Anda di halaman 1dari 12

Analisis Karakteristik Akuifer dan Zonasi Kuantitas

Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya, Kabupaten


Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

OLEH:
IRVAN ADITYA
1016102

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
BANDUNG
2018
Analisis Karakteristik Akuifer dan Zonasi Kuantitas
Air Tanah di Dataran Kars Wonosari

Oleh:
IRVAN ADITYA
1016102

Program Studi Teknik Geologi


Sekolah Tinggi Teknologi
Mineral Indonesia

Diterima dan disahkan :


Pada tanggal 20 Desember 2018

Pembimbing II Pembimbing I

Taat Setiawan, S.T, M.T Dr.Eng Mirzam A, ST, MT

NIP XXXXXXX NIP. 132 313 846


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Note : Tambahkan penjelasan alasan kenapa meneliti ini,


kenapa mengambil lokasi ini, apakah ada peneliti sebelumnya di lokasi
yang sama, jika ada apa perbedaan dengan penelitian yang anda lakukan,
Metode apa yang akan anda pakai pada penelitian ini. Buat kalimat dari
Umum – Khusus agar terlihat lebih mengerucut penelitian yang akan anda
lakukan.

Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah yang setiap tahunnya


mengalami bencana kekeringan hidrologis, sehingga mempunyai keterbatasan
akses terhadap air bersih (Bappeda Kabupaten Gunungkidul, 2007).
Berdasarkan atas karakter hidrogeologi, tidak semua daerah di wilayah ini
mengalami kesulitan air bersih, terutama di daerah Wonosari dan sekitarnya.
Menurut Sir MacDonald dan Partners (1979), daerah Wonosari dan sekitarnya
memiliki akuifer yang secara lokal cukup produktif. Tingginya kuantitas air
tanah di daerah Wonosari dan sekitarnya dapat dilihat dari banyaknya sumur
bor yang telah dibangun sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Sumur-sumur bor
tersebut sebagian untuk irigasi air tanah dan sebagian lainnya dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan domestik penduduk, baik yang dikelola oleh
PDAM maupun oleh masyarakat secara kolektif. Kuantitas air tanah pada suatu
daerah sangat berkaitan dengan sistem dan karakteristik akuifer batuan
penyusunnya.

Karakteristik akuifer yang berkaitan langsung dengan kuantitas air tanah


adalah kapasitas jenis dan transmisivitas. Kapasitas jenis(Sc) merupakan
besarnya debit air yang diperoleh pada setiap penurunan permukaan air tanah
atau bidang pisometrik sepanjang satu satuan panjang dalam suatu sumur
pompa pada akhir periode pemompaan (Kruseman dan de Ridder, 2000).
Transmisivitas atau (T) adalah kemampuan akuifer untuk meneruskan air
melaui suatu bidang vertikal setebal akuifer dengan lebar satu satuan panjang
dan satu unit landaian hidrolika (Todd, 1980). Hingga saat ini, belum ada
penelitian yang secara spesifik membahas mengenai karakteristik akuifer yang
bersifat spasial di daerah Wonosari dan sekitarnya, sehingga distribusi
kuantitas air tanah masih sulit untuk digambarkan. Berdasarkan atas hal
tersebut, analisis karakteristik akuifer di daerah penelitian sangat diperlukan
untuk mengetahui jenis akuifer dan distribusi kuantitas air tanah secara spasial.

B. Hipotesa Note : Masuk BAB 2


Hipotesis penelitian untuk menjawab permasalahan dari latar belakang
di atas adalah: Jumlah akuifer di dataran Karst Wonosari berdasarkan
hidrologis

C. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian adanya
akuifer di wilayah Karst Wonosari yaitu:
1. Sebagai syarat pembuatan skripsi Note : Tidak perlu dimasukkan
2. Untuk menyelidiki sebaran akuifer batuan yang diperkirakan
mengandung fluida.
3. Untuk menambah informasi mengenai sumber daya air tanah Note :
Perbaiki tujuan ini agar bersifat scientifik
4. Menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan sumber daya air
tanah Note : Perbaiki tujuan ini agar bersifat scientifik
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEADAAN GEOLOGI & FISIOGRAFI


Van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa secara fisiografis daerah
penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur,
Subzona Plato Wonosari. Satuan Plato Wonosari memisahkan Satuan
Perbukitan Kars Gunungsewu di bagian selatan dengan Kompleks
Baturagung – Panggung Masif dibagian utaranya (Gambar 2). Menurut
Pannekoek (1949), daerah penelitian secara genetis merupakan bagian dari
dataran tinggi (plato) selatan Pulau Jawa, berupa peneplain yang telah
mengalami pengangkatan dan perlipatan pada kala Pleistosen Tengah.
Kusumayudha (2005) menyebutkan bahwa secara geomorfologis, daerah
penelitian merupakan satuan dataran kars dan di sebelah selatannya
merupakan satuan perbukitan kerucut kars, atau yang lebih dikenal dengan
perbukitan kars Gunungsewu.

Suyoto (1992) dan Soenarto (2002) menyatakan bahwa kesatuan


Plato Wonosari dan Perbukitan Kars Gunungsewu disebut sebagai
Cekungan Wonosari. Alas atau batuan dasar kesatuan ini adalah batuan dari
Kelompok Besole yang terdiri atas Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir,
dan Formasi Nglanggran. Menurut Kusumayudha (2005), batuan dasar
tersebut merupakan batuan vulkanik (Gambar 3). Batuan karbonat yang
menumpang di atas batuan dasar tersebut menurut urutan pelapisan
(sequence) stratigrafi dapat dibagi menjadi empat bagian yang masing-
masing dibatasi oleh suatu bidang ketidakselarasan. Batugamping Formasi
Wonosari yang menempati Plato Wonosari merupakan batugamping
klastika, berfasies lagonal, dan berlapis (Samodra, 1998; Sir MacDonald
dan Partners, 1984; serta Urushibara, 1995; dalam Soenarto, 2002),
sementara yang menempati daerah kars Gunungsewu berfasies terumbu (Sir
MacDonald dan Partners, 1984). Jurus perlapisan batuan di daerah
penelitian mengarah barat – timur dengan kemiringan lapisan yang
cenderung ke selatan (Surono drr., 1992 dan Rahardjo drr., 1995). Menurut
Kusumayudha (2005), batugamping Formasi Wonosari yang secara
litofasies terdiri atas batugamping bioklastika dan batugamping terumbu,
merupakan lapisan pembawa air (akuifer). Daerah Plato Wonosari ditempati
oleh batugamping bioklastika (wackestone) yang secara hidrogeologis
membentuk Sistem Akuifer Wonosari. Sir MacDonald dan Partners (1979)

Struktur Geologi Daerah Penyelidikan Note : Tambahkan


Gambar/peta
Secara tektonik geologi, bahwasanya daerah penyelidikan terletak
diantara jalur pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan, yaitu pada
Zona Intramontain, yang mana terdapat sekitar empat buah patahan naik
dan beberapa patahan normal yang membuat adanya block faulting di
daerah tersebut, diperkirakan terjadi adanya kegiatan tektonik sekitar Mio-
Pliosen yang dibarengi dengan munculnya batuan intrusi, sehingga banyak
dijumpai kemiringan lapisan batuan hingga 700. Patahan naik dan patahan
normal tersebut memotong di tengah daerah penyelidikan yang berarah
Tenggara-Baratlaut, yaitu berkisar dari N 2850 E Sampai N 3150 E. Selain
itu terdapat juga patahan geser atau mendatar yang berarah hampir arah
Utara-Selatan, umumnya banyak terdapat pada bagian Tenggara dan
bagian Baratlaut daerah penyelidikan, yang mengakibatkan adanya
pergeseran dari sebaran Formasi Rambatan, Tapak dan Formasi Ligung.
Selain itu juga mengakibatkan adanya pergeseran dan overlaping dari
patahan-patahan naik dan patahan normal, yang diperkirakan terjadi akibat
kegiatan tektonik disekitar Plio-Pleistosen. Struktur lipatan tidak dijumpai
di daerah tersebut, umumnya banyak dijumpai lapisan batuan yang
homoklin, miring ke arah Timurlaut.
III. METODOLOGI PENELITIAN

Note : Tambahkan flow chart atau bagan alir penelitian


A. Metode Penelitian

Di daerah penelitian terdapat 125 data uji pemompaan dan kapasitas


jenis sumur bor dengan kedalaman antara 30 m hingga 125 m (rata-rata 95
m). Sebagian besar data tersebut berasal dari proyek pengeboran air tanah
P2AT yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan sebagian
merupakan pengeboran air tanah yang dilakukan Badan Geologi,
Kementerian ESDM. Dari 125 data yang ada, hanya ada sekitar 24 data uji
pemompaan yang dapat dianalisis untuk perhitungan nilai transmisivitas
akuifer, sehingga perlu dilakukan estimasi secara empiris parameter
transmisivitas akuifer pada sumur bor yang lainnya. Secara garis besar,
penelitian ini dibagi menjadi empat langkah analisis sebagai berikut:
Langkah pertama adalah melakukan analisis scatter plot antara penurunan
permukaan air tanah (skala linier) terhadap waktu pemompaan (skala
logaritma) dengan menggunakan perangkat lunak MS Excel 2007. Respons
permukaan air tanah terhadap waktu pemompaan tersebut dapat dipakai
untuk mengidentifikasi jenis akuifer. Menurut Freeze dan Cherry (1979),

Todd (1980), serta Kruseman dan de Ridder (2000), akuifer secara


umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu akuifer tidak tertekan (bebas), akuifer
tertekan, dan akuifer semi tertekan (bocor). Kruseman dan de Ridder (2000)
menyebutkan bahwa dinamika penurunan permukaan air tanah terhadap
waktu pemompaan pada ketiga jenis akuifer tersebut secara teoretis
memiliki karakter yang berbeda seperti digambarkan pada Gambar 4.
Gambar 4A merupakan kondisi ideal akuifer tertekan dengan asumsi
akuifer bersifat homogen dan isotropis, pemompaan konstan, sumur
menembus seluruh akuifer dengan diameter kecil. Pada Gambar 4A’ yang
merupakan semilog plot antara penurunan permukaan air tanah terhadap
waktu yang menunjukkan bahwa pada awal pemompaan bersifat tidak
linier, tetapi pada akhir pemompaan bersifat linier.
IV. JADWAL PENELITIAN

