Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

ACARA 3
POLA PENGALIRAN

NAMA : ANGGA APRILIANDI


NIM : 2009086021
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASSISTEN : M. FARDIYANSYAH RAHMADANI
NIM : 1709085027

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomorfologi adalah ilmu tentang bentukan muka bumi beserta aspek-aspek yang
mempengaruhinya. Dimana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi,
mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai satu cakupan
kenampkan sebagai bentang alam

Topografi yang tinggi umumnya memiliki batas pemisah air yang memisahkan arah aliran air
runoff ke dalam cekungan yang berbeda didasarkan atas orientasi dari kemiringan lerengnya.
Salah satu yang mengendalikan jumlah air yang berada dalam sungai di setiap lokasi adalah
luas areal permukaan yang terdapat di dalam drainage basin tersebut dan hal ini merupakan
fungsi dari batas pemisah pengaliran. Sebagai contoh adalah batas pemisah air untuk pulau
Jawa adalah puncak-puncak gunung api yang membujur dari barat ke timur yang memisahkan
aliran sungai-sungai yang mengalir ke utara (laut Jawa) dan ke selatan (samudra Hindia).

Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran
tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini
sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas
dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi
dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air
permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.

Oleh karena itu dilakukan praktikum Geomorfologi tentang pola aliran ini untuk mengetahui
macam-macam bentuk pola pengaliran, untuk membedakan berbagai macam-macam pola
pengaliran serta dapat mengetahui posisi sungai utama, anak sungai dan sungai liar dalam peta
topografi
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan pada praktikum ini yaitu :
- Untuk Mengetahui apa fungsi diagram kipas
- Untuk Mengetahui apa itu pola aliran rectangular
- Untuk Mengetahui notasi diagram kipas pada pola aliran dendiritik di arah 331-340
BAB II
DASAR TEORI

Geomorfologi sebenarnya dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perubahan-
perubahan pada bentuk muka bumi dan secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta
perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan
struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada
bentuk permukaan itu Dalam bahasa Indonesia banyak orang memakai kata bentangalam
sebagai terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat
diterjemahkan menjadi Ilmu Bentang alam
(Noor, 2014)

Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka bumi, umpamanya
bila seseorang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah dapat dikatakan pula bahwa
orang tersebut menceritakan geomorfologi atau bentangalam daerah itu. Pada awalnya orang
memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajan romanmuka numi in Di Erora fisiografi
didefinisikan sebagal ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi,
oceanografi, dan geografi. Akan tetapi di Amerika pemakaian kata fisiografi untuk bidang ilmu
yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi.
Mereka lebih cenderung untuk memakai kata geomorfologi dan sering kedua kata itu dicampur-
adukkan.
(Noor, 2014)

Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran sungai pada daerah lemah tempat erosi
mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air permukaan mengalir
dan berkumpul. Citra satelit yang paling baik untuk mengetahui pola aliran adalah citra radar.
Interpretasi pola aliran dilakukan dengan pemanfaatan data penginderaan jauh (baik citra foto
atau non foto) dengan menampakkan 3 dimensional sehingga hasil gambaran yang
didapatkanakan Maksimal. Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan
membentuk pola pengaliran tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola
pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola
berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi bawah
permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan (surface runoff)
meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi. Dari penjelasan sebelumnya
dapat diketahui bahwa pola pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh: topografi, litologi,
bentuk lahan, struktur geologi, tingkat erosi, dan iklim (Sutanto, 1999).

Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran
tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini
sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas
dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi
dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air
permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
(Noor,, 2012)

Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan pengaliran
sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan cabang-cabangnya disatu
wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola pengaliran sungai
disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi,
struktur dan litologi batuan dasarnya. (Noor, 2012)

Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut:

1. Pola Aliran Dendritik

Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai
struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan
yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang
dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang
tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat)
sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar
(renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas.
Mengapa demikian ? Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi
sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten
cenderung akan lebih mudah di-erosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem
pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola
jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan yang
resisten akan membentuk tekstur kasar.

2. Pola Aliran Radial

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial
dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunung api atau bukir intrusi. Pola
aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentang alam kubah (domes) dan
laccolith. Pada bentangalam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan
kombinasi dari pola radial dan annular.

3. Pola Aliran Rectangular

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut
saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga
memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola
pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran
rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya
mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana
singkapan batuannya lunak.

4. Pola Aliran Trellis

Pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai
di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus
disepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua
sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga
menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk
pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin.
Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah
searah dengan sumbu lipatan.

5. Pola Aliran Centripetal

Pola aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola radial, dimana
aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran
centripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan baratlaut
Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, dimana pada
musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran
garam terbentuk ketika air danau mengering.

