Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK KOMUNIKASI GEOLOGI

POTENSI SEBARAN BIJIH NIKEL LATERIT MENGGUNAKAN DATA


BOR
DI PT.ANTAM DIDAERAH POMALAA

NAMA : MUHAMMAD FAIZAL


NIM : F 121 17 036
D.PEM : MUSLIMIN U.BOTJING, ST,M.T
NIP: 197003122000321002
LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar kedua dunia setelah Rusia yang
memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi nikel dunia pada tahun 2010. Pada
wilayah Indonesia Timur khususnya pada Sulawesi tenggara yang memiliki potensi sumber daya
nikel laterit yaitu Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Untuk mengetahui potensi sumberdaya mineral yang ada serta mengidentifikasi kendala alami
maupun kendala lingkungan yang mungkin ada, maka perlu dilakukan eksplorasi terlebih dahulu
dimana kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan yang penting yang harus dilakukan sebelum
suatu usaha pertambangan dilaksanakan. Salah satu dari hasil kegiatan eksplorasi yaitu untuk
mengetahui besarnya sumberdaya bijih nikel pada daerah tempat dilakukannya kegiatan eksplorasi.
PETA GEOLOGI REGIONAL
Fisiografi Kolaka
Lembar Kolaka menempati bagian tengah sampai ujung
selatan dari lengan tenggara Sulawesi. Ada lima satuan
morfologi pada bagian tengah - ujung selatan Lengan
Tenggara Sulawesi, yaitu morfologi pegunungan, morfologi
perbukitan tinggi, morfologi perbukitan rendah, morfologi
pedataran, serta morfologi karst.
Stratigrafi Regional Lembar Kolaka
Formasi batuan penyusun peta geologi regional lembar
Kolaka diuraikan dari termuda sebagai berikut:
Aluvium (Qa), Formasi Buara (Ql), Formasi Boepinang (Tmpb),
Formasi Eemoiko (Tmpe) Formasi Langkowala (Tml) Kompleks
Pompangeo (MTpm) Formasi Matano (Km) Kompleks Ultramafik
(Ku), Formasi Meluhu (TRJm), Formasi Laonti (TRJt), dan
Kompleks Mekongga (Pzm)
Tektonika dan Struktur Geologi
Pada lengan tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan
adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo,
sistem sesar Konawe, sesar Kolaka, juga banyak sesar lainnya serta liniasi. Adanya
mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta pergeseran pada
bangunan dinding rumah maupun jalan sepanjang sesar ini menunjukan bahwa
sistem sesar Lawanopo masih aktif sampai sekarang.
Lengan Sulawesi tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni
lempeng benua berasal dari Australia dan lempeng samudra dari Pasifik. Kedua
lempeng dari jenis yang berbeda ini bertabrakan, kemudian ditindih oleh endapan
Molasa Sulawesi.
LOKASI PENELITIAN

Menurut Atmadja (dalam Suratman, 2000)


batuan ultramafik yang menyusun daerah Pomalaa
merupakan bagian dari komplek ultramafik yang
terdapat di Busur Timur Sulawesi. Pulau Sulawesi
dicirikan dengan 2 busur yang berbeda, sebelah
barat dicirikan oleh batuan granit dan granodiorit,
sedangkan busur timur 15 dicirikan dengan batuan
mafik dan ultramafik. Kompleks batuan ultramafik
yang luas terdapat pada lengan timur dan lengan
tenggara. Tektonik setting batuan ultramafik di
Busur Timur Sulawesi sama dengan tipe Alpin.
Menurut Soeria-Atmadja et al. (1972)
NIKEL LATERIT

Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses
ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di
permukaan bumi (Syafrizal kk, 2011)
Logam nikel banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless
steel). Nikel merupakan logam berwarna kelabu perak yang sebagai berikut :
1.Kekuatan dan kekerasan nikel menyerupai kekuatan dan kekerasan besi.
2.Mempunyai sifat daya tahan terhadap karat dan korosi
3.Pada udara terbuka memiliki sifat yang lebih stabil dari pada besi.
GENESA ENDAPAN NIKEL LATERIT
Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak mengandung olivine,
magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0.30% nikel (Sundari,
2012).

Profil Nikel Laterit


1. Zona Tanah Penutup
2. Zona Limonit
3. Zona Silika Boxwork
4. Zona Saprolit
5. Zona Bedrock
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
NIKEL

Faktor - faktor yang berperan penting dalam pembentukan deposit nikel laterit
(Golightly,1979) adalah:
 Sumberdaya
 Iklim
 Topografi
 Waktu
 Penyebaran endapan
 Kimia dan vegetasi
KESIMPULAN
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa
Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis.
Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga
beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan nikel laterit.
Secara umum morfologi/ topografi daerah penelitian terdiri dari kelerengan landai dan
sedang. Kelerengan landai memiliki slope sekitar 2 - 4 derajat dan kelerengan sedang memiliki
slope sekitar 4 – 8 derajat . Salah satu faktor yang berpengaruh pada pembentukan endapan
nikel laterit adalah morfologi. Daerah dengan tingkat kelerengan landai sampai sedang cukup
ideal sebagai tempat pengkayaan nikel, karena kondisi ini memenuhi syarat untuk terjadinya
proses laterisasi, dimana aliran air permukaan atau run off tidak begitu besar dan lebih banyak
yang meresap ke dalam celah bebatuan dan hal ini ikut menunjang terjadinya proses laterisasi.
Sedangkan pada kelerengan curam, erosi mekanik cukup intensif dan aliran air permukaan
lebih besar dari pada yang terserap sehingga proses laterisasi berjalan lambat.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai