Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM DAERAH ALIRAN SUNGAI

PENGAMATAN MORFOLOGI DAS

oleh:

MUHAMMAD JUMRAN SAPUTRA


M1B121078

ASISTEN PRAKTIKUM : NUR WAFIQ AZISYAH., S.Ling

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan praktikum Pengelolaan Das ini terselesaikan dengan baik

dan lancar. Penyusunan laporan percobaan ini bertujuan supaya dapat mengetahui

tentang morfologi DAS yang ada di Konda.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen dan asisten dosen yang

telah memberikan petunjuk kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

laporan ini dengan baik. Kami juga sadar bahwa pada laporan ini masih

ditemukan banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami

sangat mengharapkan kritik dan saran untuk laporan ini demi membangun

ketepatan isi dari laporan ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

Kendari, 29 Desember 2022

LA ODE MUH. JUMRAN SAPUTRA


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia

Tenggara. Jumlah pulau yang dimiliki oleh Indonesia adalah sebanyak 17.508

pulau dengan keseluruhan luas wilayahnya adalah sebesar 1,904,569 km2. Pulau-

pulau utama Indonesia adalah Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa,

Pulau Sulawesi dan Pulau Papua. Sebagai Negara Kepulauan Terbesar di dunia,

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang

di dunia (Suharyanto, 2018).

Di Indonesia, sungai dapat dijumpai di setiap tempat, sungai di manfaatkan

untuk memenuhi keperluan sehari-hari, baik transportasi, mandi, mencuci dan

sebagainya bahkan untuk diwilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk

menunjang makan dan minum. Sungai sebagai sumber air, sangat penting

fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, sebagai sarana penunjang

utama dalam meningkatkan pembangunan nasional dan sebagai sarana

transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan wilayah satu dengan

lainnnya ( Putri, 2012).

Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam

berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan makhluk hidup. Air

merupakan segalanya dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan

dengan zat atau benda lainnya, namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak

dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam kehidupan ini. Maka sungai

harus selalu berada pada kondisi dengan cara dilindungi dan dijaga kelestariannya,

ditingkatkan fungsi
dan kemanfaatannya, dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan

(Budiardjo, 2017).

Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir dan mendapat

masukan dari semua buangan yang berasal dari kegiatan manusia di daerah

pemukiman, pertanian dan industri didaerah sekitarnya. Masukan buangan ke

dalam sungai akan mengakibatkan perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

dalam perairan (Sahabuddin et al., 2018).

Sungai sebagai salah satu jenis media hidup bagi organisme perairan,

seringkali tidak dapat terhindarkan dari masalah penurunan kualitas perairan

sebagai akibat dari perkembangan aktivitas manusia, seperti adanya aktivitas

perindustrian yang berdiri disekitar daerah aliran sungai. Sungai diperkotaan

merupakan salah satu contoh sungai yang mempunyai aktivitas perindustrian di

daerah sekitar alirannya (Rudiyanti, 2012).

Sungai berfungsi sebagai wadah pengaliran air yang selalu berada di posisi

paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondisi sungai tidak dapat di

pisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai. Kualitas air sungai dapat terganggu

di pengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan

sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktifitas

manusia. Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak

dari buangan penggunaan lahan yang ada, seperti pemanfaatan lahan mejadi lahan

pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri yang

akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran

Sungai (Agustiningsih, 2015).


Berdasarkan pemanfaatannya, sungai digunakan untuk keperluan rumah

tangga, usaha perikanan, pertanian, peternakan, industri, pelayaran rekreasi,

pembangkit listrik, penampung air serta di beberapa tempat digunakan sebagai

tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri. Secara langsung maupun

tidak langsung sungai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk keperluan hidup dan

sebagai tempat pembuangan bahan-bahan sisa (Hendrawan, 2016).

Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting

bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar

dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air

untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan

bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya

air (Ginting,2015).

Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk

keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi

sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah

tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan

dan juga sebagai tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai

dan situ mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas

alami maupun antropogenik (Hendra, 2019)

Kecamatan Konda adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Konawe

Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki luasan 132,84 km2 atau 2,94%

dari luas wilayah Konawe Selatan. Jumlah penduduk 20.239 jiwa yang terdiri atas
10.228 laki laki dan 10.011 perempuan. Tujuh puluh persen penduduk Kecamatan

Konda berprofesi sebagai petani dan sebagian besar masyarakat mengenyam

pendidikan tingkat menengah (Sandiah et al., 2019).

1.1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu :

1. Bagaimana karakteristik, morfologi, dan bentuk-bentuk Daerah Aliran Sungai

(DAS) di Konda ?

2. Apa fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Konda ?

3. Apa fungsi dari vegetasi yang ada di daerah Konda ?

4. Apa saja jenis-jenis vegetasi yang ada di daerah Konda ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik, morfologi, dan bentuk-bentuk

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Konda

2. Untuk mengetahui fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Konda

3. Untuk mengetahui fungsi dari vegetasi yang ada di daerah Konda

4. Untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi yang ada di daerah Konda

1.2.Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pengelolaan DAS ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa

Bagi mahasiswa menunjang pemahaman materi dan memperoleh

pengalaman serta keterampilan tentang DAS


2. Masyarakat

Bagi masyarakat dapat menambah informasi mengenai fungsi dan

morfologi DAS

3. Pemerintah,

Bagi pemerintah praktikum ini sebagai bahan evaluasi dan dapat menjadi

sumber reverensi guna memperbaiki kelemahan dari penelitian ini


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Airan Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) beberapa ahli dengan makna atau pengertian

yang berbeda-beda, menyamakan dengan cacthment area, watershed, atau

drainage basin. Menurut Soemarwoto (2012), mengemukakan batasan DAS

adalah suatu daerah yang dibatasi oleh igir-igir gunung yang semua aliran

permukaannya mengalir ke suatu sungai utama. Martopo (2012), memberi

pengertian bahwa, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi

oleh topografi pemisah air yang kering oleh sungai atau sistem saling

berhubungan sedemikian rupa sehingga semua aliran sungai yang jatuh di dalam

akan keluar dari saluran lepas tinggal dari wilayah tersebut (Ambarwati, 2012).

Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang

terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan

organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan

saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan

ekosistem, keterkaitan sudah terselenggara maka pengelolaan hutan, tanah, air,

masyarakat dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen

ekosistem (Haeruman, 2013).

Daerah aliran sungai secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan

daratan yang menerima air hujan, menampung, dan mengalirkannya melalui

sungai utama ke laut atau danau yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung

bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta

mengalirkannya melalui anak-anak sungai (Fadul, 2019).


2.2. Karakteristik dan Morfologi DAS

Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sifat fisik yang ada

pada sungai dan merupakan suatu ciri khas dari sungai yang digambarkan dengan

parameter. Karakteristik atau sifat-sifat fisik DAS seperti panjang sungai utama,

orde sungai, luas sungai, dan kemiringan sungai merupakan faktor yang dapat

dianalisis pengaruhnya terhadap debit puncak yang dihitung dengan analisis

hidrograf satuan (Nadia, 2016).

Secara teoritis, karakteristik hidrologi DAS dapat diprediksikan dengan

menggunakan data karakteristik morfologi secara kuantitatif yang terdiri dari luas

daerah aliran sungai, bentuk sungai, panjang sungai utama, orde sungai,

kemiringan sungai, tingkat kerapatan drainase, serta pertemuan sungai. Secara

garis besar karakteristik morfologi sungai menggambarkan keadaan umum yang

mempengaruhi kondisi hidrologi sungai (Sandhyavitry, 2016).

