Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMORFOLOGI

ACARA BENTANG ALAM FLUVIAL

Disusun Oleh:
Chairul Anam
21100122140091

LABORATORIUM GEODINAMIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
 UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
OKTOBER 202
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Geomorfologi Acara Bentang Alam Fluvial yang disusun


oleh praktikan bernama Chairul Anam telah diperiksa dan disahkan pada 

hari : 

tanggal : 

pukul :

sebagai tugas Laporan Praktikum mata kuliah Geomorfologi.

      Semarang, 27/10/2022

Asisten Acara, Praktikan,

Reynaldi Zubrian                                        Chairul Anam


NIM :21100121130027                       NIM : 21100122140
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
A. Mengetahui pengertian bentangalam fluvial
B. Mengetahui faktor-faktor pembentukan bentuklahan fluvial
C. Mengetahui pola-pola aliran sungai pada bentangalam fluvial
D. Mengetahui jenis-jenis bentangalam fluvial
E. Mengetahui stadia sungai yang terdapat pada bentangalam fluvial
F. Mengetahui cara mendelineasi dan menghitung morfometri bentangalam
fluvial yang terdapat pada peta topografi
1.2 Tujuan
A. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bentangalam fluvial
B. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor-faktor pembentukan bentuklahan
fluvial
C. Mahasiswa dapat mengetahui pola-pola aliran sungai yang terdapat pada
bentangalam fluvial
D. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja jenis-jenis bentangalam fluvial
E. Mahasiswa dapat menjelaskan stadia sungai yang terdapat pada bentangalam
fluvial
F. Mahasiswa dapat menghitung morfometri dan mengetahui kontur yang
terdapat pada bentangalam fluvial pada peta topografi
1.3 Waktu dan tempat pelaksanaan

Praktikum geomorfologi acara bentang alam fluvial telah dilaksanakan pada :


hari : Jumat
tanggal : 21 Oktober 2022
pukul :18.15 WIB – SELESAI
tempat : Ruangan 202, Gedung pertamina sukowati, Fakultas Teknik
geologi
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAERAH
PURBALINGGA,BANJARNEGARA.SEBAGIAN KEBUMEN DAN
WONOSOBO

2.1 Geologi Regional Purbalingga

Struktur geologi daerah Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa


Tengah, dengan luas daerah penelitian 7 km x 7 km. Secara geografis terletak pada
109°27’57” BT - 109°31’45” BT dan 07°16’23” LS - 07°20’12” LS. Geomorfologi
daerah penelitian dapat dibagi menjadi 2 satuan, yaitu satuan geomorfologi
perbukitan homoklin dengan stadia geomorfik dewasa dan satuan geomorfologi
dataran aluvial dengan stadia geomorfik muda. Pola aliran sungai paralel dengan pola
umum utara-selatan dan timurlaut-baratdaya dan pola aliran sungai dendritik dengan
sistem alira+n yang dikontrol oleh litologi yang homogen. stadia sungai muda dan
dewasa. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian mulai dari tua ke muda
adalah Satuan Batuan Batupasir Gampingan Selang-seling Batu lempung Formasi
Tapak yang berumur Pliosen Awal (N19) diendapkan pada lingkungan Neritik Tepi-
Neritik Tengah. Secara selaras di atasnya diendapkan Satuan Batuan Batulempung
Sisipan Batupasir Formasi Kalibiuk yang berumur Pliosen Tengah (N20) diendapkan
pada Neritik Tengah-Neritik Tepi.

2.2 Geologi Regional Banjarnegara

Secara geografis letak Daerah Pucangan dan sekitarnya, Kecamatan Banjarnegara


Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah terletak pada 109°27’30’’-109°28’13’’ garis
Bujur Timur dan 7°50’-7°50’84’’ garis Lintang Selatan Hal yang dicapai dalam
penelitian geologi Daerah Pucangan dan sekitarnya, Kecamatan Banjarnegara,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah
penelitian secara morfogenesa dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi,
yaitu: (1). Satuan geomorfologi perbukitan melange yang berstadia dewasa;

(2). Satuan geomorfologi perbukitan homoklin yang berstadia dewasa;

(3). Satuan geomorfologi dataran aluvial yang berstadia muda.

