Anda di halaman 1dari 19

MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI

A. PENDAHULUAN

Menurut Asdak (2002) daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang

jatuh pada daerah akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. Air hujan akan

terkumpul, tersimpan dan tersalurkan dalam sistem sungai. Permasalahan hidrologi daerah tangkapan air lebih ditekankan pada tinjauan

menyeluruh komponen-komponen hidrologi, pengaruhnya satu terhadap yang lain serta kaitannya dengan komponen lain di luar jalur hidrologi.

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu

kesatuan. Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen penyusunnya (Asdak, 2002). Besar kecilnya

ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. Daerah aliran sungai (DAS) dapat dianggap

sebagai suatu ekosistem. Pada suatu ekosistem terdapat hubungan antara lingkungan biotik, lingkungan abiotik, dan lingkungan budaya yang saling

berinteraksi dari berbagai fungsi komponen untuk membentuk satu kesatuan yang teratur. Ekosistem DAS dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu

DAS bagian hulu, DAS bagian tengah dan DAS bagian hilir. Ketiga bagian DAS tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda. DAS adalah suatu

sistem dalam hidrologi, sehingga di sini terdapat sistem masukan dan sistem keluaran.

1
Daerah Aliran Sungai dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai.

Garis batas antara DAS ialah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan sewaktu menyentuh tanah, ke masing-

masing DAS. Setiap DAS besar adalah gabungan dari beberapa DAS sedang/Sub DAS besar, dan DAS sedang adalah gabungan dari beberapa

DAS kecil, demikian seterusnya sampai DAS kecil-kecil yang dapat dengan mudah dibedakan di lapangan. (Loebis dkk, 1993).

Pengelolaan DAS merupakan suatu formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan

manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa merusak sumberdaya air dan tanah (Asdak,

2002). Dalam rangka pengembangan DAS maka pengetahuan tentang karakteristik fisik dan hidrologi DAS merupakan suatu hal yang penting.

Adanya perubahan-perubahan di DAS dapat mengakibatkan berubahnya kondisi hidrologi DAS. Dengan demikian kondisi hidrologi DAS dapat

merupakan indikator keberhasilan pengelolaannya.

B. Karakteristik Fisik DAS

Parameter-parameter karakteristik fisik DAS yang perlu diketahui terutama pola aliran sungai, alur sungai dan morfometri DAS meliputi

luas DAS, panjang aliran dan lebar DAS, kemiringan sungai, orde dan tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, koefisien bentuk DAS, total

basin relief dan relief ratio. Kondisi penutupan lahan, faktor relief, infiltrasi, koefisien aliran dan debit puncak akan sangat berpengaruh terhadap

kondisi hidroligi DAS yang berhubungan dengan hasil air dan kondisi kualitas air di DAS tersebut.

2
1. Pola aliran

Soewarno (1991) menyatakan bahwa sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu aliran sungai dihubungkan oleh suatu

jaringan satu arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola tertentu. Pola itu

tergantung dari kondisi topografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS yang bersangkutan. Secara keseluruhan kondisi tersebut

akan menentukan karakteristik sungai di dalam bentuk polanya. Beberapa pola aliran yang terdapat di Indonesia, antara lain :

a). Radial

Pola ini biasanya dijumpai di daerah lereng gunung api atau daerah topografi berbentuk kubah, misal sungai di lereng Gunung Semeru

di Jawa Timur, Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Gunung Ijen di Jawa Timur, Gunung Slamet di Jawa Tengah.

b). Rektangular

Terdapat di daerah batuan kapur, misal di daerah Gunung Kidul di Daerah Istimewa Yogyakarta.

c). Trellis

Biasanya dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen di daerah pegunungan lipatan, misalnya di daerah pegunungan lipatan di

Sumatera Barat dan di Jawa Tengah.

d). Dendritik

3
Pola ini pada umumnya terdapat pada daerah dengan batuan sejenis dan penyebarannya luas. Misalnya suatu daerah oleh endapan

sedimen yang luas dan terletak pada suatu bidang horisontal di daerah dataran rendah bagian timur Sumatera dan Kalimantan.

