Kiefer, 1979).
1. Spektral adalah sifat objek didalam kemampuan benda untuk menyerap dan memantulkan
2. Spatial adalah sifat objek yang berbeda karena perbedaan aspek ruang atau dimensi
(3Dimensi).
Hal tersebut di atas juga ditunjang oleh empat komponen utama yang berperan dalam
Sensor
Unsur-unsur Dasar Interpretasi
Dalam Geologi citra penginderaan jarak jauh dikenal 2 unsur dasar interpretasi (USGS
Untuk memahami kedua unsur dasar tersebut di atas dengan baik, harus memahami dan
Dengan melakukan interpretasi citra geologi, dapat diperoleh batas penyebaran satuan
batuan, struktur geologi dan geomorfologi secara garis besar. Kondisi geologi detail, baru dapat
diketahui setelah melakukan survey atau melakukan penelitian lapangan atau pemetaan geologi.
Ciri litologi yang berbeda dapat dikenali pada citra foto, misalnya endapan pasir pantai
dan bukit-bukit pasir (sand-dunes), batugamping bertopografi karst, batuan hasil gunung api,
c. Tumbuh-tumbuhan Vegetation
Bentang alam menurut Turus Soejitno (1994) merupakan unsur penafsiran geologi yang
sangat penting. Bentang alam sangat erat hubunganya dengan geomorfologi, struktur geologi,
daya tahan batuan terhadap erosi, daya pelapukan, dan lain-lain. Bentang alam yang sekarang
terdapat di muka bumi ini bisa baru sekali mengalami siklus geomorfologi, atau mingkin sudang
berulang kali. Suatu bentang alam berupa dataran memberi gambaran umum bahwa batuan nya
adalah lunak atau mungkin merupakan endapan batuan sedimn yang masih lepas, Misalnya
endapan aluvium pantai di dataran pantai utara Jawa Barat. Suatu bentang alam merupakan
daerah yang bergelombang hampir datar memberi gambaran bahwa batuan daerah itu sedikit
agak keras, misalnya batulempung. Kalau hal ini terjadi di daerah kompleks gunung berapi,
mungkin menunjukkan adanya tuf atau lahar. Bentang alam daerah berbatuan gamping yang
cukup air bisa sangat khusus. Mungkin bentuk-bentuk dolina dan sungai di bawah tanah dapat
Suatu bentang alam berupa tonjolan-tonjolan memberi kesan bahwa batuan ditempat itu
adalah keras dan tahan erosi, misalnya batupasir, breksi, batubeku, dan lain-lain. Bentang alam
batuan granit didaerah Lampung, Sumatra pada umumnya berupa lekukan, relatif lebih rendah
dari sekitarnya yang berbatuan dasit, sedangkan daerah berbatuan malihan di Kalimantan Tengah
Bentang alam batuan hasil gunung berapi belum lanjut erosinya pada umumnya berupa
suatu gunung dengan hasil bahan letusan di endapkan pada lereng-lerengnya, dengan permukaan
yang agak rata, dan tampak seolah-olah ada kesan aliran pada permukaannya. Apabila batuan
tersebut sudah tererosi amat kuat, morfologinya akan menjadi kasar dengan puncak-puncak
runcing, tetapi kesan bahwa batuan tersebut mengalir dari satu titik pada umumnya tetap tampak.
Bentang alam dapat pula memberi petunjuk adanya struktur geologi. Suatu topografi kasar
mendadak menjadi halus dengan batas yang jelas dan hampir lurus ada kemungkinan terdapat
patahan pada batas kedua morfologi tersebut. Sebagai contoh adalah lembah Palu, Sulawesi
Tengah diapit oleh tebing yang curam. Diduga lembah Palu ini merupakan suatu terban
Graben. Suatu pergantian bentang alam yang tiba-tiba seperti yang tersebut di atas selain
disebabkan oleh adanya patahan, dapat pula disebabkan oleh suatu usia erosi yang berbeda yang
disebabkan oleh umur batuan yang berbeda, perubahan jenis batuan, adanya ketidakselarasan,
Pola aliran menurut Turus Soejitno (1994) merupakan unsur penafsiran geologi yang
amat penting. Untuk mempelajari pola aliran harus tahu dasar dari prinsip-prinsip perkembangan
geomorfologi. Sebelum dibicarakan lebih lanjut mengenai jenis pola aliran , akan dibicarakan
terlebih dahulu mengenai kepadatan aliran Drainage Density. Kepadatan aliran adalah
perbandingan antara jumlah panjang dari sungai dan anak anak sungai dari suatu tempat
dengan luas tempatnya. Kepadatan aliran ini dipengaruhi oleh kemampuan batuan untuk
melewatkan air Permeability dan daya tahan batuan terhadap erosi. Batuan lempung dan serpih
mempunyai daya tahan yang lemah terhadap erosi, dan kemampuan melewatkan air adalah kecil.
Pada daerah berbatuan demikian akan berkembang sungai-sungai yang kecil tetapi amat rapat
dengan demikian kepadatan alirannya akan tnggi sekali. Batuan pasir dan breksi atau
konglomerat mempunyai daya tahan yang kuat terhadap erosi, tetapi pada umumnya mempunyai
kemampuan yang agak besar melewatkan air. Pada daerah demkian pada umumnya mempunyai
kepadatan aliran yang sedang. Pasir, breksi, atau konglomerat lepas mudah sekali melewatkan
air. Batuan demikian mudah digerakkan air, Daerah berbatuan demikian pada umumnya
mempunyai kepadatan aliran yang rendah. Batuan beku secara umum mempunyai daya tahan
yang kuat terhadap erosi dan tidak mudah dilewati air. Daerah bebatuan demikian pada
umumnya mempunyai kepadatan aliran sungai yang diutarakan disini adalah secra mum. Selain
Pola aliran sungai adalah komposisi letak dan arah dari sungai-sungai, bisa terdiri dari
sungai konsekuen (searah dengan arah kemiringan lapisan), sungai resekuen atau rekonsekuen
(berkembang setempat tetapi searah dengan kemiringan lapisan utama), sungai obsekuen
(berlawanan arah dengan arah kemiringan lapisan), dan sungai insekuen (tidak behubungan
dengan struktur geologi atau tidak diketahui asalnya). Beberapa jenis pola aliran menurut Turus
Pola aliran dendritik dibentuk oleh sungai dan anak sungai insekuen, perkembangannya
tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lereng, struktur geologi, dan perbedaan mencolok
dari jenis batuan. Aliran-aliran sungainya yang berpola menyerupai tulang-tulang daun.
Syarat utama untuk perkembangan pola aliran ini adalah adanya keseragaman kekerasan
batuan. Pola aliran ini dapat berkembang pada batuan sedimen, batuan beku, ataupun
batuan ubahan.
Pola aliran trelis pada umumnya berkembang di daerah-daerah di mana struktur geologi
mempunyai kekerasan dan daya tahan terhadap erosi yang tidak sama, atau batuan apa
saja yang mengalami patah menjadi blok-blok paralel, sangat ideal untuk berkembangnya
Pola aliran ini perkembangannya dapat dipengaruhi oleh struktur geologi atau tidak.
Sungai-sungai mengalir terpencar dari satu titik atau menuju satu titik (centrifugal),
sangat umum terdapat di daerah gunung berapi, atau daerah yang terlipat berbentuk
kubah (dome).
Pola aliran annular pada umumnya berkembang pada daerah berstruktur kubah yang
lanjut erosinya. Sungai-sungai besar mengalir ke luar adalah sungai konsekuen, sungai
menengah yang melengkung adalah subsekuen, sungai-sungai kecil bisa resekuen atau
obsekuen.
Patahan ini pada umumnya jarang berpotongan secara tegak. Pola aliran ini pada
umumnya berkembang pada daerah berbatuan beku atau mungkin juga pada batuan
ubahan.
Pola aliran paralel pada umumnya berkembang pada suatu lereng punggungan bukit atau
pada sayap suatu perlipatan. Sungai-sungai besar pada garis besarnya adalah sejajar,
sedang anak-anak sungainya bisa mendekati dendritik. Ada kemungkinan pula pola aliran
ini berkembang di daerah berbatuan lepas yang terletak pada daerah yang sedikit miring.
Menurut Turus Soejitno (1994) setiap tumbuh-tumbuhan memerlukan unsur kimia yang
termasuk macronutrient (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S) dan sedikit micronutrient (Fe, Mn, B,
Mo,Cu, Zn, Cl, Co). Unsur-unsur kimia ini sebagian besar datangnya dari pelapukan batu yang
merupakan tanah. Jadi ada hubungan yang sangat erat antara unsur kimia tanah dan batu asalnya.
Unsur K dapat berasal dari mineral K-feldspar, Muscovit, dan Biotit. Unsur Ca dapat berasal dari
mineral plagioklas, piroksen, dan amphibol. Unsur Fe dan Mg dapat berasal dari mineral biotit,
amphibol, piroksen, olivin. Unsur P dari mineral apatit, sedangkan B dari mineral turmalin. Di
Amerika Serikat sudah banyak dilakukan percobaan untuk mengetahui adanya hubungan antara
tumbuhan penutup dengan batuan di bawahnya. Hasil dari percobaan ini memberikan hasil yang
positif. Beberapa ahli geologi berhasil memetakan jenis batuan-batuan atas indikasi tumbuh-
tumbuhan yang hidup di atasnya. Di daerah-daerah yang tinggi angka curah hujannya. Banyak
terjadi perpindahan unsur-unsur kimia dari satu tempat ke tempat lain oleh air tanah dan air
permukaan. Dengan demikian unsur kimia tanah ada kemungkinan menjadi seragam walaupun
Di daerah pantai utara Jawa Barat pernah dilakukan penafsiran foto udara dalam
hubungan mencari bukti adanya hubungan antara litologi batuan dengan tumbuhan penutup. Di
daerah dekat laut terdapat contoh adanya hubungan antara kerapatan dan jenis tumbuh-tumbuhan
dengan sifat batuannya. Di atas daerah berbatuan pasir pematang pantai hidup pohon-pohon
kelapa dengan subur dan rapat. Tanaman kelapa ini lebih subur dari tanaman sejenis disekitarnya
yang berbatuan lempung. Selain itu di daerah berbatuan lempung terdapat tumbuh-tumbuhan lain
yang kecil dan pendek. Pohon kelapa yang tumbuh di atas pasir pematang pantai tampak tersebar
sempit memanjang. Batuan endapan aluvium biasanya dibedakan selain dari rona foto, juga
pasir pada umumnya lebih jarang daripada di daerah berbatuan lempungan. Tanaman pada
umumnya berkumpul di lembah-lembah, sehingga dapat dikenal pada foto sebagai kelurusan-
kelurusan (lineaments) yang mungkin sekali memberi tanda adanya rekahan dan patahan.
Tanaman juga dapat tumbuh subur di daerah kontak antara batuan lulus air dan batuan kedap air
Kebudayaan / Culture
Kebudayaan alam ini menurut Turus Soejitno (1994) adalah bentuk-bentuk alam yang
terjadi oleh pekerjaan manusia. Kebudayaan alam oleh hasil pekerjaan manusia, misalnya adanya
sawah atau tambak ikan di dekat pantai. Kebudayaan ini pada umumnya terjadi pada batuan
aluvium yang terdiri dari lempung atau pasir lempungan. Kebudayaan alam secara alami,
misalnya adanya undak-undak sungai. Adanya undak-undak sungai yang berpasangan, pada
menunjukkan adanya suatu meander yang terpotong. Pada waktu melakukan penafsiran untuk
mencari bahan bangunan, adanya oxbow ini adalah penting, karena di tempat ini ada
kemungkinan dapat di temukan endapan pasir dan kerikil halus. Adanya triangular facets dan
talus alluvial fans dapat merupakan indikasi adanya patahan. Adanya aliran sungai yang tidak
seimbang dengan lebar lembahnya dapat menunjukkan kalau tidak karena perubahan musim,
1986), yaitu;
Tekstur / Texture
Pola / Pattern
Bentuk / Shape
Ukuran / Size
Bayangan / Shadow
foto. Rona menurut Sutanto (1986) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada
citra. Rona dipengaruhi oleh : letak objek terhadap matahari, warna objek yang dibuat citranya,
kasar-halusnya permukaan objek, musim atau iklim, macam film atau filter yang dipergunakan
dan proses pencetakan film. Benda yang banyak memantulkan cahaya matahari akan tampak
cerah, sedangkan yang menyerap cahaya matahari akan menghasilkan rona abu-abu atau gelap
atau hitam sama sekali. Secara relatif rona dibagi menjadi beberapa tingkat yaitu cerah, abu-abu
dan hitam. Kadang-kadang rona masih diperinci lagi menjadi amat cerah, cerah, cerah abu-abu,
abu-abu cerah, abu-abu gelap, gelap abu-abu, gelap dan amat gelap (hitam). Dalam studi
kuantitatif, penggunaa alat pengukur rona yang disebut densitometer sangat baik untuk
mengukur rona yang disebabkan oleh kenampakan-kenampakan geologi tertentu. Rona yang
nampak pada citra dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain batuan, sesar, tanah hasil
Soil atau tanah hasil pelapukan batuan yang mengandung oksida besi mewakili warna
merah atau merah tua. Pada citra foto akan nampak rona abu-abu atau abu-abu gelap. Batuan
yang komposisinya berbeda dapat menghasilkan soil yang berwarna sama, sehingga pada foto
ronanya akan tampak sama. Sebagai contoh batulempung atau serpih yang mengandung karbon
