C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara besarnya
erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap
besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman,
P = Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang
diberi perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman
dalam strip teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan
yang identik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang terjadi
di suatu daerah, dengan criteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan besarnya erosi
menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi penelitian,
sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui
faktor erosivitas hujan (R) melalui persamaan Bols (1978):
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (mm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max = curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan
Perhitungan faktor erosivitas hujan (R) yang lain dapat dihitung dengan menggunakan
rumus di bawah ini :
R = (0,41 X H )1.09
Dimana H = curah hujan (mm/th)
2. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas merupakan kemampuan hujan yang menimbulkan atau menyebabkan erosi.
Indeks erosivitas hujan yang digunakan adalah EI 30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena
pengaruh jatuhan butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air hujan
sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan,
dimana keduanya mempengaruhi besar energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau momentum,
yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak,1995).
Persamaan yang umum digunakan untyk menghitung erosivitas adalah persamaan yang
dikemukakan oleh Bols (1978) dalam Hardjowigeno (1995).
Kode penilaian
1
2
3
4
Kode penilaian
1
2
3
4
5
6
Nilai LS
0,25
1.20
4.25
9.50
12.00
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis
pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi dengan pola kondisi permukaan lahan
yang sama tetapi tanpa pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman. Pada tanah yang
gundul ( diberakan tanpa tanaman/petak baku) nilai C=1.0. Untuk mendapatkan nilai C
tahunan perlu diperhatikan perubahan-perubahan penggunaan tanah dalam setiap tahun.
Terdapat Sembilan parameter sabagai faktor penentu besarnya nilai C, yaitu konsolidasi
tanah, sisa-sisa tanaman , tajuk vegetasi system perakaran, efek sisa perakaran dari kegiatan
pengelolaan lahan, faktor kontur , kekasaran permukaan tanah, gulma, dan rumput-rumputan
( Asdak,1985).
Tabel 4. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No
Pengelolaan tanaman
Nilai C
1 Ubi kayu + kedelai
0.181
2 Ubi kayu + kacang tanah
0.195
3 Padi + sorgum
0.345
4 Padi + kedelai
0.417
5 Kacang tanah + gade
0.495
6 Kacang tanah + mulsa jerami 4 bton/ha
0.049
7 Kacang tanah + kacang tunggak
0.571
8 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha
0.096
9 Kacang tanah + mulsa jagung 3 ton/ha
0.120
10 Kacang tanah + mulsa crotalaria 3 ton/ha
0.136
11 Kacang tanah + mulsa kacang tanah
0.259
12 Kacang tanah + mulsa jerami
0.377
13 Padi + mulsa crotalaria 3 ton/ha
0.387
14 Pola tanam tumpamg gilir 1 +mulsa jerami 6 ton/ha
0.079
15 Pola tanam berurutan 2 + mulsa sisa tanam
0.347
16 Pola berurutan
0.498
17 Pola tanam tumpang gilir + mulsa sisa tanaman
0.357
18 Pola tanam tumpang gilir
0.588
Sumber : Abdukrahman, dkk (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S dan Sukartaatmadja S
(1992)
6. Faktor Usaha- usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)
Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang bila usaha
konservasi tanah dilakukan (teras, tanaman dan sebagainya) dengan tanpa adanya konservasi
tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P =1 ( petak baku ). Bila diteraskan, nilai P dianggap
sama dengan nilai P untuk strip cropping, sedangkan nilai LS didapat dengan menganggap
panjang lereng sebagai jarak horizontal dari masing-masing teras. Konservasi tanah tidak
hanya tindakan secara mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang bertujuan
untuk mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih mudah apabila
digabungkan dengan faktor C, karena dalam kenyataannya kedua faktor tersebut berkaitan
erat. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP perlu dilakukan dengan hati-hati karena
adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik konservasi yang dijumpai di lapangan.
Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No
1
Nilai P
Teras bangku
Sempurna
0.04
Sedang
0.15
Jeleh
0.35
2
Teras tradisonal
0.40
3
Padang rumput (permant grass field)
a. Bagus
0.04
b. Jelek
0.40
4
Hill side ditch atau fields pils
0.3
5
Countur cropping
Kemiringan 0-8%
0.5
Kemiringan 9-20%
0.75
Kemiringan 20%
0.9
6
Limbah jerami yang digunakan
6 ton/ha/tahun
0.2
3 ton/ha/tahun
0.5
1 ton/ha/tahun
0.8
7
Tanaman perkebunan
Penutupan tanah rapat
0.1
Penutupan tanah sedang
0.5
8
Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal
0.3
9
Strip cropping jagung- kacang tanah sisa tanaman dijadikan mulsa
0.5
10 Jagung kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa
0.087
11 Jagung- mulsa jerami padi
0.008
12 Padi gogo- kedelai, mulsa jerami padi
0.93
13 Kecang tanah-kacang hijau
0.730
Sumber : Abdukrahman, dkk (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S dan Sukartaatmadja S
(1992)
2.2.2. Metode GUEST
Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan proses
erosi yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasan partikel tanah oleh butir-butir hujan dan
aliran permukaan sebagai agen utama penyebab erosi tanah. Dalam model ini, erosi terjadi
karena adanya tiga proses yang berperan, yaitu pelepasan (detachment) oleh butir-butir hujan,