2. Alur sungai

Soewarno (1991) menyatakan bahwa secara sederhana alur sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a). Bagian hulu

Bagian hulu merupakan daerah sumber erosi karena pada umumnya alur sungai melalui daerah pegunungan, perbukitan atau lereng

gunung api yang kadang-kadang mempunyai cukup ketinggian dari muka laut. Alur sungai di bagian hulu ini biasanya mempunyai

kecepatan aliran yang lebih besar daripada bagian hilir, sehingga pada saat banjir material hasil erosi yang diangkut tidak saja partikel

sedimen yang halus akan tetapi juga pasir, kerikil bahkan batu. Keadaan demikian menyebabkan sulitnya melaksanakan pengukuran

debit secara langsung pada saat banjir. Untuk mengatasi hal ini biasanya pengukuran debit dilaksanakan secara tidak langsung.

b). Bagian tengah

Merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan hilir. Kemiringan dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih

kecil daripada bagian hulu. Merupakan daerah keseimbangan antara proses erosi dan pengendapan yang sangat bervariasi dari musim

ke musim.

c). Bagian hilir

4
Biasanya melalui daerah pedataran yang terbentuk dari endapan pasir halus sampai kasar, lumpur, endapan organik dan jenis endapan

lainnya yang sangat labil. Oleh karena itu alur tersebut mempunyai kemiringan dasar sungai yang landai sehingga kecepatan

alirannya lambat, keadaan ini memungkinkan menjadi lebih mudah terjadi proses pengendapan.

3. Morfometri DAS

Morfometri adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan alur sunga secara kuantitatif (Soewarno,1991). Analisis

morfometri dapat dilakukan dengan cara pengukuran melalui Peta Topografi. Aspek-aspek morfometri yang dianalisa meliputi luas DAS, panjang

aliran, lebar DAS, kemiringan sungai, indeks tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, koefisien bentuk DAS, total basin relief dan relief ratio.

a). Luas DAS

Soewarno (1991) menyatakan bahwa garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air

hujan ke masing-masing DAS. Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta topografi. Perhitungan luas DAS

menggunakan software Arcview dari peta daerah DAS tersebut.

b). Panjang aliran dan lebar DAS

Panjang aliran adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang sungai induk, sedangkan lebar sungai dihitung

berdasarkan luas DAS dibagi panjangnya. Panjang dan lebar DAS dapat memberikan gambaran bentuk suatu DAS (Soewarno, 1991).

c). Kemiringan sungai

5
Kemiringan rata-rata adalah beda ketinggian antara titik tertinggi dari dua titik yaitu antara ketinggian titik tertinggi dan ketinggian titik

pengukur debit pada sungai utama dengan panjang sungai yang terdapat di antara dua titik tersebut (Suharyono, 1996).

d). Orde dan tingkat percabangan sungai

Alur sungai di dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam

urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Berdasarkan cara Strahler (1979) dalam Soewarno (1991), alur sungai paling hulu yang

tidak mempunyai cabang disebut dengan orde pertama, pertemuan orde pertama dengan orde kedua disebut orde kedua. Demikian seterusnya

sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde yang paling besar , seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar : Orde sungai (Strahler, 1979).

6
Berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde dapat ditentukan angka indeksnya yang mengatakan tingkat percabangan sungai.

Menurut Strahler (1979) dalam Soewarno (1991), indeks tingkat percabangan sungai (Rb) dapat disimpulkan sebagai berikut :

(1). apabila nilai Rb lebih kecil dari 3 maka jalur sungai tersebut akan mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat, sedangkan

penurunannya berjalan lambat;

(2). apabila nilai Rb lebih besar dari 5 maka jalur sungai tersebut mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat, demikian pula

penurunannya akan berjalan dengan cepat;

(3). apabila nilai Rb diantara 3 dan 5 maka jalur sungai tersebut mempunyai kenaikan dan penurunan muka air banjir yang tidak terlalu cepat

atau tidak terlalu lambat.

e). Kerapatan sungai (Dd)

Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS (Soewarno, 1991). Indeks

tersebut dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :

Dd = L/A

Keterangan :

Dd = Indeks kerapatan aliran (km/km2)

L = Jumlah panjang alur (km)

7
A = Luas DAS (km2)

Batasan-batasan yang menyatakan besarnya indeks kerapatan sungai, yaitu apabila nilai Dd:

(1). kurang dari 0,25 km/km2 disebut rendah;

(2). 0,25-10 km/km2, disebut sedang;

(3). 10-25 km/km2, disebut tinggi;

(4). lebih dari 25 km/km2, disebut sangat tinggi.

