Anda di halaman 1dari 8

Perintah Tugas

1. Apa Iti Daerah Aliran Sungai(DAS),Cekungan,Basin,Wilayah Sungai ?


2. Jelaskan Perbedaan Wilayah Hulu,Tengah,Dan Hilir, Pada Das?
3. Jelaskan Bagaimana DAS Mempengaruhi Kualitas,Dan Kuantitas Air?
4. Jelaskan Mengenai Penggunaan Lahan Terhadap Das?

Jawab

1. Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.

Contoh Gambar
Jadi dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme
dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di
dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain
itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan
wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam
(SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan
kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan
kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari
DAS dapat merata sepanjang tahun. Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan
konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa
curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara seperti
diperlihatkan.Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung
sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan
air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.
Pengertian Cekungan ada tiga jenis yaitu Fisiografi, Struktural, Sedimen
Ada tiga jenis Cekungan dalam Geologi yaitu :
a CekunganFisiografi
Cekungan fisiografi adalah muka bumi yang cekung atau depresi yang
dikelilingi pegunungan disekitarnya dan pada umumnya merupakan system
pengeringan suatu daerah yang memusat pada daerah yang relatif rendah
 Cekungan sedimen tidak harus berbentuk cekungan fisiografis/geomorfologis.
Atau dapat saja merupakan lereng tetapi secara khas ditandai adanya
penurunan tektonik secara relatif terhadap sekitarnya.
 Bagian tepi cekungan cekungan umumnya terdapat lapisan sedimen yang
membaji.
 Gejala paling penting pada cekungan sedimen adalah muka pengendapan
(depositional interface) dalam selang waktu tertentu dapat secara sebagian
berada di atas maupun dibawah permukaan.
 Cekungan sedimen dapat sebagian atau secara keseluruhan terkena tektonik
sehingga terlipat tersesar dan pengangkatan menjadi rangkaian pegunungan
(Baturagung range), Pegunungan Serayu dlsb.
 Geosinklin adalah konsep lama cekungan yang bentuknya memanjang dan
diendapkan sedimen yang berlebihan dan akhirnya menjadi rangkaian
pegunungan.
b Cekungan struktural adalah struktur batuan dimana bagian tengah atau
menurun dari sekitarnya contoh sesar Graben atau lipatan sinklinorium.
Cekungan tektonik pada permukaannya dapat berbentuk dataran atau bahkan
pegunungan.
c Cekungan Sedimen adalah Cekungan sedimen adalah bagian dari kerak bumi
yang dimana dapat berperan sebagai akumulasi atau terakumulasinya lapisan
sedimen yang relatif tebal dari sekitarnya.

Basin dapat berarti suatu bentuk dari depresi geologi, alami maupun buatan, yang
terjadi di muka bumi, di antaranya:
 Aliran reruntuhan geologis yang mengalir melalui cekungan yang disebut
dengan basin reruntuhan
 Daerah aliran sungai
 Embung yang disebut juga cekungan penampung (retention basin)
 Basin endoreik, cekungan di daratan yang menyebabkan aliran air tidak
mengalir ke lautan
 Cekungan sedimen
 Basin struktural
 Cekungan samudera

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


nomor 04/PRT/M/2015 tanggal 18 Maret 2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai :

Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari
atau sama dengan 2.000 km2

Jadi untuk kesimpulannya wilayah sungai merupakan suatu wilayah sumber


daya air yang terdiri dari pulau-pulau yang memiliki luasan sama
2000km2.Danterdiri atas,Wilayah Sungai Lintas Negara;wilayah Sungai Lintas
Provinsi;Wilayah Sungai Strategis Nasional;Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota;
danWilayah Sungai Dalam Satu Kabupaten/Kota

