PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
utamanya terdiri atas sumber daya alam tanah, air dan vegetasi serta sumber daya manusia
sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia
memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat
tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi
belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya
kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan
terhadap kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian
hulu maupun hilir demikian besarnya.
Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi
biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap
ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh
pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya
dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement).
Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya keterpaduan
antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS
tersebut. Dengan kata lain, masing-masing berjalan sendiri-sendiri dengan tujuan yang
kadangkala bertolak belakang. Sulitnya koordinasi dan sinkronisasi tersebut lebih terasa
dengan adanya otonomi daerah dalam pemerintahan dan pembangunan dimana daerah
berlomba memacu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada.
Dari sudut pandang pengelolaan, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan
ekosistem yang unsur - unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi)
serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat dan pengelola sumberdaya alam
tersebut. DAS dipandang sebagai basis utama yang tepat dalam membentuk unit
pembangunan berkelanjutan yang berpilarkan ekologi, ekonomi dan sosial dikarenakan
beberapa hal, yaitu : DAS merupakan sistem alami yang jelas batas-batasnya, rentang area
dimulai dari pegunungan sampai dengan pesisir beserta area diantaranya, dapat memberikan
1
pandangan secara holistik dari berbagai komponen pembentuknya, memperlihatkan
bagaimana ekosistem dataran tinggi, rendah dan pesisir saling berhubungan dan sederhana
dalam memonitoring pengaruh berbagai aktifitas/kegiatan terhadap lingkungan. Sebagai
sebuah unit pembangunan berkelanjutan sistem DAS mempunyai kerangka kerja yang
mendorong kolaborasi atau kerjasama diantara stakeholder (pemangku kewajiban) untuk
mengelola, mempertahankan dan mendistribusikan manfaat kepada stakeholder generasi
sekarang dan mendatang, diantara dan diluar unit tersebut.
DAS Liliba, Sungai Liliba dengan luas DAS 23,83 Km2 dan panjang sungai 12,6 Km.
Sungai Liliba melintas Kota Kupang. Hulu sungai Liliba berada di wilayah Kolhua dan
bermuara di teluk Kupang. Beberapa penggunaan lahan yang ada di DAS Lliba yaitu
pemukiman, sawah, tegalan, hutan, kebun campur, dan perkebunan.
1.2 Permasalahan
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)?
2. Bagaimana kinerja Sub DAS Manikin berdasarkan penggunaan lahan?
3. Siapa-siapa Pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)?
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Asdak (2010) berpendapat
bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-
punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
Menurut Asdak (2010) DAS dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian hulu, bagian
tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagian Hulu
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 20%).
2. Bagian Tengah
Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua
3. Bagian Hilir
3
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat kecil (kurang
dari 10%).
DAS yang sehat dapat menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber makanan bagi
manusia dan hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya, serta empat
berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi baik secara positif
dan negatif oleh adanya interaksi dari sumber daya air dengan sumber daya alam lainnya.
Dampak dari interaksi sumberdaya tersebut tidak terbatas pada batasan politik saja. Sebagai
contoh yang nyata adalah air. Air yang mengalir dalam kapasitas yang sangat besar akan
mengakibatkan terjadinya banjir. aliran air yang besar akan mengalir dari permukaan yang
tinggi ke permukaan yang lebih rendah tanpa memperdulikan batas-batas administrasi. Dari
DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam
dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan
keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara
mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan
keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia
DAS sebagai suatu sistem hidrologi meliputi jasad hidup, lingkungan fisik dan kimia
yang berinteraksi secara dinamik dan di dalamnya terjadi keseimbangan dinamik antara
energi dan material yang masuk dengan energi dan material yang keluar. Energi matahari,
iklim di atas DAS dan unsur-unsur endogenik di bawah permukaan DAS merupakan
4
masukan, sedangkan air dan sedimen yang keluar dari muara DAS serta air yang kembali ke
udara melalui evapotranspirasi adalah keluaran DAS. Konsep dasar yang digunakan dalam
setiap hidrologi adalah Daur Hidrologi. Konsep Daur Hidrologi merupakan titik awal
Ahli hidrologi banyak yang menaruh perhatian terhadap perolehan debit dan curah
hujan. Semakin besar curah hujan yang jatuh di sungai atau sekitar aliran sungai, debit sungai
akan semakin besar. Debit adalah volume aliran yang terjadi di suatu sungai pada periode
waktu tertentu. Bila terjadi hujan yang sangat lebat, debit akan sangat tinggi melampaui
kapasitas aliran sungai atau kapasitas tampung bendung, sehingga dapat menimbulkan banjir
di sungai dan DAS. Pada suatu sungai besarnya debit aliran susah untuk di ukur, biasanya
angka yang menjadi patokan sebagai pemantau adalah tinggi muka air. Nilai tinggi muka air
kemudian digunakan menduga besarnya debit yang terjadi pada sungai atau DAS. Hubungan
antara tinggi muka air dan debit ditentukan oleh ciri-ciri fisik dari aliran disebelah hilir alat
ukur. Semakin besar debit aliran, muka air juga akan semakin tinggi. Besarnya debit air
sungai selain dipengaruhi oleh limpasan permukaan juga dipengaruhi aliran bawah
Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda
pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi, populasi tumbuhan
dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lampau dan masa kini yang bersifat mantap dan
mendaur (PP No. 150 tahun 2000). Sedangkan menurut Widyaningsih (2008) lahan (land)
didefinisikan sebagai bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik
termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Wahyunto et al. (2001) berpendapat
bahwa perubahan tata guna lahan adalah berubahnya penggunaan lahan dari satu sisi
penggunaan ke penggunaan yang lain di ikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan
5
yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi lahan suatu daerah
Perubahan fungsi tutupan lahan dari kawasan konservasi (lahan hijau) menjadi kawasan
terbangun (permukiman) akan memperberat tekanan terhadap kondisi lingkungan antara lain
pengaruhi besarnya laju erosi dan sedimentasi di wilayah hulu, menimbulkan banjir dan
genangan di wilayah hilir, serta tanah longsor dan kekeringan. Pergeseran fungsi lahan di
kawasan pinggiran, dari lahan pertanian dan tegalan atau kawasan hutan yang juga berfungsi
sebagai daerah resapan air, berubah menjadi kawasan perumahan, industri dan kegiatan usaha
non pertanian lainnya, berdampak pada ekosistem alami setempat. Fenomena ini memberi
konsekuensi logis terjadinya penurunan jumlah dan mutu lingkungan, baik kualitas maupun
kuantitasnya, yaitu menurunnya sumberdaya alam seperti, tanah dan keanekaragaman hayati
serta adanya perubahan siklus hidrologi dan keanekaragaman hayati. Perubahan siklus
hidrologi adalah terjadinya perubahan perilaku dan fungsi air permukaan, yaitu menurunnya
aliran dasar (base flow) dan meningkatnya aliran permukaan (surface run off), yang
daerah hilir. Perubahan fungsi lahan dalam suatu DAS juga dapat menyebabkan peningkatan
erosi, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan sungai atau saluran air (Suripin,
2003).
Penggunaan lahan adalah hasil usaha manusia dalam mengelola sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Menurut Soeryanegara (2003) terdapat tiga
aspek kepentingan pokok di dalam penggunaan sumber daya lahan, yaitu 1) lahan diperlukan
manusia untuk tempat tinggal, tempat bercocok tanam, memelihara ternak, memelihara ikan
dan lainnya, (2) lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa, dan (3) lahan
mengandung bahan tambang yang bermanfaat bagi manusia. Pada pengelolaan lahan sering
terjadi adanya benturan kepentingan antara pihak-pihak pengguna lahan atau sektor-sektor
6
pembangunan yang memerlukan lahan. Hal ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan
kurang sesuai dengan kapabilitasnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapabilitas lahan
adalah : (1) jenis tanah dan kesuburannya, (2) keadaan lapangan, relief, topografi, dan
ketinggian tempat, (3) aksesbilitas, (4) kemampuan dan kesesuaian tanah dan (5) besarnya
tekanan penduduk.