Pola aliran sungai yang berkembang adalah rektangular dan radial sentrifugal dengan
tingkat jentera geomorfik berada pada tahapan dewasa. Tatanan batuan yang terdapat
di daerah penelitian dari tua ke muda adalah: Satuan Batuan Melange (Kompleks
Melange Lok Ulo) berumur Kapur Akhir-Paleosen diendapkan pada lingkungan laut
dalam, Satuan Batuan Breksi dan Batupasir Selang-Seling Batulempung (Formasi
Totogan) berumur N1-N3 atau Oligosen dan diendapkan pada lingkungan laut bathial
atas, Satuan Batuan Batupasir dan Breksi (Formasi Waturanda) berumur N4-N8 atau
Miosen Awal dan diendapkan pada lingkungan laut bathial atas, dan Satuan Endapan
Aluvial berumur Holosen pada lingkungan darat.

2.3 Geologi Regional Daerah Kebumen

Daerah karangsambung berada di kabupaten kebumen, Provinsi Jawa Tengah,


Indonesia. secara geograsi, daerah karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00” -
7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Batas wilayah di sebelah utara daerah
ini adalah wilayah banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang,
di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan disebelah barat
berbatasan dengan daerah Gombong. Daerah Karangsambung memiliki elevasi ±
11m dpl dengan morfologi yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu
antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah
Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang ke arah
Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin
raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras)
dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini
memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami proses
erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di daerah Karangsambung dengan
adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa tubuh batuan beku (intrusi) dan
batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat (Pesanggrahan).

Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi


kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung
Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus.
Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok
dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat
melange yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan

2.4 Geologi Regional Daerah Wonosobo

Secara geografis Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah terletak pada 7⁰.11’.20”


sampai 7⁰.36’.24” garis Lintang Selatan (LS) dan 109⁰.44’.08” - 110⁰.04’.32” garis
Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah 98.468 hektar (984,68 km) atau 3,03% luas
provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan pembagian zona fisiografi pulau Jawa oleh Van
Bemmelen (1949), wilayah kabupaten Wonosobo termasuk dalam jalur fisiografi
Pegunungan Serayu Selatan Bagian Utara dan menempati bagian tengah zona
fisiografi tersebut. Zona ini di dominasi oleh endapan gunung api kuarter. Endapan
gunung api kuarter masih dapat diamati kenampakan kerucut vulkaniknya seperti
Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sedangkan dibagian lain gunung api Dieng
yang berumur lebih tua meninggalkan sisa erupsi yang membentuk plateau (dataran
tinggi).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan

Dalam mendelineasi sebuah peta kita memerlukan alat dan bahan diantaranya:

 Peta topografi ukuran A3


 Kertas Milimeter Block ukuran A3
 Kertas Kalkir ukuran A3
 Tabel Kolom Morfologi ukuran A4
 Lembar Klasifikasi Relief Van Zuidam 1946 ukuran A4
 Isolasi atau Staples
 Kertas HVS ukuran A4 minimal 5 lembar
 Alat Tulis
 Pensil Warna (terutama warna Ungu, Coklat, Merah, Hijau)
 Penggaris minimal 30 cmw

3.2 Cara Pengerjaan

Dalam mendelineasi sebuah peta topografi ada tata cara pengerjaanya yaitu:

1. Siapkan alat dan bahan


2. Satukan kertas kalkir dengan peta topografi menggunakan klip atau solasi
agar kertas kalkir tidak bergerak saat mendelineasi
3. Membuat garis margin pada kertas kalkir mengikuti garis margin yang ada
pada peta topografi menggunakan pensil dan penggaris
4. Memberi batas batas menggunakan pensil pada kertas kalkir mengikuti
kontur yang ada pada peta topografi sesuai dengan bentang alamnya masing
masing
5. Kemudian setelah kita mendelineasi setiap bentang alam yang terdapat pada
peta topografi, beri warna sebagai penanda bentang alam tersebut seperti
warna merah untuk bentang alam vulkanik ,warna ungu untuk bentang alam
struktural, warna coklat untuk bentang alam denudasional, dan warna hijau
untuk bentang alam fluvial

