net/publication/281616867
CITATIONS READS
0 1,877
5 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Donny Rio Wahyudi on 09 September 2015.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat aktivitas tektonik berdasarkan analisis
morfometri yang berupa; rasio perbandingan lebar dasar lembah dengan tinggi lembah (Vfw),
indeks gradien sungai (SL), asimetri sungai (AF), sinusitas muka gunung (Smf), kerapatan
sungai (dd). Mengetahui hubungan kekar dengan segmen sungai DAS Manggur Gadang, dan
mengetahui hubungan longsor yang disebabkan oleh peristiwa gempabumi dengan aktivitas
tektonik. Aspek-aspek geomorfik seperti dimensi dan bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
dianalisis menggunakan morfometri untuk mengidentifikasi keaktifan tektonik dari wilayah
penelitian. Azimuth segmen sungai dan struktur geologi berupa data kekar dan kelurusan
azimuth mahkota longsor yang terjadi di lokasi penelitian dikumpulkan sebagai sampel yang
selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui hubungan antara variabel tersebut.
Hasil uji statistik yang dilakukan pada variabel diatas menunjukan adanya hubungan antara
segmen sungai dengan kekar dan azimuth mahkota longsor yang terjadi. Analisis morfometri
juga menunjukan adanya aktivitas tektonik dengan tingkat yang paling tinggi berada pada DAS
Manggur kecil, sedang pada DAS Manggur Gadang, dan rendah pada DAS Naras. Berdasarkan
hasil penelitian di atas diketahui bahwa wilayah penelitian memiliki tingkat aktivitas tektonik
aktif.
Kata kunci: Morfometri, aktivitas tektonik, longsor.
ABSTRACT
This study aimed to identify the level of tectonic activity based on morphometry analysis; ratio
of valley floor width to valley height ( Vfw ), stream gradient index ( SL ), asymmetry factors (
AF ), sinuosity of mountain front ( Smf ), drainage density ( Dd). Knowing the relation between
rock joint with Manggur Gadang watershed river segments, and determine the relation of
landslides caused by earthquakes with tectonic activity. Geomorphic aspects such as the
dimensions and shape of the Watershed were analyzed by using morphometry to identify the
tectonic activity level of the study area. The river segments azimuth and geological structure
such as joint and azimuth of crown landslide lineament that occurred at the study site were
collected as a sample are then performed statistical tests to determine the relation between
these variables.
The results of statistical test that performed on the variables above shows that there is a
relation between the river segment with joint and landslide crown azimuth that occurred.
Morphometric analysis also showed the presence of tectonic activity with the highest levels in
the watershed of Manggur kecil, medium on the watershed of Manggur Gadang, and low in
the watershed of Naras. Based on the results of study above it is known that the study area has
an active tectonic activity level.
Key word: Morphometry, tectonic activity, landslide.
PENDAHULUAN karena apabila tektonik pada daerah
tersebut aktif maka dapat terjadi
Latar Belakang
gempabumi yang berpusat di sana. Terlebih
Gempabumi yang diakibatkan oleh sesar gempabumi juga dapat memicu terjadinya
umumnya memiliki kedalaman pusat bencana tanah longsor yang dapat
gempa yang dangkal. Hal ini perlu membahayakan masyarakat yang tinggal di
diwaspadai karena gempa yang memiliki daerah tersebut.
kedalaman yang dangkal dapat lebih Untuk mengetahui aktivitas tektonik pada
merusak karena sumber getaran yang lebih wilayah tertentu diperlukan studi
dekat dengan permukaan. Gempabumi morfotektonik. Studi morfotektonik sendiri
yang bersumber dari pergerakan sesar aktif mempelajari tentang segala hal
selain menghancurkan dan merubuhkan menyangkut hubungan antara struktur
bangunan, juga dapat menyebabkan geologi dengan bentukan lahan (Stewart
terbentuknya retakan-retakan tanah. Jika and Hancock, 1994). Dalam studi
retakan tanah terjadi pada lereng dengan morfotektonik, analisis morfometri
kemiringan yang besar, maka daerah digunakan untuk mengidentifikasi karakter
tersebut merupakan daerah rawan gerakan bentuk suatu wilayah dan kaitannya dengan
tanah (Hidayat, 2010). tingkat aktivitas tektonik. Analisis
Salah satu contoh peristiwa gerakan tanah morfometri yang dikombinasikan dengan
yang dipicu akibat adanya gempabumi perbandingan kelurusan pola pengaliran
terjadi di Malalak pada akhir September dengan kekar dan arah mahkota longsoran
2009 yang lalu. Longsor besar terjadi dapat memperkuat interpretasi mengenai
setelah gempabumi berkekuatan 7,6 SR keadaan tektonik suatu daerah. Kekar
mengguncang daerah tersebut. Gempabumi merupakan rekahan yang terbentuk akibat
tektonik lokal juga pernah terjadi di daerah adanya proses tektonik, dalam skala besar
Malalak pada tahun 2003. Menurut rekahan ini lalu terisi oleh air dan terbentuk
Kastowo (1996), di daerah Malalak menjadi suatu pola pengaliran. Sedangkan
terdapat sesar yang melintang dari bagian arah mahkota longsor dapat mencerminkan
selatan sebelah timur Danau Maninjau zona lemah dari keberadaan sesar pada
hingga bagian barat Gunung Tandikat, daerah tersebut.
sehingga gempabumi yang pernah terjadi
Geologi Regional
dapat berkaitan dengan keberadaan sesar
tersebut. Keadaan tektonik pada daerah Provinsi Sumatera Barat terletak di busur
Malalak menjadi penting untuk dipelajari depan Pulau Sumatera diantara zona
subduksi dari lempeng tektonik Eurasia- Berdasarkan Peta Geologi Padang
Indo Australia, dengan Sesar Mentawai (Kastowo, 1996) susunan stratigrafi dari
terletak di sebelah baratnya, dan Sesar batuan yang paling tua sampai yang paling
Sumatra di sebelah timurnya. Keadaan ini muda adalah, Qamj (andesit dari kaldera
membuat wilayah studi termasuk ke dalam gunung Maninjau), Qast (Andesit dari
daerah yang dikontrol secara tektonik, yang Gunung Singgalang dan Tandikat), Qpt
ditunjukkan dengan adanya beberapa sesar (tuff batuapung dan andesit basalt), Qhpt
yang terletak di daerah ini. Litologi daerah (tuff batuapung hornblenda-hipersten), Qal
penelitian umumnya disusun oleh batuan (Alluvium, lanau pasir dan kerakil)
vulkanik Kuarter seperti lava andesit, (Gambar 1).
ignimbrit, dan tefra (umumnya batu apung).
0 5Km
Gambar 1. Peta Geologi daerah Bukit Tinggi dan sekitarnya (modifikasi dari Kastowo dkk,
1996). Garis biru ( ) menunjukan sesar sedangkan garis biru terputus ( )
menunjukan bibir kaldera.
Litologi Plagioklas sebanyak 70,588%, Feldspar
Alkali sebanyak 11,7647%, berdasarkan
Berdasarkan pengamatan di lapangan maka klasifikasi batuan beku (Streckeisen, 1974)
litologi daerah penelitian tersusun atas tiga maka batuan beku tersebut dikategorikan
kedalam batuan beku andesit.
jenis batuan yaitu:
ii. tuff
i. Batuan beku andesit
Gambar 4. Kenampakan tefra di wilayah Data arah kekar yang diperoleh dari survey
Gunung Tigo.
