Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
utamanya terdiri atas sumber daya alam tanah, air dan vegetasi serta sumber daya manusia
sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia
memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat
tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi
belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya
kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan
terhadap kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian
hulu maupun hilir demikian besarnya.

Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi
biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap
ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh
pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya
dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement).

Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya keterpaduan
antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS
tersebut. Dengan kata lain, masing-masing berjalan sendiri-sendiri dengan tujuan yang
kadangkala bertolak belakang. Sulitnya koordinasi dan sinkronisasi tersebut lebih terasa
dengan adanya otonomi daerah dalam pemerintahan dan pembangunan dimana daerah
berlomba memacu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada.

Dari sudut pandang pengelolaan, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan
ekosistem yang unsur - unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi)
serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat dan pengelola sumberdaya alam
tersebut. DAS dipandang sebagai basis utama yang tepat dalam membentuk unit
pembangunan berkelanjutan yang berpilarkan ekologi, ekonomi dan sosial dikarenakan
beberapa hal, yaitu : DAS merupakan sistem alami yang jelas batas-batasnya, rentang area
dimulai dari pegunungan sampai dengan pesisir beserta area diantaranya, dapat memberikan

1
pandangan secara holistik dari berbagai komponen pembentuknya, memperlihatkan
bagaimana ekosistem dataran tinggi, rendah dan pesisir saling berhubungan dan sederhana
dalam memonitoring pengaruh berbagai aktifitas/kegiatan terhadap lingkungan. Sebagai
sebuah unit pembangunan berkelanjutan sistem DAS mempunyai kerangka kerja yang
mendorong kolaborasi atau kerjasama diantara stakeholder (pemangku kewajiban) untuk
mengelola, mempertahankan dan mendistribusikan manfaat kepada stakeholder generasi
sekarang dan mendatang, diantara dan diluar unit tersebut.

DAS Liliba, Sungai Liliba dengan luas DAS 23,83 Km2 dan panjang sungai 12,6 Km.
Sungai Liliba melintas Kota Kupang. Hulu sungai Liliba berada di wilayah Kolhua dan
bermuara di teluk Kupang. Beberapa penggunaan lahan yang ada di DAS Lliba yaitu
pemukiman, sawah, tegalan, hutan, kebun campur, dan perkebunan.

1.2 Permasalahan
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)?
2. Bagaimana kinerja Sub DAS Manikin berdasarkan penggunaan lahan?
3. Siapa-siapa Pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui Konsep-konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.


2. Mengetahui Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
3. Mengetahui kinerja Sub DAS Liliba berdasarkan penggunaan lahan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke

laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai

dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Asdak (2010) berpendapat

bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-

punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.

Menurut Asdak (2010) DAS dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian hulu, bagian

tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagian Hulu

a. Merupakan daerah konservasi.

b. Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi.

c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 20%).

d. Bukan merupakan daerah banjir.

e. Pengaturan air ditentukan oleh pola drainase.

2. Bagian Tengah

Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua

karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas.

3. Bagian Hilir

a. Merupakan daerah pemanfaatan.

b. Kerapatan drainase lebih kecil.

3
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat kecil (kurang

dari 10%).

d. Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan).

e. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.

DAS yang sehat dapat menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber makanan bagi

manusia dan hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya, serta empat

berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi baik secara positif

dan negatif oleh adanya interaksi dari sumber daya air dengan sumber daya alam lainnya.

Dampak dari interaksi sumberdaya tersebut tidak terbatas pada batasan politik saja. Sebagai

contoh yang nyata adalah air. Air yang mengalir dalam kapasitas yang sangat besar akan

mengakibatkan terjadinya banjir. aliran air yang besar akan mengalir dari permukaan yang

tinggi ke permukaan yang lebih rendah tanpa memperdulikan batas-batas administrasi. Dari

sinilah diperlukan suatu pengelolaan DAS (Agus dan Widianto, 2004).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012, pengelolaan

DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam

dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan

keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara

berkelanjutan. Pada dasarnya pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk

mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan

keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia

secara berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2000).

DAS sebagai suatu sistem hidrologi meliputi jasad hidup, lingkungan fisik dan kimia

yang berinteraksi secara dinamik dan di dalamnya terjadi keseimbangan dinamik antara

energi dan material yang masuk dengan energi dan material yang keluar. Energi matahari,

iklim di atas DAS dan unsur-unsur endogenik di bawah permukaan DAS merupakan

4
masukan, sedangkan air dan sedimen yang keluar dari muara DAS serta air yang kembali ke

udara melalui evapotranspirasi adalah keluaran DAS. Konsep dasar yang digunakan dalam

setiap hidrologi adalah Daur Hidrologi. Konsep Daur Hidrologi merupakan titik awal

pengetahuan mengenai hidrologi (Galleguillos et al., 2011).

Ahli hidrologi banyak yang menaruh perhatian terhadap perolehan debit dan curah

hujan. Semakin besar curah hujan yang jatuh di sungai atau sekitar aliran sungai, debit sungai

akan semakin besar. Debit adalah volume aliran yang terjadi di suatu sungai pada periode

waktu tertentu. Bila terjadi hujan yang sangat lebat, debit akan sangat tinggi melampaui

kapasitas aliran sungai atau kapasitas tampung bendung, sehingga dapat menimbulkan banjir

di sungai dan DAS. Pada suatu sungai besarnya debit aliran susah untuk di ukur, biasanya

angka yang menjadi patokan sebagai pemantau adalah tinggi muka air. Nilai tinggi muka air

kemudian digunakan menduga besarnya debit yang terjadi pada sungai atau DAS. Hubungan

antara tinggi muka air dan debit ditentukan oleh ciri-ciri fisik dari aliran disebelah hilir alat

ukur. Semakin besar debit aliran, muka air juga akan semakin tinggi. Besarnya debit air

sungai selain dipengaruhi oleh limpasan permukaan juga dipengaruhi aliran bawah

permukaan dan air tanah (Hwan et al., 2013).

Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda

pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi, populasi tumbuhan

dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lampau dan masa kini yang bersifat mantap dan

mendaur (PP No. 150 tahun 2000). Sedangkan menurut Widyaningsih (2008) lahan (land)

didefinisikan sebagai bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik

termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Wahyunto et al. (2001) berpendapat

bahwa perubahan tata guna lahan adalah berubahnya penggunaan lahan dari satu sisi

penggunaan ke penggunaan yang lain di ikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan

5
yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi lahan suatu daerah

pada kurun waktu yang berbeda.

Perubahan fungsi tutupan lahan dari kawasan konservasi (lahan hijau) menjadi kawasan

terbangun (permukiman) akan memperberat tekanan terhadap kondisi lingkungan antara lain

pengaruhi besarnya laju erosi dan sedimentasi di wilayah hulu, menimbulkan banjir dan

genangan di wilayah hilir, serta tanah longsor dan kekeringan. Pergeseran fungsi lahan di

kawasan pinggiran, dari lahan pertanian dan tegalan atau kawasan hutan yang juga berfungsi

sebagai daerah resapan air, berubah menjadi kawasan perumahan, industri dan kegiatan usaha

non pertanian lainnya, berdampak pada ekosistem alami setempat. Fenomena ini memberi

konsekuensi logis terjadinya penurunan jumlah dan mutu lingkungan, baik kualitas maupun

kuantitasnya, yaitu menurunnya sumberdaya alam seperti, tanah dan keanekaragaman hayati

serta adanya perubahan siklus hidrologi dan keanekaragaman hayati. Perubahan siklus

hidrologi adalah terjadinya perubahan perilaku dan fungsi air permukaan, yaitu menurunnya

aliran dasar (base flow) dan meningkatnya aliran permukaan (surface run off), yang

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hidrologis dan terjadinya banjir dan genangan di

daerah hilir. Perubahan fungsi lahan dalam suatu DAS juga dapat menyebabkan peningkatan

erosi, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan sungai atau saluran air (Suripin,

2003).

Penggunaan lahan adalah hasil usaha manusia dalam mengelola sumber daya yang

tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Menurut Soeryanegara (2003) terdapat tiga

aspek kepentingan pokok di dalam penggunaan sumber daya lahan, yaitu 1) lahan diperlukan

manusia untuk tempat tinggal, tempat bercocok tanam, memelihara ternak, memelihara ikan

dan lainnya, (2) lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa, dan (3) lahan

mengandung bahan tambang yang bermanfaat bagi manusia. Pada pengelolaan lahan sering

terjadi adanya benturan kepentingan antara pihak-pihak pengguna lahan atau sektor-sektor

6
pembangunan yang memerlukan lahan. Hal ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan

kurang sesuai dengan kapabilitasnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapabilitas lahan

adalah : (1) jenis tanah dan kesuburannya, (2) keadaan lapangan, relief, topografi, dan

ketinggian tempat, (3) aksesbilitas, (4) kemampuan dan kesesuaian tanah dan (5) besarnya

tekanan penduduk.

