Oleh:
Krisna Murti (H1F014029)
Pembimbing:
1. Dr. Rachmad Setijadi, S.Si,. M.Si.
2. Purna Sulastya Putra, S.T., M.T.
KERANGKA PRESENTASI
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
MANFAAT PENELITIAN
LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG | RUMUSAN MASALAH | TUJUAN | MANFAAT PENELITIAN | LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
Indonesia terletak pada zona pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng
Pasifik dan Lempeng Eurasia
Beberapa ahli meneliti tentang gempa besar yang terjadi di zona subduksi untuk mengetahui
periode perulangan dari gempa bumi. Gempa bumi dengan magnitude yang besar bisa terjadi di
semua zona subduksi dunia termasuk indonesia dengan waktu perulangan sekitar 600 tahun
untuk pulau Jawa (McCaffery, 2008)
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG | RUMUSAN MASALAH | TUJUAN | MANFAAT PENELITIAN | LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang kondisi geologi daerah sekitar
penelitian.
2. Untuk memberikan informasi tentang karakteristik endapan paleotsunami.
3. Menjadikan referensi untuk mengindentifikasi endapan paleotsunami bagi peneliti
selanjutnya.
4. Menjadikan acuan dalam strategi mitigasi bencana di daerah penelitian khususnya bencana
tsunami.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG | RUMUSAN MASALAH | TUJUAN | MANFAAT PENELITIAN | LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
Lokasi Penelitian
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG | RUMUSAN MASALAH | TUJUAN | MANFAAT PENELITIAN | LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
Objek Penelitian
METODE
PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA
GEOLOGI REGIONAL
TSUNAMI
ANALISIS GRANULOMETRI
ANALISIS XRF
ANALISIS MIKROPALEONTOLOGI
ANALISIS MINERALOGI
TINJAUAN PUSTAKA
GEOLOGI REGIONAL | TSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF | MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI
Daerah
Penelitian
Barat Timur
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
Identifikasi di Lapangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
Endapan paleotsunami
memiliki sortasi yang
sangat buruk dan kurva
distribusi yang bimodal –
multimodal (Engel, 2012).
Kehadiran mollusca banyak dijumpai pada kedua lapisan kandidat paleotsunami. Kondisi cangkang
mollusca yang ditemukan kebanyakan sudah berupa pecahan – pecahan dan hanya sedikit yang masih
dalam kondisi utuh.
Foraminifera planktonik dijumpai pada lapisan kandidat paleotsunami B. Kondisi cangkang pada
foraminifera planktonik yang ditemukan beberapa ada yang masih dalam kondisi utuh dan masih
dapat diidentifikasi. Foraminfera planktonik tersebut antara lain Globigerinoides ruber,
Globigerinoides trilobus, dan Neogloboquadrina dutertei.
Foraminifera bentonik ditemukan di kedua lapisan kandidat paleotsunami. Kondisi cangkang masih
utuh dan dapat dikenali. Lapisan kandidat paleotsunami B mengandung foraminifera bentonik berupa
Bolivina sp., Spiroloculina sp., dan Triloculina sp.. Lapisan kandidat paleotsunami A mengandung
foraminifera bentonik berupa Bulimina sp.. Foraminifera bentonik Bullimina sp. adalah foraminifera
yang hidup pada zona neritik luar (Tipsword, 1966 ; Bandy, 1967)
Mikrofauna yang diduga sebagai radiolaria juga ditemukan pada lapisan kandidat paleotsunami B. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh gelombang kuat yang dapat membawa radiolaria yang
hidup pada laut dalam, namun dapat ditemukan di lingkungan darat.
Pecahan – pecahan cangkang banyak ditemukan di kedua kandidat paleotsunami. Pecahan ini
merupakan bagian dari cangkang foraminifera dan mollusca.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
Radiolaria Mollusca
Lapisan kuarsa magnetit hornblen feldspar limonit piroksen garnet muscovit zircon
LANAU D-E 31.9542124 31.98290437 8.96812999 18.30540946 4.801055486 2.464455904 1.52383243
PALTSUN B 27.9778577 35.15195887 13.22731963 9.867216491 9.334360417 2.678525881 2.36016771 0.079575597 0.055015
LANAU C 30.3097686 40.30524913 9.86023265 11.31644759 4.255722686 2.00389321 1.94868616
PALTSUN A 33.3620876 36.56481565 13.73604403 7.914735292 3.119048239 2.393122999 2.91014621
LANAU B 37.3421189 39.43057615 8.820034731 8.360615442 2.712673536 1.914240329 1.41974096
LANAU A 46.8446368 29.39393939 12.22222222 7.263107263 1.438191438 1.702741703 1.13516114
40
30
20
10
0
LANAU D-E PALTSUN B LANAU C PALTSUN A LANAU B LANAU A
Keterangan :
Kuarsa : Warna bening dan bening kecoklatan, bentuk hexagonal dan
prismatik, serta membundar, kilap kaca.
Feldspar : Warna merah muda, bentuk prismatic, menyudut dan membundar,
kilap tanah.
Amfibol : Warna hitam kecoklatan, bentuk prismatic panjang, kilap kaca.
Limonit : Warna kuning – orange, kilap, kilap tanah, bentuk meyudut
Magnetit : Warna hitam, kilap logam, bentuk prismatic dan terkadang
menyudut.