dan batu gamping dapat menghasilkan soil berwarna hitam. Sekis mika, diorit atau andesit,
breksi vulkanik, batu rijang berlapis berseling dengan batu gamping merah dapat memberikan
soil berwarna merah. Kekasaran permukaan batuan dapat menyebabkan pembauran cahaya yang
dapat menghasilkan rona abu-abu. Tumbuhan alam maupun buatan manusia dapat
mempengaruhi rona foto. Bagian-bagian yang berklorofil, pada foto udara pankromatik
menimbulkan rona abu-abu sampai gelap, sedangkan foto udara infra merah menimbulkan rona
cerah. Seringkali pada foto udara terlihat rona gelap yang berbentuk garis-garis lurus, garis-garis
lengkung atau garis-garis berpotongan. Ini antara lain disebabkan karena, pada umumnya di
daerah lunak terdapat sesar atau kekar yang membentuk lembah-lembah yang merupakan tempat
terkumpulnya soil yang relatif tebal dan menghasilkan rona gelap. Gejala ini penting untuk
analisis struktur geologi daerah yang diinterpretasikan. Pada batuan yang segar dan tidak tertutup
vegetasi atau budaya manusia ada hubungan yang erat antara komposisi batuan dengan ronanya
pada foto. Pada umumnya batuan yang lebih banyak mengandung kuarsa akan mempunyai rona
yang lebih cerah pada foto. Batuan beku yang lebih asam seperti granit memperlihatkan rona
yang lebih cerah dari pada andesit atau basal yang berkomposisi lebih basah. Batuan sedimen
yang sedikit mengandung kuarsa seperti batulempung vulkanik atau serpih memperlihatkan rona
lebih gelap dari pada batupasir kuarsa. Batugamping yang berwarna putih, batulempung vulkanik
atau batupasir vulkanik yang berwarna putih, memperlihatkan rona cerah pada foto. Makin kotor
batuan tersebut karena tercampur oleh lempung, maka ronanya akan semakin gelap pada foto
(Sutanto, 1986).
Tekstur / Texture
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillsand dan Kiefer, 1979) atau
pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes
dan Simonett, 1975 dalam Sutanto, 1986). Menurut Sutanto (1986) Tekstur sangat berkaitan
dengan rona foto, bentuk, ukuran dan pola. Tekstur bisa dinyatakan dengan halus, sedang dan
kasar. Tekstur halus biasanya dihasilkan oleh batuan yang homogen, misalnya batulempung.
Pola / Pattern
Menurut Lillsand and Kiefer (1979) Pola adalah hubungan susunan spasial obyek.
Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak obyek
alamiah maupun bangunan, dan akan memberikan suatu pola yang membantu penafsir untuk
mungkin disebabkan oleh sesar, kekar atau batas perlapisan batuan. Pola penyebaran batuan yang
melengkung menunjukkan antiklin dan sinklin yang menunjam. Pola pengaliran pada umumnya
dengan obyek lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
Menurut Turus Soejitno (1994) Menafsirkan geologi dari foto udara suatu daerah yang
sempit, yang tidak diketahui hubungannya dengan keadaan sekitarnya pada umumnya sangat
sukar. Kesukaran itu sangat mungkin akan dapat diatasi apabila hubungannya dengan sekitarnya
dapat terlihat. Penafsiran penyebaran hasil gunung berapi dapat diambil sebagai contohnya. Hasil
letusan gunung berapi, misalnya lahar dan lava biasanya tersebar memancar dari satu titik, yaitu
lubang kepundan. Apabila kita harus menafsir foto udara daerah demikian, tetapi dalam hal ini
lubang kepundanya sendiri tidak tampak pada foto udara, mungkin kita tidak langsung dapat
mengenalnya. Tetapi bila hubungan nya dengan kepundannya tampak, maka penafsirannya akan
jauh lebih mudah. Penafsiran yang menyangkut struktur, misalnya patahan pada daerah
berbatuan gamping. Apabila suatu daerah sudah diketahui berbatuan gamping dan di situ terdapat
lekukan sempit yang memanjang, maka bentuk demikian kemungkinan sebagai patahan, bukan
Bentuk beberapa obyek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangkas suatu
obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali
Sedangkan menurut Turus Soejitno (1994) Beberapa bentuk tertentu pada foto udara sangat
erat hubungannya dengan keadaan geologinya. Suatu sumbat kepundan gunung berapi pada
umumnya dapat dikenal pada foto udara dari bentuknya yang menyerupai kerucut yang
tertelungkup. Demikian pula misalnya suatu dolina yang menyerupai kerucut terlentang pada
suatu daerah dengan curah hujan cukup tinggi dapat menunjukkan adanya batuan gamping.
