Anda di halaman 1dari 9

DAERAH ALIRAN SUNGAI MEUREUDU

Mata Kuliah : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Dosen Pengampu : Ir. Manfarizah, M.Si

Kelompok 5

Nurnailah Atifah (2105108010001)

Syafira Ayu Ramadhana (2105108010045)

Salsabilla (2105108010049)

BAB I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pembatas
topografi (punggung bukit) di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul
dalam kawasan tersebut. DAS menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di
atasnya ke sungai. Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang
jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan aliran air yang
mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali
lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di
sungai, danau atau waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau
makhluk hidup.

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke
dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung
sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian
mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya
masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang
selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah
cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral
(horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah
(subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai. Batas wilayah DAS diukur dengan
cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang
lain.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi tiga
bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan
oleh hal-hal sebagai berikut : merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase
lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (>15%), bukan merupakan
daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi
umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal-hal
sebagai berikut : merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan
daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil (<8%), pada beberapa
tempat merupakan daerah banjir (genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh
bangunan irigasi dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang
didominasi hutan bakau/ gambut. Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah
transisi daerah dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas.

Daerah yang memisahkan antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya merupakan
daerah punggungan dinamakan watershed atau stream devide (igir). Besar kecilnya air sungai
bergantung luas tidaknya daerah aliran dan besar sedikitnya curah hujan di DAS tersebut.
DAS merupakan daerah penangkapan air hujan (catchment area). Pembangunan pertanian,
pemukiman, dan industri, tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan sumber daya air. Sebagai
akibat pemanfaatan air tersebut, DAS akan menampung buangan limbah akibat pembangunan
tersebut sehingga terjadilah pencemaran (polusi) air. Pentingnya pengelolaan daerah aliran
sungai (DAS) jelas berkaitan dengan penyediaan air bersih, mengamankan sumber air dari
pencemaran, mencegah banjir dan kekeringan, mencegah erosi, serta mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah.

BAB II. LANDASAN TEORI

Menurut UU No. 7, Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air DAS merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat berupa pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.

Daerah aliran sungai dibagi menjadi 3 bagian, yakni bagian hulu, tengah, dan hilir. Tiga
bagian tersebut selalu ada di dalam sungai, tetapi seringkali setiap bagiannya sulit untuk
dikenali. Karakteristik fisik sungai yang memanjang dan bercabang menjadi salah satu faktor
sulitnya membedakan bagian hulu, tengah, dan hilirnya. Sekilas, setiap bagian tersebut tampak
sama, tetapi apabila ditelusuri akan ditemukan perbedaan satu dengan yang lainnya.

1. DAS bagian hulu. Bagian hulu sungai merupakan bagian yang paling jauh letaknya
dari muara sungai, dengan didominasi oleh tutupan hutan. Bagian ini juga menjadi
tempat proses terjadinya mata air. Ciri utama DAS bagian hulu yakni memiliki aliran
sungai yang deras. Derasnya aliran disebabkan daerah tersebut mempunyai tingkat
kemiringan cukup tajam, sehingga air dapat mengalir langsung dengan kecepatan
tinggi. Keberadaan DAS bagian hulu memiliki peran yang sangat penting bagi
kehidupan. Salah satunya, mempertahankan pasokan air agar lingkungan tidak
mengalami kekeringan hingga ke daerah hilir sungai.
2. DAS tengah. Bagian lanjutan dari hulu sungai adalah tengah sungai. Bagian ini lebih
dekat dengan muara sungai dan menjadi penghubung antara bagian hulu dan hilir
sungai. DAS bagian tengah memiliki ciri utama, yakni memiliki ketinggian yang relatif
lebih landai dibandingkan hulu. Alhasil, aliran sungai pada bagian ini tidak begitu
deras karena lokasinya yang tidak terlalu curam. Keberadaan DAS bagian tengah
berfungsi sebagai wilayah pemanfaatan air sungai, baik bagi kepentingan ekonomi dan
sosial. Contoh pemanfaatan tersebut seperti mengolah prasarana pengairan untuk
sungai, waduk, dan danau.
3. DAS bagian hilir. Bagian akhir setelah hulu dan tengah sungai adalah bagian hilir
sungai. Bagian ini letaknya paling dekat muara sungai dan didominasi oleh jenis
tanaman pertanian. DAS bagian hilir memiliki ciri utama, yakni memiliki ketinggian
yang lebih landai dengan bentuk sungai sudah berkelok-kelok. Alhasil, kecepatan
aliran air pada bagian ini relatif lambat sehingga perairannya pun tidak deras.
Keberadaan DAS bagian hilir kebanyakan digunakan untuk kawasan pertanian. Selain
itu, pengelolaan air limbah tak luput dari fungsi DAS pada bagian ini.

