Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PEMETAAN GEOLOGI DAERAH DEPAPRE DAN SEKITARNYA,


DISTRIK DEPAPRE, KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA

Oleh :

RENDY WILYAMS MATHEUS

20160611053013

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pendataan informasi-informasi
geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi
yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan
(lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang
mungkin mempengaruhi pola peyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain
pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-
tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Peta geologi yaitu peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh
penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau
symbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat didalamnya dapat memberikan
pencerminan tiga dimensi mengenai susunan batuan dibawah permukaan. Nilai dari
peta geologi tergantung darui ketelitian pada waktu pengamatan dilapangan, unsur-
unsurnya yang merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang
mempuyai kedudukan yang pasti.
Wilayah Kabupaten Jayapura merupakan badan dari pulau papua, papua
terbentuk akibat dari interaksi yang bersifat konvergen miring (oblique
convergence) antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudra
Pasifik-Caroline. Konvergensi yang terjadi sejak Eosen hingga kini menimbulkan
produk berupa dua tahapan kolisi yang terjadi pada kala Oligosen dan diikuti kolisi
yang terjadi pada Miosen. Stratigrafi Pulau Papua meliputi sikuen batuan-batuan
Pra-Kambium hingga endapan Kuarter yang masing-masing tersingkap dari bagian
Kepala hingga Badan Burung.
Daerah Depapre merupakan bagian dari Wilayah yang termaksud dalam peta
Lembar kabupaten jayapura berdasarkan peta Lembar Kabupaten Jayapura daerah
tersebut memiliki suatu tatanan geologi yang menarik yang mempuyai dua satuan
Geomorfologi yaitu Satuan Morfologi Daratan Bergelombang tinggi dan Satuan
Morfologi Dataran Aluvial.
1.2.Perumusan Permasalahan
1.2.1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian yang saya ambil adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana mengetahui geomorfologi, dan struktur geologi di daerah
penelitian
2. Bagaimana membuat peta geomorfologi, stratigrafi dan peta geologi skala
1:25.000
1.2.2. Batasan Masalah
Adapun penelitian ini dapat batasan masalah sebagai berikut :
1. Daerah penelitian dilakukan di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura,
Provinsi Papua.
2. Pembagian satuan geomorfik pada daerah distrik Depapre berdasarkan
bentuk morfogenesa.
3. Struktur geologi meliputi kekar dan lipatan yang terdapat pada daerah
penelitian.
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat Peta Geologi Lokal Depapre dan
Peta Pembagian Geomorfologi Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Berdasarlan tujuan diatas maka, manfaat penelitian yang diharapkan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi Keilmuan
- Memperkaya pengetahuan mengenai geologi dan menambah
keterampilan dalam dalam melakukan pemetaan di lapangan bagi
peneliti.
- Penelitian ini ini dapat menjadi masukan bagi para peneliti lainnya
yang berminat melakukan skripsi pemetaan geologi dengan studi
Kelompok Malihan Cycloops.
2. Bagi Instusi
- Menambah koleksi penelitian tentang kelompok malihan cycloops
pada Distrik Depapre, Kabupaten Sentani, Provinsi Papua.
3. Bagi Masyarakat
- Memberikan pengertian arti pentingnya nilai ekonomi bahan galian
dan tempat wisata yang terdapat pada daerah teletian.
1.4.Gambaran Umum Daerah Penelitian
1.4.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
1. Lokasi penelitian dilakukan di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura,
Provinsi Papua dengan target Daerah penelitian ini secara geografis terletak
pada koordinat 020 25’ 49.836 – 020 28’ 54.526” LS – 1400 22’ 33.730” –
1400 21’ 59.288” BT secara administrasi, daerah penelitian termaksud
dalam Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Gambar1.4. Peta Lokasi Dan Kesampaian Daerah