2. Daerah hulu dicirikan DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi
perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan
menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan
transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan
lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap
keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air dari bagian
hulu sampai hilir karena mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur
hidrologi.sebagai daerah konservasi, memiliki kerapatan drainase tinggi, kemiringan
lereng besar (> 15%), bukan merupakan daerah banjir, pemakaian air ditentukan oleh
pola drainase dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Hulu adalah
bagian sungai yang terletak di daerah pegunungan atau perbukitan. Hulu adalah awal
mula aliran sungai. Air yang mengalir di hulu biasanya lebih jernih. Selain itu, bagian
hulu memiliki ciri sebagai berikut: Arus deras Pengikisan atau erosi ke dasar sungai
Saluran berbentuk VI Tidak terdapat pengendapan Batu masih besar-besar Terdapat
jeram atau air terjun
Daerah hilir dicirikan sebagai daerah pemanfaatan, memiliki kerapatan drainase
kecil, kemiringan lereng sangat kecil (< 8%), di beberapa tempat merupakan daerah
banjir (genangan), pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, jenis vegetasi
didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi oleh
hutan bakau atau gambut.DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air
sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan
ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air
bersih, serta pengelolaan air limbah.
Daerah tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS
yang berbeda antara hulu dan hilir. didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. Air merupakan komponen penting dalam mendukung kehidupan mahluk hidup.
Kebutuhan akan air sangatlah penting dan tidak dapat tergantikan dengan apapun.
Manusia, dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan akan air. Hampir
semua aktivitas manusia seperti rumah tangga, pertanian, perikanan, peternakan,
industri dan mikrohidro memerlukan air. Namun demikian, ketersediaan air yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia sangatlah terbatas. Di beberapa tempat,
walaupun air yang tersedia melimpah, namun tidak dapat dimanfaatkan karena
kualitas airnya tidak memenuhi persyaratan. Bahkan di tempat lain lagi, jumlah air
yang tersedia sangat terbatas dengan kualitas yang tidak memenuhi persyaratan.
Terbatasnya jumlah dan kualitas air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan, mengharuskan kita dapat mengelola dan
memanfaatkan sumber air secara benar dan bijaksana. Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai daerah tangkapan air mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan
kebutuhan air bagi manusia. Lebih dari itu, DAS berperan penting dalam menjaga
lingkungan termasuk menjaga kualitas air, mencegah banjir dan kekeringan saat
musim hujan dan kemarau, mengurangi aliran massa (tanah) dari hulu ke hilir. Salah
satu upaya untuk menjaga fungsi DAS adalah dengan melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap kondisi DAS secara teratur.Kegiatan pemantauan dan evaluasi akan
menjadi lebih efektif jika dilakukan bersama-sama dengan masyarakat (secara
partisipatif). Masyarakat bertempat tinggal di areal DAS dan mengalami langsung
perubahan fungsi hidrologi DAS yang terjadi. Oleh karena itu dengan melibatkan
masyarakat dalam proses pemantauan dan evaluasi, dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan terutama DAS.Sebelum melakukan pemantauan dan
evaluasi fungsi hidrologi DAS, pemahaman mengenai hidrologi dan DAS perlu
dibangun. Dengan memahami siklus air di tingkat plot dan bentang lahan, mengetahui
apa yang dimaksud dengan DAS, memahami fungsi hidrologi DAS, faktor-faktor
yang mempengaruhi serta dampak perubahan fungsi hidrologi DAS, diharapkan
kegiatan pemantauan dan evaluasi menjadi lebih mudah dan bermanfaat.
Dalam pengaruh mengelola suatu DAS perlu diketahui apa yang menjadi masalah
utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
Kuantitas (jumlah) air
 Banjir dan kekeringan
 Menurunnya tinggi muka air tanah
 Tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.
Kualitas air
 tingginya erosi dan sedimentasi di sungai
 Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
 Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)
Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS. Sebagai
contoh, apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai untuk
menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon
secara intensif tidak akan mampu meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan
terdahulu, pohon-pohonan mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman pertanian semusim dan tajuk pohon-pohonan mengintersepsi sebagian air
hujan dan menguapkannya kembali ke udara sebelum mencapai permukaan tanah.
Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap banjir maka teknik
yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih banyak meresap ke
dalam tanah di hulu dan di bagian tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh dengan
menanam pohon dan/atau dengan tindakan konservasi sipil teknis seperti pembuatan
sumur resapan, rorak dan sebagainya.
Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai maka
pilihan teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki fungsi
filter dari DAS.
Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput, belukar, dan
pohon pohonan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen (sediment trap).
Apabila menggunakan metode vegetatif, maka penempatan tanaman di dalam suatu
DAS menjadi penting. Penanaman tanaman permanen pada luasan sekitar 10% saja
dari luas DAS, mungkin sudah sangat efektif dalam mengurangi sedimentasi ke
sungai asalkan tanaman tersebut ditanam pada tempat yang benar-benar menjadi
masalah, misalnya pada zone riparian (zone penyangga di kiri kanan sungai).
Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata air DAS
akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan jauh lebih
penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan menanami kembali lahan
gundul dengan pohonpohonan.
4. Lahan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan sekaligus
merupakan media lingkungan untuk memproduksi pangan, perumahan, dan lain-lain.
Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kegiatan
pembangunan telah berakibat terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan di
Indonesia. Sering dijumpai pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahan tersebut, sehingga timbul berbagai masalah, seperti terjadinya
jutaan lahan kritis, hilangnya lahan subur, dan terjadinya pencemaran tanah.
Degradasi lahan tersebut terjadi karena peruntukan lahan/tanah yang kurang tepat,
sebagai akibat pelaksanaan yang tidak memperhatikan kaidah penataan ruang dan
kriteria kemampuan serta kesesuaian lahan. Guna menjamin pemanfaatan yang lestari,
lahan harus dikelola dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek konservasi
dan pemanfaatannya (Sudaryono, 2002). Faktor pengelolaan tanaman ditunjukkan
sebagai angka perbandingan yang berhubungan dengan hilang tanah tahunan pada
areal yang bervegetasi dengan areal yang sama jika areal tersebut kosong dan sungai,
keandalan sumber air serta dampak degradasi rezim hidrologi tehadap sumber air.
Seiring dengan perubahan tersebut maka dilakukan langkah mitigasi dan adaptasi
yang merupakan bagian dari pengelolaan DAS.Jadi adanya hubungan Perubahan pola
penggunaan lahan memberi dampak pada pengurangan kapasitas resapan, terutama
dilihat dari proporsi perubahan luasan pertanian ini dikawasan Danau Ranau,
sehingga akan meningkatkan laju limpasan permukaan yang dapat berpotensi
menghasilkan banjir di kawasan hilir, seperti halnya di DAS. Dalam Pawitan (1999)
menyatakan bahwa perubahan pola penggunaan lahan berdampak pada penurunan
ketersediaan air wilayah akibat meningkatnya fluktuasi musiman dengan gejala banjir
dan kekeringan yang semakin ekstrim, dan ukuran DAS serta kapasitas sistem storage
DAS, baik di permukaan (tanaman, sawah, rawa, danau/waduk, dan sungai) maupun
bawah permukaan (lapisan tanah dan air bumi), akan merupakan faktor dominan yang
menentukan kerentanan dan daya dukung sistem sumber daya air wilayah terhadap
perubahan iklim. Penilaian kepekaan dan daya dukung sistem hidrologi DAS akibat
perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan dalam tiga tahapan
berikut:pengembangan skenario perubahan penggunaan lahan,simulasi hidrologi
wilayahdan evaluasi dampak dari variasi hidrologi yang dihasilkan sistem sumber
daya air yang meliputi aspek pengembangan dan pengelolaan serta menilai kinerja
sistem akibat bencana seperti banjir dan kekeringan, operasi waduk, saluran, mutu air,
serta berbagai isu lingkungan. Perubahan penggunaan lahan merupakan proses yang
dinamis dari aktivitas manusia dan perubahan ini akan berpengaruh terhadap respon
hidrologi dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi respon hidrologi DAS Asahan akibat perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di DAS Asahan. Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan melalui
analisis citra Landsat dengan metode post classification image analysis. Model SWAT
dibangun dengan data penggunaan lahan, data jenis tanah dan iklim harian antara
tahun 1985-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan lahan lebih banyak
terjadi di lahan non hutan sedangkan lahan hutan relatif tetap. Penggunaan lahan
optimal terlihat pada tahun 2010 yang ditunjukkan dengan aliran permukaan yang
paling kecil dan hasil air yang tinggi. Perbaikan respon hidrologis DAS Asahan dari
tahun 1985-2010 terjadi karena luas hutannya relatif tetap, berkurangnya luas lahan
terbuka dan semak belukar serta bertambahnya luas lahan perkebunan.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Dewan Sumber Daya Air
Nasional No :Per-05/M-ekon/07/2011

