Anda di halaman 1dari 8

POLA LIPATAN DAN SESAR – NAIK TERLIPAT DI DAERAH KALIMANTAN

TIMUR

S. Bachri *)

SARI

Daerah Samarinda dan sekitarnya, Kalimantan Timur, merupakan lajur lipatan sejajar
dengan poros daerah baratdaya-timurlaut sampai hampir utara-selatan. Pemetaan
dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar lapisan batuan didaerah sekitar poros
sinkllin mempunyai kemiringan sangat landai sampai hamper mendatar. Secara menyolok
kemiringan lapisan tersebut berubah menjadi sangat terjal sampai tegak disekitar poros
antiklin yang kemungkinan sebagian dipengaruhi pensesaran naik. Bukti struktur
mesoskopik menunjukkan adanya sesar naik terlipat yang berasosiasi dengan lipatan yang
condong ke barat. Pola struktur inilah yang diduga menyebabkan adanya perbedaan
menyolok kemiringan lapisan di daerah antiklin dan daerah sinklin. Pada citra radar dapat
pula dikenali adanya sesar naik terlipat didaerah sebelah barat Tanjung Santan.

PENDAHULUAN

Daerah samarinda dan sekitarnya, Kalimantan Timur, terutama disusun oleh


batuan sedimen Oligosen – Pliosen yang terlipat secara regional. Batuan tersebut
sebagian besar merupakan endapan delta, paparan dan sedikit batial yang terendapkan di
cekungan kutai. Disamping itu, dijumpai pula endapan delta quarter yang belumterlipat
didaerah pantai sebelah timur Samarinda. Penelitian geologi di Kalimantan Timur sudah
banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan minyak maupun Puslitbang Geologi.
Cekungan Kutai terbentuk oleh perioda tektonik Oligosen ( Van de Weerd &
Armin 1992 ). Tektonik ini mengakibatkan pengangkatan dan pembentukkan struktur
yang menyebabkan cekungan besar Kalimantan yang terbentuk pada Eosen oleh suatu
proses ekstensional terpecah menjadi beberapa cekungan, diantaranya cekungan Kutai.
Pelipatan didaerah Kalimantan Timur yanng melibatkan sedimen Pliosen atau yang lebih
tua merupakan pelipatan sejajar dengan poros berarah baratdaya-timurlaut sampai hampir
utara-selatan (Gb.1). Daerah lipatan di Samarinda juga dikenal sebagai Antiklinorium
Samarinda yang sumbunya berarah UTL-SBD disekitar Samarinda dan berubah menjadi
B-T di tanjung Mangkalihat, dan kembali berarah UTL-SBD di aebalah barat dan utara
dan utara Tanjung Mangkalihat.

BEBERAPA HIPOTESIS POLA STRUKTUR

Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan lapisan sepanjang beberapa


lintasan memotong perlipatan di daerah Samarinda dan sekitarnya, diketahui bahwa di
banyak tempat sekitar porosinklin lapisannya sangat landai sampai hampir horizontal.
Sebaliknya, didaeah sekitar poros antiklin, yang kemungkinan sebagian berasosiasi
dengan sesar naik, umumnya jauh lebih tajam kemiringannya, bahkan sebagian vertikal.
Beberapa alternatif model struktur dapat dikemukakan sehubungan dengan
adanya perbedaan menyolok besarnya kemiringan lapisan antara daerah di sekitar poros
sinklin dan sekitar poros antiklin. Beberapa alternatif atau hipotesis pola lipatan di daerah
penelitian antara lain lipatan konjugasi, lipatan longsoran ( struktur nendatan ), lipatan
berasosiasi dengan sesar naik bersudut tinggi, serta lipatan berasosiasi dengan sesar naik
terlipat. Kemungkinan tafsiran yang beragam tersebut akan menjadi titik berat
pembahasan dalam tulisan ini.

Lipatan Konjugasi

Lipatan konjugasi dicirikan oleh adanya daerah pelengkungan ( hinge ) ganda


disertai oleh kemiringan lapisan yang atajam sehingga pada bagian tertentu lapisannya
horisontal dan pada bagian lainnya sangat terjal sampai tegak. Termasuk dalam tipe ini
adalah lipatan kotak ( box fold ) dan kink fold . Yang pertaman dicirikan oleh hinge yang
relatif bulat ( Gb.2a ) dan yang ke dua dicirak oleh bentuk hinge yang bersudut tajam
(Gb.2b ). Sebagai contoh lipatan kotak yaitu lipatan dipegunungan jura yang terjadinya
berhubungan dengan tektonik permukaan ( thin-skimmed tectonics ) (Gb.3 ). Pada lipatan
tersebut bagian sinklin mempunyai kemiringan lapisan landai sampai horisontal sedang di
daerah antiklin kemiringannya sangat tajam.