2. Keterjangkauan daerah penelitian ini dicapai dengan menggunakan alat


transportasi roda dua dengan waktu berkisar 2 jam dari Kabupaten Jayapura
menuju Distrik Depapre.
1.5.Kondisi Geografis
Kabupaten Jayapura terletak diantara 129000’16”-141001’47” Bujur Timur dan
2023’10” Litang Utara dan 9015’00” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Sarmi dan Samudra Pasifik;
 Sebelah Selatan : Kabupaten Penggunungan Bintang, Kabupaten
Yahukimo dan Kabupaten Yalimo;
 Sebelah Timur : Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom;
 Sebelah Barat : Kabupaten Jayapura

Luas wilayah Kabupaten Jayapura 17.514 Km2 yang terbagi dalam 19


Distrik 142 Kampung dan 5 Kelurahan dengan penduduk tahun 2013 berjumlah
144.503 jiwa dan terpadat berada di Distrik Sentani, yaitu sebanyak 60.531 jiwa
(35,39%) dengan kepadatan 178,75 jiwa/Km2 dan penduduk paling
sedikit/kapadatan terendah adalah Distrik Airu yaitu sebanyak 609 jiwa (1,55%)
dengan kepadatan penduduk kurang dari 1 jiwa/Km2. (Pemda Kabupaten Jayapura)

Di Indonesia hanya dikenal dengan 2 musim, yaitu musim kemarau dan


musim hujan. Pada bulan Juni sampai September arus angina berasal dari Australia
dan tidak banyak mengandung banyak uap air, sehingga mengakibatkan musim
kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember Pasifik terjadi musim hujan. Keadaan
seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada
bulan April-Mei dan Oktober-November.

1.6.Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini yaitu mengetahui penyebaran litologi, struktur
geologi dan geomorfologi di Kelompok Malihan Cycloops. Hasil penelitian
berupa peta lintasan lokasi pengamatan, peta geomorfologi dan peta geologi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Geomorfologi
Gomorfologi berasal dari bahasa Yunani kuno (Geo = bumi, Morpho =
bentuk, logos = ilmu). Geomorfologi dalam arti fisiologinya mengenai uraian
tentang bentuk bumi, dimana sasaran utama kajiannya adalah relief bumi.
Pengertian geomorfologi adalah studi yang menguraikan bentuk lahan dan
proses yang mempengaruhi pembentukannya serta menyelidiki hubungan
timbal balik antara bentuk lahan dengan proses dalam tatanan keruangan (Van
Zuidam, 1979). Dalam pembagian satuan geomorfologi daerah telitian
penulis mengacu pada klasifikasi morfologi menurut Verstappen (1983).
Dalam pembagian satuan geomorfologi, memperhatikan aspek-aspek
penunjang seperti Morfografi (meliputi sungai, dataran, perbukitan, da n
pegunungan, dll), Morfometri meliputi kemiringan (lihat Tabel 4.1) dan
bentuk lereng, ketinggian dan beda tinggi, dll. Morfostruktur pasif
(meliputi jenis batuan dan tanah), Morfostruktur aktif (meliputi struktur-
struktur geologi), dan Morfostruktur dinamik (meliputi tingkat pelapukan/erosi
berhubungan dengan lingkungan/kehidupan sekitarnya).

Tabel 4.1. Klasifikasi kemiringan lereng (Van Zuidam, 1983)


Kemiringan Lereng % Lereng
Rata/hampir rata 0–2
Landai 3–7
Miring 8 – 13
Agak curam 14 – 20
Curam 21 – 55
Sangat curam 56 – 140
Amat sangat curam > 140
2.1.1. Geomorfologi Regional
Dearah Papua seacar fisiografi dapat dibagi menjadi tiga mandala,
yaitu : Mandala New Guinea Utara, Mandala New Guinea Tengah, dan
Mandala New Guinea Selatan. (Visser dan Hermes, 1962).
1. Mandala New Guinea Utara dicirikan oleh batuan-batuan sedimen dan
batuan gunung api yang beralaskan batuan-batuan metamorfosa dan
ultrabasa. Mandala ini meliputi bagian utara wilayah papua.
2. Mandala New Guinea Tengah dicirikan oleh endapan sedimen yang
sangat tebal dan mengalami tektonik kuat serta pengangkatan selama
Tersier. Mandala ini membentuk pegunungan tinggi di tengah wilyah
papua.
3. Mandala NewGuinea Selatan yang daerahnya merupakan datran rendah
di bagian selatan papua dicirikan oleh batuan sedimen laut yang relatif
tipis, yang diendapkan pada lingkungan trangresi di daerah yang sudah
tektonik.

2.2.Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan
bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat
dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/pegunungan, pegunungan, atau
gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan
geomorfologi selain morfografi pola punggungan, pola pengaliran dan bentuk
lereng.
2.2.1. Bentuk Lahan Dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan 0%
sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin
(laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.
- Bentuklahan asal marin (Marine Landform Origin) terdiri dari:
1. Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)
2. Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain
landforms)
3. Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms)
4. Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms)
5. Bentuklahan dataran pantai (beach)
- Bentuklahan asal fluvial (Fluvial Landfrom Origin) terdiri dari:
1. Bentuklahan datran banjir (flood plain landforms)
2. Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)
3. Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)
- Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari:
1. Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)
2. Bentuklahan delta membulat (lobate delta)
3. Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)
4. Bentuklahan delta kuala (estuarine delta)
- Bentuklahan Plato
Pegunungan atau perbukitan plato merupakan tanah datar
dengan struktur horizontal, dengan ketinggian >500 meter untuk
pegunungan dan <500 meter untuk perbukitan. Pada umumnya
dikelilingi oleh kelompok volkanik atau rangkaian pegunungan.
Aspek- aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal
marin dan fluvial adalah :
1. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang tepilah baik dan kemasan terbuka karena lebih banyak
dipengaruhi oleh hempasan ombak, bercampuran dengan lempung dan
lanau.
2. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lempung
dan lanau sampai bongkah-bongkah. Material penyusun dataran fluvial
biasa disebut endapan aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat.
3. Dataran delta : disusun oleh material-material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai dengan sisa-sisa tumbuhan
atau endapan batubara.
4. Dataran plato : disusun oleh material-material gunungapi, sepetri breksi
dan tuf.

2.2.2. Bentuklahan Perbukitan/Pengunungan


Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian 50
meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan
lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan
(mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan
kemiringan lereng labih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap
bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah
gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh
struktural.
Aspek-aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan
perbukitan
dan pegunungan tersebut antara lain :
1. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi
yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter
(terpisah) biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh
sesar dan tersebar tidak beraturan.
2. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun
oleh material-material hasil erupsi gunungapi yang yang berbutir
halus sampai bongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi
sebagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan
erupsi gunungapi.
3. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa
kehidupan bintang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas
perbukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok,
membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba-tiba menghilang),
terdapat gua-gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan
karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai
50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan
perbukitan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan
oleh suatu pengangkatan (tektonik).
4. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu
perbukitan yang terlibat, sehingga dapat perkirakan material
penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung,
batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas
bentuklahan perbukitan terlibat memiliki pola pengaliran paralel
atau rectangular yang berbedah arah, mengikuti lereng sayap dari
perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak
sebagai batas pemisahan aliran (water devided). Bentuklahan
perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik
lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan
yang berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan
dari sesar geser.
5. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gunungapai
seperti, rangkaian gunungapi tangkuban parahu dengan tampomas
terdapat rangkaian pegunungan bukit tunggul, manglayang dan
rangkaian pegunungan di utara.
2.2.3. Bentuklahan Gunungapi (Vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng yang curam
(56 % sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kebundan
dan kerucut kepundan. Material yang dapat ditemui pada bentuklahan
vulkanik bagian puncak merupakn material halus sampai sedang (abu
vulkani / tuf), pada lereng bagian bagian tengah lelehan lava lahar serta pada
bagian lereng bawah berupah endapan rempah-rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari
perut bumi ke permukaan bumi sinambung (terus menerus) dalam kurun
waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai
ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat
mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda
puncak kepundan masi terbentuk kerucut dan erupsi terus berlangsung.

2.2.4. Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan
berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil
erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) selajutnya lembah
sebagian penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan
yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari
pengikisan air tersebut dan selajutnya sungai membawa muatan sedimen
untuk di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan
(sedimen). Secara garis besar jenis-jenis lembah dapat dibedakan menjadi :
1. Jenis lembah U tumpul
2. Jenis lembah U tajam
3. Jenis lembah V tumpul
4. Jenis lembah V tajam

2.2.5. Pola Aliran


Pola aliran ini berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi
kondisi erosi dan sejara bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang
pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng,
jenis dan ketabalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan
vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto
udara, terutama pada sekala yang besar. Percabangan-percabangan dab dan
erosi yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas,
sedangkan pada sekalah menengah akan menunjukkan pola yang
menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola
pengaliran pada batuan yang berlapis batuan serta geologi struktur seprti
sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.

Tabel 2.1 Pola Pengairan dan Karateristiknya (Van Zuidam, 1985)


POLA KARAKTERISTIK
PENGALIRAN
DASAR
Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket
batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki
DENRITIK tetahanan terhadap pelapukan. Secara regional
daerah aliran memiliki kemiringan landai, jenis
pola pengaliran membentuk percabangan
menyebar seperti pohon rindang
Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlerng
sedang samapi agak curam dan dapat ditemukan
pula pada daerah bentuklahan perbukitan yang
PARALEL memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara
pola dendritik dengan pola paralel atau tralis.
Bentuklahan perbukitan yang memanjang dengan
pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan
tersebut dipengaruhi oleh perlipatan

Batuan sedimen yang memiliki kemiringan


TRALLIS perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau
batuan metasedimen derajat rendah dengan
perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola
pengaliran yang tidak menerus
Kekar dan sesar yang memiliki sudut kemiringan,
REKTANGULAR tidak memiliki perulangan lapisan batuan dan
sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak
menerus
Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa-
sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah
vulkanik disebut sebagian pola pengaliran multi
radial. Catatan : pola pengaliran radial memiliki
dua sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke
RADIAL luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah tersebut
berbentuk kubah atau kerucut, sedangkan sistem
sentripetal (menyebar kearah titik pusat) memiliki
arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan
ANURAL Struktur kubah / kerucut, cekungan dan
kemungkinan retas (stocks)
Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan
MULTIBASINAL perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar,
merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme,
pelarutan gamping dan lelehan salju (permafrost)

2.3.Stratigrafi
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang perlapisan batuan,
sehingga dapat menginterprestasikan lingkungan pengendapan, dan umur
batuan tersebut. Stratigrafi juga ilmu yang mendekripsi dan mempelajari
perlapisan batuan-batuan, mengenai penyebaran, komposisi, ketebalan, umur,
keragaman dan kolerasi lapisan batuan serta pelamparannya.
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interprestasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau kolerasi antar lapisan
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.

2.3.1. Stratigrafi Regional


Stratigrafi regional daerah telitian menurut Surwana dan Noya
(1995), dalam peta Geologi Lembar Jayapura, pegunungan cycloops dapat
dibagi menjadi beberapa satuan yang berumur Pratersier sampai Kuarter.
1. Kelompok Malihan Cycloops (pTmc)
Sekis, setempat genes, filit, amfibolit, unakit, batu pualam, aktinolit,
dan horenfels. Sekis; bersusunan Karbonat-Klorit, Klorit-Muskovit,
Muskovit-Epidot, galaukopan, aktinolit-epidot klorit, klorit-aktinolit-
staurolit, klorit-aktinolit, aktinolit-tremolit, aktinolit-kianit, aktinolit-kuarsa
dan klorit-biotit; urat-urat kuarsa setebal 50 cm; setempat mineral sulfida
akibat terobosan granit sebelum sekis mengalami alih tempat; fasies sekis
hijau yang terbentuk pada tekanan tinggi bersuhu rendah dan mungkin
berhubungan erat dengan sesar naik. Genes bersusun mika, karbonat,
horenblenda, klorit, klorit-muskovit, klorit epidot, epidot-klorit; sekitar
Daromena terlihat sisa batuan diorit. Filit, sisipan dalam sekis, amfibolit,
berupa bongkah besar. Batu pualam; putih susu; mineral kalsit, sedikit
kuarsa dan pirit. Unakit, kristalin; kuarsa, epidot, klorit hasil ubahan mineral
mafik, felspar yang umumnya terubah menjadi serisit, sedikit magnetit.
Horenfels aktinolit; kuarsa bertekstur mosaik, aktinolit, klorit, muskovit,
magnetite. Satuan batuan bersentuhan tektonik denganbatuan
ultarmafik(m).
2. Batuan Ultramafik (um)
Harsburgit, serpentinit, piroksenit dan dunit. Harsburgit, berbutir
menengah sampai kasar, mineral utama olivin sebagian terubah menjadi
antigorit dan serpepit, dan ortopiroksen,terserpentikan, sedikit mineral bijih.
Serpentinit; mineral antigorit dan sedikit piroksen. Piroksenit; mineral
piroksen jenis hipersten dan enstatit, klorit, aktinolit, tremolit, flogopit
bertekstur mata burung, kuarsa serta sedikit oksida besi. Dunit,
tersepentinkan; mineral piroksen, klorit hasil ubahan piroksen, aktinolit.
Satuan batuan terbreksikan , terkekarkan dan tersepentinkan. Setempat
rekahan diisi asbes, talkum dan kromit. Urat-urat kuarsa tebal sampai 2 m.
Bersentuhan tektonik dengan Kelompok Malihan Cycloops dan Batuan
Mafik.
3. Batuan Mafik (m).
Gabro dan diorit. Gabro; sebagian teruralitkan, terbreksikan, banyak
plagioklas dan orto-klinopiroksen, tremolit-aktinolit hasil ubahan dari
piroksen, olivin mengandung inklusi piroksen; gabro diorit tersusun dari
plagioklas dan piroksen teruralitkan, horenblenda, klorit, dan serpertin;
sekitar lajur sesar terdapat retas kecil-kecil gabro berbutir halus dalam
batuan ultramafik; sumber magma bersifat toleit samudera. Diorit, retas
dalam gabro dan ultrmafik, diorit kuarsa; banyak plagioklas, horenblenda
dan kuarsa, sedikit magnetit; sebagian plagioklas dan horenblenda terubah
menjadi klorit. Satuan batuan bersentuhan tektonik dengan Formasi
Auwewa, Satuan Ultramafik, Formasi Makats, maupun Kelompok Malihan
Cycloops.
4. Formasi Auwewa(Tema).
Lava basal, diabas dan andesit, aglomerat, breksi gunungapi, tuf,
sisipan, batugamping, grewak dan tuf pasiran gampingan. Lava basal, kekar
lapis, struktur bantal, dan amigdaloid; banyak plagioklas dan gelas, piroksen
dan sedikit mineral bijih; sebagian berupa spilit. Lava diabas (latit kuarsa-
piroksen), kelabu kehijaun, terklorotkan; banyak banyak plagioklas dan
klorit hasil ubahan dari piroksen. Lava andesit, terkoyakan; andesit
horenblenda terkloritkan dan andesit piroksen terepidotkn dan terkloritkan.
Agomerat dan breksi gunungapi, komponen basal dan andesit 1-3 cm,
matriks batupasir menengah-kasar sedikit gampingan. Tuf, kristal pasiran;
felspar dan piroksen yang sebagian menjadi limonit, dengan kepingan
mikrolit felspar den gelas serta serisit; setempat tergerus kuat, mengungkuh
bongkah dan krakal ultramafik. Sisipan batugamping, grewak dan tuf
pasiran gampingan, fosil foraminifera plangton. Satuan batuan ini hasil
kegiatan gunungapi bawah laut. Umur Eosen-Miosen. Satuan terlipat kuat.
Sentuhan dengan batuan beku basa ditandai oleh gerusan dan ubahan yang
kuat.
5. Formasi Nubai (Tomn).
Terdiri dari batugamping bersisipan biomikrit, napal, batupasir
halus, grewek batugamping tufan, tuf; setempat bersisipan kalkarenit dan
kalsipelit. Batugamping dan biomikrit berlapis baik; jelek; fosil
lepidocyclina sp., spiroclypeus sp., amphistegina sp., elphidium sp.,
globorotalia sp., globigerina sp., ganggang moluska, dan koral, umur
oligosen-miosen awal (Te bawah-atas), batupasir, halus, sisipan tebal 15
cm. Grewaka, gampingan tufan, sisipan lava andesit, tufa halus, sisipan
tebal 0.5 cm. Kalkarenit dan kalsipelit, berlapis jelak; fosil globoquadrina
sp., heterostegina sp., dan sphaerodinellopsis sp., ganggang, moluska, umur
miosen awal-miosel tengah.batugamping pelagos tufan mengandung
radiolaria. Umur satuan Eosen-Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan
diduga laut dangkal-laut dalam dekat daerah gunungapi yang giat.
Menjemari dengan Formasi Auwewa, bagian atasnya menjemari dengan
Formasi Makats, bersentuhan tektonik dengan satuan ultramafik. Tebal
satuan 350 m.
6. Formasi Makats (Tmm)
Grewak, berselihan dengan batulanau batulempung; sisipan napal
dan konglomerat; lensa dan buncak batugamping; bagian bawah bersisipasn
tuf dan breksi gunungapi. Grewake, setampat gampingn, urat kaslit mengisi
rekahan sampai 0.5 cm; struktur lampiran bersusun, lengseran, lapisan
sejajar, silang-siur dan lapisan perulangan, konglomerat, anekabahan,
pemineralan; komponen- andesit, batugamping, rijang, lempung
terkersikkan, sedimen malih, berukuran 12.5 cm, dikuasi 4-5 cm.
Batugamping, sebagian terhablurkan, setempat kalkarenit. Tuf (tufit),
bersusunan andesit-basal, berlais baik, tebal tiap lapisan 1-2 cm. Breksi
gunungapi berkomponen andesit-basal. Kumpulan fosil Globorotalia sp.,
Globigerinoides sp., Globigerina sp., Miogypsina sp., Lepidocyclina sp.,
Cycloclypeus sp. dan Operculina sp. menunjukan umur Miosen Tengah
sampai Miosen Akhir (Te atas – Tf bawah). Lingkungan pengendapan
litoral. Formasi ini berlapis baik dan terlipat kuat, setempat lapisan terbalik.
Tebal sekitar 1500 m. Menjemari dengan bagian atas Formasi Auwewa.
7. Formasi Jayapura (Qpj)
Batugamping koral-ganggang kalsirudit, kalkarenit; setempat
batugamping kapuran, batugamping napalan dan napal, berlapis jelek,
setempat berstruktur terumbu; setempat berselingan dengan batugamping
pelagos. Fosil foraminifera kecil bentos dan pelagos, koral, moluska dan
ganggang. Umur satuan plistosen. Lingkungan pengendapan laut terbuka
yang tak ada lagi bahan rombakan daratan; menindih tak selaras Formasi
Unk. Kemiringan landai ke arah selatan baratdaya dengan undak nyata.
Terangkat lebih kurang 700 m diatas permukaan laut. Tebal 400 m.
8. Kipas Aluvium (Qf)
Aluvium kasar dan fanglomerat , terpilah buruk. Terdiri terutama
dari pasir, kerakal, dan kerikil batuan Ultramafik Malihan.
9. Aluvium Endapan Pantai (Qa)
Kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur di lingkungan rawa dan
pantai,. Endapan pantai mengandung pecahan batugamping koral Resen.

2.4.Geologi Struktur
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai
akibat dari gaya yang berkerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi
struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai
bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa
kalngan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi
mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan
(fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai
suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari objek-objek
geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudra
dan sebagainya.
2.4.1. Struktur Regional Dan Tektonik
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik,
dan sesar mendatar. Arah umum struktur regional pada batuan adalah
baratlaut-tenggara, beberapa hampir mendekati barat-baratlaut, timur-
tenggara dan utara-baratlaut; selatan-tenggara terutama pada batuan Tersier.
Struktur timur-timurlaut barat-baratdaya terdapat pada batuan metamorf dan
ultrabasa, sedangkan yang hampir utara-selatan pada batugamping Kuarter
dan juga batuan metamorf.
Sejak kala Kapur sampai Miosen awal, diperkirakan telah terjadi
kegiatan gunungapi bawah laut yang membentuk Formasi Auwewa.
Kegiatan tektonik pada Oligosen Tengah menyebabkan susut laut dan pada
saat tersebut batuan ultramafik, mafik dan metamorf muncul ke permukaan,
sementara kegiatan gunungapi berlangsung terus. Pada Oligisen Akhir
sampai Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping ganggang-koral
dan batugamping pelagos tufaan dalam lingkungan laut dangkal-agak
dalam, membentuk Formasi Numbay. Pada Miosen Awal terjadi
pengendapan sedimen turbidit Formasi Makats, yang disusul oleh susut laut
pada PliosenAkhir-Plitosen. Mulai Plistosen Awal sekeliling “Tinggian
Cycloops” terjadi sedimentasi batugamping terumbu koral dalam
lingkungan laut dangkal-laut terbuka agak dalam. Pengangkatan kuat pada
Akhir Plistosen diikuti oleh suatu perlipatan dan penyesaran yang kuat pada
Formasi Jayapura serta mempertajam perlipatan pada Formasi Makats.
Kegiatan pengangkatan pada akhir pembentukan Formasi Jayapura ditantai
oleh adanya julang setinggi 750 meter. Tektonik saat tersebut berpengaruh
pada pembentukan Batuan Campuraduk dan Satuan Endapan Lumpur.
Gejala poton yang masih aktif dan keseluruhan yang diduga sesar pada
sedimen klastika kasar dan batugamping koral, serta adanya terumbu
terangkat berupa undak, menjadi bukti tektonik masih aktif (Suwarna dan
Noya 1995).
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tahap Pendahuluan


Metode yang dilakukan yaitu metode survei pemetaan geologi permukaan.
Dilakukan pengambilan data berupa data geomorfologi, deskripsi litologi,
pengkuran struktur geologi, dan dokumentasi.
Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa kelengkapan administrasi,
mengajukan judul tugas akhir, studi pustaka, diskusi dengan dosen pembimbing.
Tahap ini dilakukan di kampus Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Cenderawasih.

3.1.1. Tahap Persiapan


Tahan persiapan meliputi kegiatan pendahuluan sebelum melakukan
pangambilan data lapangan pemetaan geologi. Adapun tahap persiapan
kelengkapan terdiri atas :
 GPS berfungsi untuk menentukan posisi di lapangan.
 Palu geologi, berfungsi mengambil sampel batuan.
 Peta topografi skala 1 : 50.000, berfungsi untuk pengemplotan lokasi
mengetahui gambaran daerah penelitian dari morfologi, litologi,
maupun struktur.
 Kompas, berfungsi mengukur kedudukan struktur geologi dan
berfungsi juga untuk menentukan arah singkapan.
 Cliboard, berfungsi sebagai alat bantu dalam mengukur struktur pada
batuan.
 Buku catatan lapangan, berfungsi untuk menulis data-data dari hasil
observasi.
 Alat-alat tulis, berfungsi mencatat data-data dari hasil observasi di
lapangan dan mensketsa singkapan.
 Plastik sampel, berfungsi untuk membungkus sampel-sampel batuan.
 Kamera, berfungsi mendokumentasi singkapan..
 Tas lapangan, berfungsi membawa peralatan perlengakapan lapangan.
3.1.2. Tahap Studi Pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan sebelum melakukan penelitin dan
pengambilan data di lapangan, meliputi studi regional daerah penelitian untuk
mengetahui gambaran umum tentang data geologi pada daerah penelitian. Studi
pendahuluan juga termaksud studi literatur yaitu untuk mempelajari karateristik
dari setiap data secara langsung di lapangan sehingga mempermudah dalam
kegiatan penelitian.

3.1.3. Tahap Penelitian Lapangan


Tahap penelitian lapangan ini meliputi pengambilan data lapangan yaitu :
 Pembuatan peta lokasi untuk melakukan ploting lokasi pada saat
terjun langsung di lapangan.
 Melakukan observasi geomorfologi meliputi pengamatan
geomorfologi daerah penelitian, mengamati pola aliran sungai dan
menentukan satuan geomorfologi.
 Melakukan observasi singkapan meliputi deskripsi singkapan dan
pengambilan sampel.
 Melakukan observasi struktur meliputi pengukuran sesar dan kekar,
pengambilan data sesar dapat mengamati struktur bidang yang ada
pada batuan yang menggunakan kompas geologi. Pengambilan data
kekar dengan melakukan pengamtan singkapan dan melakukan
pengukuran pada bidang kekar.
 Melakukan dokumentasi pada setiap singkapan yang dijumpai pada
lokasi penalitian serta membuat skektsa singkapan.

3.1.4. Tahap Analisis Pengolahan Data


Dalam tahap pengolahan data-data yang diperoleh di lapangan yang dilakukan
antara lain :
 Analisis geomorfologi, ini bertujuan mengetahui satuan geomorfik
daerah penelitian.
 Analisis struktur geologi, bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur
stuktur yang ada didaerah penelitian dan mengidentifikasi
kedudukan struktur yang ada.
 Membuat penampang stratigrafi, untuk mengetahui umur pada
satuan batuan yang ada pada daerah penelitian
 Membuat peta dari hasil pengambilan data lapangan berupa peta
lintasan.

3.1.5. Tahap Penyusunan Pelaporan Dan Penyajian Data


Tahap ini dilakukan setelah semua tahap di atas selesai dilakukan
dalam tahap penulisan sikripsi ini dapat mengumpulkan data-data dan
merangkup dalam laporan tertulis dan mencangkup berbagai peta yang
termasuk dalam penelitian ini yaitu : (Peta Geomorfologi, Peta Lintasan,
Peta Geologi, dan Peta Penampang Geologi dan Kolom Stratigrafi, )
3.2. Diagram Alir Penelitian

- Persiapan Proposal
Tahap Pendahuluan - Persiapan Administrasi
- Persiapan Alat

Tahap Pengambilan - Pengamatan Geomorfologi


Data - Pengamatan Singkapan
- Deskripsi
- Pengamatan Geologi Struktur
- Dokumentasi

Tahap Analisis dan - Analisis Geomofologo


Pengolahan Data - Analisis Geologi
Struktur

- Peta Lintasan
Tahap Penyusunan dan - Peta Geomorfologi
Penyajian Data - Peta Geologi
- laporan

Skripsi

Anda mungkin juga menyukai