Anda di halaman 1dari 19

A.

Pembelajaran Ke-2 ( Daerah Aliran Sungai)


1. Tujuan Materi Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran dari mata kuliah ini ialah sebagai berikut:
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Definisi
DAS
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Definisi
DAS Berdasarkan Fungsi
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
Kerusakan DAS
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Fungsi
hidrologi DAS
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Pola
Aliran Sungai
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami menjelaskan dan menganalisis
Morfometri DAS
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
Karakteristik Sungai
- Agar mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
Karakteristik DAS dan Degradasi DAS

2. Materi Pembelajaran
a. Definisi DAS
Menurut PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1, Daerah Aliran Sungai yang
biasa disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Gambar.10 dan Gambar 11).

Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu,


tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian
hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting
terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di
daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan
fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya.
Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan
terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan
oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat
dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur
hidrologi.

Gambar .10. Daerah Aliran Sungai

Gambar 11. Komponen Sistem Daerah Aliran Sungai


b. Definisi DAS Berdasarkan Fungsi
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam
pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS
berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi
yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak
terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan
DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS
bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain
dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan
ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan
sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan
pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Keberadaan sektor kehutanan di
daerah hulu yang terkelola dengan baik dan terjaga keberlanjutannya dengan didukung
oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat mempengaruhi fungsi dan
manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian, kehutanan maupun untuk
kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan adanya rentang
panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang, dalam
pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik lintas
sektoral maupun lintas daerah secara baik.

Pada garis dasarnya badan sungai dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu bagian
hulu, tengah dan hilir (Gambar 12)
Ciri-ciri dari sungai bagian hulu, antara lain:
1. Kemiringan sungainya sangat besar.
2. Aliran sungai deras dan banyak ditemukan jeram (air terjun)
3. Erosi sungai sangat aktif.
4. Erosinya kearah vertical (ke arah dasar sungai).
5. Lembah sungainya berbentuk V
Ciri-ciri dari sungai bagian tengah, antara lain:
1. Kemiringan sungai sudah berkurang.
2. Aliran sungai tidak seberapa deras dan jarang dijumpai jeram.
3. Erosi sungai agak berkurang dan sudah ada sedimentasi.
4. Erosi sungai berjalan secara vertical dan horizontal.
5. Lembah sungainya berbentuk U

Ciri-ciri dari sungai bagian hilir, antara lain:


1. Kemiringan sungai sangat landai.
2. Aliran sungai berjalan sangat lamban.
3. Erosi sungai sudah tidak ada yang ada adalah sedimentasi.
4. Sedimentasi membentuk daratan banjir dengan tanggul alam.
5. Lembah sungai berbentuk huruf U.

Gambar 12. Bentuk Badan sungai

Dengan mengacu bahwa karakteristik DAS dapat menginformasikan potensi dan


kerentanan DAS, maka kondisi rentan suatu DAS dapat disetarakan dengan kondisi
DAS yang mengalami degradasi.

c. Kerusakan DAS
Kerusakan DAS disebabkan oleh kesalahan pemanfaatan dan pengelolaan. Beberapa
kegiatan di bawah ini merupakan beberapa sumber kerusakan DAS:
- Kesalahan sistem pertanian, kesalahan manajemen hutan dan penggembalaan
- Kebakaran hutan
- Penambangan dan penggalian
- Alinyemen dan kontruksi jalan yang tidak tepat
- Perluasan kegiatan industri
- Kemalasan manusia, dll.

Kerusakan atau degradasi DAS dapat menyebabkan hal-hal buruk sebagai berikut:
- Menurunnya produksi biomassa
- Menurunnya produksi pertanian, hutan, perkebunan, dll
- Sedimentasi waduk, danau, sungai, muara, pantai, pelabuhan, dll
- Penurunan kulaitas dan kuantitas air
- Menimbulkan kemiskinan di wilayah yang bersangkutan

d. Fungsi hidrologi DAS


Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor
yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, dan
manusia. Apabila salah satu dari faktor-faktor tersebut mengalami perubahan, maka
akan mempengaruhi juga ekosistem DAS. Sedangkan perubahan ekosistem, juga akan
menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS, sehingga tidak sebagaimana
mestinya.

e. Pola Aliran Sungai


Pola aliran suatu sungai besar dapat terbentuk oleh sungai-sungai yang lainnya yang
secara bersama-sama mengalirkan/mengeringkan air membuat jaringan kerja drainase.
Dalam suatu DAS, sungai-sungai (baik utama maupun cabang) secara keseluruhan
membentuk suatu pola jaringan. Umumnya dipengaruhi oleh struktur geologi daerah.
Pola aliran DAS tidak selalu sama antara DAS yang satu dengan DAS yang lain
bahkan dalam satu DAS dapat terbentuk beberapa pola aliran yang dikendalikan oleh
struktur geologi seperti kekar, jenis kemiringan lapisan, lipatan, dsb. Telah dikenal 8
pola dasar aliran sungai yaitu:
• Dendritik Pola berbentuk cabang/mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan
sedimen mendatar sedimen-sedimen yang satu jenis, atau batuan yang mempunyai
resistensi yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran bentuk silang pohon
beringin.
• Paralel Pola yang berbentuk sejajar ini umumnya terbentuk pada daerah dengan
kemiringan umum lereng menengah sampai terjal, atau pada singkapan batuan
yang lebar dan sejajar, serta miring.
• Trellis Pola berbentuk pagar ini terbentuk pada daerah batuan sedimen yang
miring / terlipat / pada daerah batuan sedimen yang terubah. Dapat juga pada
daerah dengan patahan dan kekar yang saling tegak lurus atau pada daerah dengan
bukit-bukit sejajar.
• Rektangular Pola berbentuk menyudut ini hampir sama dengan trelis, hanya
jumlah sungai yang lebih sedikit / orde sungai sedikit.
• Radial Pola yang berbentuk memencar ini muncul pada daerah dengan bentuk
berhubungan atau berbentuk kerucut, dan biasanya dijumpai pada daerah
gunungapi.
• Annular Pola berbentuk cincin ini terletak di daerah sekitar bumbungan (kubah)
terutama bila terdapat perselingkuhan batuan yang lunak dan keras, sehingga
sungai iuta mengalir sejajar arah lapisan, anak-anak sungai, searah dengan
kemiringan lapisan
• Pinnate Pola dengan banyak cekungan (pasu) ini muncul pada basement berbagai
variasi dengan kondisi geologinya. Dapat terjadi pada daerah dengan banyak
cekungan akibat pelarutan, atau daerah gunungapi sekarang. Atau pada daerah
cekungan yang belum diketemukan sebab-sebabnya.
• Centripetal Pola ini muncul pada daerah sengan struktur geologi yang kompleks.
Umumnya berasosiasi dengan batuan metamorfik kompleks dengan lipatan yang
intensif, intrusi, kekar, dsb. Selanjutnya Pola aliran dapat dilihat pada gambar.13.

Gambar 13. Pola Aliran Sungai


Pada beberapa unit lahan dapat dijumpai pola dasar aliran sungai (Gambar. 13).
Gambar 14. Pola dasar aliran sungai pada unit lahan

f. Morfometri DAS
Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait dengan
aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses pengatusan
(drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS,
bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman
sungai.
• Luas DAS
Ukuran DAS mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap fungsinya. Pada
DAS kecil aliran sangat tergantung pada limpasan permukaan. Tata guna lahan
berperan kunci yang mempengaruhi limpasan permukaan..
• Bentuk DAS
Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju
outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang
diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya
semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama
sehingga fluktuasi banjir semakin rendah.

• Percabangan Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai atau
tingkat percabangan sungai (bifurcation ratio). Orde adalah posisi percabangan
alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai dalam satu DAS (Soewarno,
1991). Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula
DASnya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.
Tingkat percabangan sungai adalah angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan
jumlah alur sungai untuk suatu orde. Untuk menghitung tingkat percabangan
sungai dapat digunakan rumus:

Alur sungai paling hulu yang tidak memiliki cabang disebut orde pertama,
pertemuan dua orde pertama disebut orde kedua, pertemuan orde pertama dengan
orde kedua disebut orde kedua, dan pertemuan dua orde kedua disebut orde ketiga,
begitu seterusnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa pertemuan dua orde yang
sama menghasilkan nomor orde satu tingkat lebih tinggi, sedangkan pertemuan dua
orde sungai yang berbeda memberikan nomor orde yang sama nilainya dengan
nomor orde tertinggi di antara kedua orde sungai yang bertemu. Penentuan
orde/tingkat percabangan sungai diberikan pada Gambar 15 berikut.

Gambar 15. Penentuan Orde/Tingkat Percabangan Sungai

Tingkat percabangan sungai menyebabkan terjadinya akumulasi aliran pada hilir


percabangan, yang dijelaskan pada Tabel 4. berikut:
Tabel 4. Tingkat Percabangan Sungai

• Bentuk DAS
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti penting
dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan
terpusat aliran. Deskripsi bentuk DAS diberikan pada Tabel 5.
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS dapat
diketahui dengan terlebih dahulu menentukan nilai basin circularity sebagai
berikut :

Tabel 5. Karakteristik Bentuk DAS

Bentuk DAS secara kuantitatif dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai


nisbah memanjang ('elongation ratio'/Re) dan kebulatan ('circularity ratio'/Rc).
Macam-macam bentuk Daerah Aliran Sungai (Gambar 17), yaitu:
berbentuk bulu burung DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang,
dimana anak-anak sunga (sub-DAS) mengalir memanjang di sebalah kanan
dan kiri sungai utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi
berlangsung cukup lama karena suplai air datang silih berganti dari masing-
masing anak sungai.
DAS berbentuk radial Sebaran aliran sungai membentuk seperi kipas atau
nyaris lingkaran. Anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir dari segala penjuru
DAS dan tetapi terkonsentrasi pada satu titik secara radial, akibat dari bentuk
DAS yang demikian. Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar,
dalam catatan, hujan terjadi merata dan bersamaan di seluruh DAS tersebut.
DAS berbentuk parallel Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-
DAS yang cukup besar di bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya.
Masing-masing sub-DAS tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda.
Dan ketika terjadi hujan di Kedua sub-DAS tersebut secara bersamaan, maka
akan sub DAS tersebut secara bersamaan, maka akan berpotensi terjadinya
banjir relative besar.

Gambar 17. Bentuk DAS; (a) bulu burung, (b) radial, (c) parallel

Bentuk DAS dapat didefinisikan berdasarkan “indeks bentuk”, yang dirumuskan


sebagai berikut:

• Gradien sungai
Menurut Paimin et al (2009) besarnya pasokan air banjir salah satunya dapat
diidentifikasi dari gradien sungai. Gradien sungai diperoleh dari hasil deliniasi
DAS. Gradien sungai yang terjal dapat mempercepat laju aliran air ke bagian
hilirnya sehingga menimbulkan ancaman banjir bandang. Gradien sungai biasanya
memiliki kemiringan yang terjal terutama di bagian hulu DAS. Pada Gambar 36.
memperlihatkan contoh penampang memanjang gradien sungai dari hulu ke hilir
DAS

Gambar 18. Ilustrasi Penampang Memanjang Gradien Sungai

• Kemiringan DAS
Kemiringan rata-rata DAS dapat ditentukan dari peta topografi, dengan
menggunakan persamaan berikut:

dimana:
S = kemiringan rata-rata DAS (%)
M = panjang total kontur dalam DAS (m)
N = interval kontur (m)
A = luas DAS (m2)

Untuk DAS yang sangat kecil, kemiringan rata-rata dapat diambil sebagai nisbah
antara beda tinggi antara titik tertinggi pada DAS dan outlet, terhadap panjang rata-
rata DAS
• Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh air yang jatuh
di titik terjauh dalam DAS untuk sampai ke outlet atau titik referensi yang ditinjau.
Waktu konsentrasi dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan yang
dikembangkan oleh Kirpich (1940):
Perlu diperhatikan dalam perhitungan H, perbedaan tinggi yang sangat
mencolok, misalnya tebing patahan/terjunan harus tidak dimasukkan dalam
perhitungan H. Faktor lain yang berpengaruh meliputi (1) tanah dan penutup lahan,
topografi, geologi, orientasi DAS, hujan rata-rata tahunan, dan frekuensi sungai
atau kerapatan saluran.

Tabel 6. memperlihatkan karakteristik DAS dan pengaruhnya pada pengelolaan


DAS.

Tabel .6 - Karateristik DAS dan perannya dalam pengelolaan DAS


• Jaringan sungai
Jaringan sungai dapat mempengaruhi besarnya debit aliran sungai yang dialirkan
oleh anak-anak sungainya. Parameter ini dapat diukur secara kuantitatif dari nisbah
percabangan yaitu perbandingan antara jumlah alur sungai orde tertentu dengan
orde sungai satu tingkat di atasnya. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
nisbah percabangan berarti sungai tersebut memiliki banyak anak-anak sungai dan
fluktuasi debit yang terjadi juga semakin besar. Orde sungai adalah posisi
percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai pada suatu
DAS.

Semakin banyak jumlah orde sungai, semakin luas dan semakin panjang pula alur
sungainya. Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, Shreve,
dan Scheidegger.

• Kerapatan sungai
Menurut Asdak (2002), kerapatan drainase adalah panjang aliran sungai per
kilometer persegi luas seperti dalam persamaan berikut:
Dd = L/A
keterangan:
Dd = kerapatan drainase (km/ km2);
L = panjang aliran sungai (km); dan
A = luas DAS (km2).
Dalam suatu DAS, anak sungai di sebelah hulu akan bersambung dengan anak
sungai yang lebih besar di hilirnya. Aliran air dari kedua anak sungai tersebut
menjadi satu, tetapi debit puncak untuk kedua anak sungai tersebut terjadi
bersamaan. Debit puncak untuk satu anak sungai mungkin sudah terlampaui,
sementara pada anak sungai berikutnya baru akan terjadi. Pengaruh
ketidaksamaan debit puncak akan menurunkan debit puncak total pada sungai
utama.
Menurut Soewarno (1991) indeks kerapatan aliran sungai dapat diklasifikasikan
pada Tabel 7. dan Gambar 37.

Tabel 7. Indeks Kerapatan Aliran Sungai


Gambar 19. Ilustrasi Tingkat Kerapatan Sungai

g. Karakteristik Sungai
Kementerian PU (2012) menyebutkan bahwa sebuah sistem sungai terdiri dari sungai
induk dan anak-anak sungai yang berfungsi sebagai alur-alur pematus DAS,
mengalirkan air ke hilir serta mengangkut sedimen yang diangkutnya. Jejaring sungai
dengan jumlah alur pemasok yang kecil kemungkinan menimbulkan banjir sangat
besar karena debit hanya terpusat pada sebuah alur
Tabel 8. Pembagian Alur Sungai menjadi Ruas-ruas
h. Karakteristik DAS dan Degradasi DAS
Karakteristik DAS yang dimiliki merupakan tumpuan dasar pendekatan pengelolaan
DAS, baik dalam perencanaan, pengorganisasian/ kelembagaan, implementasi
maupun monitoring dan evaluasi. Faktor karakteristik DAS terkait dengan kondisi
topografi, tanah, geologi, vegetasi (penutupan lahan dan pada saluran), dan kerapatan
drainase. Faktor manusia terkait dengan struktur hidrolik, keteknikan pertanian dan
urbanisasi.Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar.16.
Gambar 20. Faktor-Faktor Karakteristik DAS - Tersusun Dalam Sistem DAS

Karakteristik DAS merupakan komponen penting yang perlu untuk diidentifikasi


sebagai tahap awal pengelolaan suatu DAS. Seyhan (1977), menyatakan bahwa
karakteristik Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
faktor lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi, geomorfologi
dan faktor vegetasi serta penggunaan lahan.

Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh
parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah, geologi,
vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik DAS pada
dasarnya meliputi 2 bagian, yaitu karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial
ekonomi budaya dan kelembagaan, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut
:
• Karakteristik biogeofisik meliputi: karakteristik meteorologi DAS,
karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik
hidrologi DAS dan karakteristik kemampuan DAS.
• Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan meliputi:
karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS,
karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.
3. Latihan

4. Evaluasi
Buatlah sebuah kasus kecil, dengan membuat artikel untuk pembahasan modul modul 1
(satu) ini

5. Kunci jawaban

Anda mungkin juga menyukai