Struktur Nendatan

Lapisan batuan yang relatif plastis bila mengalami longsoran dapat menghasilkan
struktur lipatan disharmoni, yaitu lipatan yang bidang sumbunya tidak beraturan dan
tidak membentuk bidang planar. Lipatan ini polanya tidak seragam serta tidak menerus
atau terputus – putus. Akibat pola lipatan yang tidak teratur tersebut, dapat terjadi di suatu
tempat lapisnnya mempunyai kemiringan landai, bahkan horisontal dan di lain tempat
sangat tajam (Gb.4 ).

Lipatan Berasosiasi Dengan Sesar Naik Bersudut Tinggi

Adanya dampak seretan pada pensesaran naik bersudut tinggi dapat menyebabkan
laipasan batuan di bidang sesar mengalami penajaman kemiringan, sedang di bagian yang
jauh dari bidang sesar kemiringan lapisannya tidak banyak terpengaruh. Pensesaran naik
ini juga biasa diikuti oleh pelipatan di dekat bidang sesar. Sebagai akibatnya akan
membentuk semacam struktur lipatan dengan kemiringan lapisan sangat tajam di sekitar
poros antiklin dan bidang sesar, dan di daerah poros sinklin akan mempunyai kemiringan
lapisan landai ( Gb.5 ).

Lipatan Berasosiasi Dengan Sesar Naik Terlipat

Adanya sesar naik terlipat pernah dikemukakan oleh beberapa penulis


sebelumnya, mislnya sesar naik terlipat di daerah Alberta dan Rocky Mountain (Hake,
drr.,1942; Hage, 1942; Scott , 1951; Mac Kay , 1943; Erdman, 1950; dan Jones, 1971 ).
Mengenai hubungan waktu pembentukan sesar naik dan lipatan, terdapt dua penafsiran
yang berbeda. Teori pertama menyebutkan bahwa perlipatan terjadi bersamaan dengan
pensesaran naik, sedangakan teori kedua mengatakan bahwa perlipatan terjadi pada fase
kompresional yang mengikuti perioda pensesaran naik ( Douglas, 1950; Bally drr.,
1966 ). Pada prakteknya sering dijumpai sesar naik berbentuk melengkung yang
berasosiasi dengan batuan terlipat, namun tidak mudah untuk menentukan apakah
kelengkungan bidang sesar tersebut diakibatkan oleh pelipatan ataukah merupakan
bentuk aslinya. Dalam hal ini diperluka pembandingan terhadap bentuk bidang sesar di
sekitarnya yang tidak berasosiasi dengan lipatan.
Terjadinya pelipatan bidang sesar naik dapat melalui beberapa tahapn (Gb.6).
Pertama terjadi bidang rekah yang mengalami refraksi ( pembiasan ) karena melaui
lapisan atau zona yang lebih kompeten ( a ). Tahap berikutnya terjadi sesar naik disertai
pelipatan serta membentuk bidang rekah cikal bakal sesar ( b ). Selanjutnya bidang
retakkan tersesarkan naik dan terlipat pada fasae deformasi selanjutnya sehingga struktur
dupleks ( c ).

PENAFSIRAN MODEL STRUKTUR

Dari beberapaalternatif model struktur tersebut dilakukan analisis struktur


berdasarkan bukti yang di peroleh di lapangan maupun bukti hasil penafsiran citra radar.
Sejauh ini bukti adanya struktur lipatan kotak mesoskopik belum atau tidak ditemukan,
sehingga alternatif penafsiran ini tidak bisa dipertahankan. Begitu pula adanya deformasi
diatas bidang decollement seperti yang terjadi di pegunungan Jura juga tidak dapat di
buktikan. Bahkan dengan teringkapnya batuan berumur tua (Mesozoikum) yang dianggap
batuan alas dari cekungan Kutai, misal didaerah Muarawahau ( Supriatna dan Abidin,
1995 ) menunjukkan bahwa kemungkinan adanya deformasi diatas bidang decollement
atau bidang detachment menjadi sangat kecil.
Alternatif model lainnya yaitu struktur nendatan. Struktur ini dijumpai di
beberapa tempat di daerah Kalimantan Timur, terutama pada sedimen Miosen – Pliosen
yang terlipat secara regional. Struktur nendatan yang membentuk lipatan tak beraturan
dan setempat – setempat antara lain dilumpai di tepi jalan antara Muarawahau dan
Sangata, serta didearah Pembulan, antara Tenggarog dan Kotabangun, Kalimantan Timur.
Meskipun struktur nendatan berukuran mesoskopik dijumpai dilapangan, namun untuk
menafsirkan regional di Kalimantan Timur sebagai struktur nendatan tampaknya sulit
diterima mengingat lipatan di Kalimantan Timur cuup beratur polanya, serta di jumpai
secara menerus, tidak terputus – putus. Keteraturan pola lipatan tersebut antara lain
diperlihatkan oleh kesejajaran poros lipatan yang panjangnya mencapai ratusan kilometer.
Oleh karenanya lebih dapat diterima untuk menyatakan bahea lipatan regional tersebut
terjadi oleh proses tektonik.
Adanya sesar naik terlipat di daerah Kalimantan Timur ditunjukkan oleh struktur
mesoskopoik maupun pola struktur pada citra radar. Foto 2 memperlihatkan struktur
lipatan mesoskopik yang berasosiasi dengan sesar naik terlipat. Pada foto tersebut tampak
adanya lapisan yang horisontal dan kemudian secara menyolok miring tajamdi daerah
yang terlipat. Bidang sesar naik miring ke arah barat.
Pada citra radar dapat pula dikenali adanya bidang sesar yang sebenarnya
mengikuti pola lipatan di sekitarnya (Gb.7). Sesar ini di tafsirkan sebagai sesar naik yang
terlipat memounyai kecondongan (vergence) ke timur, maka dapat dilakukan penafsiran
profil vertikal struktur geologi seperti terlihat pada gambar 8.

ASAL – USUL PEMBENTUKKAN LIPATAN


Sampai kini masih banyak terjadi silang pendapat mengenai asal – usul
pembentukkan lipatan didaerah Kalimantan Timur yang di kenal sebagai Antiklinorium
Samarinda. Beberapa teori atau model pernah dikemukakan, seperti teori diapirisme,
pelengseran gaya berat, serta tektonik pembalikkan. Asal – usul dengan penyebab gaya
kompresi tidak populer untuk daerah ini, namun pada tulisan ini akan di bahas pula.

Diapirisme
Teori dipiarisme pernah dikemukakan oleh Ott (1978) dan Biantoro drr. (1992),
namun teori ini sulit menerangkan terjadinya perlipatan sejajar secara regional yang
menerus sampai ratusan kilometer. Pada rekaman data seismik daearah Blok runtu yang
dimiliki oleh Lasmo misalnya, memang tampak bentuk – bentuk seperti diaapir pada
daerah sumbu antiklinal atau pada daerah sesar naik. Kenyataan dilapangan menunjukkan
bahwa tempat –tempat tersebut mempunyai kemiringan lapisan sangat terjal sampai
tegak, sangat kontras dengan daerah sayap maupun sumbu sinklinal yang lapisannya
sangat landai. Bidang oerlapisan yang relatif tegak kedudukannya tersebut tidak
berfungsi baik sebagai pemantul gelombang seismik, akibatnya tampak bentuk – bentuk
seperti diapir di tempat – tempat tersebut.

Pelengseran gaya berat (gravity gliding)


Teori pelengseran gaya berat sebagai penyebab terbentuknya antiklinorium
Samarinda perneh diulas oleh Rose dan Hartono (1978), Ott (1987) serta Van de Weerd &
Armin (1992). Teori ini menjelaskan bahwa kecondongan struktur lipatan kearah timur
disebabkan pelengseran masa batuan sedimen kearah timur,yaitu kearah cekungan.
Memang, di beberapa tempat di Kalimantan Timur dijumpai struktur nendatan yang
membentuk lipatan – lipatan lokal dengan pola tidak teratur. Namun secara regional,
Antiklonorium Samarinda berpolar teratur dan menerus sebagai lipatan sejajar. Hal ini
yang sulit dijelaskan dengan teori pelengseran gayaberat ini.

Pembalikan
Teori tektonik pembalikan ( inversi ) sebagai penyebab terbentuknya lipatan
regional di daerah Kalimantan Timur pernah dikemukakan antara lain oleh Biantoro drr.
(1992) serta Moss drr. (1997). Terjadinya pembalikkan ini sering dikaitkan dengan
tubrukkan antara Kalimantan – Sulawesi dengan benua mikro ( pecahan benua ) dari
timur seperti Banggai – Sula dan Tukang Besi (Dally drr., 1991) serta pecahan benua dari
China Selatan (Moss drr., 1997). Pambalikkan dapat mengakibatkan sesar normal,
termasuk sesar tumbuh (growth fault) yang tampak sebagai sesar naik. Namun teori in
tidak dapat menjelaskan terjasinya kecondongan struktur (structural vergence)
Antiklonorium Samarinda ke arah timur.