pertanian, padang penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional
kombinasi antara jalan, bangunan, tegalan/pekarangan, dan bangunan itu sendiri (kampung
dan emplasemen); (2) kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran merupakan daerah
yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik dengan pola acak
maupun teratur sebagai pembatas tegalan; (3) tegalan merupakan daerah yang ditanami
umumnya tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tak ditanami dimana vegetasi yang
umum dijumpai adalah padi gogo, singkong, jagung, kentang, dan kacang tanah; (4) sawah
merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi
tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga beberapa hari sebelum panen; (5) hutan
merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik alami maupun dikelola
manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat; (6) lahan terbuka, merupakan daerah
yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia; (7) semak
belukar adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan
7
Konsep Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
pendekatan holistik dalam mengelola sumberdaya alam yang bertujuan untuk meningkatkan
daerah dataran tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan berkumpul pada beberapa
parit, anak sungai, dan kemudian menuju ke sebuah sungai. Keseluruhan daerah yang
menyediakan air bagi anak sungai dan sungai-sungai tersebut merupakan daerah tangkapan
DAS merupakan unit hydro-geologis yang meliputi daerah dalam sebuah tempat
penyaluran air. Air hujan yang jatuh di daerah ini mengalir melalui suatu pola aliran
permukaan menuju suatu titik yang disebut outlet aliran air. Untuk tujuan pengelolaan dan
perlindungan, DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah
dan DAS bagian hilir. Daerah hulu merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai
yang merupakan tempat tertinggi dalam suatu DAS, sedangkan daerah hilir adalah daerah
yang dekat dengan jalan ke luar air bagi setiap DAS dan daerah tengah adalah daerah yang
DAS memiliki aspek sosial yang kompleks. Sebagian penduduk yang memiliki tanah
di DAS atau yang bergantung pada sumber DAS tidak tinggal di dalam DAS tersebut.
Dengan kata lain ada petani yang tinggal di luar DAS, yang merupakan pemilik lahan
pertanian yang terletak dalam suatu DAS atau penduduk yang memanfaatkan sumber daya
alam ini. Ada petani yang tidak memiliki lahan garapan, dan ada petani yang memiliki lahan
di beberapa DAS. Aspek sosial ini sangat berperan dalam pembentukan sebuah lembaga yang
mengelola program DAS. Oleh karena itu, kompleksitas ini sangat penting untuk dipahami
8
BAB III
PEMBAHASAN
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
Sungai Liliba dengan luas DAS DAS 23,83 Km2 dan panjang sungai 12,6 Km. Sungai
Liliba melintas i Kota Kupang, Hulu sungai Liliba berada di Wilayah Kolhua dan bermuara
di teluk Kupang.
9
3.2 Pemanfatan Das Liliba
Penduduk yang tinggal dalam DAS dan menggunakan sumberdaya alam tersebut
merupakan bagian penting dari program pengelolaan DAS. Mereka merupakan sumber utama
keahlian, kearifan dan rasa percaya diri penduduk dalam mengelola dan meningkatkan
sumberdaya alam sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi dukungan bagi
10
2. Persawahan
3. Perkebunan
4. Peternakan
Banyak masyrakat di daerah manikin yang memelihara bintang dekat dengan alur
sungai. Hal ini dilakukan masyarakat untuk memudahkan mereka dalam memberikan
11
5. Kebutuhan Rumah Tangga
Masyrakat di daerah Liliba menggunakan langsung air yang mengalir di aliran sungai
Liliba.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang
akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik
yang saling bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
4.2 Saran
Adapun untuk makalah ini sebaiknya dapat menjadi bahan pembelajaran pemanfaatan
13