Berdasarkan angka batasan tersebut dapat diperkirakan suatu gejala yang berhubungan dengan aliran sungai, yaitu :

(1). jika nilai Dd rendah, alur sungai melewati batuan dengan resistensi keras, maka angkutan sedimen yang terangkut aliran sungai lebih

kecil jika dibandingkan pada alur sungai yang melewati batuan dengan resistensi yang lebih lunak, apabila kondisi lain yang

mempengaruhinya sama;

(2). jika nilai Dd sangat tinggi, alur sungainya melewati batuan yang kedap air, dan keadaan ini akan menunjukkan bahwa air hujan yang

menjadi aliran akan lebih besar jika dibandingkan suatu daerah dengan Dd rendah melewati batuan yang permeabilitasnya besar.

f). Koefisien bentuk DAS

Bentuk DAS berpengaruh terhadap bentuk aliran dan kecepatan terpusatnya aliran, dapat diketahui setelah menentukan batasan-batasan

DAS. Bentuk DAS AS dapat dibedakan menjadi empat yaitu memanjang, radial, paralel dan kompleks, seperti yang terlihat pada Gambar 2.

8
Gambar . Bentuk DAS dan hidrograf yang dihasilkan (Puslitbang Pengairan, 1986).

9
1) Memanjang

Biasanya induk sungainya memanjang dengan anak-anak sungai langsung masuk ke induk sungai. Kadang-kadang berbentuk seperti bulu

burung. Bentuk DAS seperti ini mempunyai debit banjir relatif kecil karena perjalanan banjir dari anak sungai berbeda-beda waktunya.

2) Radial

Bentuk DAS radial terjadi karena arah alur sungai seolah-olah memusat pada satu titik sehingga menggambarkan adanya bentuk radial,

kadang-kadang gambaran tersebut berbentuk kipas atau lingkaran. Bentuk DAS radial menyebabkan aliran yang datang dari segala penjuru

arah alur sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang sifatnya merata dari seluruh DAS akan menyebabkan

terjadi banjir besar.

3) Paralel

Bentuk DAS paralel mempunyai corak dimana dua jalur sub DAS yang bersatu di bagian hilirnya. Apabila terjadi banjir di daerah hilir

biasanya di sebelah hilir titik pertemuan kedua alur sungai tersebut.

4) Kompleks

Bentuk DAS kompleks merupakan gabungan dari dua atau lebih DAS. Hanya beberapa buah daerah aliran yang mempunyai bentuk ini.

Koefisien bentuk DAS merupakan perbandingan antara luas daerah aliran sungai dengan panjang sungai utama. Semakin besar harga koefisien

bentuk sungai, semakin lebar DAS tersebut (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).

10
g). Total basin relief

Total basin relief merupakan beda tinggi antara titik keluaran (outlet) dengan tititk tertinggi dalam DAS. Secara tidak langsung total

basin relief berhubungan dengan kecepatan aliran permukaan suatu DAS.

h). Relief ratio

Relief ratio merupakan perbandingan antara total basin relief dengan panjang sungai utama. Besarnya relief ratio akan mempengaruhi

besarnya kemiringan lereng dan secara langsung akan berpengaruh terhadap besarnya kecepatan aliran permukaan.

Karakteristik DAS dalam merespon curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya tanah

dan aliran sungai (Asdak, 1995). Aliran permukaan merupakan sistem keluaran dalam DAS sebagai respon terhadap curah hujan sebagai masukan.

Pengaruh terhadap kondisi aliran permukaan dikelompokkan ke dalam faktor-faktor yang berhubungan dengan curah hujan dan yang berhubungan

dengan karakteristik DAS.

Air hujan yang jatuh di atas permukaan DAS sebelum menjadi aliran permukaan, air hujan mengalami berbagai macam proses, seperti

intersepsi, evapotranspirasi dan infiltrasi. Proses-proses tersebut dipengaruhi oleh karakteristik DAS dan karakteristik hujan itu sendiri.

11
12
13
Informasi mengenai kenampakan-kenampakan karakteristik fisik DAS dengan cara mengkuantitatifkan faktor-faktor karakteristik fisik

DAS tersebut dengan penyadapan informasi melalui peta topografi/peta rupa bumi.

Morfometri DAS

1). Luas DAS

Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan ke masing-masing DAS. Garis

batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta rupa bumi maka didapat luas DAS.

2). Panjang DAS

Panjang suatu DAS merupakan jarak datar dari muara sungai sampai ke arah hulu sepanjang sungai induk. Panjang DAS ditentukan

dengan menggunakan persamaan :

1 A
=
Lg = 2 Dd 2 Lb ......................................................................(1)

Keterangan : Lg : panjang aliran permukaan (km)

A : luas DAS (km2)

Dd : kerapatan sungai (km/km2)

Lb : panjang sungai induk (km).........................

14
3). Lebar DAS dihitung berdasarkan luas DAS dibagi dengan panjangnya.

A
W = Lb .....................................................................................(2)

Keterangan : W : lebar maksimum DAS (km)

A : luas DAS (km2)

Lb : panjang sungai induk (km)

4. Kemiringan sungai

Kemiringan dasar sungai ditentukan dengan persamaan Benson (Seyhan, 1990) :

h 85−h10
Su = 0 ,75 xLb ............................................................................(3)

Keterangan : Su : kemiringan dasar sungai (%)

h85 : ketinggian pada 0,85 terhadap panjang sungai induk

h10 : ketinggian pada 0,10 terhadap panjang sungai induk


Lb : panjang sungai induk (km)

15
5. Orde dan tingkat percabangan sungai

Orde atau urutan percabangan sungai diklasifikasikan secara sistematik berdasarkan urutan daerah aliran sungai. Berdasarkan jumlah alur

sungai untuk suatu orde dapat dihitung angka indeks yang menyatakan tingkat percabangan sungai. Menurut Strahler (1979) dalam

Soewarno (1991), angka indeks tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Nu
Rb = Nu+1 ..............................................................................(4)

Keterangan : Rb : indeks tingkat percabangan sungai

Nu : jumlah alur sungai untuk orde ke u

Nu+1 : ketinggian pada 0,10 terhadap panjang sungai induk

6. Kerapatan sungai

Kerapatan sungai merupakan suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Kerapatan sungai dapat

diperoleh dari perhitungan panjang aliran permukaan dibagi dengan luas DAS (Asdak, 2002) seperti tercantum dalam rumus yang telah

disampaikan pada bab sebelumnya,antara lain :

16
Lg
Dd = A ....................................................................................(5)

Keterangan : Dd : indek kerapatan aliran (km/km2)

Lg : panjang aliran permukaan (km)

A : luas DAS (km2)

7. Koefisien bentuk DAS

Koefisien ini menyatakan perbandingan antara luas daerah pengairan dengan panjang sungainya (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).

A
2
F = L ........................................................................................(6)

Keterangan : F : koefisien corak atau bentuk DAS

A : luas DAS (km2)

L : panjang sungai utama (km)

17
8. Total Basin Relief

Total basin relief merupakan beda tinggi antara titik outlet dengan titik tertinggi dalam DAS.

H = Hm – HI.............................................................................(71)

Keterangan : HI : ketinggian titik outlet (m)

H : total basin relief (m)

Hm : ketinggian maksimum DAS (m)

9. Relief Ratio

Relief Ratio merupakan perbandingan antara total basin relief dengan panjang sungai utama.

H
Rh = Lb ....................................................................................(8)

Keterangan : Rh : ketinggian titik outlet (m)

H : total basin relief (m)

Lb : panjang sungai utama (km)

18
Pengukuran Morfometri DAS :
(1) Luas DAS diukur ditentukan dari data atribut hasil pengolahan ArcView3.3.

(2) Panjang dan lebar sungai ditentukan dengan menggunakan persamaan 1 dan 2.

(3) Kemiringan sungai ditentukan dengan persamaan 3.

(4) Orde dan tingkat percabangan sungai ditentukan dengan persamaan 4.

(5) Kerapatan sungai dapat diperoleh dengan persamaan 5.

(6) Koefisien bentuk DAS diperoleh dengan persamaan 6.

(7) Total Basin Relief dapat ditentukan dengan persamaan 7.

(8) Relief Ratio dihitung dengan menggunakan persamaan 8.

19

Anda mungkin juga menyukai