Tipe penggunaan lahan secara umum meliputi pemukiman, kawasan budidaya

pertanian, padang penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional

mengelompokkan jenis penggunaan lahan sebagai berikut : (1) pemukiman, berupa

kombinasi antara jalan, bangunan, tegalan/pekarangan, dan bangunan itu sendiri (kampung

dan emplasemen); (2) kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran merupakan daerah

yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik dengan pola acak

maupun teratur sebagai pembatas tegalan; (3) tegalan merupakan daerah yang ditanami

umumnya tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tak ditanami dimana vegetasi yang

umum dijumpai adalah padi gogo, singkong, jagung, kentang, dan kacang tanah; (4) sawah

merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi

tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga beberapa hari sebelum panen; (5) hutan

merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik alami maupun dikelola

manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat; (6) lahan terbuka, merupakan daerah

yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia; (7) semak

belukar adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan

tajuk yang relatif kurang rimbun (Widyaningsih, 2008).

7
Konsep Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu merupakan sebuah

pendekatan holistik dalam mengelola sumberdaya alam yang bertujuan untuk meningkatkan

kehidupan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam secara berkesinambungan. Di

daerah dataran tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan berkumpul pada beberapa

parit, anak sungai, dan kemudian menuju ke sebuah sungai. Keseluruhan daerah yang

menyediakan air bagi anak sungai dan sungai-sungai tersebut merupakan daerah tangkapan

air (Catchment area), dikenal sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS).

DAS merupakan unit hydro-geologis yang meliputi daerah dalam sebuah tempat

penyaluran air. Air hujan yang jatuh di daerah ini mengalir melalui suatu pola aliran

permukaan menuju suatu titik yang disebut outlet aliran air. Untuk tujuan pengelolaan dan

perlindungan, DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah

dan DAS bagian hilir. Daerah hulu merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai

yang merupakan tempat tertinggi dalam suatu DAS, sedangkan daerah hilir adalah daerah

yang dekat dengan jalan ke luar air bagi setiap DAS dan daerah tengah adalah daerah yang

terletak di antara daerah hulu dan daerah hilir.

DAS memiliki aspek sosial yang kompleks. Sebagian penduduk yang memiliki tanah

di DAS atau yang bergantung pada sumber DAS tidak tinggal di dalam DAS tersebut.

Dengan kata lain ada petani yang tinggal di luar DAS, yang merupakan pemilik lahan

pertanian yang terletak dalam suatu DAS atau penduduk yang memanfaatkan sumber daya

alam ini. Ada petani yang tidak memiliki lahan garapan, dan ada petani yang memiliki lahan

di beberapa DAS. Aspek sosial ini sangat berperan dalam pembentukan sebuah lembaga yang

mengelola program DAS. Oleh karena itu, kompleksitas ini sangat penting untuk dipahami

sebelum sebuah lembaga terbentuk.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DESKRIPSI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LILIBA

Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau

ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengauh aktivitas daratan.

Sungai Liliba dengan luas DAS DAS 23,83 Km2 dan panjang sungai 12,6 Km. Sungai

Liliba melintas i Kota Kupang, Hulu sungai Liliba berada di Wilayah Kolhua dan bermuara

di teluk Kupang.

Gambar 3.1 Lokasi DAS dan SUB DAS LILIBA

9
3.2 Pemanfatan Das Liliba

Penduduk yang tinggal dalam DAS dan menggunakan sumberdaya alam tersebut

merupakan bagian penting dari program pengelolaan DAS. Mereka merupakan sumber utama

dan perlu menginvestasikan dananya demi kemajuan pengelolaan DAS. Pengembangan

keahlian, kearifan dan rasa percaya diri penduduk dalam mengelola dan meningkatkan

sumberdaya alam sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi dukungan bagi

kelompok dalam membina kelembagaan yang mengembangkan visi/misi mereka, sebuah

strategi untuk memenuhi visi mereka.

Beberapa pemanfaatan Das Liliba ;

1. Perusahan Daerah Air Minum (PDAM)

Dengan Memanfaatkan aliran sungai pemerintah membangun PDAM di daerah tarus

yang merupakan sub Das Liliba.

Gambar PDAM LILIBA

10
2. Persawahan

3. Perkebunan

4. Peternakan

Banyak masyrakat di daerah manikin yang memelihara bintang dekat dengan alur

sungai. Hal ini dilakukan masyarakat untuk memudahkan mereka dalam memberikan

air pada ternak mereka.

11
5. Kebutuhan Rumah Tangga
Masyrakat di daerah Liliba menggunakan langsung air yang mengalir di aliran sungai
Liliba.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemanfaatan DAS mengandung pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek yang

menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang

akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik

yang saling bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak

merugikan kinerja DAS secara keseluruhan.

4.2 Saran

Adapun untuk makalah ini sebaiknya dapat menjadi bahan pembelajaran pemanfaatan

Daerah Aliran Sungai (DAS).

13

Anda mungkin juga menyukai