Piroksen : Warna hijau hingga hijau kehitaman, bentuk prismatik pendek, kilap
kaca.
Garnet : Warna merah pucat, bentuk prismatic pendek kadang membundar.
Zircon : Warna merah tua, bentuk prismatic panjang, menyudut.
TABEL KARAKTERISTIK SAMPEL PSB01
5,47 – 6,22 6,24 - 7,27 2,37 – 5,35 5,13 – 6,81 3,01 – 5,32 5,92 – 6,82 5,86 – 6,96
2,52 – 2,84 fine
Mean Very Coarse Silt Medium silt – very coarse silt coarse silt – coarse silt – Coarse silt – coarse silt-
sand
medium silt meidum silt
– Medium Silt fine silt – very fine sand very fine sand medium silt
Kuarsa, feldspar,
Kuarsa, feldspar, Kuarsa, feldspar, Kuarsa, feldspar, Kuarsa, feldspar, Kuarsa, feldspar, Kuarsa, feldspar, Kuarsa, feldspar,
hornblende,
Komposisi hornblende, hornblende, hornblende, hornblende, hornblende, hornblende, hornblende,
magnetit, limonit,
Mineral magnetit, limonit, magnetit, limonit, magnetit, limonit, magnetit, limonit, magnetit, limonit, magnetit, limonit, magnetit, limonit,
piroksen, garnet,
piroksen, garnet piroksen, garnet piroksen, garnet piroksen, garnet piroksen, garnet piroksen, garnet piroksen, garnet
muscovit, zircon
Unsur Ca 4860.3 ppm 4439.08 ppm 12324.35 ppm 5189.39 ppm 11858.04 ppm 4835.5 ppm 4110.71 ppm 25658.19 ppm
Unsur Zr 70.2 ppm 93.08 ppm 70.09 ppm 87.88 ppm 76.86 ppm 96.74 ppm 93.8 ppm 48.06 ppm
Foraminifera
Foraminifera
palntonik,
Kandungan bentonik,
- - bentonik, - - - -
Mikrofauna radiolaria,
radiolaria,
mollusca
mollusca
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOLOGI | STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN | IDENTIFIKASI ENDAPAN PALEOTSUNAMI | GRANULOMETRI | XRF |
MIKROPALEONTOLOGI | MINERALOGI | SEJARAH PENGENDAPAN
KESIMPULAN
1. Ditemukan 2 (dua) lapisan kandidat paleotsunami pada lokasi penelitian yang berada pada interval
kedalaman 71 - 87 cm dan 110 - 127 cm dengan ketebalan masing - masing 16 cm dan 17 cm. Kedua
lapisan paleotsunami ini dibatasi oleh lapisan lanau C pada interval kedalaman 87 – 110 cm dengan
ketebalan 23 cm yang terbentuk pada swale di lokasi penelitian.
2. Geomorofologi pada daerah penelitian terbagi menjadi empat satuan yakni satuan dataran pasang
surut Paseban, satuan dataran pantai Paseban, satuan cekungan pantai (swale) Paseban, dan satuan
punggungan pantai (beach ridge) Paseban. Kondisi stratigrafi daerah penelitian termasuk pada satuan
alluvium dan endapan pantai yang tersusun atas lanau, pasir, dan kerikil.
3. Endapan paleotsunami A memiliki tebal 17 cm dengan ukuran butir lanau kasar – pasir sangat halus,
sortasi sangat buruk, fine skewed – coarse skewed, kurtosis pada tipe platykurtic, dan pola kurva
distribusi bimodal. Endapan paleotsunami B memiliki tebal 16 cm dengan ukuran butir lanau kasar –
pasir halus, sortasi sangat buruk, very fine skewed – symmetrical, kurtosis pada tipe platykurtic –
leptokurtic, dan pola kurva distribusi bimodal.
KESIMPULAN
4. Berdasarkan hasil analisis mineralogi yang membedakan lapisan endapan paleotsunami dengan
lapisan endapan non-paleotsunami adalah kehadiran mineral berat dan mineral aksesoris seperti
magnetit, ilmenite, zircon, piroksen, dan garnet yang lebih tinggi dari lapisan endapan non-
paleotsunami.
5. Berdasarkan hasil analisis XRF (X-ray Fluorescene) pada lapisan pasir lanauan (endapan
paleotsunami B) dan lapisan lanau pasiran (endapan paletotsunami A) terdapat peningkatan
kandungan unsur Sr dan Ca.
6. Lapisan pasir lanauan (endapan paleotsunami B) mengandung cangkang foraminifera planktonik
dan bentonik. Foraminifera planktonik yang ditemukan pada lapisan ini yaitu berupa
Globigerinoides ruber, Globigerinoides trilobus, dan Neogloboquadrina dutertei, sedangkan untuk
foraminifera bentonik yang ditemukan pada lapisan ini yaitu berupa Bolivina sp., Spiroloculina sp.,
dan Triloculina sp. Sedangkan pada lapisan lanau pasiran (endapan paleotsunami A) mengandung
cangkang foraminifera bentonik berupa Bulimina sp. dan tidak ditemukan adanya foraminifera
planktonik, akan tetapi ditemukan adanya mikrofauna lain berupa radiolaria. Pada kedua lapisan
paleotsunami juga ditemukan adanya cangkang mollusca dengan keadaan cangkang sudah dalam
kondisi hancur dan hanya sedikit yang dapat diidentifikasi.
TERIMA KASIH