Setelah mendelineasi peta topografi, Langkah selanjutnya yaitu melakukan


perhitungan morfometrti. Dalam melakukan perhitungan morfometri ada
langkah kerjanya diantaranya:
1. Membuat masing masing 5 sayatan pada daerah yang di delineasi dengan
syarat sayatan itu memotong 5 kontur dan tegak lurus dengn kontur
2. Catat panjang setiap sayatan / jarak horizontal pada masing masing
bentang alam
3. Hitung persentase kelerangan dengan rumus

4. Setelah menghitung semua persentase kelerengan pada masing masing


sayatan, hitung rata rata persentase kelerengan pada masing masing
bentang alam

5. Selanjutnya menghitung beda tinggi pada setiap bentang alam yang di


delineasi dengan cara melihat setiap elevasi tertinggi dan terendah pada
tiap sayatan di bentang alam masing-masing

6. Setelah menghitung rata rata dan mempunyai beda tinggi pada setiap
bentang alam, klasifikasikan bentang alam tersebut ke dalam klasifikasi
Van Zuidam (1946)

Tabel klasifikasi Van Zuidam (1946)

Setelah melakukan perhitungan morfometri, Langkah selanjutnya yaitu


melakukan sayatan profil normal dan eksagrasi dengan cara:
1. Membuat garis A – B sepanjang 25 cm pada peta topografi yang
memotong tiap bentang alam yang ada
2. Tandai kontur yang dilewati garis penampang sayatan A – B dan tulis
ketinggian kontur nya pada kertas HVS
3. Kemudian , garis penampang yang sudah ditandai di kertas HVS,
dipindahkan ke kertas milimeter block ukuran A3 untuk dibuat grafik
Profil Eksagrasi 1:125.000
4. Berikan warna pada setiap garis sebagai pembeda antara bentuk
lahan struktural (ungu), bentuk lahan vulkanik (merah), bentuk
lahan fluvial (hijau), dan bentuk lahan denudasional (coklat)
BAB V
PEMBAHASAAN

Praktikum geomorfologi acara bentang alam fluvial telah dilaksanakan pada hari
jumat 21 Oktober 2022 pukul 18.15 WIB sampai selesai bertempat di Ruang 202,
Gedung Pertamina Sukowati, Fakultas Teknik geologi. Praktikum ini membahas
tentang bentang alam fluvial secara menyeluruh seperti pengertian bentang alam
fluvial, faktor-faktor pembentukan bentang alam fluvial seperti proses erosi, proses
transportasi, dan proses sedimentasi, selanjutnya asisten juga menjelaskan tentang
pola-pola aliran sungai seperti pola pengaliran rectangular, pola pengaliran dendritik,
pola pengaliran sejajar/pararel, pola pengaliran trellis, pola pengaliran radial, pola
pengaliran annular, pola pengaliran multi basinal, dan pola pengaliran contorted.
Selain itu asisten juga membahas mengenai jenis-jenis bentang alam fluvial seperti
sungai teranyam (braided stream), bardeposit (endapan gosong), tanggul alam
(natural levee), kipas alluvial (alluvial fan), delta, dataran banjiran, meander, teras
sungai, selanjutnya asisten juga membahas mengenai perbedaan antara tiap stadia
sungai seperti stadia sungai muda dicirikan dengan sungai sangat aktif, erosi
berlangsung cepat dan biasanya terdapat di daerah hulu. Stadia dewasa biasanya
ditandai dengan kecepatan aliran mulai berkurang, gradien sungai sedang, tidak
terdapat jeram dan air terjun, dan stadia tua ditandai dengan kecepatan aliran semakin
berkurang, lebih banyak sedimentasi daripada erosi dan berkembang di daerah hilir.
Selanjutnya di materi terakhir asisten menjelaskan kepada praktikan bagaimana cara
mendelineasi daerah yang termasuk bentang alam struktural, vulkanik, denudasional
maupun fluvial pada peta topografi.
5.1 Bentang alam struktural
Bentuk lahan struktural adalah bentang alam yang prorses terjadinya akibat gaya
endogen atau gaya yang berasal dari dalam bumi, hasil dari gaya ini adalah seperti
lipatan,tarikan dan patahan. Pada peta topografi bentang alam struktural ditandai
dengan kontur yang cukup rapat. Pada saat mendelineasi bentuk lahan struktrual pada
peta topografi biasanya ditandai dengan memberi warna ungu. Pada bentang alam
struktural ini saya membuat lima sayatan dan setiap sayatan memiliki persen lereng
yang berbeda-beda. Hasil sayatan pertama saya mendapatkan persen lereng sebesar
40%, kemudian yang kedua sebesar 66,6%, yang ketiga sebesar 50%, yang keempat
sebesar 40% dan yang terakhir sebesar 40% apabila di rata-ratakan terdapat sebesar
47,32% lereng apabila dimasukan pada klasifikasi relief berdasarkan Van Zuidam
(1983) masuk kedalam kelas bukit terjal. Setelah menghitung rata-rata saya
menghitung beda tinggi bentuklahan ini pada peta topografi. Perhitungan ini
dilakukan dengan melihat elevasi yang paling tinggi dan yang paling rendah
kemudian di kurangi pada daerah yang di delineasi. Elevasi tertinggi pada bentuk
lahan struktural pada peta topografi ini diangka 1125 dan terendahnya diangka 250.
Sehingga beda tinggi nya sebesar 875 dan apabila dimasukan ke dalam klasifikasi
relief berdasarkan relief Van Zuidam (1983) termasuk kedalam kelas pegunungan
sangat terjal.

5.2 Bentang alam vulkanik


Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya
dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi.
Pada peta topografi bentang alam vulkanik biasanya memiliki pola kontur yang
radial. Pada peta topografi ini saya mendelineasi bentang alam vulkanik
menggunakan warna merah. Pada bentang alam vulkanik saya membuat lima sayatan,
setiap sayatan memiliki persen lereng yang berbeda-beda. Sayatan pertama saya
mendapatkan persen lereng sebesar 66,6%, kemudian sayatan kedua saya
mendapatkan persen lereng sebesar 66,6%, yang ke tiga sebesar 50%, yang ke empat
sebesar 40% dan yang terakhir sebesar 66,6% kemudian di rata-rata kan mendapatkan
sebesar 57,96% lereng bentang alam vulkanik apabila dimasukan kedalam klasifikasi
relief berdasarkan Van Zuindam (1983) termasuk kedalam kelas pegunungan sangat
terjal. Kemudian setelah menghitung persen lereng, saya menghitung beda tinggi
yang terdapat pada bentuk lahan vulkanik. Saya mendapatkan elevasi tertinggi
sebesar 2250 dan elevasi terendah sebesar 875 sehingga beda tingginya sebesar 1375
yang mana Ketika diklasifikasikan menurut Van Zuidam (1983) masuk kedalam kelas
pengunungan sangat curam.