Ahli hidrologi membedakan Daerah Aliran Sungai berdasarkan pola alirannya. Pola
aliran tersebut dipengaruhi oleh geomorfologi, topografi, dan bentuk wilayah. Berbagai
macam bentuk DAS dapat ditemukan, seperti corak bulu burung, radial, paralel, rektangular,
hingga, trellis.

1. Bulu burung. Bulu burung disebut demikian, sebab bentuk aliran anak sungainya
menyerupai ruas-ruas tulang bulu burung. Aliran dari tiap-tiap anak sungai tersebut
pada akhirnya akan mengalir ke sungai utama. Bentuk Daerah Aliran Sungai bulu
burung umumnya memiliki risiko banjir yang relatif kecil. Mengingat, air dari tiap-tiap
anak sungai akan tiba di sungai utama pada waktu yang berbeda-beda.
2. Radial. Bentuk DAS radial menggambarkan arah aliran anak sungai, yang tersebar ke
semua arah dan bertemu di titik-titik tertentu. Alhasil, pola alirannya merambat ke
segala arah dari titik ketinggian tertentu. Pola aliran radial dapat dijumpai di daerah
lereng gunung berapi atau daerah dengan topografi berbentuk kubah. Contoh daerah
aliran sungai ini seperti mata air gunung, yang mengalirkan airnya ke segala arah.
3. Paralel. Daerah Aliran Sungai dengan bentuk paralel tercipta oleh lereng yang curam
dan terjal. Selain itu, karakteristik bentuk aliran ini juga memiliki dua jalur aliran
sungai utama yang bersatu di hilir sungai. Pola aliran paralel menunjukkan pola aliran
sungai yang lurus, searah mengikuti arah lereng. Adapun, pola aliran ini disebut
memiliki risiko banjir yang cukup besar di titik hilir aliran sungainya.
4. Rektangular. Bentuk Daerah Aliran Sungai rektangular memiliki pola aliran sungai
yang membentuk sudut siku-siku. Sungai dengan jenis pola aliran ini biasanya terjadi
di daerah patahan atau pada batuan. Batuan dari DAS rektangular mempunyai tingkat
kekerasan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Pada umumnya, batuan yang
beku menjadi tempat terjadinya pola aliran tersebut.
5. Trellis. Pola aliran trellis biasanya dijumpai di daerah dengan lapisan sedimen di
daerah pegunungan lipatan, dengan kemiringan besar. Bentuknya panjang seperti pola
terali pagar. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar,
mengalir searah kemiringan lereng, dan tegak lurus dengan sungai utamanya. Pola
aliran sungai ini akan banyak melalui lembah, yang akhirnya akan menuju ke muara
sungai utama.

Selain dari bentuk dan coraknya, Daerah Aliran Sungai (DAS) juga akan dibedakan
berdasarkan macam dan jenisnya, yaitu:

1. DAS Gemuk. Daerah Aliran Sungai (DAS) Gemuk, merupakan kawasan DAS yang
memiliki daya tampung air hujan yang besar. Umumnya kawasan ini mengalami
luapan air yang besar, terutama saat terjadi hujan lebat pada titik penampungan awal.
2. DAS Kurus. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kurus, merupakan kawasan DAS dengan
daya tampung air hujan yang kecil. Luapan air ketika terjadi hujan lebat pada titik
penampungan awal tidak terlalu besar.

BAB III. PEMBAHASAN

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi masalah. Apabila tidak ditanggulangi,
maka akan berpotensi merusak kawasan sungai. Contohya, jika area sekitar DAS dijadikan
lahan pemukiman atau kawasan industri, tentu ancaman limbah buangan semakin besar.
Beberapa masalah yang dapat ditemui pada Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain:

 Penebangan hutan yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan serapan air ke tanah
atau air infiltrasi tidak berjalan dengan sempurna. Hal ini menyebabkan luapan air
hingga banjir bandang.
 Kurang diperhatikannya konservasi tanah dan air, sehingga menyebabkan lahan tidak
subur, atau yang disebutlahan kritis.
 Faktor alami seperti terjadinya erosi, sedimentasi, dan juga longsor pada kawasan
DAS.
 Limbah hasil industri dan rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik.
 Koordinasi antara pihak terkait mengenai program pengelolaan DAS masih kurang
atau belum berjalan dengan baik.
 Kesadaran yang rendah dari masyarakat terkait dengan pentingnya menjaga dan
memelihara kawasan DAS serta lingkungan.
 Teknologi pengelolaan DAS yang masih tertinggal serta belum diperbarui.
 Kurangnya kendali dari pemerintah atas kawasan-kawasan DAS yang sebagian besar
sudah dimiliki oleh pihak swasta.
 Tumpang tindihnya peraturan serta kebijakan perundangan negara, pada sektor-sektor
industri, kehutanan, pemukiman, dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut hanyalah gambaran umum dari kompleksnya permasalahan pada


kawasan DAS di Indonesia. Oleh sebab itu, harus segera dicari solusi guna menghindari risiko
kerusakan kawasan DAS yang lebih luas.

Erosi dapat memicu degradasi lahan. Potensi erosi akan meningkat dengan semakin
berkurangnya tutupan lahan dan minimnya tindakan konservasi. Guna mencegah semakin
parahnya erosi, perlu adanya upaya pengendalian dan pengelolaan lahan yang tepat dengan
cara melakukan upaya-upaya konservasi pada lahan dengan potensi erosi yang tinggi.
Erosivitas adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke
tempat lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi. Di daerah tropis, seperti negara kita
mempunyai curah hujan yang tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh angin tidak begitu
banyak terjadi. Tanah yang terangkut akan diendapkan di dalam sungai, waduk, danau, saluran
irigasi dan lainnya.

Degradasi merupakan penurunan kapasitas tanah dan kualitas tanah yang artinya
menghilangkan beberapa fungsi tanah. Faktor utama penyebab degradasi lahan adalah
perubahan jumlah populasi manusia, kemiskinan, kondisi sosial ekonomi dan pengelolaan
pertanian yang tidak tepat. Secara umum manusia lebih mengutamakan keuntungan secara
ekonomi dibandingkan dengan kepentingan konservasi dalam pengelolaan lahan. Akibatnya
timbul berbagai dampak negatif seperti banjir yang terjadi pada tanggal 20 Desember 2009
dan 6 Mei 2013, akibat meluapnya sungai-sungai utama seperti : 1) Krueng Jeulanga, 2)
Krueng Ulim, 3) Krueng Meureudu dan 4) Krueng Beuracan.

Berdasarkan uraian di atas, sangat diperlukan adanya suatu perencanaan pengelolaan dan
teknik konservasi yang terpadu sehingga fungsi DAS Meureudu dapat terjaga dengan baik.
Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari potensi erosi dan
praktek konservasi yang tepat diterapkan untuk meminimalisir potensi erosi tersebut. Usaha
konservasi DAS Meureudu akan memberikan dorongan untuk mengembangkan arahan fungsi
lahan yang sesuai dengan kondisi kesesuaian lahannya.

Dalam mengatasi masalah-masalah pada Daerah Aliran Sungai (DAS), diperlukan


beberapa pertimbangan dari berbagai aspek serta bidang ilmu. Beberapa alternatif cara untuk
menanggulangi permasalahan ini, antara lain:

 Penanaman pohon di sekitar area sungai yang memiliki tingkat serapan air rendah.
 Pembangunan infrastruktur yang membantu meningkatkan kualitas kawasan DAS,
seperti waduk, saluran irigasi, pengendali aliran sungai, dan sebagainya.
 Mengadakan penyuluhan kepada warga di sekitar kawasan DAS mengenai pentingnya
menjaga dan memelihara kawasan, serta bagaimana cara menggunakan sumber daya
alam yang baik dan tidak merusak.
 Mengurangi pengurasan air tanah pada kawasan DAS.
 Purifikasi limbah yang ada di sekitar atau di area kawasan DAS.

Selain melakukan tindakan penanggulangan masalah, tentunya akan lebih baik jika
diikuti cara pengolahan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik dan
terencana. Dalam menentukan tindakan pengolahan dan pengelolaan, sebaiknya
memperhatikan kuantitas dan kualitas air yang ada di kawasan tersebut, agar dapat dilakukan
tindakan yang optimal. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengolah dan mengelola
kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu:

 Mengelola dan melakukan konservasi pada lahan-lahan pertanian.


 Memberlakukan program-program yang dapat membantu penutupan lahan, seperti
menjadikan kawasan sebagai hutan rakyat, perikanan darat, menerapkan teknik
agroforestry, dan juga holtikultura buah-buahan.
 Melakukan pemeliharaan pada area tebing-tebing sungai.
 Membangun saluran dan sarana irigasi yang terencana di sekitar kawasan.
 Menerapkan program-program pelestarian hutan guna meredam debit sungai terutama
pada saat hujan, mempermudah penyerapan air ke dalam tanah, dan juga mengurangi
tingkat erosi.
 Melakukan penanaman tumbuhan yang mampu melindungi permukaan tanah dari
curah hujan yang tinggi. Sehingga dapat membantu air hujan terserap ke dalam tanah
dan mengalir secara perlahan ke sungai.

Kegiatan pengelolaan serta pengolahan diatas tentunya tidak bisa sembarangan


dilakukan. Harus ditentukan terlebih dahulu hal apa saja yang dibutuhkan dari suatu kawasan
DAS. Selain itu, tindakan konservasi juga harus dilakukan secara tepat sasaran.

BAB IV. KESIMPULAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pembatas
topografi (punggung bukit) di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul
dalam kawasan tersebut. DAS menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di
atasnya ke sungai. Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang
jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu
perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali
lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di
sungai, danau atau waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau
makhluk hidup. Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di
antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain. Daerah yang memisahkan antara
DAS yang satu dengan DAS yang lainnya merupakan daerah punggungan dinamakan
watershed atau stream devide (igir). Besar kecilnya air sungai bergantung luas tidaknya daerah
aliran dan besar sedikitnya curah hujan di DAS tersebut. Pentingnya pengelolaan daerah aliran
sungai (DAS) jelas berkaitan dengan penyediaan air bersih, mengamankan sumber air dari
pencemaran, mencegah banjir dan kekeringan, mencegah erosi, serta mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah. Bentuk Daerah Aliran Sungai rektangular memiliki pola aliran
sungai yang membentuk sudut siku-siku. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang
berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng, dan tegak lurus dengan sungai utamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, D.I.D. 2005. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk
Model Hidrologi Answers dalam Memprediksi Erosi dan Sedimentasi (Studi Kasus:
DTA Cipopokol Sub DAS Cisadane Hulu, Kabupaten Bogor). Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press : Bogor.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. http://www.bnpb.go.id/berita/1384/ribuan-


rumah-di-30-desa-dari-5-kecamatan-di-pidie-jayaterendam-banjir[17 Mei 2013].

Edison, M. Bisri dan E. Suhartanto. 2012. Studi Teknologi Konservasi untuk Menurunkan
Laju Erosi pada Sub DAS Sombe Lewara. Universitas Brawijaya. Malang.

Subagyono, K.S. Marwanto dan U. Kurnia. 2003. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif.
Balai Penelitian Tanah. Bogor

Anda mungkin juga menyukai