Oleh:
Rafiga Khadijah NIM 081811133019
Sukma Nur Kumala NIM 081811133024
1.3 Tujuan
Rumusan masalah dari makalah Klasifikasi Tata Guna Lahan dan Permasalahan pada
Kawasan Hulu DAS Kuranji, Padang adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui klasifikasi tata guna lahan pada kawasan hulu DAS Kuranji, Padang.
2. Mengetahui permasalahan yang pernah terjadi pada kawasan hulu DAS Kuranji, Padang.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Daerah Air Sungai (DAS)
DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah daerah yang di batasi oleh punggung-punggung
gunung. Air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung
tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil menuju sungai utama (Asdak, 2014).
Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 tentang pengelolaan sumber daya air, DAS juga dapat
diartikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air. Air
tersebut berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Dimana batas di darat
merupakan pemisah topografi dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan
kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan
pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS, yang pada akhirnya
akan dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Peraturan Pemerintah No 37 tahun 2012 tentang
pengelolaan DAS menyatakan bahwa Pengelolaan DAS merupakan upaya manusia dalam
mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan
segala aktifitasnya. Hal tersebut sangat diperlukan agar terwujud kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara
berkelanjutan (Triastuti, 2017).
Karakteristik DAS dapat diartikan sebagai gambaran spesifik sebuah DAS yang di
cirikan oleh parameter-parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi,
hidrologi, geologi, tanah, vegetasi, tata guna lahan dan manusia, menurut (Seyhan,1990). DAS
dibagi menjadi menjadi 3 perwilayahan yang utama yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS
bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi
lingkungan DAS agar tidak terdegradasi. Terdegradasi atau tidaknya suatu DAS dapat
diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan
air (debit), dan curah hujan (Triastuti, 2017).
DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi. Manfaat tersebut dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian
muka air tanah. Indicator lainnya adalah terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan
sungai, waduk, dan danau. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi. Manfaat
tersebut dapat diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air
limbah (Triastuti, 2017).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus pada bagian hulu DAS Kuranji di Kota
Padang. DAS Kuranji di Kota Padang dipilih karena termasuk salah satu DAS terbesar dari
empat DAS yang ada di Kota Padang. DAS Kuranji menjadi sumber air utama baik untuk
pertanian dan air bersih bagi sebagian besar penduduk kota Padang. DAS ini telah lama
teridentifikasi sering mengalami banjir yang berakibat pada kerugian fisik yang cukup
signifikan pada tiga dekade terakhir.
4.2 Permasalahan yang Pernah Terjadi pada Kawasan Hulu DAS Kuranji, Padang.
Kawasan hulu merupakan bagian terpenting karena mempunyai fungsi sebagai
penyangga perlindungan terhadap keseluruhan bagian Daerah Tangkapan Air. Kawasan hulu
DAS batang kuranji berada dalam kawasan hutan lindung. Penggunaan lahan di DAS dataran
tinggi didominasi oleh hutan lindung dan kebun campuran milik masyarakat (parak).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febriamansyah (2017), degradasi tutupan hutan di
daerah tangkapan bagian hulu telah mengancam keberlanjutan kegiatan pertanian di bagian
tengah hingga hilir sungai. Berikut beberapa permasalahan yang ada di kawasan hulu DAS
Kuranji:
1. Terjadinya erosi dan luapan air sungai menyebabkan sawah rusak.
2. Beberapa kali terjadi tanah longsor di kawasan hulu saat hujan.
3. Jebolnya Bendung Gunung Nago akibat banjir bandang menyebabkan kekeringan.
4. Penyumbatan pada saluran-saluran primer aliran sungai dari kawasan hulu menuju
kawasan tengah dan hilir akibat pembuangan sampah ke sungai.
Terdapat kebijakan pada era orde baru tentang program pembangunan lima tahun
(PELITA) yang membuat terjadinya penebangan secara besar-besaran untuk mengubah
kawasan hutan menjadi kawasan perladangan. Disinilah asal permasalahan umum yang terjadi
pada kawasan hulu. Saat curah hujan 5 sampai dengan 10 tahun terakhir tinggi, areal
persawahan yang berada di lembah sungai terancam tidak dapat menghasikan produksi padi
sehingga mengancam mata pencaharian petani. Hal tersebut dikarenakan areal lahan sawah
yang berdekatan dengan kawasan hulu DAS Kuranji beberapa tahun terakhir sering terendam
karena longsor (Febriamansyah, 2017).
Selain itu, tingginya debit air hujan yang secara tiba-tiba menimbulkan air meluap dari
kemiringin bukit. Hal tersebut membuat terjadinya erosi lumpur disertai air dari kemiringan
bukit di kawasan hulu Desa Batu Busuk. Akibatnya usaha ladang holtikultura, seperti cabe,
terkena imbasnya. Ekosistem kawasan hulu pada bagian hutan lindung masih baik. Namun,
pada daerah kemiringan perbukitan Desa Batu Busuk saat ini tengah dibangun jalan untuk
menghubungkan desa diatas bukit. Hal tersebut mengakibatkan kemungkinan terjadinya banjir
apabila intensitas curah hujan tinggi. Banjir yang melanda kawasan hulu berdampak pada areal
persawahan dan areal perladangan dibawah kemiringan bukit. Banjir di kawasan hulu dapat
berakibat fatal pada daerah di bawahnya karena dapat membentuk banjir bandang. Salah satu
yang mendapat dampak dari banjir bandang adalah Bendung Gunung Nago (Febriamansyah,
2017).
Bendung Gunung Nago yang terletak di kawasan Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan
Pauh, Kota Padang merupakan sumber kehidupan masyarakat. Pasalnya, air dari Bendungan
Gunung Nago tidak hanya digunakan untuk mengaliri sawah para petani dan kolam ikan, tetapi
juga digunakan masyarakat untuk aktifitas sehari-hari. Bendung Gunung Nago bisa mengairi
2.800 hektare sawah petani dalam kondisi normal. Bendung Gunung Nago pada tahun 2007
mengalami kerusakan yaitu jebol akibat gulungan air luapan dan pada Tahun 2012 bendung ini
jebol kembali karena banjir bandang (Febriamansyah, 2017).
Jebolnya bendung menyebabkan kekeringan dibeberapa kawasan seperti kelurahan
Lambung Bukik (Pauh), Kelurahan Kuranji, Kelurahan Korong Gadang, Kelurahan Kalumbuk
dan Kelurahan Sungai Sapih. Bandar yang kering juga mengancam sumber mata air sumur-
sumur warga. Selain itu, lahan pertanian sawah, dan kolam ikan masyarakat juga terancam
kekeringan. Masalah yang terjadi dari isu banjir bandang 2012 adalah rata-rata masyarakat
masih belum peduli terhadap lingkungan seperti masih membuang sampah-sampah rumah
tangga sembarangan ke sungai-sungai. Akibatnya terjadi penyumbatan pada saluran-saluran
primer aliran sungai dari kawasan hulu menuju kawasan tengah dan hilir (Febriamansyah,
2017).
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah Klasifikasi Tata Guna Lahan dan Permasalahan pada Kawasan
Hulu DAS Kuranji, Padang adalah sebagai berikut:
1. DAS Kuranji bagian hulu terletak di kawasan Lambung Bukit. Terdapat klasifikasi 6
klasisifikasi tata guna lahan yaitu hutan lindung, hutan campuran, pemukiman, pertanian
lahan kering campur semak, sawah, dan hutan lahan kering. Perubahan tata guna lahan
tidak selalu linier melainkan fluktuatif. Mata pencaharian masyarakat daerah DAS
Kuranji bagian hulu kebanyakan mengandalkan pertanian (parak) dan tanaman lahan
kering.
2. Beberapa permasalahan yang terjadi pada kawasan hulu DAS Kuranji, Padang adalah 1)
terjadinya erosi dan luapan air sungai menyebabkan sawah rusak, 2) beberapa kali terjadi
tanah longsor di kawasan hulu saat hujan, 3) jebolnya Bendung Gunung Nago akibat
banjir bandang menyebabkan kekeringan. 4) Penyumbatan pada saluran-saluran primer
aliran sungai dari kawasan hulu menuju kawasan tengah dan hilir akibat pembuangan
sampah ke sungai. Awal penyebab semua permasalahan tersebut adalah adanya
perubahan kawasan perhutanan menjadi kawasan perladangan. Perubahan Kawasan
tersebut menyebabkan banyak pohon ditebang, sehingga penahan tanah sudah banyak
berkurang.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah penulisan makalah Klasifikasi Tata Guna Lahan dan
Permasalahan pada Kawasan Hulu DAS Kuranji, Padang adalah dengan melakukan kajian
permasalahan di bagian tengah dan hilir DAS Kuranji untuk menambah literatur. Saran lainnya
adalah dengan memikirkan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi di DAS
Kuranji terutama di bagian hulu. Solusi yang telah dipikirkan dengan matang bisa disalurkan
ke pemerintah terkait untuk menjadi pertimbangan, sehingga dengan cepat dilakukan
penanganan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Jakarta.
Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Jakarta.
Asdak, Chay. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
mada University Press.
Febriamansyah, Rudi, Yonariza, dan Nurhamidah. 2017. Membangun Model Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Yang Berkelanjutan: Kasus DAS Kuranji, Padang. Hibah
Program Pascasarjana. Padang: Universitas Andalas.
Definnas dkk. 2020. Analisa Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap DAS Batang
Kuranji dengan Menggunakan Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT). Jurnal
Ilmiah Poli Rekayasa. Padang: Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang
Imansyah. 2012. Studi Umum Permasalahan Dan Solusi DAS Citarum Serta Analisis
Kebijakan Pemerintah. Jurnal Sosioteknologi.
Irsyad dkk., 2015. Analisis Wilayah Konservasi Daerah Aliran Sungai (Das) Kuranji Dengan
Aplikasi Swat. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Padang: Universitas Andalas
Isrun. 2009. Analisis Tingkat kerusakan Lahan pada Beberapa SUB DAS di Kawasan Danau
Poso. Media Litbang Sulteng. 2 (1): 67-74. ISSN: 1979-5971.
Kadri, 2005. Menelaah Strategi Pengelolaan Das Di Indonesia. Jurnal Sipil Universitas Sakti
Mawardi, I. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan Daya Dukung Sumbrdaya
Air di Pulau Jawa Serta Upaya Penanganannya. J. Hidrosfir Indonesia. Vol. 5 No. 2:
hlm 1-11. Jakarta. ISSN 1907-1043.
Seyhan Ersin. 1990 Dasar-Dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta:
UGM Press.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Triastuti, Aprilia. 2017. Analisis Kekritisan Lahan Di Sub DAS Samin Dengan Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografi. Publikasi Ilmiah. Jurusan Geografi. Fakultas Geografi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.