5.3 Bentuk lahan denudasional


Bentuk lahan denudasional (penelanjangan) tidak terlepas dari proses pelapukan,
erosi dan gerak pencampakan massa batuan, serta pengendapan. menurut
suharsono,1988 dalam pramono dan ashari (2013:111) menyebutkan, akibat adanya
gaya gravitasi yang bekerja terhadap fragmen batuan tersebut menuruni lereng
kemudian diendapkan pada tempat yang lebih rendah. Pada peta topografi ini
biasanya bentuk lahan denudasional masih memiliki kontur yang renggang/tidak
rapat. Pada bentang alam denudasional saya memberi tanda berwarna coklat saat
mendelineasi. Bentang alam denudasional dipengaruhi oleh adanya gaya eksogen
seperti erosi dan pelapukan. Pola pengaliran pada bentuk lahan ini yaitu pola
dendritik.
Potensi positif dari adanya bentuk lahan denudasional pada daerah ini yaitu bisa
digunakan sebagai lahan pertanian maupun sebagai ladang tetapi bentuk lahan
denudasional memiliki potensi negatif seperti, rawan sekali terjadi banjir dan longsor,
biasanya daerah yang terdapat bentuk lahan denudasional dicirikan adanya
perumahaan dan lahan pabrik

5.4 Bentuk lahan fluvial


Bentuk lahan fluvial adalah satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan
proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika,
maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang
disebabkan oleh aksi permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara
terpadu (sungai),maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Pada peta
topografi bentang alam fluvial ditandai dengan bentuk alur sungai yang tampak jelas
dengan garis kontur yang meruncing kearah hulu. Pada saat mendelineasi bentang
alam fluvial pada peta topografi saya memberikan tanda berwarna hijau. Bentang
alam fluvial ini terjadi karena proses sedimentasi pola pengaliran bentang alam
fluvial yaitu rectangular dan trellis. Rata-rata persen lereng dan beda tinggi bentang
alam fluvial pada peta topografi ini adalah 0 sehingga dimasukan kedalam kelas
datar/hampir datar pada klasifikasi relief berdasarkan Van Zuindam (1983)
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pada peta topografi yang diberikaan asisten pada acara bentangalam fluvial saya
mendelineasi empat bentang alam diantaranya bentang alam fluvial, bentang alam
vulkanik, bentang alam struktural, dan bentang alam denudasional. Bentang alam
fluvial pada peta topografi ditandai dengan warna hijau dengan rata-rata kelerengan
dan beda tinggi sebesar 0 sehingga dimasukan kedalam klasifikasi datar/hampir datar
pada klasifikasi relief berdasarkan Van Zuindam (1983). Bentang alam vulkanik pada
peta topografi ditandai dengan warna merah mempunyai rata-rata kelerengan sebesar
57,96% sehingga masuk kedalam klasifikasi pegunungan sangat terjal dan beda tinggi
sebesar 1375 sehingga masuk kedalam klasifikasi pegunungan sangat curam. Bentang
alam struktural pada peta topografi ditandai dengan warna ungu memiliki rata-rata
kelerengan sebesar 47,32% sehingga masuk kedalam klasifikasi berbukit terjal dan
beda tinggi sebesar 875 sehingga masuk kedalam klasifikasi pegunungan sangat
terjal dan bentang alam denudasional pada peta topografi ditandai dengan warna
coklat memiliki rata-rata kelerengan 7,1% sehingga masuk klasifikasi bergelombang
landai dan beda tingginya sebesar 25 sehingga masuk kedalam klasifikasi
bergelombang landai

6.2 Saran
Untuk praktikan diharapkan datang tepat waktu saat praktikum dilaksanakan
kemudian diperiksa lagi alat dan bahan yang harus dibawa saat masuk ruangan.
Untuk asisten saat pemberian materi diharapkan kedepannya tidak terburu-buru.
DAFTAR PUSTAKA

Scribd. (n.d.). Geomorfologi (Djauhari Noor, 2010). Scribd. Dari website


https://id.scribd.com/document/285756905/Geomorfologi-Djauhari-Noor-2010

Kebumen, P. K. (n.d.). Geografis. Website Resmi Pemerintah Kabupaten Kebumen.,


dari website https://www.kebumenkab.go.id/index.php/web/page/23

Oktaviani, P., & Muksin, I. (2013). POTENSI Lempung Dan Felspar Untuk Bahan
Baku Keramik di Daerah Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Buletin Sumber Daya Geologi, 8(2), 67–74.
https://doi.org/10.47599/bsdg.v8i2.82

Anda mungkin juga menyukai