Suatu bidang lapisan kadang-kadang tampak pada foto udara sebagai beberapa garis yang pada
umumnya saling sajajar. Bentuk garis-garis yang sejajar ini kadang-kadang tampak melengkung
menyerupaisetengah lingkaran yang oval. Bentuk lengkungan yang oval ini disebabkan hinge
dari perlipatan tersebut menunjam. Di sampingbentuk oval tersebut dapat menunjukkan bahwa
hinge perlipatan tersebut menunjam, puncak dari bentuk oval ini menunjukkan letak yang tepat
dari sumbu lipatanya. Arah kemiringan bidang lapisan batuan dapat ditentukan dengan melihat
bentuk V dari perpotongan lapisan tersebut dengan sungai atau cekungan lembah lainnya.
Apabila ujung runcing dari bentuk V searah dengan aliran sungai menunjukkan bahwa arah
kemiringan bidang perlapisan batuan adalah searah dengan arah aliran sungai. Sebaliknya
apabila arah ujung runcing bentuk V berlawanan arah dengan arah sungai, menunjukkan bahwa
arah bidang perlapisan batuan itu berlawanan arah denganarah sungai. Suatu bidang perlapisan
batuan yang tidak terlipat, masih mendatar, tampak pada foto udara di bagian yang memotong
Bentuk penampang melintang suatu sungai atau anak sungai kecil pada umumnya dapat memberi
gambaran batuan di tempat itu. Penampang sungai berbentuk V biasanya terjadi pada daerah
berbatuan berbutir kasar, misalnya breksi atau pasir kasar. Penampang sungai berbentuk U
biasanya terjadi pada daerah berbatuan lempung pasiran yang tidak terlalu kompak. Penampang
Ukuran / Size
Ukuran menurut Sutanto (1986) adalah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas,
tinggi, lereng dan volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala,maka di
dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.
sangat menolong penafsir geologi. Misalnya suatu batuan sedimen tampak pada suatu pasangan
foto udara mempunyai rona foto gelap. Kebetulan singkapan batuan tersebut sangat jelas,
sehingga dapat diukur baik sudut kemiringan lapisan dan ketebalannya. Pada pasangan foto lain
tampak ada batuan yang serupa tetapi mempunyai rona foto yang terang. Untuk mengkorelasikan
bahwa batuan yang kedua adalah serupa dengan batuan yang pertama perlu data penguat
misalnya tebal lapisan. Apabila hasil pengukuran batuan di tempat kedua sama dengan hasil
pengukuran ditempat pertama maka ada kemungkinan bahwa batuan dikedua tempat itu dapat
dipersamakan. Suatu pelurusan pada foto udara dapat menunjukkan adanya patahan. Pelurusan
demikian pada umumnya berukuran panjang. Pelurusan-pelurusan pendek yang saling
Bayangan / Shadow
Menurut Sutanto (1986) Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
berada di daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangan.
Sedangkan menurut turus Soejitno (1994) Bayangan pada foto udara sebenarnya hanya
banyak dipergunakan dalam penafsiran di bidang pertanian dan geografi, misalnya untuk
mengukur tinggi pohon dan mengenal jenis bangunan. Dalam bidang geologi foto bayangan
kadang-kadang dapat untuk mengenal suatu sumbat gunung berapi. Sumbat gunung berapi
biasanya berupa kerucut. Kerucut demikian kadang-kadang bisa tampak bayangannya pada foto
udara. Masih dalam penafsiran daerah gunung berapi, adanya gawir batas kaldera juga bisa
tampak dari bayangannya. Kegunaan utama unsur bayangan di dalam geologi foto adalah untuk
menafsir geologi daerah yang hampir rata. Perbedaan ketingian yang sebenarnya sedikit sekali,
oleh karena adanya bayangan ini, perbedaan tersebut dapat lebih dipertegas. Ini sangat penting
untuk penafsiran struktur geologi daerah yang demikian . Apabila tidak terdapat bayangan sama
sekali, efek bentuk stereo daerah demikian kurang baik. Apabila pemotretan dilakukan pada
waktu sinar matahari datangnya masih terlalu miring, akibatnya akan terdapat banyak bayangan
pada daerah yang berbukit-bukit. Bayangan-bayangan ini kadang-kadang menutupi data geologi
yang sangat penting. Ditinjau dari segi bayangan, pemotretan yang paling baik dilakukan pada