Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

MORFOLOGI DAN MORFOGENESA


MINGGU KE-1
A.Sirait, A.Ilham, Depri, H.Riri, P.Arlan, Y.sutantri, Kelompok 4
Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
Adrian.119150057@student.itera.ac.id

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada hakekatnya geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology)
berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos
(shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata
tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk
permukaan bumi. Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan
tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar
ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk
pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan
(ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur
yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of
landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentangalam alamiah (natural
landscapes).

Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau


landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu:
struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam
mempelajari geomorfologi. Para ahli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk
bentangalam yang dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi,
Disamping itu juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam,
disamping memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang
melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan
pemodelan numerik. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu seperti
fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.
1.2. Tinjauan Pustaka
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan sebagai akibat terus menerus
berlangsungnya proses-proses baik yang bekerja dari dalam bumi (proses endogen) dan
proses yang berasal dari luar permukaan bumi (proses eksogen). Proses-proses tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya berbagai bentuklahan (landforms) di permukaan bumi
ini. Bentuklahan (landforms) adalah salah satu dari aspek utama obyek kajian
geomorfologi. Geomorfologi merupakan bidang keilmuan yang berkembang sangat pesat
dan mengalami penyempurnaan serta pemantapan. Menurut Suprapto Dibyosaputro
(1993) geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsi secara genetis bentuklahan dan
proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya bentuklahan tersebut serta mencari
hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam susunan keruangannya.
Terdapat empat aspek utama geomorfologi sebagai berikut: (1) morfologi mencakup
morfografi dan morfometri, (2) morfogenesa mencakup morfostruktur aktif,
morfostruktur pasif dan morfodinamik, (3) morfokronologi dan (4) morfoarangement.
Salah satu aspek morfologi. Aspek morfologi terdiri dari:
1.morfografi yang mendeskripsikan bentuklahan secara geomorfologis suatu daerah
seperti teras sungai, beting pantai, kipas aluvial dan plato.
2.morfometri yakni aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah seperti kemiringan lereng,
bentuk lereng, ketinggian, beda tinggi, kekasaran medan, bentuk lembah, tingkat
pengikisan dan pola aliran.
Kajian geomorfologi saat ini telah menemukan terapannya dalam berbagai bidang dan
dianggap memiliki arti penting untuk berbagai tujuan. Salah satu geomorfologi terapan
yang dapat digunakan adalah sebagai perencanaan pengembangan wilayah khususnya
untuk lahan pertanian. Kajian morfometri lereng sangat diperlukan pada daerah pertanian
agar dapat menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam upaya pengelolaan lahan
pertanian dengan dilakukannya konservasi tanah sebagai usaha mencegah kerusakan
tanah akibat erosi. Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan yang curam, erosi
dapat terjadi pada lapisan tanah permukaan yang berakibat terkikis dan hanyutnya
bagian-bagian tanah yang merupakan makanan bagi tanaman sehingga dapat
menurunkan kesuburan tanah. Adapun faktor penyebab dan yang mempengaruhi
besarnya laju erosi terdapat lima faktor, yaitu: (a) faktor iklim, (b) faktor tanah, (c) faktor
bentuk kewilayahan (topografi), (d) faktor tanaman penutup tanah (vegetasi), dan (e)
faktor kegiatan/perlakuan-perlakuan manusia.
II. INTERPRETASI
2.1. Morfologi
a. Bukit

Bukit adalah daerah yang lebih menonjol dari sekitarnya dengan ketinggian antara 300-
600 meter di atas permukaan laut. Bentuknya menyerupai gunung, namun jauh lebih kecil
dan lebih landai. Bukit bisa jadi obyek rekreasi, pertanian, dan hutan. Perbukitan pada
peta ditandai dengan adanya kontur yang rapat, namun tidak serapat pada terbentuknya
pegunungan yang curam. Perbukitan terbentuk pada kemiringan 16- 35 derajat.

b. Punggungan

Pada peta yang termasuk punggungan adalah bagian yang teratas pada bukit ataupun
gunung. Punggungan adalah bentukan geologis yang merupakan bagian dari pegunungan
atau perbukitan yang memiliki posisi tanah lebih tinggi dibandingkan posisi tanah di
keduan sisinya. Adanya punggungan dicirikan dengan adanya kontur yang meliuk keatas
atau cembung.

c. Lembah

Pada bagian lembah dicirikan denga bentuk v atau u pada peta yang menunjukan
keberadaan suatu lembahan, biasanya pada bagian lembahan merupakan tempat
mengalirnya sungai atau merupakan tempat keberadaan sungai. Pada peta konturnya
cenderung meliuk.

d. Dataran Aluvial

Bentuklahan dataran aluvial yang dicirikan dengan adanya material endapan aluvium
yang cukup dominan. Kemringan lereng pada bentuklahan ini relatif datar dan terdapat
banyak sungai-sungai dengan lembah yang relatif lebar dan bermeander. Hal tersebut
menujukkan adanya proses endapan yang dihasilkan oleh aktivitas sungai utama
sehingga material aluvium terdapat diatas batuan induknya. Oleh karena itu wilayah ini
disebut sebagai dataran aluvial.

e. Gawir Sesar

Gawir sesar adalah tebing curam yang terbentuk akibat sesar yang baru yang biasanya
disertai perpindahan secara vertikal. Istilah ini (fault scarps) kadang-kadang disamakan
dengan escarpments. Pada peta gawir sesar ditemukan pada daerah yang memiliki
struktur patahan dan garis kontur yang cenderung rapat karena merupakan daerah yang
tinggi atau tebing yang curam. Di gawir sesar sering kali terdapat batu yang sangat
terpecah dengan konsitensi yang keras maupun lunak. Ketinggian gawir sama dengan
perpindahan secara vertikal di sepanjang sesar. Gawir yang aktif biasanya terbentuk
melalui perpindahan tektonik, seperti saat gempa bumi mengubah ketinggian permukaan,
dan dapat disebabkan oleh jenis sesar manapun, termasuk sesar yang pergerakannya
horizontal. Perpindahan sekitar 5 hingga 10 meter per peristiwa tektonik sering terjadi

2.2. Morfometri

Pada peta tersebut terdapat beberapa morfometri diantanya yaitu terdapat relief yang
topografinya dataran yang dicirikan memiliki derajat kemiringan yaitu 0-2 derajat, tidak
adanya proses denudasi dan pada peta dicirikan berwarna hijau. 2-4 derajat dicirikan
topografi yang bergelombang lemah, pada peta berwarna hijau muda. Pada topografi
bergelombang miring dicirikan dengan adanya erosi tanah, memiliki sudut kemiringan
yaitu 4-8 derajat dan pada peta berwarna kuning. Pada topografi berbukit bergelombang
kondisi alamiahnya agak curam, banyak terjadi gerakan tanah, erosi, dan memiliki sudut
kemiringan 8-16 derajat, pada peta dicirikan dengan warna jingga. Pada kemiringan 16-
35 derajat, itu merupakan daerah yang curam, terdapat proses denudasional intensif dan
pada peta dicirikan dengan warna merah muda. Terakhir dijumpai pada peta yaitu bagian
yang berwarna merah, yang merupakan perbukitan terjal dicirikan dengan kontur yang
sangat rapat dan memiliki sudut kemiringan yaitu 35-55 derajat.

2.3. Morfogenesa
a. Morfostruktur Aktif
1. Sesar Naik

Sesar atau patahan merupakan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
melalui bidang rekahnya. Sesar naik atau Thrust fault, terjadi apabila hanging wall relatif
bergerak naik terhadap foot wall. Berdasarkan sistem tegasan pembentuk sesarnya, posisi
tegasan utama dan tegasan minimum adalah horizontal dan tegasan menengah adalah
vertikal.

2. Sesar Normal

Sesar normal atau biasanya disebut sesar turun dan dikenali juga sebagai sesar gravitasi,
dengan gaya gravitasi sebagai gaya utama yang menggerakannya. Sesar ini dicirikan
dengan adanya hanging wall yang relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya
mempunyai kemiringan yang besar.

3. Antiklin atau Sinklin

Pada peta dapat kita jumpa antiklin dan sinklin, yang mana pada antiklin merupakan
daerah perbukitan sedangkan sinklin merupakan bentukan yang lembahan atau berbentuk
U, Pada peta antiklin dan sinklin merupakan daerah yang garis konturnya cukup rapat.

b. Morfostruktur Pasif

Morfostruktur pasif adalah struktur yang di akibatkan oleh tenaga eksogen yaitu berupa
pelapukan atau erosi, dalam hal ini berupa pelapukan dan erosi bisa berupa pelapukan
kimia, fisika, dan organisme. Daerah pada peta ini yang mengalami hal tersebut di tandai
dengan warna kuning.

c. Morfodinamik

Morfodinamik merupakan suatu perubahan atau suatu proses dinamika eksogen dalam
kaitannya dengan aktivitas angin, air, es, gerak masabatuan, dan vulkanisme. Dalam hal
ini terdapat agradasi dan degradasi. Agradasi merupakan penambahan suatu massa atau
proses sedimentasi membentuk suatu perbukitan sedangkan degradasi merupakan suatu
proses berkurangnya bagian suatu bentang alam atau permukaan bumi.

III. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum mengenai Morfologi dan Morfogenesa adapun kesimpulan


dari praktikum kali ini yaitu :

1) Garis-garis kontur merupakan mewakili ketinggian dari setiap garis, jika garis kontur
rapat maka merupakan daerah yang memiliki kemiringan yang tinggi atau terjal, jika
garis kontur yang renggang merupakan daerah yang cenderung datar.

2) Suatu permukaan bumi dapat mengalami pertambahan (agradasi) yang diakibatkan


adanya proses sedimentasi dan pengurangan (degradasi) masa permukaan bumi yang
diakibatkan pelapukan, transportasi, dan erosi.

3) Bentuk permukaan bumi di pengaruhi oleh tenaga endogen dan tenaga eksogen.
4) Peta morfologi dan morfometri di dasarkan pada kerapatan garis kontur yang
menggambarkan kelerengan dan struktur geologi.

5) Warna dari setiap kontur di dasarkan pada kerapatan kontur dan ciri-ciri suatu
topografi yang ada pada klasifikasi van zuidam 1983, warna di tentukan berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Fossen, Haakon. 2010. Structural Of Geology. Cambridge University.

Puguh. 2013. Penggunaan Data Pengindraan Jauh Dalam Analisis Bentuk Lahan Asal
Proses Fluvial di Wilayah Karang Sambung. Jurnal Geografi. Vol (10). Hal 167 – 174.

Pollard, D. 2005. Fundamental of Structural Geology. Cambridge University.

Van Zuidam, R.A. 1983. Guide to Geomorphology Aerial Photographic Interpretation


and Mapping. ITC, Enschede, The Nederlands.

IV. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai