Geomorfologi adalah cabang ilmu geologiyang mempelajari bentuk permukaan bumi serta proses pembentukan dan perkembangannya. Geomorfologi mempelajari bentang alam (landscape) hingga bentuk lahan (landform). Menurut Verstappen terdapat banyak konsep mengenai pengertian geomorfologi intinya adalah berdasarkan pada bentuk lahan (landform), litologi dan struktur. Hubungan antara geologi dan geomorfologi didasarkan pada keadaan yang terjadi di bumi yang tanda-tandanya terdapat pada suatu struktur batuan. Morfometri merupakan suatu penilaian dengan angka dilakukan pada morfologi agar menentukan klasifikasi pada jenis bentuk lahan dan bentang alam. B. Penafsiran Peta Geomorfologi Sesar terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1. Litologi Berdasarkan pola garis kontur maka dapat dibedakan: Batuan keras ditandai dengan kontur rapat dan melingkar Batuan lunak ditandai dengan kontur renggang Batuan urai atau endapan alluvial Batuan karbonat atau karst 2. Struktur Berdasarkan pola garis kontur maka dapat dibedakan: Struktur lipatan ditandai dengan kontur yang jarang pada lapisan horizontal dan kontur yang rapat pada sayap lipatan Struktur kekar ditandai dengan kelurusan lembah, bukit dan sungai Struktur sesar ditandai dengan kontur yang lurus dan rapat, aliran sungai yang membelok, dan terdapat punggungan akibat patahan 3. Bentuk Lahan Bentuk lahan (landform) adalah suatu bentuk kenampakan yang berlkelanjutan dan juga sebagai penyusun permukaan bumi. Contoh bentuk lahan menurut Desaunettes adalah dataran, plato, gunung, bukit, lembah, ngarai, lereng, dan kipas aluvial. Suatu bentuk lahan akan dicirikan oleh struktur atau batuannya, proses pembentukannya, dan mempunyai kesan topografi spesifik. Verstappen (1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan asal proses, yaitu: Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Seperti kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis seperti pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai seperti dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi seperti bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak. Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin seperti gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal. Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut seperti gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser) seperti lembah menggantung dan morine. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna) seperti mangrove dan terumbu karang. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia seperti waduk, kota, dan pelabuhan.
C. Pola Aliran Sungai
Sungai memiliki pola yang mengikuti aturan dimana aliran tersebut dihubungkan percabangan anak sungai tersebut. Pola aliran sungai yang terbentuk tergantung dari kondisi topografi, geologi, dan iklim yang terdapat di dalam suatu daerah aliran sungai. Jenis pola aliran sungai yang ada, diantaranya adalah: 1. Pola Trellis Pola aliran sungai dimana letak anak sungai memiliki topografi yang paralel dan memiliki pola yang cenderung tegak lurus dan bercabang banyak dari satu sungai induk. Pola seperti ini menandakan daerah pegunungan atau dataran tinggi.
Sumber : Lulut Nugroho, 2014
Gambar 1 Pola Trellis 2. Pola Rektangular Pola aliran sungai rektangular ini memiliki induk sungai yang membentuk sudut ± 90° terhadap percabangannya. Pola rectangular dapat ditemukan di daerah pegunungan patahan (block mountains) dan biasanya disertai dengan retakan graben yang saling berpotongan.
Sumber : Lulut Nugroho, 2014
Gambar 2 Pola Rektangular 3. Pola Denritik Pola aliran sungai denritik berarti percabangan sungai cenderung sejajar dengan sungai induk dan memiliki satu muara. Pola denritik mirip seperti ranting pohon dan biasanya terdapat pada daerah yang memiliki batuan sejenis (homogen) dengan dicirikan penyebaran yang luas.
Sumber : Lulut Nugroho, 2014
Gambar 3 Pola Denritik
C. Analisis Struktur Berdasarkan Morfometri
Morfometri adalah pengukuran kuantitatif bentuk bentang alam. Bentang alam dapat diidentifikasi melalui karakteristik ukuran, elevasi dan lereng (Keller dan Pienter, 1996). Morfotektonik mempelajari tentang segala hal yang berhubungan antara struktur geologi dan bentukan lahan (Stewart dan Hancock, 1994). Morfotektonik dipengaruhi juga oleh kondisi morfologi dan proses tektonik yang pernah terjadi di suatu tempat. Pengukuran kuantitatif berdasarkan pada geomorfologi sebagai objek perbandingan bentukan lahan dan menghitung parameternya berguna untuk mengetahui karakteristik dan aktivitas tektonik di suatu wilayah. KESIMPULAN
Geomorfologi termasuk salah satu cabang ilmu geologi, dimana
geomorfologi membahas tentang bentuk permukaan bumi dan proses pembentukan ataupun perkembangan yang terjadi terhadapnya. Morfometri (morphometry) merupakan suatu penilaian kuantitatif dengan angka – angka yang jelas yang dilakukan pada bentuk lahan dipermukaan bumi, dan bertujuan agar klasifikasi yang ada untuk melakuka klasifikasi semakin tegas. Pola aliran sungai yang terbentuk tergantung dari kondisi tofografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam suatu daerah aliran sungai. Jenis – jenis pola – pola aliran sungai yang ada, yaitu Pola Trellis, Pola Rektangular, Pola Denritik, Pola Radial Sentrifugal, Pola Radial Sentripetal, Pola Paralel, Pola Annular, Pola Multi Basinal (Sink Hole) dan Pola Contorted Bentuk lahan (landform) merupakan suatu bentuk kenampakan yang memiliki bentuk khusus dan memiliki kemenerusan membentuk suatu permukaan bumi. Bentuk lahan yang ada mencakup semua kenampakan yang luas maupun kecil. Contoh – contoh bentuk lahan seperti dataran, plato, gunung, bukit, lembah, ngarai, lereng, dan kipas aluvial. DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 16 April 2019 pukul 24.02 WIB 2. Dhianti, 2012, “Morfometri Daerah Aliran Sungai”, aqdhianti.co.id Diakses pada tanggal 16 April 2019 pukul 24.43 WIB 3. Dony, 2010, “Morfometri”, dony.blog.uns.ac.id Diakses pada tanggal 16 April 2019 pukul 24.50 WIB