PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh
yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut
(Nilda, 2014). Saat ini fungsi DAS mulai menurun, dikarenakan terdapat berbagai
arah lahan kritis. Menurut Asdak (2004) pengelolaan DAS merupakan upaya
manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam
dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya dengan tujuan membina
Sungai Tulis merupakan salah satu sungai besar yang menjadi batas antara
yang ada di Sub DAS Tulis yaitu pemukiman, sawah, tegalan, hutan, kebun
campur, perkebunan, dan perikanan. Sub DAS Tulis mempunyai luas wilayah
3143,3 mm/tahun dan jumlah hari hujan ± 180 hari, memungkinkan terjadinya
1
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.61 /Menhut-II/2014
untuk tujuan evaluasi kinerja pengelolaan DAS. Berdasarkan hal tersebut maka
perlu dilakukan penilaian atas kinerja Sub DAS Tulis yang telah dilakukan.
Kriteria yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi kinerja Sub DAS Tulis
adalah penggunaan lahan. Indikator yang digunakan pada yaitu Indeks Penutupan
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Asdak (2010) berpendapat bahwa DAS
Menurut Asdak (2010) DAS dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat
1. Bagian Hulu
20%).
2. Bagian Tengah
3
Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari
3. Bagian Hilir
DAS yang sehat dapat menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber
makanan bagi manusia dan hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan
makhluk lainnya, serta empat berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi
akan selalu dipengaruhi baik secara positif dan negatif oleh adanya interaksi dari
sumber daya air dengan sumber daya alam lainnya. Dampak dari interaksi
sumberdaya tersebut tidak terbatas pada batasan politik saja. Sebagai contoh yang
nyata adalah air. Air yang mengalir dalam kapasitas yang sangat besar akan
mengakibatkan terjadinya banjir. aliran air yang besar akan mengalir dari
pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya,
4
agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya
timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan keserasian ekosistem
DAS sebagai suatu sistem hidrologi meliputi jasad hidup, lingkungan fisik
dan kimia yang berinteraksi secara dinamik dan di dalamnya terjadi keseimbangan
dinamik antara energi dan material yang masuk dengan energi dan material yang
keluar. Energi matahari, iklim di atas DAS dan unsur-unsur endogenik di bawah
permukaan DAS merupakan masukan, sedangkan air dan sedimen yang keluar
dari muara DAS serta air yang kembali ke udara melalui evapotranspirasi adalah
keluaran DAS. Konsep dasar yang digunakan dalam setiap hidrologi adalah Daur
Ahli hidrologi banyak yang menaruh perhatian terhadap perolehan debit dan
curah hujan. Semakin besar curah hujan yang jatuh di sungai atau sekitar aliran
sungai, debit sungai akan semakin besar. Debit adalah volume aliran yang terjadi
di suatu sungai pada periode waktu tertentu. Bila terjadi hujan yang sangat lebat,
debit akan sangat tinggi melampaui kapasitas aliran sungai atau kapasitas
tampung bendung, sehingga dapat menimbulkan banjir di sungai dan DAS. Pada
suatu sungai besarnya debit aliran susah untuk di ukur, biasanya angka yang
menjadi patokan sebagai pemantau adalah tinggi muka air. Nilai tinggi muka air
5
kemudian digunakan menduga besarnya debit yang terjadi pada sungai atau DAS.
Hubungan antara tinggi muka air dan debit ditentukan oleh ciri-ciri fisik dari
aliran disebelah hilir alat ukur. Semakin besar debit aliran, muka air juga akan
semakin tinggi. Besarnya debit air sungai selain dipengaruhi oleh limpasan
permukaan juga dipengaruhi aliran bawah permukaan dan air tanah (Hwan et al.,
2013).
populasi tumbuhan dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lampau dan
masa kini yang bersifat mantap dan mendaur (PP No. 150 tahun 2000). Sedangkan
lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lain diikuti dengan
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya atau berubahnya fungsi lahan suatu daerah pada kurun waktu yang
berbeda.
kondisi lingkungan antara lain pengaruhi besarnya laju erosi dan sedimentasi di
wilayah hulu, menimbulkan banjir dan genangan diwilayah hilir, serta tanah
6
longsor dan kekeringan. Pergeseran fungsi lahan di kawasan pinggiran, dari lahan
pertanian dan tegalan atau kawasan hutan yang juga berfungsi sebagai daerah
resapan air, berubah menjadi kawasan perumahan, industri dan kegiatan usaha
non pertanian lainnya, berdampak pada ekosistem alami setempat. Fenomena ini
tanah dan keanekaragaman hayati serta adanya perubahan siklus hidrologi dan
perilaku dan fungsi air permukaan, yaitu menurunnya aliran dasar (base flow) dan
Perubahan fungsi lahan dalam suatu DAS juga dapat menyebabkan peningkatan
erosi, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan sungai atau saluran air
(Suripin, 2003).
sumber daya lahan, yaitu 1) lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal,
tempat bercocok tanam, memelihara ternak, memelihara ikan dan lainnya, (2)
lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa, dan (3) lahan
lahan atau sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan. Hal ini seringkali
7
mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabilitasnya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kapabilitas lahan adalah : (1) jenis tanah dan
kesuburannya, (2) keadaan lapangan, relief, topografi, dan ketinggian tempat, (3)
aksesbilitas, (4) kemampuan dan kesesuaian tanah dan (5) besarnya tekanan
penduduk.
dan bangunan itu sendiri (kampung dan emplasemen); (2) kebun, meliputi kebun
campuran dan kebun sayuran merupakan daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan
satu jenis maupun campuran, baik dengan pola acak maupun teratur sebagai
tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tak ditanami dimana vegetasi yang
umum dijumpai adalah padi gogo,singkong, jagung, kentang, kedelai dan kacang
tanah; (4) sawah merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman
utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga
beberapa hari sebelum panen; (5) hutan merupakan wilayah yang ditutupi oleh
vegetasi pepohonan, baik alami maupun dikelola manusia dengan tajuk yang
rimbun, besar serta lebat; (6) lahan terbuka, merupakan daerah yang tidak terdapat
vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia; (7) semak belukar
adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan
8
Berdasarkan buku Pedoman Monev (Ditjen RLPS, 2009), Indeks Penutup
Lahan (IPL) DAS dihitung berdasarkan luas lahan bervegetasi permanen sebagai
berikut:
LVP
IPL = x100%
Luas DAS
Keterangan :
vegetation)
Luas DAS (ha) = Luas DAS mikro/Sub-DAS/ DAS yang dimonev (Area of mikro
Watershed/SubWatershed/Watershed)
hujan dan kelerengan (Priyono et al., 1999). Selanjutnya, IKPL untuk seluruh sub-
LPS
KPL = x100%
Luas D AS
Keterangan :
LPS (ha) = luas penggunaan lahan yang sesuai di DAS/Sub-DAS (The suitable
Luas DAS (The area of watershed) (Ha) = luas DAS/Sub-DAS yang di monev
9
II. METODE PRAKTIKUM
Alat yang dibutuhkan adalah laptop dan kalkulator dan bahan yang
B. Prosedur Kerja
1. Skripsi dibaca dan dianalisis data yang tersedia dan bandingkan dari literatur.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
LVP
IPL = x 100%
Luas DAS
1.570,025+1.055,961
= x 100% = 17,46%
15.037,889
LPS
KPL = x 100%
Luas DAS
15.037,889
= x 100%
15.037,889
11
= 1%
B. Pembahasan
Sub DAS tulis merupakan bagian dari DAS Serayu Bagian Hulu, dimana
Wonosobo. Secara astronomis Sub DAS Tulis terletak antara 109° 44’ 55” BT -
109° 55’ 04” BT dan 07° 10’ 36” LS dan 07° 23’ 24” LS. Berdasarkan analisis
spasial yang dilakukan oleh Palupi (2011) dengan menggunakan program Arc
View 3.2, luas wilayah Sub DAS Tulis 15.037,889 ha. Wilayah Sub DAS Tulis
persen, dengan ketinggian antara 600-2.100 m dpl (Kab. Wonosobo dan Kab.
Banjarnegara, 2010). Jenis tanah yang terdapat di wilayah Sub DAS Tulis terdiri
12
(25,36%), andosol seluas 9.200,064 ha (61,18%) dan alluvial seluas 511,323
(3,4%).
13
Gambar 1. Peta Lokasi Sub DAS Tulis
14
Gambar 2. Peta Areal Sub DAS Tulis
15
Gambar 3. Peta Kelas Lereng Sub DAS Tulis
16
Gambar 4. Peta Jenis Tanah Sub DAS Tulis
17
Hasil Analisis dari Dinas Pengairan dan ESDM (1990-1999) curah hujan di
Sub DAS Tulis berkisar 2.879 mm/tahun hingga 3.360 mm/tahun dan jumlah hari
hujan antara 174,5 hari/tahun hingga 190,3 hari/tahun dengan curah hujan rata-
rata sebesar 3.143,3 mm/tahun dan jumlah curah hujan rata-rata harian 180,6
dalam iklim B yang memiliki 3 bulan kering (<60 mm) dan 9 bulan basah (>100
termasuk dalam zona iklim B dengan jumlah bulan basah 7 bulan ( ≥ 200 mm),
jumlah bulan kering 3 bulan ( ≤ 100 mm), dan bulan lembab 2 bulan (100-200
mm).
pemukiman, kebun campur, hutan, sawah, dan tegalan. Sebagian besar warga
sekitar Sub DAS Tulis mencari penghidupan dengan cara memanfaatkan lahan,
dapat memberikan dampak positif bagi aliran sungai yang ada dibawahnya.
Penggunaan paling luas di daerah Sub DAS Tulis yaitu Tegalan. Tegalan
didominasi oleh tanaman salak, hutan didominasi oleh tanaman pinus. Sawah
didominasi oleh tanaman padi, sebagian besar termasuk sawah tadah hujan,
bahkan sawah irigasi mempunyai luasan paling kecil dari keseluruhan luas
wilayah Sub DAS Tulis. Luas masing-masing penggunaan lahan yang ada di Sub
18
Gambar 1.5 Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Tulis
19
Menurut Arsyad (1989) aktivitas pemanfaatan dapat mengubah kondisi
permukaan tanah, yang biasanya dikonsentrasikan di daerah hulu dan tengah suatu
DAS. Erosi tanah yang terjadi akan membawa dampak negatif maupun positif
bagi daerah hilir maupun hulu. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan
terbawa oleh aliran permukaan yang kemudian diendapkan pada suatu tempat
lahan, morfometri DAS, topografi, geologi, dan tataguna lahan. Semakin besar
ukuran DAS, semakin besar air larian dan volume air larian, tetapi laju maupun
volume air larian per satuan wilayah dalam DAS turun. Laju aliran dipengaruhi
oleh kemiringan lahan, semakin besar kemiringan lahan suatu DAS, maka
semakin cepat laju air larian. Air larian/aliran permukaan merupakan awal dari
terjadinya debit aliran. Air hujan yang tidak dapat terserap ke dalam tanah dan
tanaman karena kondisi tertentu akan menjadi aliran permukaan yang kemudian
menjadi debit aliran pada sungai. Debit yang terjadi pada sungai berpengaruh
dalam suatu DAS. Berdasarkan variasi penggunaan lahan Sub DAS Tulis, Palupi
(2011) menguji pengaruh terhadap besarnya sedimen, dan besarnya debit aliran.
20
Hasil analisis data yang dilakukan oleh Palupi (2011) menunjukan bahwa
besarnya debit yang terjadi pada Sub DAS Tulis. Menurut Rahim (2003)
penggunaan lahan merupakan salah satu faktor terjadinya erosi. Vegetasi pada
dasarnya mampu mempengaruhi erosi dan debit aliran karena adanya (1)
intersepsi air hujan oleh tajuk dan absorb energi air hujan, sehingga memperkecil
biologi dalam tanah; dan (4) peningkatan kecepatan kehilangan air karena
transpirasi.
sawah, hutan, kebun campur, pemukiman, tegalan. Menurut Rahim (2003) secara
tergantung pada jenis tanaman perakaran, tinggi tanaman, tajuk, dan tingkat
ini pada umumnya tidak memiliki perakaran yang kuat, tanamannya pendek, tajuk
tidak lebar, dan dibudidayakan hanya pada musim tertentu. Jenis tanaman yang
ditanam pada lahan sawah adalah padi. Padi tidak memilki perakaran yang kuat,
sehingga tidak dapat mengikat tanah dengan kuat. Hal ini menunjukan bahwa
21
pada lahan sawah sangat berpotensi terjadinya erosi dan mudah meloloskan air
menjadi aliran permukaan yang pada akhirnya akan menjadi debit aliran.
manusia dan yang tumbuh secara alami. Tanaman tahunan pada umumnya sangat
baik untuk menahan erosi, tetapi pada jenis tumbuhan tertentu juga berpotensi
menimbulkan erosi. Tanaman hutan yang ada pada Sub DAS Tulis yaitu pinus.
Pinus memiliki tajuk daun yang runcing, sehingga air hujan langsung mengenai
permukaan tanah, hal ini sangat berpotensi terjadinya erosi. Erosi juga
dipengaruhi oleh jenis tanah dan kelerengan. Meskipun akar tanaman pinus
merupakan akar yang kuat, dan seharusnya tidak menimbulkan potensi erosi,
tetapi jenis tanah dan kelerengan tidak mendukung untuk pengikatan tanah secara
kuat. Tanah yang ditanami pohon pinus merupakan jenis latosol dengan
sayuran (tanaman semusim). Tegalan daerah kajian berjenis tanah andosol dan
dikarenakan lahan tegalan ini termasuk lahan kering, yang apabila terjadi hujan
akan langsung mengenai permukaan tanah. Lahan kering memiliki sifat mudah
meloloskan air. Tanah tidak mampu menahan air hujan, sehingga terjadi infiltrasi
yang ditanam adalah tanaman jagung dan tanaman sayuran, seperti kentang.
22
Kebun campur merupakan pertanaman tanaman tahunan yang diusahakan
oleh penduduk dengan luasan yang tidak begitu besar. Penggunaan lahan kebun
campur didominasi oleh tanaman kalba, pisang, salak, dan sengon. Tanaman
tersebut sebagian memiliki sistem perakaran yang kuat dan sebagian lagi tidak
memilki sistem perakaran yang kuat. Hal ini menyebabkan besarnya kandungan
sedimen yang terjadi tidak begitu besar dibandingkan dengan sawah dan tegalan.
Tanaman perdu yang tumbuh juga membantu dalam menekan terjadinya erosi
karena dapat menahan air. Jenis tanahnya yaitu andosol dan memiliki kelerengan
jarang. Lahan yang ada sudah terbangun oleh material-material yang menutupi
tanah, seperti paving, plester (lapisan beton), bangunan rumah, dan lain-lain,
sehingga air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah, dengan begitu
terjadinya sedimentasi dapat diminimalisir, tetapi keadaan ini seperti tidak baik.
Air hujan yang jatuh di daerah pemukiman tidak dapat masuk ke tanah (infiltrasi
Berdasarkan parameter dan standar evaluasi kinerja DAS, Sub DAS Tulis
termasuk dalam kategori jelek, yaitu kurang dari 30%. Menurut Menteri
23
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja DAS, Sub DAS Tulis memiliki kinerja
yang jelek, karena perhitungan Indeks Penutupan Lahan (IPL) sebesar 17,46%
dari 30%.
B. Saran
Aliran Sungai perlu direalisasikan agar mahasiswa dapat lebih mengerti tentang
24
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., dan Widianto. 2004. Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering. World
Agroforestry Centre ICRAF. Bogor.
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
_______. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2009. Pedoman monitoring dan
evaluasi DAS. DRLPS Press. Jakarta.
Palupi, T. 2011. Kajian Sedimen Terlarut dan Material Nutrien (N dan P) di Sub
DAS Tulis Provinsi Jawa Tengah. SKRIPSI. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Priyono, C.N.S, Mastur dan S. Donie. 1999. Pengelolaan DAS dalam Kaitannya
dengan Otonomi Daerah. Surakarta.
25
Soerianegara. I., 2003. The Primary Productivity of Selected Forest Indonesia.
Rimba Indon, 10 (4) : 246-256.
Suripin. 2003. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Wahyunto. 2001. Studi Perubahan Lahan di Sub Das Citarik, Jawa Barat dan
Kali Garang Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Multif.
26
BIODATA
27