Karakteristik daerah aliran sungai yaitu:

a. Kondisi Daerah Aliran Sungai

Laju Permukaan Air di suatu aliran sungai memengaruhi bertambahnya

daerah aliran air yang berada di SUB DAS dan dengan memperhatikan

hidrografnya.

b. Bentuk DAS

Bentuk DAS mempengaruhi pola alur sungai, pola aliran sungai ada yang

membentuk memanjang, ada yang membentuk melebar dan masih banyak lagi

bentuk aliran sungai.


c. Topografi

Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan lahan,

keadaan dan keratapan parit dan atau saluran, dan bentuk – bentuk cekungan

lainnya mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran 20 permukaan. DAS

dengan kemiringan curam disertai parit atau saluran yang rapat akan

menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang dan adanya

cekungan – cekungan (Kodatie, 2013).

2.3. Bentuk-bentuk DAS

Berdasarkan PP No 37 tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, Daerah Aliran

Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan

sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,

yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai

dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pola sungai

menentukan bentuk suatu DAS (Ii, 2013).

Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir

menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu

konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi.

Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan

semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. Berdasarkan perbedaan

debit banjir yang terjadi, bentuk DAS dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1. DAS berbentuk bulu burung

DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, dimana anak

sungai (sub DAS) mengalir memanjang di sebelah kanan dan kiri sungai

utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi berlangsung

cukup lama karena suplai air datang silih berganti dari masing-masing

anak sungai.

2. DAS berbentuk radial

Sebaran aliran sungai membentuk seperi kipas atau menyerupai lingkaran.

Anak- anak sungai mengalir dari segala penjuru DAS dan tetapi

terkonsentrasi pada satu titik secara radial. Akibat dari bentuk DAS yang

demikian, debit banjir yang dihasilkan umumnya akan besar, dengan

catatan hujan terjadi merata dan bersamaan di seluruh DAS tersebut.

3. DAS berbentuk paralel

Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang cukup

besar di bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya. Masing-masing

sub- DAS tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda, ketika

terjadi hujan di kedua sub-DAS tersebut secara bersamaan, maka akan

berpotensi terjadi banjir yang relatif besar.


Gambar 1. 1 Macam Bentuk DAS

2.4. Fungsi DaerahAliran Sungai

Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut

sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, topografi dan bentuk

lahan. fungsi hidrologis berupa kapasitas DAS untuk mengalirkan air, menyangga

kejadian puncak hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara kualitas air,

serta mengurangi erosi. Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang

dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, vegetasi, bentuk

wilayah (topografi), tanah, dan manusia. Fungsi DAS dan perlu dilakukan

pengelolaan DAS yang tepat (Suparyanto, 2020).

Tujuan pengelolaan DAS hilir dapat diringkas sebagai berikut: (1)

Mencegah atau mengendalikan banjir dan sedimentasi yang merugikan, sehingga

tidak merusak dan menurunkan kemampuan lahan.(2) Memperbaiki pengatusan

(drainage) lahan untuk meningkatkan kemampuannya. (3) Meningkatkan

dayaguna air dari sumber- sumber air tersediakan. (4) Meliorasi tanah, termasuk

memperbaiki daya tanggap tanah terhadap pengairan, dan kalau perlu juga

reklamasi tanah atas


tanah-tanah garaman, alkali, sulfat masam, gambut tebal, dan mineral mentah

(Fuady dan Azizah, 2018).

Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan

kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir, alih guna

lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas

tata air pada DAS akan dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Peraturan

Pemerintah No 37 tahun 2012 menyatakan bahwa Pengelolaan DAS merupakan

upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam

dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya, agar terwujud kelestarian

dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi

manusia secara berkelanjutan (Agus, 2012).

Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang

menerima, mengumpulkan air hujan. Sedimen dan unsur hara serta

mengalirkannya ke laut atau ke danau maka fungsi hidrologisnya sangat

dipengaruhi jumlah curah hujan yang diterima, geologi yang mendasari dan

bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas Daerah Aliran

Sungai (DAS) untuk:

a. Mengalirkan air

b. Menyangga kejadian puncak hujan c. Melepas air secara bertahap

d. Memelihara kualitas air

e. Mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor

Memahami hubungan antara penggunaan lahan dan aliran air ke daerah hilir

sangat penting karena permintaan air bagi produksi pertanian, industri dan

kebutuhan domestik terus meningkat, sementara suplai tetap. Dalam banyak

kasus, dampak
penggundulan hutan pada kualitas, kuantitas dan keteraturan aliran air dari hulu,

merupakan dasar diterapkan aturan penggunaan lahan. Suatu aturan penggunaan

lahan sering mengakibatkan makin terbatasnya kesempatan masyarakat hulu

untuk hidup sesuai dengan cara yang mereka inginkan atau anggap cocok

(Prabantoro,2015).
III METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Tempat Dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di kecamatan Konda, Kabupaten Konawe

Selatan, Sulawesi Tenggara. Waktu praktikum di laksanakan pada hari sabtu

jam10.00 – 16.30 wita, tanggal 24 Desember 2022.

1.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, meteran roll,

tali rafia, patok kayu 4 buah, kamera, dan alat tulis.


3.1 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

Membuat plot 20 x 20 m, 10 x 10 m dan 5 x 5 m

Melakukan pengukuran diameter pada pohon, pancang dan

Mengidentifikasi jenis pohon

Mencatat hasil yang di dapatkan

Pengumpulan data

Pembuatan laporan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil data Plot 20 x 20

NO Nama Jenis Diameter Jumlah dan


Keterangan

1. Jabon (Neolamarckia 40 cm 2 (Pohon)


cadamba)

2. Gonystylus 30 cm 1 (Pancang)

3. Kayu manis 42 cm 2 (Pohon)

4. Pinang (Area catechu) 15 cm 13(Pohon)

5. Langsat (lansium 8 cm 4 (Pancang) dan 20


domesticum) (semai)
6 cm

7 cm

10 cm

6. Kopi (Coffea) 9 cm 3 ( pancang) dan 8


(semai)
8 cm

7 cm

Tabel 2. Hasil Data Plot 10x10

NO Nama Jenis Diameter Jumlah dan Keterangan

1. Jajalakan 46 2 (Pohon)
2. Kayu Manis 34 4 (Pohon)

3. Dadap (Eryhrina 37 1(Pohon)


variegate)
4. Kopi (Coffea) 9 cm 3 (Pancang) dan 15 (semai)

8 cm

7 cm

5 Langsat ( lansium 4 (semai)


domesticum)

Tabel 3. Hasil data Plot 5x5

NO Nama Jenis Diameter Jumlah dan Keterangan


1. Kopi (Coffea) 10 cm 3 (Pancang) dan 3 (semai)
8 cm
7 cm
2 Langsat (lansium 8 cm 3 ( Pancang)
domesticum) 5 cm
7 cm

Tabel 4.Analisis data luas plot

Luas plot M2 Jumlah Hare (Ha) Diameter rata-


rata
Pohon 20 x 20 400 1200 0.12 15,223

Tiang 10 x 10 100 300 0.03 19,789

Pancang 5 x 5 25 75 0.0075 7

Jumlah 525 1575 0.1575 42,012


Tabel 5. Jumlah pohon, tiang, pancang, dan semai

Jenis Jumlah

Pohon 11

Tiang 13

Pancang 17

Semai 41

4.2 Analisis Data

Adapun hasil analisis data pada praktikum ini adalah:

1. Kerapatan (K)

Kerapatan dihitung dengan persamaan:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
K = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑢𝑘𝑢𝑟

Pohon:

11
K = 0.12 = 91,7

Tiang:
13
K = 0.03 = 433,3

Pancang:

17
K = 0.0075 = 2.266,7

Semai:
41
K = 0.12 = 341,7

2. Kerapatann Relatif (KR)

Persamaan kerapatan
relatif:
× 100%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
KR =𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Pohon:

91,7
KR = 3.133,4 × 100% = 2,92

Tiang:

433,3
KR = 3.133,4 × 100% = 13,8

Pancang:

KR = 2.266,7 × 100% = 70,3


3.133,4

Semai:

341,7
KR = 3.133,4 × 100% = 10,9

3. Frekuensi (F)

Persamaan untuk menghitung frekuensi:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


F= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

Pohon:

0.12
F = 0.1575 = 0.76
Tiang:

0.03
F = 0.1575 = 10.19

Pancang:

F = 0.0075 = 0.047
0.1575

Semai:

0.12
F = 0.1575 = 0.76

4. Frekuensi Relatif (FR)

Frekuensi relatif dihitung dengan persamaan:

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


FR = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 × 100%

Pohon:

0.76
FR = 1.757 × 100% = 43.

Tiang:
0.19
FR = 1.757 × 100% = 10.8

Pancang:
0.047
FR = 1.757 × 100% = 2.6

Semai:
0.76
FR = 1.757 × 100% = 43.
4.2 Pembahasan

DAS merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun oleh sistem

fisik, biologis, dan ma- nusia. Peran tiap komponen dan hubungan antar

komponen sangat menentukan kualitas DAS. Tiap- tiap komponen memiliki

sifat yang khas dan kebera- daannya tidak berdiri sendiri melainkan

berhubung- an dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem

ekologis. Komponen ekosistem DAS yang saling berhubungan tersebut akan

menjaga kualitas DAS. Salah satu komponen penting yang menentukan

kualitas DAS adalah keragaman vegetasi. Vegetasi memiliki peran penting

sebagai komponen penyang-ga erosi dan mencegah kekeringan. Kondisi

vegetasi di sekitar DAS menentukan kualitas DAS secara keseluruhan.

Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan

petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak

digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan

metode garis petak (untuk risalah permudaan). Kawasan hutan desa konda

merupakan kawasan hutan alam yang wilayahnya cukup luas, oleh karena itu

diperlukan suatu pengukuran indeks nilai penting ( INP ) dalam hal ini pada

tegakan pohon dengan plot seluas 400 m2. Pada kawasan hutan desa konda ,

khususnya yang terdapat pada plot kelompok kami, terdapat 32 vegetasi dan

13 jenis vegetasi masing-masing terdiri dari 8 jenis pohon, 5 jenis tiang, 11

jenis pancang, dan 20 jenis semai.


DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, D. (2015). Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian


Pencemaran Aiir Subgai Blukar Kabupaten Kendal. Program Megister
Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro.
Budiardjo, M. (2017). Pengelolaan Sumber Daya Air dan Otonomi Daerah. Jurnal
Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, 1(1), 67-68.
Dwi Putri, N. . (2011). Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Pencemaran
Air Sungai Siak ( Studi pada Daerah Aliran Sungai Siak Bagian ... Jurnal
Ilmu Politik Dan Ilmu Pemerintahan, 1(1), 68–79.
Hendrawan, D. (2010). Kualitas Air Sungai Dan Situ Di Dki Jakarta. MAKARA of
Technology Series, 9(1), 13–19.
Hidrograf, M., & Sintetik, S. (2016). 1) , 2) , 2) 1). 3(1), 1–11.
R.D Ambarwati, S. M. (2012). Pengelolaan daerah aliran sungai. Pengelolalaan
Daerah Aliran Sungai, Bagian 1, 1–7.
Rudiyanti, S. (2011). Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan
Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, 4(2), 46-52–52.
https://doi.org/10.14710/ijfst.4.2.46-52
Sahabuddin, H., Harisuseno, D., & Yuliani, E. (2018). Analisa status mutu air dan
daya tampung beban pencemaran sungai wanggu kota kendari. Jurnal
Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, Hlm 19–28, 19–28.
Sandiah, N., Has, H., Kurniawan, W., Napirah, A., & Nasiu, F. (2019). Penerapan
penggunaan pupuk organik berbasis limbah ternak kambing untuk
produksi sayur organik di kecamatan konda kabupaten konawe selatan
provinsi sulawesi tenggara. Jurnal Pengamas, 2(1), 54–60.
Sandhyavitri, A. (2016). Pemetaan Tingkat Kerawan Lereng, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai