Anda di halaman 1dari 24

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM
( 7. Menghitung Intersepsi Aliran Batang dan Kerapatan Tajuk )
Oleh:
Kelompok/Kelas : 1 / B1
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 14 Maret 2019
Nama (NPM) : 1. Marjan Siti Maryam (240110180053)
2. Ise Wafiq Azizah (240110180054)
3. Wahyu Dharmawan (240110180062)
4. Irena Puspitasari (240110180065)
5. Raisyal Fahrezi A. (240110180074)
Asisten Praktikum : 1. Ade Sylvia Rosman
2. Albert Afandi Jr
3. Alfi Khoiru Nisa
4. Dimas Habibie Achsyan
5. Imam Fauzan
6. Meisha Athaya Thifalny
7. N. Putri Purnasamasari K.
8. Nahda Balqis Salma
9. Rizal Hadyan Fadhlillah
10. Tiara Putri Dwi D.

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Nama : Ise Wafiq Azizah
NPM : 240110180054

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intersepsi merupakan proses ketika air hujan turun pada permukaan vegetasi
diatas permukaan tanah, sedangkan presipitasi yaitu turunnya hujan dari atmosfer
ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda misalnya salju, es dan
hujan. Presipitasi dapat mengakibatkan erosi apabila tingkat curah hujannya tinggi
dan vegetasi pada lahan tersebut sedikit. Vegetasi pada lahan dapat menahan air
sehingga air akan perlahan masuk ke tanah. Air hujan yang jatuh melewati batang
disebut juga stem flow. Vegetasi pada setiap lahan memiliki kemampuan menyerap
air yang berbeda, sehingga diperlukan pengukuran air hasil serapan vegetasi yang
mengalir melalui batang.
Vegetasi merupakan kelompok tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama pada suatu tempat. Kerapatan vegetasi adalah
salah satu analisis yang dilakukan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi
tumbuhan. Parameter yang digunakan diantaranya adalah luas daun dan tanah.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui luasan tajuk pohon pada suatu wilayah
2. Mengetahui air yang dapat terintersep oleh vegetasi pada berbagai jenis
pohon
1.3 Metodologi Praktikum
1.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Alat tulis
2. Busa
3. Gelas ukur
4. Klip kertas
5. Milimeter Block
6. Ombrometer
7. Selang
8. Solatip
1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Air
2. Gambar rumput yang kurang rimbun pada kertas A4
3. Gambar rumput yang rimbun pada kertas A4
4. Mika (bening)
5. Pohon cemara
1.3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum kali ini adalah :
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum.
2. Gambar rumput yang telah dicetak pada kertas A4 diatas mika bening
menggunakan drawing pen atau spidol permanent, untuk pengukuran
kerapatan vegetasi.
3. Hitunglah luas tanah beserta luas daun pada rumput dengan millimeter block.
4. Tentukan persentase kerapatan vegetasi yang lebat dan kurang lebat dan catat
hasilnya.
5. Pasang busa pada batang di bagian bawah pohon cemara, rekatkan dengan
solatip, untuk pengukuran aliran batang.
6. Pasang selang untuk mengalirkan air yang tertampung dibusa ke gelas ukur.
7. Simpan ombrometer untuk menakar curah hujan, pastikan air yang jatuh ke
pohon tidak masuk ke ombrometer.
8. Buatlah hujan buatan secara konstan dengan waktu 5 menit.
9. Lakukan pengukuran aliran batang dengan gelas ukur, tekan busa agar airnya
keluar melalui selang.
10. Ukur volume air yang tertampung dalam ombrometer lalu catat hasilnya.
Nama : Raisyal Fahrezi A.
NPM : 240110180074

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interesepsi
Intersepsi hujan merupakan proses tertahannya air hujan pada tajuk tanaman.
Air yang tertahan pada tajuk tersebut akan terevaporasi kembali ke atmosfer. Air
hujan yang jatuh menembus tajuk tanaman disebut sebagai curahan tajuk
(throughfall) dan air hujan yang mengalir melalui batang disebut sebagai aliran
batang (stemflow), kedua komponen itu disebut sebagai hujan neto. Curahan tajuk
dan aliran batang akan jatuh menyentuh tanah atau lantai hutan dan akan diresap
oleh tanah menjadi bagian air tanah. Perbedaan penutupan vegetasi pada ekosistem
hutan memberikan nilai intersepsi hujan yang berbeda sehingga memengaruhi
besarnya air hujan yang jatuh menyentuh tanah dan menjadi bagian air tanah.
Sehingga intersepsi merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi
(Heryansah, 2008).
Intersepsi hujan tidak dapat diukur secara langsung melainkan dengan
melakukan pengukuran terhadap komponen intersepsi yaitu hujan bruto dan hujan
neto. Nilai intersepsi akan diperoleh dari selisih hujan bruto dengan hujan neto.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana seperti
menggunakan plastic. Intersepsi dapat diketahui jika kedua nilai tersebut diperoleh,
nilai intersepsi merupakan perbedaan dari besarnya presipitasi total )(Pg dengan
presipitasi bersih ) (Pn). Nilai persentase intersepsi hujan pada tajuk vegetasi di
daerah hutan hujan tropis adalah bervariasi. Sementara pada hutan yang tidak lebat
dan telah dilakukan banyak penebangan persentase intersepsi tajuk berkurang
hingga 6% dari total intersepsi sebesar 11% (Asdak, 2004).

2.2 Aliran Batang


Aliran batang adalah air hujan yang tertahan oleh vegetasi kemudian mengalir
ke bawah melalui permukaan batang tanaman. Aliran batang merupakan bagian
presipitasi yang mencapai tanah dengan mengalir ke bawah melalui batang pohon.
Percabangan pada pohon berpengaruh terhadap sisa air jatuhan yang tertahan pada
posisi lebih atas. Semakin banyak percabangan maka air hujan yang tertahan akan
semakin banyak. Faktor lainnya yaitu kemiringan cabang pada suatu pohon, hal
tersebut berpengaruh terhadap aliran hujan yang akan menuju batang, hingga jatuh
ke tanah sebagai aliran batang.
Besar kecilnya aliran batang sangat dipengaruhi oleh struktur batang,
kekasaran kulit batang pohon dan kemampuan meyimpan air, bentuk tajuk dan
kepadatan tegakan, ada atau tidaknya tumbuhan epifit, komposisi jenis spesies,
model arsitektur suatu pohon. Aliran batang secara konsisten lebih besar untuk
pohon-pohon yang mempunyai kulit yang lebih rata (bertekstur halus). Aliran
batang adalah air yang mengalir lolos ke bawah melalui batang, untuk batang yang
licin aliran batang cepat. Sedangkan pada kulit batang yang kasar dan merekah
aliran batang lambat (Dinata, 2007).

2.3 Curahan Tajuk


Curahan tajuk merupakan besaran air hujan yang berhasil menembus tajuk
suatu vegetasi sehingga sampai ke permukaan tanah baik langsung ataupun tertahan
terlebih dahulu oleh tajuk pohon. Curahan tajuk merupakan bagian yang paling
besar dari curah hujan. Morfologi dari penutupan tajuk dan variasi dari komponen
suatu tanaman mempengaruhi jumlah presipitasi yang jatuh menyentuh lantai
hujan. Curahan tajuk nilainya akan berbeda pada setiap jenis tegakan tanaman,
tergantung dari kerapatan penutupan tajuk, ketebalan tajuk, dan luas tajuk (Anwar,
2004).

2.4 Pohon Cemara


Pohon cemara merupakan salah satu contoh tanaman famili Casuarinaceae.
Pohon cemara adalah jenis pohon evergreen, artinya daun-daunnya jarang
mengering dan berubah warna ataupun rontok di musim gugur. Selain itu, pohon
cemara yang bisa mencapai usia hingga ratusan bahkan ribuan tersebar di belahan
bumi selatan yang meliputi wilayah Amerika Selatan, Afrika Selatan, Australia
hingga ke Selandia Baru. Sedangkan di wilayah khatulistiwa, pohon cemara bisa
ditemukan, salah satunya di Indonesia.
Gambar 1. Pohon Cemara
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Ciri khas dari pohon cemara yaitu bentuknya yang kerucut. Daunnya
berbentuk ramping dan runcing yang berguna untuk mengurangi penguapan.
Bentuk daun tersebut juga merupakan adaptasi pohon cemara terhadap lingkungan
yang panas. Warna daun pohon cemara biasanya hijau gelap, tetapi ada beberapa
spesies yang berwarna hijau terang. Saat pohon cemara masih muda, kulit kayunya
halus, berwarna coklat kehijauan, dan belum mempunyai retakan. Kulit kayu pohon
cemara dewasa terbilang tebal dan warnanya coklat gelap dan biasanya terdapat
retakan-retakan di sekujur pohon cemara. Tebalnya kulit kayu pohon cemara
membuatnya dapat bertahan di segala kondisi cuaca.
Pohon cemara tidak menghasilkan buah melainkan pinecone atau runjung
cemara. Runjung cemara adalah semacam pucuk yang membawa biji dan juga
menjadi organ reproduksi pohon cemara untuk berkembang biak. Cabang pohon
cemara tumbuh rapat dengan cabang lainnya hingga tampak seperti lingkaran
cabang yang tumbuh dari titik yang sama. Namun sebenarnya pola cabang-cabang
tersebut berbentuk spiral, dimana semakin ke atas, maka cabangnya akan tumbuh
semakin pendek. Inilah yang membuat pohon cemara tampak seperti kerucut atau
piramida (Laillatul, 2014).

2.5 Ombrometer
Ombrometer adalah alat pengukur curah hujan yang umumnya dinamakan
penakar hujan. Alat ini dipasang di tempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima
langsung oleh alat ini. Satuan yang digunakan adalah milimeter (mm) dan ketelitian
pembacaannya sampai dengan 0.1 mm. Pembacaan dilakukan sekali sehari pada
pukul 07.00 pagi hari. Alat ukur curah hujan ini terdapat juga versi manual.
Ombrometer ditemukan pertama kali oleh Thomas Alva Edison. Pengukur
hujan (ombrometer) dalam standar Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur
hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan sebag ai kedalaman air yang terkumpul pada
permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25mm. Satuan curah hujan menurut SI
adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi
(Mutiawati, 2016).
Nama : Marjan Siti M.
NPM : 240110180053

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tabel 1. Pengukurran Tajuk Tanaman A
Luas Tanah (cm2) 280
Luas Daun (cm2) 272,9
Presentsae Vegetasi (%) 38,43

3.1.2 Tabel 2. Pengukurran Tajuk Tanaman B


Luas Tanah (cm2) 204
Luas Daun (cm2) 134
Presentsae Vegetasi (%) 65,68

3.1.3 Tabel 3. Hasil pengukuran curah hujan


Volume obrometer per satuan luas 50 cm3
Volume pada gelas ukur 1805 cm3
Lama Pengukuran 5 menit
Nama : Marjan Siti M.
NPM : 240110180053

3.2 Pembahasan

Praktikum kali ini praktikan menghitung intersepsi aliran batang dan


kerapatan tajuk. Praktikan melakukan perhitungan intersepsi pada berbagai jenis
pohon seperti pada pohon cemara, kamboja, dan pinus. Praktikum dilaksanakan saat
cuaca tidak hujan maka dari itu praktikan membuat hujan buatan agar dapat
menghitung intersepsi aliran batang. Simulasi hujan buatan dilakukan selama 5
menit, hal itu dilakukan agar aliran air yang turun ke permukaan cukup untuk
dilakukan perhitungan.

Ombrometer diletakan di pinggir pohon yang sedang diberi hujan buatan,


air yang terkumpul di ombrometer merupakan air yang langsung didapat dari curah
hujan buatan. Parameter yang dihitung saat melakukan perhitungan intersepsi
adalah curah hujan ombrometer, dan steam flow (aliran batang). Mengukur curah
hujan didapat dari volume air dibagi luas penampang. Berdasarkan hasil
perhitungan dan analisis yang diperoleh menunjukan bahwa besarnya air yang
tertampung yaitu sebanyak 1805ml dalam waktu 300 detik. Curah hujan dari
ombrometer yaitu sebesar 500 mm dalam waktu 300 detik. Diameter ombrometer
yaitu 12cm, dengan begitu di dapat luas penampang sebesar 113,097 mm. Setelah
semua telah di ketahui nilainya maka akan di dapatkan hasil curah hujan sebesar
0,442ml/s. Berdasarkan analisis yang dilakukan hasil yang di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu struktur batang, struktur daun, dan jumlah ranting yang
terdapat dalam satu pohon.