6. Pola Aliran Annular

Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial
dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah downstream aliran kembali bersatu. Pola
aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)

Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang
curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran
sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang
sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng
dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala meng-
indikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya
terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola
aliran trellis, dendritik, dan paralel.
(Noor, 2012)

Beberapa aspek dari pola pengaliran sungai menjadi sangat penting untuk
Pertimbangan dalam interpretasi geomorfologi, terutama :
1. Klasifikasi genetik sungai, hubungan sungai dengan kemiringan asli, batuan yang berada
dibawah aliran sungai, dan struktur geologi
2. Tahapan perkembangan suatu sungai
3. Pola pengaliran sungai
4. Anomali pengaliran dalam suatu pola aliran
5. Karakteristik detail seperti gradien sungai, kerapatan sungai bentuk cekungan dan
ukuran/dimensi kemiringan cekungan dan kemiringan bagian hulu suatu lembah
6. Jentera Geomorfik
(Noor, 2014)

Morfologi sungai adalah bentuk bentuk bentangalam yang terbentuk oleh aktivitas dan proses
fluviatil. Material material yang berukuran pasir kasar hingga kerikil akan terakumulasi
disepanjang saluran sungai, yaitu disepanjang aliran air yang terdalam atau disepanjang
aliran/arus yang terkuat karena pada kecepatan arus yang tinggi butiran-butiran sedimen yang
lebih halus akan terbawa arus. Endapan material tersebut dikenal sebagai Gosong Pasir (Bar).
Ke arah bagian tepi saluran sungai, kecepatan arus melemah dan butiran-butiran material yang
lebih halus akan terakumulasi dan terendapkan sebagai endapan Tekuk Sungai (Point bar).
Selama banjir, dataran banjir akan digenangi air yang memungkinkan butiran-butiran sedimen
yang lebih halus diendapkan dan semakin jauh dari alur sungai butiran sedimen yang
diendapkan semakin halus lagi, daerah dataran banjir dikenal sebagai bentangalam Dataran
Banjir (Flood plain). Kebanyakan dari daerah dataran banjir tersusun dari endapan pasir dan
lumpur, sedangkan pasir yang kasar diendapkan ditepi saluran sungai utama dan dikenal
sebagai Tanggul-alam (Levees), yaitu akumulasi endapan yang sejajar dengan arah saluran
sungai hasil dari proses fluviatil (sungai) antara lain adalah:

1. Morfologi Kipas Aluvial (Alluvial Fan)

Morfologi Kipas Aluvial adalah bentangalam yang menyerupai bentuk kipas, umumnya
terbentuk dibagian kaki lereng suatu perbukitan dan biasanya berada di daerah yang
beriklim arid. Kipas alluvial terbentuk pada sungai yang mengalir dari suatu berbukitan
dengan gradien lereng yang curam ke arah lereng yang landai dari suatu dataran dan
material material lepas yang diangkut oleh air sungai diendapkan.

2. Morfologi Sungai Bersirat (Braided-streams)

Morfologi Sungai Bersirat merupakan bentuk bentangalam hasil dari proses pengendapan
yang disebabkan oleh saluran air sungai yang berpindah-pindah. Sungai teranyam
umunya berkembang di daerah tekuk lereng dan terjadi karena adanya perubahan
kecepatan arus dari arah lereng yang kuat berubah menjadi lambat ketika sampai
kemedan yang relatif datar. Hal ini yang membuat saluran air selau berpindah pindah
sesuai dengan perkembangan arusnya.

3. Morfologi Tekuk Sungai (Pointbar Rivers)

Morfologi Point Bar adalah bentuk bentangalam yang berada pada kelokan sungai bagian dalam
yang merupakan hasil pengendapan sungai pada bagian dalam dari suatu kelokan sungai
(meander).

4. Morfologi Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)

Morfologi Danau Tapal Kuda adalah bentangalam yang berupa danau yang bentuknya
menyerupai tapal kuda. Bentuk tapal kuda berasal saluran air sungai yang telah
ditinggalkan dikarenakan terjadinya pemotongan meander sungai. Akibat dari
pemotongan ini menyebabkan meander terisolasi dari saluran utamanya dan pada
akhirnya membentuk danau.
(Noor, 2012)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Pensil mekanik
- Drawing pen 0,2/0,3/0,5
- Penghapus
- Penggaris sablon
- Spidol warna biru
- Busur 360°

3.1.2 Bahan
- Kertas form peta
- Kertas kalkir
- Kertas HVS A3

3.2 Prosedur Percobaan


- Disiapkan alat dan bahan.

