TIMUR
S. Bachri *)
SARI
Daerah Samarinda dan sekitarnya, Kalimantan Timur, merupakan lajur lipatan sejajar
dengan poros daerah baratdaya-timurlaut sampai hampir utara-selatan. Pemetaan
dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar lapisan batuan didaerah sekitar poros
sinkllin mempunyai kemiringan sangat landai sampai hamper mendatar. Secara menyolok
kemiringan lapisan tersebut berubah menjadi sangat terjal sampai tegak disekitar poros
antiklin yang kemungkinan sebagian dipengaruhi pensesaran naik. Bukti struktur
mesoskopik menunjukkan adanya sesar naik terlipat yang berasosiasi dengan lipatan yang
condong ke barat. Pola struktur inilah yang diduga menyebabkan adanya perbedaan
menyolok kemiringan lapisan di daerah antiklin dan daerah sinklin. Pada citra radar dapat
pula dikenali adanya sesar naik terlipat didaerah sebelah barat Tanjung Santan.
PENDAHULUAN
Lipatan Konjugasi
Struktur Nendatan
Lapisan batuan yang relatif plastis bila mengalami longsoran dapat menghasilkan
struktur lipatan disharmoni, yaitu lipatan yang bidang sumbunya tidak beraturan dan
tidak membentuk bidang planar. Lipatan ini polanya tidak seragam serta tidak menerus
atau terputus – putus. Akibat pola lipatan yang tidak teratur tersebut, dapat terjadi di suatu
tempat lapisnnya mempunyai kemiringan landai, bahkan horisontal dan di lain tempat
sangat tajam (Gb.4 ).
Adanya dampak seretan pada pensesaran naik bersudut tinggi dapat menyebabkan
laipasan batuan di bidang sesar mengalami penajaman kemiringan, sedang di bagian yang
jauh dari bidang sesar kemiringan lapisannya tidak banyak terpengaruh. Pensesaran naik
ini juga biasa diikuti oleh pelipatan di dekat bidang sesar. Sebagai akibatnya akan
membentuk semacam struktur lipatan dengan kemiringan lapisan sangat tajam di sekitar
poros antiklin dan bidang sesar, dan di daerah poros sinklin akan mempunyai kemiringan
lapisan landai ( Gb.5 ).
Diapirisme
Teori dipiarisme pernah dikemukakan oleh Ott (1978) dan Biantoro drr. (1992),
namun teori ini sulit menerangkan terjadinya perlipatan sejajar secara regional yang
menerus sampai ratusan kilometer. Pada rekaman data seismik daearah Blok runtu yang
dimiliki oleh Lasmo misalnya, memang tampak bentuk – bentuk seperti diaapir pada
daerah sumbu antiklinal atau pada daerah sesar naik. Kenyataan dilapangan menunjukkan
bahwa tempat –tempat tersebut mempunyai kemiringan lapisan sangat terjal sampai
tegak, sangat kontras dengan daerah sayap maupun sumbu sinklinal yang lapisannya
sangat landai. Bidang oerlapisan yang relatif tegak kedudukannya tersebut tidak
berfungsi baik sebagai pemantul gelombang seismik, akibatnya tampak bentuk – bentuk
seperti diapir di tempat – tempat tersebut.
Pembalikan
Teori tektonik pembalikan ( inversi ) sebagai penyebab terbentuknya lipatan
regional di daerah Kalimantan Timur pernah dikemukakan antara lain oleh Biantoro drr.
(1992) serta Moss drr. (1997). Terjadinya pembalikkan ini sering dikaitkan dengan
tubrukkan antara Kalimantan – Sulawesi dengan benua mikro ( pecahan benua ) dari
timur seperti Banggai – Sula dan Tukang Besi (Dally drr., 1991) serta pecahan benua dari
China Selatan (Moss drr., 1997). Pambalikkan dapat mengakibatkan sesar normal,
termasuk sesar tumbuh (growth fault) yang tampak sebagai sesar naik. Namun teori in
tidak dapat menjelaskan terjasinya kecondongan struktur (structural vergence)
Antiklonorium Samarinda ke arah timur.
GAYA KOMPRESI
Pada rekaman data seismik Selat makasar yang pernah dipublikasikan oleh
Bergman drr. (1996) terlihat bahwa batuan sediman yang mengisi selat tersebut
mengalami pelipatan tak setangkup dan pensesaran naik. Sesar naik yang dijumpai
berupa sesar naik terlipat serta sesar naik bersudut tinggi yang belum terlipat. Didaerah
selat Makasar bagian barat, struktur lipatan dan sesar naik mempunyai kecondongan
struktur ketimur, sama dengan kecondongan struktur di daerah daratan Kalimantan
bagian timur ( Samarinda dan sekitarnya). Sebaliknya, di daerah selat bagian timur
menunjukkan kecondongan struktur ke barat, sama dengan yang di jumpai di daerah
daratan Sulawesi bagiab barat, yaitu daerah lajur lipatan sesar naik Majene. Tempat mulai
terjadinya perubahan arah kecondongan struktur tersebut kurang lebih-kurang di tengah –
tengah selat, antara Sulawesi bagian barat dan Kalimantan bagian timur. Pencenanggaan
(deformasia) di Sulawesi bagian barat juga melibatkan batuan muda, misalnya endapan
pasir yangbbelum termampatkan didaerah Pemboang yang diduga merupakan endapan
pantai Kuarter. Oleh karenanya tektonik pembentuk lajur lipatan dan sesar naik tersebut
diduga masih aktif sampai sekarang.
Ada kesamaan pola struktur lipatan dan sesar naik di selat Makasar bagian barat
beserta daerah Samarinda dengan struktur di selat Makassar bagian timur beserta daerah
daratannya ( Sulawesi bagian timur), namun mempunyai arah kecondongan struktur yang
berlawanan, dan ini mengindikasikan adanya suatu gaya kompresi yang bekerja di daerah
selat Makassar dengan arah gaya barat-timur. Gaya kompresi ini diperkirakan terjadi
sejak Miosen hingga kini. Gaya kompresi diduga berasal dari tubrukan antara Kalimantan
– Sulawesi dengan pecahan – pecahan benua di sebelah timur Sulawesi dan dari cina
selatan. Deformasi perlipatan Antiklinorium Samarinda tertua yang dapat dikenali terjadi
pada akhir Miosen atas (Chambers & Dalley, 1995). Dengan demikian gaya ekstensional
yang bekerja di selat Makassar sehubungan dengan pemekaranatau rifting yang terjadi
sejak pertengahan Paleogen (Hamilton, 1979) dengan telah berhenti sebelum Miosen
awal.