Pengukuran tajuk dilakukan dengan menggunakan metode milimeterblock.


Hasil yang didapatkan dalam pengukuran ke satu adalah luas daun sebesar 134cm
dengan luas tanah sebesar 204cm. Hasil persentase vegetasi yang di dapatkan
sebesar 65,68%. Hasil tersebut di dapat dengan cara jumlah luas daun di bagi luas
tanah kemudian di kali 100%. Hasil pengukuran kedua di peroleh hasil luas daun
sebesar 272,9cm dan luas tanah sebesar 280%. Hasil persentase vegetasi yang di
dapat adalah sebesar 38,43%. Berdasarkan perhitungan kerapatan tajuk
menunjukan bahwa tajuk yang dianalisis tergolong tidak rimbun karena persentase
vegetasi kurang dari 100%.
Nama : Ise Wafiq Azizah
NPM : 240110180054

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan menghitung intersepsi aliran batang dan
kerapatan tajuk. Intersepsi merupakan proses ketika air hujan jatuh pada permukaan
vegetasi diatas permukaan tanah. Intersepsi aliran batang atau stem flow dihitung
dengan mengukur luas tanah dan luas daun (rumput) yang dicetak pada kertas A4.
Perhitungan persentase kerapatan vegetasi ini dihitung dengan millimeter block
untuk tanah yang ditumbuhi rumput lebat dan rumput kurang lebat. Hasil yang
diperoleh untuk rumput kurang lebat adalah 134 cm2 untuk luas daun dan 204 cm2
untuk luas tanah, sehingga besar persentase kerapatan vegetasinya adalah 65,68 %.
Rumpur yang lebat memiliki luas daun sebesar 272,9 cm2 dengan luas tanah 7,1
cm2, sehingga besar persentase kerapatan vegetasinya adalah 38,43 %.
Pengukuran intersepsi stem flow dilakukan dengan membuat hujan buatan
dengan pohon cemara sebagai objeknya. Air yang jatuh melalui batang akan
ditampung oleh busa yang dipasangkan pada bagian bawah pohon yang direkatkan
dengan solatip. Air yang terserap oleh busa akan dialirkan melalui selang kedalam
gelas ukur sehingga volume aliran air dari batang dapat diketahui. Volume aliran
batang dari hasil praktikum adalah 1805 ml atau 1,805 liter dengan waktu
pemberian hujan buatan selama 5 menit atau 300 detik. Pengukuran volume air juga
dilakukan dengan ombrometer. Ombrometer merupakan alat penadah curah hujan.
Perhitungan yang dilakukan adalah mencari CH (curah hujan) dengan parameter
volume air yang masuk ke dalam ombrometer dan luas penampang ombrometer.
Volume air yang masuk ke dalam ombrometer dari hasil praktikum yaitu 50 ml.
Luas penampang ombrometer diperoleh dari luas lingkaran karena penampang
ombrometer berbentuk lingkaran, sehingga luas penampang ombrometer adalah
113,097 cm2. Besar CH merupakan pembagian antara volume air dan luas
penampang ombrometer, dan didapat CH sebesar 0,442 ml/cm2. Lamanya waktu
pemberian hujan buatan yaitu 5 menit.
Pengukuran luas daun dan luas tanah untuk menentukan kerapatan vegetasi
menggunakan millimeter block perlu tingkat akurasi yang tinggi karena luas kotak
pada millimeter block yang membentuk pola daun sulit ditaksir. Kesulitan
penaksiran tersebut disebabkan ukuran daun rumput yang kecil. Penggambaran
daun pada mika yang kurang tepat juga dapat membuat perhitungan kurang akurat.
Pengukuran intersepsi aliran batang dan air yang tertampung dalam
ombrometer dilakukan dengan gelas ukur. Air yang mengalir melalui batang dan
diserap busa tidak sepenuhnya mengalir ke dalam gelas ukur, karena solatip yang
merekatkan busa tidak melekat secara sempurna. Air yang keluar dari busa tanpa
melalui selang terbuang sehingga volume aliran air yang diperoleh seharusnya lebih
besar. Faktor lain yang menyebabkan pengukuran kurang akurat adalah posisi gelas
ukur yang disimpan dibawah pohon sehingga air yang tidak mengalir melalui
batang dapat masuk ke dalam gelas ukur. Volume air yang tertampung dalam
ombrometer dari hasil praktikum berbeda jauh dengan volume aliran batang, hal itu
dapat disebabkan oleh pemberian hujan buatan yang tidak merata tetesannya.
Tetesan hujan buatan mengarah pada pohon cemara, sehingga air yang turun
melalui batang akan lebih banyak dibandingkan yang masuk ke dalam ombrometer.
Volume air dalam ombrometer akan lebih besar apabila curah hujan yang
ditampung merupakan hujan asli karena tetesannya merata.
Nama : Wahyu Dharmawan
NPM : 240110180062

3.2 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah menghitung intersepsi aliran batang dan kerapatan
tajuk. Praktikum kali ini menggunakan dua objek tanaman yaitu tanaman kamboja
dan tanaman cemara, kedua tanaman ini digunakan sebagai objek praktikum karena
praktikum ini mengenai intersepsi dan kerapatan tajuk. Daun cemara memiliki
kerapatan yang lebih tingi dibandingkan daun kamboja, oleh karean itu digunakan
dua pohon ini sebagai objek praktikum. Setiap pohon memiliki daun dan batang,
hanya saja dibedakan atas jenis dan jumlah dari daun maupun batang tersebut.
Presipitasi merupakan turunnya curah air hujan, sedangkan intersepsi adalah
presipitasi yang tertahan oleh batang, daun, ranting, belukar, serta pohon lain.
Penjelasan tersebut menunjukan bahwa dalam praktikum ini membutuhkan curah
hujan, sedangkan pada saat praktikum tidak terjadi hujan, sehingga pada praktikum
kali ini dibuat curah hujan buatan yang dikenakan pada tanaman secara langsung.
Praktikum ini digunakan alat ombrometer yang digunakan sebagai alat
pengukur curah hujan. Praktikum yang pertama dilakukan adalah menghitung
intersepsi aliran batang. Pohon cemara sebagai objek akan dikenakan hujan buatan
dan di pohon tersebut sudah terpasang busa dan plastic untuk menahan air dari
aliran batang yang selanjutnya dialirkan melalui selang ke dalam gelas ukur. Proses
hujan buatan ini berlngsung selama 5 menit, dimana ombrometer harus terkena
langsung dari curah hujan buatan tersebut. Setelah 5 menit hujan buatan dimatikan
kemudian diukur keseluruhan dari ombrometer dan intersepsi aliran batang, didapat
hasil CH ombrometer sebesar 50mm dalam waktu 300 detik. Pengukuran intersepsi
aliran batang didapat hasil 1805ml dalam waktu 300 detik. Pengukuran ini tidak
akurat karena beberapa faktor, faktor-faktornya adalah dari praktikan. Curah hujan
yang dibuat tidak merata diseluruh bagian tumbuhan sehingga tumbuhan kurang
menampung air hujan buatan tersebut. Ombrometer juga kurang dapat menampung
curah hujan langsung karena terhalang tumbuhan dan curah hujan buatan yang tidak
mengenai ombrometer. Penyaluran air melalui selang juga memiliki kendala, yaitu
pada saat dialirkan kedalam gelas ukur banyak air yang tidak tertampung dan
mengalir keluar bukan didalam gelas ukur, plastik yang digunakan kurang rapat
dalam menampung air sehingga air dari aliran tumpah ke tanah langsung. Air yang
tidak dapat ditampung dalam busa dan plastic akan terbuang sehingga tidak terukur
dalam gelas ukur, pada proses akhir adalah meremas busa sehingga air yang masih
tersisa akan ditampung lagi dalam gelas ukur melalui selang, tetapi pada proses ini
juga terdapat banyak air yang tumpah karena plastic yang digunakan tidak rapat.
Hasil dari perhitungan ini memiliki akurasi yang kurang baik.
Pada proses praktikum selanjutnya dilakukan analisis kerapatan vegetasi, dimana
diberikan contoh luasan daun dan tanah yang selanjutnya akan diukur. Pengukuran
ini dilakukan dengan kertas millimeter, denan menggambar terlebih dahulu
daunnyang ada dalam kertas miki, kemudian kertas mika tersebut ditempatkan
diatas kertas millimeter yang selanjutnya dihitung persatuan cm. pengukurana
tersebut didapatkan hasil luas tanah sebesar 204 cm2 dan luas daun 134 cm2 didapat
hasil prosentase vegetasi sebesar 65.68% pada pengukuran yang pertama.
Pengukuran yang kedua didapatkan hasil prosentase vegetasi sebesar 38.4%.
Proses pengukuran kedua dari praktikum ini juga memiliki faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil pengukuran tersebut. Proses penggambaran daun dan
tanah pada kertas mika memiliki kerumitan tersendiri sehingga gambar yang
dihasilkan berbeda dari daun yang digambar sebenarnya. Kerapatan pada kertas
millimeter juga mempengaruhi pembacaan perhitungan praktikan, sehingga sering
terjadi perbedaan pada setiap perhitungan praktikan. Ketelitian dalam melihat
kertas millimeter sangat berpengaruh pada hasil pengukuran, sehingga dalam
mengukur ini harus menggunakan ketelitian yang tinggi.
Nama : Irena Puspitasari
NPM : 240110180065

3.2 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang intersepsi aliran batang dan kerapatan
tajuk. Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di
atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke
atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi
selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti.Aliran batang
merupakan air hujan yang jatuh di permukaan daun,cabang, dan batang, kemudian
mengalir melalui batang menuju permukaan tanah. Volume aliran batang dapat
dinyatakan sebagai suatu presentasi presipitasi, presipitasi adalah turunnya air dari
atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa huja, kabut, embun, hujan es. Besar
kecilnya aliran batang dipengaruhi oleh air hujan yang turun, struktur batang, dan
kekasaran kulit batang pohon.
Praktikum kali ini menghitung intersepsi aliran batang pada pohon cemara,
perhitungan dilakukan dengan hujan buatan yang disiramkan pada pohon cemara
hingga air mengalir melalui batang. Perhitungan dilakukan dalam beberapa menit
dengan menghasilkan banyaknya air yang jatuh 1805 ml dengan waktu 5 menit.
Struktur batang pohon cemara mengerucut, tegak dan bulat,permukaan batang kasar
berwarna coklat dengan percabangan yang cukup banyak menyebabkan aliran
batang yang mengalir ke bawah cukup lama. Air hujan buatan juga membuat air
yang tersiram pada batang tidak terlalu banyak dan merata, pada saat praktikum
busa yang berada dibawah untuk mengalirkan air dari batang ke wadah tidak terlalu
rapat menyebabkan air tidak tertampung sepenuhnya. Perhitungan juga dilakukan
dengan ombrometer untuk menghitung air yang tertampung,ombrometer diletakan
disamping pohon cemara dengan membuat hujan buatan air yang disiramkan pada
pohon. Air yang tertampung pada ombrometer sebanyak 50 mm dengan nilai CH
adalah hasil pembagian volumer air pada ombrometer dan luas penampang
menghasilkan 0,442.
Mengukur kerapatan tajuk pohon dilakukan untuk mengetahui kesehatan
pepohonan. Kerapatan meliputi jumlah bagian dari tanaman, seperti daun, cabang,
dan buah, yang memblokir datangnya sinar matahari yang masuk melalu kanopi
pohon. Kerapatan tajuk diukur sebagai persentase dari total cahaya yang diblokir
oleh pepohonan. Praktikum kali ini menghitung kerapatan tajuk pada rumput yang
menutupi permukaan tanah dan rumput yang hanya sebagian menutupi permukaan
tanah. Perhitungan dilakukan menggunakan kertas milimeter blok yang sudah ada
cetakan gambar pada kertas mika diatasnya. Menghitung luasan daun dan luasan
tanah, menghasilkan perhitungan presentase vegatasi CS pada rumput pertama
dengan luas 289m² hasilnya 87.2837% dan rumput kedua luas tanah 272 m²
menghasilkan 128.4926 %;.
Nilai kerapatan tinggi menunjukkan bahwa pohon memiliki sejumlah besar
dedaunan yang tersedia untuk fotosintesis dan memiliki kondisi pertumbuhan yang
memungkinkan pertumbuhan penuh dan simetris. Nilai kerapatan rendah
menunjukkan jumlah dedaunan yang sedikit , tajuk yang tipis, atau bagian yang
hilang dari tajuk yang dapat disebabkan oleh kerusakan karena serangga dan
penyakit atau faktor lingkungan lainnya.
Nama : Raisyal Fahrezi A.
NPM : 240110180074