Gambar 3.1 Alat dan Bahan


- Tracing pola aliran yang ada pada peta

Gambar 3.2 Dilakukan Tracing Pada Pola Aliran Sungai


- Analisis Pola Aliran

Gambar 3.3 Dilakukan Analisis Pola Aliran Pada Alur Liar


- Menyalin Kontur dan pola aliran pada kalkir

Gambar 3.4 Menyalin Kontur dan pola aliran pada kalkir


- Menentukan arah dan gaya pada pola aliran

Gambar 3.5 Menentukan arah dan Gaya pada pola aliran menggunakan busur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel pengamatan pola pengaliran dendritik
N Ar Not Frekuensi
o ah asi

1 0-10 181-
190

2 .11-20 191- I
200

3 21-30 201-
210

4 31-40 211- I
220

5 41-50 221- I
230

6 51-60 231- II
240

7 61-70 241- I
250

8 71-80 251-
260

9 81-90 261-
270

1 91- 271-
0 100 280

1 101- 281-
1 110 290

1 111- 291- II
2 120 300

1 121- 301-
3 130 310

1 131- 311-
4 140 320

1 141- 321-
5 150 330
1 151- 331- II
6 160 340

1 161- 341-
7 170 350

1 171- 351-
8 180 360

4.1.2 Tabel pengamatan pola pengaliran rectangular


N Ar Not Frekuensi
o ah asi

1 0-10 181- I
190

2 .11-20 191-
200

3 21-30 201-
210

4 31-40 211-
220

5 41-50 221- I
230

6 51-60 231- I
240

7 61-70 241-
250

8 71-80 251-
260

9 81-90 261-
270

1 91- 271-
0 100 280

1 101- 281-
1 110 290

1 111- 291-
2 120 300

1 121- 301-
3 130 310

1 131- 311-
4 140 320

1 141- 321-
5 150 330

1 151- 331- I
6 160 340

1 161- 341- I
7 170 350

1 171- 351-
8 180 360
4.2 Diagram Kipas
4.2.1 Diagram Kipas pola pengaliran dendritik
4.2.2 Diagram kipas pola pengaliran rectangular
4.3 Gambar pola pengaliran
4.3.1 Pola aliran dendritik
4.3.2 Pola aliran rectangular
4.1Pembahasan
4.4.1 Pembahasan Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur
pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang
homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh
jenis batuannya. Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses
pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah di- erosi
membentuk alur-alur sungai.
4.4.2 Pembahasan Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling
tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air
mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan
saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di
daerah yang wilayahnya terpatahkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran
rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur
kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.

Pada tabel dendritik didapatkan arah 11˚-20˚ dengan notasi 1, 31˚-40˚ notasi 1, 41˚-50˚ notasi 1,
51˚-60˚ notasi 2, 241˚-250˚ notasi 1, 291˚-300˚ notasi 2, 331˚-340˚ notasi 2. Sedangkan, pada
tabel rectangular didapatkan arah 21˚-30˚ notasi 1, 31˚-40˚ notasi 1, 41˚-50˚ notasi 1, 61˚-70˚
notasi 1, 91˚-100˚ notasi 1, 291˚-300˚ notasi 1.
Diagram kipas (Rose) adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari struktur. Pada
diagram kipas dendritik dan rectangular cara membuatnya ditarik garis sesuai dengan notasi
yang didapatkan. Arah dan notasinya sebagai berikut, arah 11˚-20˚ dengan notasi 1, 31˚-40˚
notasi 1, 41˚-50˚ notasi 1, 51˚-60˚ notasi 2, 241˚-250˚ notasi 1, 291˚-300˚ notasi 2, 331˚-340˚
notasi 2. Sedangkan, pada tabel rectangular didapatkan arah 21˚-30˚ notasi 1, 31˚-40˚ notasi 1,
41˚-50˚ notasi 1, 61˚-70˚ notasi 1, 91˚-100˚ notasi 1, 291˚-300˚ notasi 1.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu :
- Diagram kipas adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari usur-unsur struktur
yang datanya hanya satu unsur pengukuran saja. Tabulasi data:data pengukuran di
masukkan dalam suatu tabel sehingga mempermudah proses pembuatan diagram.
- Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut
saling tegak lurus
- Untuk Peta topografi daerah silengkong pada pola aliran dendritic didapatkan arah 331-340
notasinya adalah II

5.1 Saran
Sebaiknya kegiatan Praktikum Geomorfologi selanjutnya dapat pula diberikan video
pembelajaran kepada praktikan agar kedepannya dapat lebih paham dan belajar kembali
berdasarkan video yang telah diberikan
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi (Edisi Kedua). Bogor : Universitas Pakuan

Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi . Yogyakarta : Deepublish

Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh, Jilid 1. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai