Anda di halaman 1dari 6

Kearifan Lokal Masyarakat Melayu Dosan

dalam Menjaga Hutan dan Lingkungan


Hidup
Blog | Ditulis Oleh Jay Jasmi | Sabtu, 24 November 2012

 1
 2
 3
 4

Share

Sejarah singkat

Sejarah berdirinya Desa Dosan tidak diketahui


tepat tahun pastinya namun dari keterangan masyarakat bahwa desa dosan sudah ada sejak
masa Kerajaan Siak Sri Indrapura dan atau masa penjajahan kolonial Belanda. Asal mula
penduduk Dosan menurut legendanya berasal dari suku mandau yang merantau. Pada tahun
1930-an pendatang dari Mandau hijrah ke dosan untuk berladang yang berada di tepian
sungai. Pada saat itu di temukan banyak pohon atau pun tanaman buah-buahan seperti Pohon
Durian, Duku dan lain sebagai nya. Pada masa itu desa ini diberi nama Sungai Dusun karena
berada di tepian sungai.

Awalnya didesa  ini hanya di huni oleh 3 (tiga) kepala keluarga (KK), mata pencaharian pada
saat itu adalah memanfaatkan hasil hutan seperti Rotan, dammar,buah-buahan serta mencari
ikan dan juga berladang  berpindah-pindah. Setelah sekian lama berkembang datanglah
perantau dari Kampar yang diketuai oleh Buyung hitam. Pekerjaan mereka pada saat itu
adalah membawa karet, kopi ke singapura dan malaysia, mereka  biasa menyebutnya
“Smokel”.

Pak Buyung Hitam pada tahun 1950-an membuat rumah di tanjung  yaitu dari ujung hingga
ke tengah air, yang apabila dilihat dari jauh terlihat indah. Karena belum populernya Desa
sungai dusun, oleh para pendatang maka terjadi perubahan nama desa Dusun menjadi desa
Tanjung Medan. Penetapan akhir untuk penamaan desa dosan yaitu pada saat terbentuknya
kabupaten Siak yang pada masa itu Tengku Rafi’an sebagai pejabat sementara, karena beliau
ingin melestarikan kembali nama-nama sejarah desa terdahulu maka terjadi pergantian nama
Desa menjadi Desa Dosan yang berasal Nama sungai, menurut cerita mulanya  berasal dari
Siak Kiri yaitu Sei Dosan ditemukan oleh seorang Hulubalang Kerajaan Siak Sri Indrapura
yang bernama Dulubalang Bisai Dari Desa sungai Dusun.

Gambar . Salah satu Rumah warga Desa Dosan

Keadaan Wilayah

Desa dosan terletak pada


0.97926412 LS dan 102.08833239 BT, Secara administrasi Desa dosan berada di kecamatan
pusako kabupaten siak.  Secara umum 2 jenis tanah  di desa Dosan jenis tanah di daerah
pemukiman cenderung tanah liat atau mineral, sementara untuk daerah perkebunan
merupakan tanah berpasir atau gambut tipis(kilang Manis), dengan ketinggian daerah 1- 2 m
Dpl. Desa Dosan seperti halnya dengan desa lain sekitarnya untuk sarana perhubungannya
dari dahulu, sampan atau perahu dan mulai tahun 1996 masyarakat desa dosan dapat
memanfaatkan akses jalan darat. Desa ini memiliki luas sekitar 11.250 Ha dan berbatasan
dengan :
Utara : Buton
Selatan : Bunga Raya
Barat : Benayah
Timur : Sungai Limau
Orbitasi:
Dari ibukota Kecamatan : 2,5  Km
Dari Ibukota Kabupaten : 26   Km
Dari Ibukota Propinsi : 113 Km

Kearifan Lokal

Masyarakat Desa Dosan saat ini diperkirakan jumlah penduduknya 635 orang atau sekitar
168 KK. Sejak  dahulunya masyarakat Dosan banyak bergantung pada hasil alam baik itu
dari sungai siak berupa hasil tangkapan ataupun hasil bertani dan berkebun dengan cara
membuka lahan di sekitar hutan di wilayah desa. Budaya adat melayu masih tetap dipakai
dalam prosesi perkawinan, selain itu juga masih terdapat kesenian kompang maupun rebana. 
Komposisi etnis di Desa Dosan masih di dominasi oleh melayu, baik itu yang merupakan
suku melayu asli atau perantau dari suku mandau dan kampar.

Kearifan local dan adat istiadat mengatur mengenai hubungan social budaya dan lingkungan,
yang mana pada saat ini adat istiadat yang berlaku di lakukan untuk:

 Acara nikah kawin


 Pengelolaan sumber daya (Hutan dan alam sekitarnya)

A. Adat isitiadat dalam budaya melayu didosan dalam perihal nikah


. kawin yang mana terdapat urutan Sebagai berikut;

 Proses cincin Tanya atau merisik yaitu diadakannya perundingan antara 2 keluarga
sambil membawa cincin dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
 Setelah proses cincin Tanya berlangsung , yang mana telah diterimanya lamaran
barulah cincin tanda diberikan selanjutnya kemudian menetapkan adat istiadat yang
mereka kiaskan dengan ‘anak itik sekutik-sekutik, sekutik dibawah tangga. Anak
orang jangan di Usik, kalau di usik antar belanja”.
 Seterusnya diadakan  kesepakatan antara 2 keluarga dalam hal hantaran belanja untuk
pernikahan.
 Dan yang terakhir dilakukan musyawarah hari pelaksanaan yang baik untuk
pernikahan.

B. Pengelolaan dan Pelestarian Hutan dan Alam


sekitarnya.

.
Pada masa dahulu sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Dosan adalah
hasil hutan seperti Rotan dan Sialang. Sedangkan untuk hasil perairan/sungai adalah ikan keli
atau yang sekarang disebut ikan lele dan ikan Lompong yaitu ikan gabus. Alat yang
digunakan untuk menangkap ikan adalah tempiai (sejenis lukah) dan Belat bamboo seperti
jaring yang dibuat dari bamboo (buluh). Ikan Hasil penangkapan dibarter dengan hasil
pertanian seperti beras. Pekerjaan ini dilakukan hanya oleh kaum laki-laki sedangkan kaum
perempuan membantu membelah rotan. Masyarakat Melayu menggarap tanah dan membuat
ladang, menanam padi jambai yang masa panen nya ±7 bulan siap panen atau sekali dalam
satu tahun dengan system ladang berpindah-pindah. Pada masa ini masyarakat sudah
melakukan pertanaman padi secara berkelompok selama 3 periode.

Masyarakat Melayu Dosan sangat tergantung pada hasil hutan seperti kayu dan Non kayu,
Bahan kayu dimanfaatkan untuk membuat bangunan rumah dan hasil non kayu dipergunakan
untuk konsumsi dan obat-obatan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masyarakat Dosan
sangat bergantung dengan hutan. Aturan-aturan adat atau kearifan local masyarakat melayu
dosan di sampaikan secara turun temurun kepada anak keponakan yang di pakai dalam
hubungan social dan pengelolaan sumberdaya alam. Dalam berjalannya tidak ada sangsi
langsung seperti denda dan sangsi social yang di terapkan namun ada rapatan adat yang
memusyawarahkan penyelesaian permasalah adat yang di langgar.

Perihal peraturan pemanfaatan hasil hutan (kayu dan non kayu) berdasarkan pada keyakinan
masyarakat pada masa itu bahwa ;

1. Akar lilit kayu; Apabila  pohon kayu yang sudah dililit akar maka tidak boleh di 
tebang dengan alasan bahwa pohon kayu yang telah dililit akar tersebut sudah ada hak
kepemilikan atas penemu pertama pohon tersebut. Hal ini dilakukan penandaan
terhadap pohon yang dapat di manfaatkan untuk bangunan /rumah. Pohon kayu yang
boleh ditebang adalah pohon kayu yang belum dililit akar.
2. Menyemah; Ritual yang dilakukan masyarakat untuk membuka hutan sebagai
perladangan atau perkampungan. Ritual ini di tujukan untuk menghormati penghuni
hutan dan agar mendapat hasil panen yang baik. Ritual ini biasanya dilakukan
bersama-sama (sekelompok Masyarakat) melakukan pemotongan hewan seperti
kambing yang biayanya di dapat dari sumbangan masyarakat yang akan mengolah
hutan.  Karena kebiasaan masyarakat melakukan peladangan berpindah-pindah maka
kegiatan ini selalu di lakukan setiap tahunnya.
3. Hutan Tali Tanjung; pengistilahan terhadap Hutan larangan, Hutan Tali Tanjung di
percayai oleh masyarakat melayu sebagai pelindung dan mempunyai nilai mistis atau
di anggap angker sehingga Hutan dan satwa di dalamnya terjaga.Nilai Hutan Tali
Tanjung bagi masyarakat melayu:
o Pelindung dari angin; Perkampungan orang melayu dahulunya berada di
pinggiran hutan sehingga orang melayu beranggapan bahwa jika hutan
dihabisi maka bangunan rumah yang dibangun seadanya pada masa itu akan
terbang di tiup angin kencang dikarenakan tidak ada pohon pelindung.
o Nilai mistis; Hutan Tali Tanjung dianggap angker karena di percayai oleh
masyarakat tempat beradanya makluk halus/hantu hutan dan binatang buas.

Saat ini terdapat hutan seluas 400 ha yang disisakan oleh masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang kuatkan dengan adanya Peraturan Desa No.VI/Perdes/VII/2011
tentang Pengelolaan sumberdaya Hutan kelola Masyarakat danau Naga Sakti Desa Dosan.
Adapaun alasan untuk mempertahankan hutan  adalah awal kehidupan masyarakat berasal
dari hasil hutan dan juga sebagai kawasan konsevasi desa yang berfungsi sebagai kawasan
tangkapan air. Keberadaan Hutan lindung tersebut bertempat di danau Naga Sakti, di bagian
Timur Desa Dosan.

Danau Naga Sakti


Gambar, Danau Naga Sakti, Desa Dosan

Mengenai asal usul danau ini masyarakat mendapat informasi dari desa pebadaran,
bahwasanya pada masa dahulu di desa perbadaran ada seorang wanita yang melahirkan anak
berwujud seekor ular. Anak ular ini dipelihara hingga ular ini tumbuh besar. Masyarakat desa
sudah mulai resah dan takut nantinya ular ini akan berbahaya bagi warga. Maka orang tua
ular itu pun menyuruh anak nya yang berwujud ular itu untuk pergi dari desa. Ular ini
Akhirnya pergi ke Danau dan bertempat tinggal danau tersebut. Orang Tua si ular ini pernah
bermimpi jika ingin bertemu dengan si ular, orang tua nya tersebut disuruh datang ke tepian
danau. Dan oleh masyarakat  Danau ini diberi nama Danau Naga Sakti yang memiliki arti
anak manusia  berwujud ular yang sakti ; karena ular tersebut pergi mencari danau untuk
tempat tinggal.

Masyarakat dosan saat ini telah melakukan upaya untuk melestarikan hutan dan danau ini.
Oleh karena itu pada tahun 2004 masyarakat pernah mencoba melestarikan danau ini dengan
menjadikannya objek wisata alam yang dimulai dari bantuan karang taruna tetapi hasil nya
tidak memuaskan karena tidak adanya dukungan dari para pemerintah desa dan pemerintah
kabupaten. Sekaligus juga masyarakat banyak yang belum mengerti dan mengetahui
bagaimana cara mendapatkan dukungan menjadikan kawasan itu sebagai kawasan wisata
alam.

Adapun larangan yang dibuat oleh masyarakat dosan mengenai perihal danau dan hutan ini
adalah Hutan yang berada di sekeliling danau seluas lebih kurang 400ha tersebut tidak boleh
diambil hasilnya ataupun dibuat menjadi kebun atau perladangan pertanian maupun
perkebunan.

Masyarakat Desa Dosan berharap ada dukungan pemerintah agar mempertahankan kawasan
Hutan naga sakti sebagai kawasan konsevasi dan di jadikan kawasan wisata alam yang
nantinya mempuyai nilai ekonomi bagi masyarakat tempatan.
Danau Naga Sakti sebagai salah satu
warisan dan upaya masyarakat Desa Dosan
dalam menjaga keseimbangan ekosistem
dan pengelolaan kawasan hutan
Danau Naga Sakti, Desa Dosan.Kabupaten Siak

Menurut sejarah dan awal mula cerita mengenai asal usul danau ini oleh masyarakat desa
Dosan, Mereka mendapat informasi dari desa pebadaran, bahwasanya pada masa dahulu di
desa perbadaran ada seorang wanita yang melahirkan anak berwujud seekor ular. Anak ular
ini dipelihara hingga ular ini tumbuh besar. Masyarakat desa sudah mulai resah dan takut
nantinya ular ini akan berbahaya bagi warga. Maka orang tua ular itu pun menyuruh anak nya
yang berwujud ular itu untuk pergi dari desa. Ular ini Akhirnya pergi ke Danau dan
bertempat tinggal danau tersebut. Orang Tua si ular ini pernah bermimpi jika ingin bertemu
dengan si ular, orang tua nya tersebut disuruh datang ke tepian danau. Dan oleh masyarakat
Danau ini diberi nama Danau Naga Sakti yang memiliki arti anak manusia  berwujud ular
yang sakti ; karena ular tersebut pergi mencari danau untuk tempat tinggal.

Masyarakat dosan saat ini telah melakukan upaya untuk melestarikan hutan dan danau ini.
Oleh karena itu pada tahun 2004 masyarakat pernah mencoba melestarikan danau ini dengan
menjadikannya objek wisata alam yang dimulai dari bantuan karang taruna tetapi hasil nya
tidak memuaskan karena tidak adanya dukungan dari para pemerintah desa dan pemerintah
kabupaten. Sekaligus juga masyarakat banyak yang belum mengerti dan mengetahui
bagaimana cara mendapatkan dukungan menjadikan kawasan itu sebagai kawasan wisata
alam.

Adapun larangan yang dibuat oleh masyarakat dosan mengenai perihal danau dan hutan ini
adalah Hutan yang berada di sekeliling danau seluas lebih kurang 400ha tersebut tidak boleh
diambil hasilnya ataupun dibuat menjadi kebun atau perladangan pertanian maupun
perkebunan.

saat ini masyarakat Desa Dosan berharap ada dukungan pemerintah agar mempertahankan
kawasan Hutan dan Danau Naga Sakti sebagai kawasan konsevasi dan di jadikan kawasan
wisata alam yang nantinya mempuyai nilai ekonomi bagi masyarakat tempatan.(*MA)

Anda mungkin juga menyukai