achmad and Samuel,
1984). Formasi Sembakung terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Danau, memiliki
umur Eosen Tengah (Achmad and Samuel, 1984). Pada bagian

bawah, formasi ini terdiri atas batupasir merah dengan konglomerat. Pada bagian atas, terdiri dari
batulumpur yang kaya karbon dan fosil, miskin mika, yang dinamakan Malio Mudstone (Achmad
and Samuel, 1984). Formasi Sembakung dan Formasi Danau merupakan batuan dasar dari
Cekungan Tarakan.

Tatanan stratigrafi di atas batuan dasar dari tua – muda dapat dibagi menjadi 5 siklus sedimentasi
menurut Achmad and Samuel, 1984, yaitu siklus 1 (Eosen Akhir – Oligosen Akhir), siklus 2
(Miosen Awal – Miosen Tengah), siklus 3 (Miosen Tengah – Miosen Akhir), siklus 4 (Pliosen),
dan siklus 5 (Kuarter).

Kolom tektonostratigrafi Cekungan Tarakan


STRUKTUR GEOLOGI
Pola struktur dan perkembangan tektonik selama Zaman Tersier di Kalimantan diwarnai dengan
pembentukan cekungan sedimentasi, kegiatan magmatik serta deformasi yang didominasi dan
bersumber dari gerak-gerak lateral melalui sesar-sesar yang umumnya merupakan pengaktifan
kembali sesar-sesar tua yang terdapat dalam batuan dasar (Asikin, 2002). Secara umum struktur
geologi Cekungan Tarakan (Gambar 2.3) dikontrol oleh pola sesar yang berarah relatif timurlaut -
baratdaya dan pola lipatan dengan arah umum baratlaut – tenggara. Struktur tersebut terbentuk
akibat ekstensi pada umur Eosen – Miosen Awal dan tereaktivasi akibat kompresi selama Miosen
Tengah – sekarang.

CEKUNGAN BARITO

TEKTONIK

Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner
Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur dan
pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutaioleh pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan
masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda.

Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan (foredeep)


pada bagian paling Timur dan berupa platform pada bagian Barat. Cekungan Barito mulai
terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara microcontinent Paternoster dan
Baratdaya Kalimantan (Metcalfe, 1996; Satyana, 1996).

Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik konvergen,
dan menghasilkan pola rifting Baratlaut – Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi tempat
pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari Formasi Tanjung bagian
bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti oleh
pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi.

Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi
Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam hubungan
regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.
Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang
mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin
bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala ketidakselarasan lokal
(hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah.

Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas dengan Formasi
Dahor yang berumur Miosen Atas – pliosen.

Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat, dan
terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik terbentuk dengan
kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan tersier, terutama daerah-daerah Tinggian
Meratus.

STRATIGRAFI

Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :

Formasi Tanjung (Eosen – Oligosen Awal)

Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan basalt. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan litoral neritik.

Formasi Berai (Oligosen Akhir – Miosen Awal)

Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung / serpih di bagian
bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada bagian atas kembali berulang
menjadi perselingan batugamping, serpih, dan batupasir. Formasi ini diendapkan dalam
lingkungan lagoon-neritik tengah dan menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di
bagian bawahnya. Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada dekat
Tanjung.

Formasi Warukin (Miosen Bawah – Miosen Tengah)

Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi
Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang bagian barat Tinggian Meratus,
malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah selatan Tanjung yang
masih dibawah permukaan.

Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota klastik), dan Warukin
bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan susunan
litologinya.

Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung gampingan
dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan dibagian atas
merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya mempunyai ketebalan
tidak lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan lebih dari 30 m.

Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum ± 500 meter, berupa
perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan batubara mencapai
lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya mengandung air tawar. Formasi
Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam (innerneritik) – deltaik dan menunjukkan fasa
regresi.

Formasi Dahor (Miosen Atas – Pliosen)

Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan serpih yang
diendapkan dalam lingkungan litoral – supra litoral.