GAYA KOMPRESI
Pada rekaman data seismik Selat makasar yang pernah dipublikasikan oleh
Bergman drr. (1996) terlihat bahwa batuan sediman yang mengisi selat tersebut
mengalami pelipatan tak setangkup dan pensesaran naik. Sesar naik yang dijumpai
berupa sesar naik terlipat serta sesar naik bersudut tinggi yang belum terlipat. Didaerah
selat Makasar bagian barat, struktur lipatan dan sesar naik mempunyai kecondongan
struktur ketimur, sama dengan kecondongan struktur di daerah daratan Kalimantan
bagian timur ( Samarinda dan sekitarnya). Sebaliknya, di daerah selat bagian timur
menunjukkan kecondongan struktur ke barat, sama dengan yang di jumpai di daerah
daratan Sulawesi bagiab barat, yaitu daerah lajur lipatan sesar naik Majene. Tempat mulai
terjadinya perubahan arah kecondongan struktur tersebut kurang lebih-kurang di tengah –
tengah selat, antara Sulawesi bagian barat dan Kalimantan bagian timur. Pencenanggaan
(deformasia) di Sulawesi bagian barat juga melibatkan batuan muda, misalnya endapan
pasir yangbbelum termampatkan didaerah Pemboang yang diduga merupakan endapan
pantai Kuarter. Oleh karenanya tektonik pembentuk lajur lipatan dan sesar naik tersebut
diduga masih aktif sampai sekarang.
Ada kesamaan pola struktur lipatan dan sesar naik di selat Makasar bagian barat
beserta daerah Samarinda dengan struktur di selat Makassar bagian timur beserta daerah
daratannya ( Sulawesi bagian timur), namun mempunyai arah kecondongan struktur yang
berlawanan, dan ini mengindikasikan adanya suatu gaya kompresi yang bekerja di daerah
selat Makassar dengan arah gaya barat-timur. Gaya kompresi ini diperkirakan terjadi
sejak Miosen hingga kini. Gaya kompresi diduga berasal dari tubrukan antara Kalimantan
– Sulawesi dengan pecahan – pecahan benua di sebelah timur Sulawesi dan dari cina
selatan. Deformasi perlipatan Antiklinorium Samarinda tertua yang dapat dikenali terjadi
pada akhir Miosen atas (Chambers & Dalley, 1995). Dengan demikian gaya ekstensional
yang bekerja di selat Makassar sehubungan dengan pemekaranatau rifting yang terjadi
sejak pertengahan Paleogen (Hamilton, 1979) dengan telah berhenti sebelum Miosen
awal.

DISKUSI DAN KESIMPULAN


Dari beberapa alternatif model struktur yang sudah dibahas dimuka, maka dapat
disimpulkan bahwa di zona lipatan Kalimantan Timur di jumpai sesar naik terlipat. Sesar
naik terlipat ini diduga membentuk struktur dupleks yang berkembang dalam skala
makroskopik, sebagaimana ditafsirkan dari citra radar, dan pada skala mesoskopik. Pola
struktur ini diduga telah mengakibatkan adanya perbedaan tajam kemiringan lapisan
batuan disekitar poros sinklin dan disekitar poros antiklin yang sebagian berubah menjadi
sesar naik. Sesar naik terlipat ini mempunyai kecondongan (vergence) kearah barat
sebagaimana terlihat pada struktur mesoskopik di lapangan. Adanya bidang sesar naik
yang bersudut landai atau membentuk sudut kecil terhadap perlapisan menunjukkan
adanya dua kemungkinan hubungan waktu pambentukkan struktur lipatan dan sesar naik.
Kemungkinan pertama adalah keduanya terjadi bersamaan oleh suatu perioda deformasi
yang sama, dan kemungkinan kedua terjadi sesar naik terlebih dahulu yang diikuti fase
perlipatan. Dari dua kemungkinan tersebut tampaknya kemungkinan pertama lebih
mudah diterima. Alternatif yang kedua lebih kecil kemungkinannya karena agak sulit
untuk menerangkan terjadinya proses pensesaran-naik yang merupakan hasil suatu gaya
kompresi namun tanpa disertai pelipatan, sedangkan lapisan batuannya relatif plastis atau
mudah terlipat.
Disamping sesar naik bersudut rendah yang terlipat, kemungkinan babarapa sesar
didaerah Kalimantan Timur merupakan sesar naik bersudut tinggi sebagaimana juga
dijumpai di selat Makassar.

Anda mungkin juga menyukai