lapangan diinput kedalam program Dips
Material piroklastik ini ditemukan
untuk dilihat dominasi arahnya melalui
menutupi hampir seluruh wilayah
diagram rossete. Kelurusan segmen sungai
penelitian, dan terdapat paling melimpah di
diperoleh dari peta pola pengaliran sungai
wilayah Malalak Berdasarkan kenampakan
yang diolah dari Peta RBI skala 1 : 50.000
di lapangan ketebalan satuan ini mencapai
kelurusan sungai sungai lalu diinput
3 m. Material ini merupakan hasil letusan
kedalam program Dips untuk melihat
gunungapi Tandikat – Singgalang.
dominasi azimuth dari kelurusan sungai
Material ini tersusun atas endapan
tersebut. Kelurusan segmen sungai yang
batuapung, kerikil, serta abu. Memiliki ciri-
diukur merupakan kelurusan segmen
ciri berwarna putih sampai kekuningan,
sungai DAS Manggur Gadang. Pada DAS
material lepas tidak terkonsolidasi,
tersebut tersingkap kekar-kerar dan
memiliki pemilahan yang buruk, bentuk
merupakan lokasi terjadinya longsor pada
butir menyudut, ukuran fragmen pasir kasar
tahun 2009 lalu. Azimuth mahkota longsor
– kerikil (Gambar 4).
diperoleh melalui pengukuran secara tidak
langsung yang dilakukan dengan program
METODOLOGI
geospasial.
Data primer diambil dengan pengukuran
Selanjutnya data azimuth kekar, mahkota
arah kekar, dan pengamatan geomorfologi
longsor dan kelurusan segmen sungai diuji
di daerah penelitian. Arah kekar yang
melalui uji beda untuk melihat hubungan
diantara kekar dengan kelurusan segmen Ar : wilayah cekungan yang
sungai dan longsor dengan kelurusan dimiliki oleh sungai
segmen sungai. Uji beda digunakan untuk At : luas total wilayah cekungan
menentukan kesetaraan dua rata-rata Indeks gradien sungai (SL) (Keller and
populasi. Dalam penelitian ini digunakan Pinter, 2002) (Gambar 6):
fungsi uji beda polled varians untuk SL=(∆𝐻/∆𝐿) x 𝐿 (2)
menguji hipotesis komparatif dua sampel
independen dengan alpha sebesar 0,05
(Snedecor and Cochran, 1989). Uji beda
dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS. Perhitungan morfometri
berupa rasio dasar lembah berbanding
tinggi lembah (Vfw), indeks gradien sungai
Gambar 6. Ilustrasi metode indeks gradien
(SL), sinusitas muka gunung (Smf), sungai (Keller and Pinter,
asimetri cekungan pengaliran (AF), dan 2002).
kerapatan sungai (Dd) dihitung pada tiga ∆𝐻 : beda elevasi dari titik yang akan
DAS (Daerah Aliran Sungai) yang terdapat dihitung
di daerah penelitian yaitu; DAS Manggur ∆𝐿 : panjang sungai hingga titik yang
Gadang, Manggur Kecil, dan Naras. akan dihitung
Berikut merupakan cara perhitungan L : total panjang sungai dari titik hitung
morfometri yang dilakukan dalam hingga hulu sungai
penelitian ini: Sinusitas muka gunung (Smf) (Bull and
c
a b
(a.) (b.)
(c.) (d.)
(e.)
Gambar 10. Perbandingan diagram rossete arah kekar (a.), (b.), (c.) kekar yang terdapat di
sepanjang Jalan Sicincin disekitar Batu Campago, (d.) kekar terdapat di daerah
G. Malancar dan (e.) arah kelurusan segmen sungai DAS Manggur Gadang.
(a.) (b.)
Gambar 11. Diagram rossete perbandingan azimuth mahkota longsor (a.) dan segmen sungai
DAS Manggur Gadang (b.).
Tabel 1. Nilai analisis faktor asimetri AF, kerapatan sungai Dd, dan rata-rata rasio Vf
masing-masing DAS.
DAS AF Dd Vf
Manggur Gadang 77,5481 1,695661 1,318215
Manggur Kecil 65,41734 2,117099 0,649891
Naras 74,34818 1,896865 1,895419
Tabel 2. Nilai analisis indeks gradien sungai (SL) dan sinusitas muka gunung (Smf). Indeks
ini dihitung pada aliran sungai yang memiliki profil mencuram tiba-tiba, dan pada
perbukitan yang memanjang.
No. SL Smf
1 794,4963 1,924313
2 256,9552 1,57281
3 393,1736 1,771824
4 743,4818 1,475364
5 332,3059 1,097054
6 672,0713
a b
Gambar 12. Singkapan struktur geologi kekar a dan b di sepanjang jalan Sicincin, Gunung
Tigo.
Grafik Pencar Azimuth Mahkota Longsoran
Dengan Azimuth Segmen Sungai
360
340
320
300
280
260
Azimuth Sungai
Gambar 13. Distribusi azimuth mahkota longsoran dengan azimuth segmen sungai DAS
Manggur Gadang.
PEMBAHASAN
Nilai rata-rata dari empat parameter pada DAS Manggur Gadang, dan rendah
geomorfologi yang telah diukur (AF, SL, pada DAS Naras.
Vf, dan Smf) digunakan untuk
Dilihat dari lokasi terjadinya longsor,
mengevaluasi aktivitas tektonik relatif di
longsor paling banyak terjadi pada DAS
daerah penelitian. Nilai dari rata-rata index
Manggur Gadang, di daerah Gunung Tigo,
ini dibagi ke dalam empat kelas untuk
Malalak dengan kemiringan lereng curam
mendefinisikan aktivitas tektonik yaitu
(55-140%), kelas tektonik sedang, dan sifat
kelas 1 – sangat tinggi (1,0 ≤ lat ≤ 1,5),
fisik material penyusun yang bersifat lepas
kelas 2 – tinggi (1,5 ≤ lat < 2,0), kelas 3 –
sehingga daerah malalak memiliki
sedang (2,0 ≤ lat < 2,5), dan kelas 4 –
kerentanan gerakan tanah yang tinggi
rendah (2,5 ≤ lat) (El Hamdouni et al,
(Gambar 14). Hal ini dapat diartikan bahwa
2007). Berdasarkan klasifikasi tektonik
pada daerah dengan kelas tektonik yang
daerah penelitian (Tabel 3) dan
sedang dan memiliki kemiringan lereng
dibandingkan dengan nilai kerapatan
yang curam bencana longsor rawan terjadi.
sungai (Dd), maka wilayah penelitian
Namun pada DAS Manggur Kecil dengan
memiliki tingkat aktivitas tektonik Resen
kelas tektonik tinggi tidak memiliki sebaran
yang aktif dengan kelas keaktifan tektonik
longsor yang sebanyak seperti pada DAS
tinggi pada DAS Manggur Kecil, sedang
Manggur Gadang, hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan material kelas relatif kecil hingga tinggi, sifat fisik
penyusun pada kedua DAS tersebut. DAS material permukaan yang berupa tefra dan
Manggur Gadang tersusun atas material tuff tersusun atas endapan batuapung, kerikil,
batu apung hornblenda-hipersten serta abu yang memiliki ukuran fragmen
sedangkan DAS Manggur Kecil tersusun pasir kasar – kerikil dan tidak
atas material Andesit Gunung Singgalang terkonsolidasi membuat daerah Malalak
dan Tandikat (Kastowo, 1996). Analisis memiliki kerentanan gerakan tanah yang
morfometri menunjukan bahwa kelas cukup tinggi.
tektonik di daerah Malalak bervariasi dari
Titik Longsor
Sesar
Gambar 14. Peta hubungan kelas tektonik relatif dengan sebaran longsoran.
KESIMPULAN
ACUAN
Gambar 15. Peta sebaran indeks morfomertri yang diaplikasikan pada penelitian ini dan
dikombinasikan dengan kemiringan lereng, serta sebaran longsor yang terjadi dan
geologi daerah Malalak dan sekitarnya.