Jadwal kegiatan penelitian ini dirancang dalam bentuk bar-chart sebagai


berikut.
Mei Minggu Juni Minggu Juli Minggu
No Jenis Kegiatan ke ke ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1- Persiapan dan Perijinan
2 Penelitian Lapangan
3 Analisis Laboratorium
Pembuatan Skripsi
4
sementara
5 Seminar
6 Pembuatan Skripsi
V. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Note : Tidak perlu dicantumkan, kecuali untuk keperluan sponsor
a. Bahan Habis Pakai
Kertas HVS 10 rim @ Rp. 27.000,- Rp. 270.000,-
Kertas Manila 50 lbr @ Rp. 2000,- Rp. 100.000,-
Cardtridge Komp 1 bh @ Rp 160.000,- Rp. 160.000,-
Tinta Komputer 2 bh @ Rp 50.000,- Rp. 100.000,-
CD RW 1 dos @ Rp 100.000,- Rp. 100.000,-
Kertas buram 3 rim @ Rp 20.000,- Rp. 60.000,-
Spidol Transparansi 1 pak @ Rp 60.000,- Rp. 60.000,-
Transparansi warna 1 pak @ Rp 70.000,- Rp. 70.000,-
Rp. 920.000,-

b. Peralatan
Peta geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Rp. 200.000,-
sekala 1 : 100.000
Peta topografi lembar Banjarnegara, Wonosobo, Rp. 300.000,-
Karangkobar dan lembar Batur
Palu geologi Rp. 700.000,-
Sewa Kompas Geologi Rp. 200.000,-
Sewa GPS Rp. 500.000,-
Sewa Laboratorium Rp. 100.000,-
Tali Ukur Rp. 50.000,-
Loup pembesaran 20 kali Rp. 70.000,-
Cairan HCl Rp. 50.000,-
Kantong Plastik Rp. 10.000,-
Alat Tulis dan Buku Penunjang Rp. 100.000,-
Rp. 2.280.000,-
c. Kegiatan Penelitian Lapangan
Transportasi Rp. 500.000,-
Survey lokasi Rp. 100.000,-
Persiapan Administrasi (Perizinan) Rp. 300.000,-
Penelitian Rp. 200.000,-
Penginapan Rp. 200.000,-
Rp. 1.300.000,-

d. Analisis Laboratorium
Persiapan Analisis Rp. 100.000,-
Analisis Petrografi Rp. 200.000,-
Analisis Bakar Rp. 200.000,-
Rp. 500.000,-

e. Konsumsi
Peneliti Rp. 200.000,-
Pembimbing Rp. 400.000,-
Tenaga bantu Rp. 100.000,-
Rp. 700.000,-

f. Lain-Lain
Biaya Seminar Rp. 500.000,-
Pembuatan dokumentasi VCD Rp. 800.000,-
FotoCopy Rp. 800.000,-
Pembuatan Skripsi Rp. 500.000,-
Biaya tidak terduga Rp. 200.000,-
Rp. 2.670.000,-

Jumlah total Rp. 8.500.000,-


(Delapan Juta Lima Ratus Rupiah)
DAFTAR PUSTAKA
Note : Cantumkan daftar pustaka sesuai dengan referensi yang dipakai dalam
tulisan di atas
Condon W.H.; L. Pardyanto dkk, 1996, Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan
Pekalongan, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Kuntawidjaya, 2006. Potensi Tambang Batubara Banjarnegara, Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Yogyakarta.
Hutton A.C.; A.J. Kantsler; A.C. Cook; 1980, Organic Matter in Oil Shale,
APEA, Jurnal Vol 20.
Mark P.; Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Publikasi Keilmuan Seri Geologi,
Pusat Jawatan Geologi, Bandung.
Ngatini, Elkasih, 2007. Tantangan Endapan Bitumen terhadap Perekonomian
Banjarnegara. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Purwokerto.
Teh Fu Yen and George V. Chilingarian.;1976, Introduction to Oil Shale,
Developments in Petroleum Science Vol 5, Amsterdam.
Tim Fakultas Sains dan Teknik Unsoed. 2008.Pedoman Penulisan Penelitian dan
Skripsi Mahasiswa Program S1. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto

Note : Secara keseluruhan perbaiki lagi Usulan Penelitian nya, sesuaikan dengan aturan
dan tahapannya, mulai dari BAB 1 (Latar belakang, Maksud dan Tujuan, Batasan
Masalah, Lokasi Penelitian), BAB 2 (Tinjauan pustaka mencakup Geologi Regional, teori
dasar, Kerangka pemikirandan) BAB 3 (Metode penelitian nya seperti apa, termasuk flow
chart penelitiannya), serta jangan lupa Daftar Pustaka, Daftar Isi, Gambar dan Tabel.
Cantumin lambing STTMI saja.

Anda mungkin juga menyukai