CEKUNGAN KUTAI

TEKTONIK

Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar Sangkulirang,
di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-sedimen Paleogen dan
metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan membentuk daerah Kalimantan
Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan terhubung denganlaut dalam dari Cekungan
Makassar bagian Utara.
Elemen Struktur bagian timur Cekungan Kutai. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan
Chambers, 1998. )

Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan
pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan
pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift dengan
diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen dimulai
sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan Kutai sampai
lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan
sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian timur dari Delta
Mahakam secara progresif lebih muda menjauhi timur. Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan
Kutai banyak terdeformasi oleh lipatan-lipatan yang subparalel dengan pantai. Intensitas
perlipatan semakin berkurang ke arah timur, sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas
pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin yang datar. Kemiringan cenderung
meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk bersamaan dengan
sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar
naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah barat.

Gambar 2.10 Cekungan Kutai dari Oligosen Akhir (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers,
1998.)

Gambar ?? Cekungan Kutai dari Oligosen akhir – sekarang. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan
Chambers, 1998.)

STRATIGRAFI
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi sediment-
sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi serpih Bogan dan
Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua ( Dataran Tinggi Kucing) ke arah
barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan Kutai pada formasi
delta-delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimen-sedimen delta
terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta bagian bawah dan
sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang terdiri atas mudstone,
bataulanau, dan batupasir dari lingkungan pengendapan sungai yang banyak didominasi substansi
gambut delta plain bagian atas yang kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan
di bagian barat kawasan Pinang. Subsidence yang berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan
tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya sesar-sesar pada sedimen-sedimen. Pengendapan
pada Formasi Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala
Pliosen. Selama Kala Pliosen, serpih dari serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang
terendapkan sampai kedalaman 2000 meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil,
menghasilkan pergerakan diapir dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya
menghasilkan struktur antiklin-antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati
Cekugan Kutai dan pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.
BAB IV
BAB ???
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Relief Pulau Kalimantan
Zone I : Kalimantan Selatan
Terdiri dari dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam dan back swamp.
Karakteristik
Dataran yang semula berupa basin diendapi material endapan dari pegunungan di sebelah utaranya
Zone II : Kalimantan Barat
Berupa pegunungan geantiklinal yang batuannya terdiri dari granit dan batuan berumur
Termocarbon. es mengalami genangan oleh air lautmaterialnya pasir kuarsa.
Zone ini disebut sebagi pegunungan massif karena terdapat di daerah tertutup ataupun tertentu
saja ( local ).
Zone III : Kalimantan Tengah
Merupakan geantiklinal yang dibeberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang tidak
aktif lagi, misalnya : pegunungan Iran.
Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang cukup tua dan disebut Formasi
Danau.
Zone IV : Kalimantan Timur
Terdiri dari pegunungan antiklinal Sumamuda dan geantiklinal Meratus.
2. Kondisi Geologis Kalimantan
Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan (termasuk
pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar
adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan
ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas.
Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak samudera)
dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera) terdapat beberapa tempat didaratan
Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa
dan ultra basa dengan komponen granit.
Batuan melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari berbagai jenis dan ukuran
yang berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang menunjukkan adanya tekanan yang sangat
kuat. Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman.
3. Sejarah tektonikBasement pre-Eosen
a. Basement pre-Eosen
b. Permulaan Cekungan Eosen
c. Tektonisme Oligosen
d. Tektonisme Miosen
4. Kerangka Tektonik Regional Kalimantan
Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda.
Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng
Eurasia yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak
Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 – 50 juta tahun yang lalu.
B. Saran
Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia, oleh sebab itu kita sebagai
penerus generasi muda di harapkan mampu menjaga dan melestarikan wilayah dan
mengembangkan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta perekonomian daerah
pulau Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA

Buranda, J, 2006, Geologi Indonesia,Jurusan geografi,UM

Bachtiar, A., 2006, Slide Kuliah Geologi Indonesia, Prodi Teknik Geologi, FIKTM-ITB

Anda mungkin juga menyukai