https://www.dsdan.go.id/mdocsposts/permen_per_05_mekon_07_2011_penetapan
_ws.

Soegiyanto.2014.Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Rawan Banjir.Geografi FIS


Unesa.12(10):46-58
http://geo.fish.unesa.ac.id/web/index.php/publikasi/jurnal/category/3-2014-juni-
vol-12-no-1?download=19:pengelolaan-daerah-aliran-sungai-rawan-banjir

Rosmalinda P, Arwin,dan Dantje KN.2017. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap


Rezim Hidrologi DAS. Teknik Sipil ITB.24(1):91-98
https://media.neliti.com/media/publications/144952-ID-pengaruh-perubahan-
penggunaan-lahan-terh.pdf

Ahmad DS,Endang S,Hendrayanto,I Nengah dan Marimin.2016.Dampak Perubahan


Penggunaan lahan Terhadap Respon hidrologis di DAS Asahan.Penelitian Hutan
Tanaman.13(1):49-60
https://www.neliti.com/id/publications/178788/dampak-perubahan-penggunaan-
lahan-terhadap-respon-hidrologis-di-das-asahan

 https://www.cregasia.com/artikel/92/pengertian-cekungan-fisiografi-struktural-
sedimen/https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/03/160000169/bagia
n-
 https://bagusrama.wordpress.com/2012/04/19/definisi-definisi-daerah-
aliran-sungai-das/

Anda mungkin juga menyukai