3.3 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai perhitungan intersepsi aliran batang
dan analisis kerapatan tajuk pohon. Analisis dilakukan terhadap pohon cemara yang
ada di lingkungan kampus FTIP. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui besarnya
air hujan yang turun ke permukaan melalui batang dan tajuk dalam kurun waktu
tertentu. Simulasi dari air hujan yang turun pada praktikum kali ini dilakukan
selama kurang lebih lima menit.
Air hujan yang turun tidak sepenuhnya turun ke permukaan. Hal tersebut
terjadi karena air hujan bisa saja turun pada suatu pohon yang kemudian akan
tertahan alirannya oleh pohon yang terkena air hujan tersebut. Berdasarkan hasil
perhitungan dan analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa besarnya air yang
tertampung yaitu 40 ml dalam waktu lima menit. Luas penampang dari penampung
air hujan (ombrometer) yang digunakan yaitu sebesar 6361.725124 mm2.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diperoleh besarnya intersepsi pohon cemara yang
melalui daun dalam kurun waktu lima menit yaitu sebesar 0.0209 mm/s. Percobaan
lainnya yaitu intersepsi pohon cemara melalui batang (stemflow) menghasilkan
besarnya air yang tertampung selama lima menit yaitu sebesar 20 ml, sehingga
stemflow yang terjadi atau kemampuan aliran batang pohon cemara sebesar 0.0677
ml/s. Berdasarkan analisis dan percobaan yang dilakukan, hasil yang diperoleh dari
stemflow dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya struktur batang, struktur
daun, dan jumlah ranting yang ada pada pohon cemara yang dianalisis.
Pengukuran yang dilakukan pada tajuk yaitu menggunakan metode
pengukuran sederhana dengan milimeterblock. Hasil yang diperoleh berdasarkan
perhitungan nilai tajuk yang dekat dengan luas tanah yaitu sebesar 289 cm2 dengan
besar persentase 87.2837 %, dan nilai tajuk yang kerapatannya tinggi dengan luas
tanah 272 cm2 dengan besar persentase 128.4926 %. Berdasarkan perhitungan
kerapatan tajuk menunjukkan bahwa tajuk yang dianalisis tergolong rumput
rimbun. Jika nilai persentase kerapatan lebih dari 100% berarti bahwa rumput
secara keseluruhan menutupi tanah. Kerapatan tajuk tersebut berpengaruh terhadap
besarnya intersepsi yang terjadi pada suatu areal.
Nama : Ise Wafiq Azizah
NPM : 240110180054

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Intersepsi yaitu proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas
permukaan tanah.
2. Presipitasi merupakan turunnya hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dan
laut dalam bentuk yang berbeda.
3. Persentase kerapatan rumput lebat adalah 38,43 % sedangkan untuk rumput
kurang lebat adalah 65,68 %.
4. Volume aliran batang pohon cemara dari hasil praktikum adalah 1,805 liter
dengan waktu pemberian hujan buatan selama 5 menit.
5. Besar nilai curah hujan hasil pengukuran adalah 0,422 ml/cm2.
6. Vegetasi dapat menyerap air untuk dapat mencegah erosi.
4.2 SARAN
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya pengukuran volume
aliran batang dilakukan pada dua pohon yang berbeda setiap kelompoknya agar
praktikan dapat membandingkan kemampuan vegetasi yang berbeda untuk
menyerap air.
Nama : Marjan Siti M.
NPM : 240110180053

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di
atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan
kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan.
2. Presipitasi adalah curah hujan atau turunnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah
tropis, dan curah hujan serta salju dan di daerah beriklim sedang
3. Vegetasi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan di suatu
tempat tertentu, mencakup baik perpaduan komunal dari jenis-jenis flora
penyusunnya maupun tutupan lahan yang dibentuknya
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah :
1. Pengerjaan perhitungan vegetasi dilakukan bersamaan dengan perhitungan
intersepsi
2. Tidak ada yang terlambat sehingga tidak tertinggal materi yang sudah di
sampaikan
Nama : Wahyu Dharmawan
NPM : 240110180062

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pengukuran dilakukan dengan curah hujan buatan, sehingga keakuratan kurang
baik;
2. Setiap pengukuran memiliki keakuratan tergantung praktikan tersendiri;
3. Kerapatan daun dan jumlah batang sangat mempengaruhi presipitasi aliran
batang;
4. Setiap tanaman memiliki presipitasi yang berbeda

4.2 SARAN
1. Untuk praktikum selanjutnya lebih ditegaskan proses atau cara dalam
pengukuran;
2. Memberikan waktu lebih dalam praktikum, sehingga pengukuran tidak terburu-
buru
Nama : Irena Puspitasari
NPM : 240110180065

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Banyaknya aliran batang dipengaruhi oleh air hujan,struktur batang dan
kekasaran kulit batang pohon;
2. Perbandingan volume aliran batang dengan ombrometer berbeda jauh karena
air yang disiramkan tidak merata;
3. Mengukur kerapatan tajuk pohon dilakukan untuk mengetahui kesehatan
pepohonan;
4. Hasil kerapatan tajuk menunjukan hasi presentase lebih besar pada luas tanah
yang lebih kecil.

4.2 SARAN
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya pengukuran volume
aliran batang dilakukan pada dua pohon yang berbeda setiap kelompoknya agar
praktikan dapat membandingkan kemampuan vegetasi yang berbeda untuk
menyerap air.
Nama : Raisyal Fahrezi A.
NPM : 240110180074

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Perhitungan dan analisis intersepsi aliran batang dan kerapatan tajuk dilakukan
untuk mengetahui besarnya air hujan yang turun ke permukaan melalui batang
dan tajuk dalam kurun waktu tertentu.;
2. Hasil perhitungan dan analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa besarnya air
yang tertampung yaitu 40 ml dalam waktu lima menit.;
3. Luas penampang dari penampung air hujan (ombrometer) yang digunakan yaitu
sebesar 6361.725124 mm2.;
4. Besarnya intersepsi pohon cemara yang melalui daun dalam kurun waktu lima
menit yaitu sebesar 0.0209 mm/s;
5. Intersepsi pohon cemara melalui batang (stemflow) menghasilkan besarnya air
yang tertampung selama lima menit yaitu sebesar 20 ml, sehingga stemflow
yang terjadi atau kemampuan aliran batang pohon cemara sebesar 0.0677 ml/s.;
6. Hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan nilai tajuk yang dekat dengan
luas tanah yaitu sebesar 289 cm2 dengan besar persentase 87.2837 %, dan nilai
tajuk yang kerapatannya tinggi dengan luas tanah 272 cm2 dengan besar
persentase 128.4926 %;

4.2 SARAN
Saran dari praktikum kali ini adalah sebaiknya praktikum dilakukan pada
saat hujan benar-benar turun dan tidak menggunakan simulasi agar dapat
mengetahui keadaan sebenarnya saat hujan turun dari intersepsi aliran batang dan
kerapatan tajuk yang akan dihitung.
Nama : Raisyal Fahrezi A.
NPM : 240110180074

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2004. Pendugaan Intersepsi pada Beberapa Penggunaan Lahan Hutan di


Taman Nasional Lore Lindu-Sulteng. Tesis. Agroklimatologi, Sekolah
Pasca Sarjana, IPB, Bogor.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Dinata, R. J. 2007. Intersepsi pada berbagai Kelas Umur Tegakan Karet (Hevea
brasiliensis) [Skripsi]. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian.
USU, Medan.

Heryansah. 2008. Intersepsi Hujan pada Hutan. Geofisik dan Meteorologi. Institut
Pertanian Bogor.

Mutiawati, Cut. 2016. Ombrometer. Fakultas Teknik. Universitas Malahayati.

Laillatul. 2014. Mengenal Pohon Cemara. Terdapat pada:


https://danmogot.com/blog/artikel-15873-mengenal-ciri-dan-manfaat-
pohon-cemara.html (diakses pada 14 Mei 2019 pada pukul 21.22 WIB).
Nama : Irena Puspitasari
NPM : 240110180065

LAMPIRAN

Gambar 2. Sedang melakukan hujan buatan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 3. Ombrometer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
Gambar 4. Proses aliran batang air ke dalam wadah
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 5. Hasil cetakan gambar kerapatan tajuk pada mika


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Anda mungkin juga menyukai