Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR


X. PENGUKURAN EROSI DI LAPANGAN


Oleh:
Kelompok : 1
Kelas/Hari/Tanggal : B1/Kamis/19 Mei 2011
Nama dan NPM : 1. Voky AIT 240110080050
2. Anggita Agustin 240110080052
3. Andan Suhamdan 240110080053
4. Frans B Surbakti 240110080054
5. Annisa Triani 240110080055
6. M. Adrian MunaI 240110080060
Asisten : Dandi Wirustyastuko












Lab. Konservasi Tanah dan Air
1urusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran
2011
A I
PENDAHULUAN
1.1Latar elakang
Erosi yang dipercepat (accelerated erosion) timbul sejak manusia
mengenal budidaya pertanian. Erosi menjadi masalah sejak pengelolaan lahan
dilakukan secara lebih intensiI, sehubungan dengan peningkatan kebutuhan
sandang, pangan, papan dan lainnya sejalan dengan pesatnya pertambahan
jumlah penduduk. Sejak beberapa dekade yang lalu erosi diakui secara luas
sebagai suatu permasalahan global yang serius. United Nations Environmental
Program dalam Lal (1994) menyatakan bahwa
produktivitas lahan seluas 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke
tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau
degradasi yang disebabkan oleh erosi.
Dengan besarnya resiko yang bakal terjadi, maka pencegahan erosi
merupakan aspek yang tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan lahan, baik
untuk pertanian maupun penggunaan lainnya. Pencegahan erosi yakni
tindakan konservasi tanah sudah harus diperhitungkan sejak perencanaan
penggunaan lahan dilakukan. Untuk selanjutnya evaluasi dari aplikasi suatu
teknik konservasi juga perlu dilakukan agar dapat diyakini apakah sistem
pengelolaan lahan yang diterapkan sudah memadai untuk terwujudnya sistem
pengelolaan lahan secara berkelanjutan.
Sangat disadari oleh berbagai pihak bahwa mencegah erosi sampai batas
nol (tanpa erosi) pada lahan yang dikelola adalah sangat sulit dilakukan. Oleh
karena itu, disepakati bahwa minimal erosi yang terjadi dapat ditekan sampai
di bawah ambang batas yang diperbolehkan.
Namun demikian, sering timbul permasalahan baik bagi pihak perencana,
pelaksana, dan evaluator untuk menentukan apakah suatu sistem penggunaan
lahan dinilai sudah aman dari segi pencegahan bahaya erosi. Besarnya erosi
dan pengaruh suatu teknik konservasi tanah terhadap erosi dan aliran
permukaan dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran secara langsung di
lapangan. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini praktikan belajar
menghitung nilai berdasarkan data yang telah disediakan pada modul
praktikum.

1.2Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami cara pengukuran erosi di lapangan.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran
O Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis,19 Mei 2011
Tempat : Lab. Sumber Daya Air
O Alat dan ahan
1. Alat tulis
2. Kalkulator
O Prosedur Pengukuran
a. Pengukuran Jumlah Tanah tererosi
Cara menentukan banyaknya tanah tererosi dari suatu kejadian
hujan dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Air yang masuk ke dalam bak dan drum penampung
diendapkan.
2. Tanah yang mengendap dipisahkan, masing-masing dikering
udarakan selama satu hari kemudian ditimbang beratnya, misal
berat tanah pada bak (A
1
) kg dan pada drum (A
2
) kg.
3. Dari masing-masing tanah tersebut diampil sampel sebanyak
berat tertentu (B
1
) kg dari (A
1
) dan (B
2
) kg dari (A
2
), kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105
0
C sampai beratnya
konstan, misal (C
1
) dari (B
1
) dan (C
2
) dari (B
2
).
4. Berat tanah tererosi dalam bak (E
1
) dan berat tanah tererosi
dalam drum (E
2
) dengan jumlah lubang sebanyak n adalah :
E
1
(C
1
/B
1
) x A
1
(kg/plot) ........................................ (1)
E
2
(C
2
/B
2
) x A
2
(kg/plot) ......................................... (2)
5. Berat total tanah tererosi pada kejadian hujan tersebut adalah :
E
t
E
1
(n x E
2
) (kg/plot) ........................................ (3)

b. Pengukuran Volume Aliran Permukaan (#:nn Off)
Volume aliran permukaan diukur dari setiap kejadian hujan
yang menimbulkan aliran permukaan. Dari setiap petak ditetapkan
dengan mengukur volume air dalam bak penampung (V1) dan
drum (V2) dengan volume tanah yang mengendap (Vt). Volume
aliran permukaan dapat ditentukan sebagai berikut :
V V
1
(n x V
2
) V
t
............................................. (4)
V
t

Bcut tunuh (gum)
B tunuh (
gcrcm
cm
3
)
......................................... (5)
V
1
(tinggi air di bak) x (luas penampang bak) ............. (6)
V
2
(tinggi air di drum) x (luas penampang drum) ........ (7)

c. Pengukuran BD tanah (gram/cm
3
)
1. Ambil seberat tanah kering mutlak, misal beratnya adalah A
gram
2. Masukkan kedalam gelas ukur berisi air sehingga terbaca
perubahan volume air (AV)
3. BD tanah

(gram/cm
3
)













A II
TIN1AUAN PUSTAKA

Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan
daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari Iaktor-Iaktor alam ditempat
terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas
terjadinya erosi. Adapun Iaktor-Iaktor alam yang mempengaruhi erosi adalah
erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim. Akibat dari adanya pengaruh
manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanIaatan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari
tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi
laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman
lahan berIungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak
mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan.
Metode pemodelan erosi sudah berkembang dengan baik hingga saat ini
dan dari waktu ke waktu selalu dilakukan revisi ataupun modiIikasi untuk
memperoleh hasil prediksi yang realistis dan mendekati kondisi aktual di
lapangan.Dari sekian pemodelan erosi tanah pasti memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing sesuai dengan lokasi kajian. Penerapan sebuah
pemodelan erosi di suatu daerah harus mempertimbangkan berbagai aspek, antara
lain ketersediaan data serta kesesuaian model dengan kondisi Iisik daerah kajian..
Hasil dari pemodelan tentunya diperlukan sebuah validasi ataupun pembanding
dengan laju erosi sesungguhnya yang terjadi di lapangan.Dengan demikian,
adanya suatu metode pengukuran erosi tanah di lapangan menjadi penting untuk
dipelajari.
Metode pengukuran erosi di lapangan secara langsung di lapangan juga
dapat digunakan sebagai perkiraan awal tingkat erosi pada suatu daerah dalam
waktu tertentu.Keuntungan utama dari metode sidik cepat ini adalah karena murah
dalam biaya serta sederhana, dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak dengan
dengan demikian hasilnya pun dapat lebih meyakinkan (Hudson, 1993).Peralatan
ataupun bahan yang dibutuhkan pun relatiI mudah didapat dan sederhana. Metode
pengukuran erosi lapangan ini sangat bermanIaat untuk memberikan gambaran
proses erosi yang terjadi pada petani/pemilik lahan, karena siIat dari metode ini
yang mudah dipahami. AlternatiI pengukuran erosi yang dapat digunakan terdiri
dari:

Pengukuran-pengukuran titik (543920,8:7020398
1. rosion pins
Metode yang paling sering dipakai ini terdiri dari pin yang ditancapkan
(dapat berupa jeruji, bambu, kayu, ataupun besi) ke permukaan tanah.Prinsip kerja
dari metode ini adalah membaca perubahan permukaan tanah dari ketinggian
semula, dapat berupa pengurangan berarti terjadi erosi ataupun berupa
penambahan berarti terdapat penambahan material (sedimentasi).



Gambar 1. rosion pin (Hudson, 1993)

2. Paint collars (tanda garis berwarna)
Sebuah indikator perubahan kedalaman yang intensiI, misalnya pada dasar
saluran atau dasar g:lly. Metode ini sangat sederhana hanya dengan memberikan
tanda garis dengan cat (warna cerah/mudah dilihat) yang tidak larut dalam air
pada sekeliling batuan, boulder, akar tanaman, ataupun bangunan yang bersiIat
stabil.

3. ottle tops
Contoh lain yang sederhana dalam merekam ketinggian awal dari tanah
hanya dengan cara menancapkan ujung atas dari botol ke permukaan tanah.
Ketika terjadi proses erosi, tanah di dalam botol dapat menjadi pembanding
seberapa dalam telah terjadi kehilangan tanah di titik tersebut.

4. Profile meters
Alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan
penampang melintang perubahan pernukaan tanah (dapat berupa pengurangan
ataupun penambahan permukaan tanah akibat erosi dan sedimentasi).



Gambar 2. Profile meters (Hudson, 1993)




Pengukuran volumetrik
Prinsip dasar dari metode ini adalah mengukur kehilangan tanah
berdasarkan pengukuran tiga dimensi dari volume.


Gambar 3. Rangkaian erosion pins yang disusun membentuk grid untuk
pengukuran erosi rill/g:lly


Gambar 4. Perhitungan penampang melintang dari g:lly (Hudson, 1993)
Stocking dan Murnaghan (2001) juga memberikan metode pengukuran
kehilangan tanah di lapangan berdasar bukti-bukti erosi di lapangan. Metode
pengukuran ini telah digunakan Setiawan (2007) sebagai data pembanding hasil
pemodelan erosi dengan RMMF (#ivised Morgan- Morgan Finney), hasil yang
diperoleh pun cukup realistis dan dapat diterima. Perhitungan erosi di lapangan ini
harus didukung oleh data b:lk density tanah (ton/m
3
).
Faktor Pengelolaan Tanaman (C
W Menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, kondisi
permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang
hilang.
W Dapat digunakan sebagai salah satu parameter yang digunakan dalam
menentukan besarnya erosi di daerah berhutan.
Indeks penutupan vegetasi (C) dan Indeks pengolahan lahan atau tindakan
konservasi tanah (P) dapat digabung menjadi Iaktor CP yang nilainya disajikan
pada Tabel 6 (Asdak, 1995).
C Faktor (pengelolaan) cara bercocok tanam yang tidak mempunyai satuan
P Faktor praktek konservasi tanah (cara mekanik) yang tidak mempunyai
satuan
Tabel 6. Prakiraan nilai Iaktor CP pada berbagai jenis penggunaan lahan













Faktor P
Perbandingan besarnya erosi dari tanah dengan suatu tindakan konservasi
tertentu (penamaan dalam strip, pengelolaan tanah menurut kontur, guludan dan
teras) terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah menurut arah lereng.

Faktor pengelolaan tanaman (P) diperoleh dari membagi Kehilangan tanah
dari lahan yang diberi perlakuan P dengan Kehilangan tanah dari plot kontrol.
Faktor konservasi P : Faktor P dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
P 1.0 x S# 0.30 S# P
T
x T
Dimana: P Faktor konservasi,
S# porsi DAS dengan pertanaman melintang kontur,
S# porsi DAS dengan pertanaman rumput dan saluran berumput,
P
T
porsi DAS dengan terrasering (termasuk luas areal), dan T porsi DAS
yang diteras.


















A III
HASIL PERCOAAN DAN PEMAHASAN

3.1Hasil
Tugas Resitasi
1. Sebuah demplot dengan luas 22 x 1,8 meter dengan jumlah lubang
sebanyak 7 buah terukur tinggi air pada bak penampung pertama (1,8 x
0,3 m) setinggi 15 cm dan tinggi air pada drum (jari-jari 25 cm)
setinggi 100 cm. Berat tanah kering mutlak pada bak penampung dan
drum adalah 350 gr dan 20 gr (BD 1,2 gram/cm
3
). Tentukan jumlah
tanah yang tererosi dan besarnya volume aliran permukaan yang terjadi
di daerah sekitar demplot !
Diketahui : Luas demplot 22 x 1,8 meter
Luas bak 1,8 x 0,3 meter
n 7
Tinggi bak 15 cm
Tinggi air pada drum 100 cm
r
drum
25 cm
BTK
bak
/ E
1
350 gr
BTK
drum
/ E
2
20 gr
BD 1,2 gram/cm
3

Ditanya : a. E
t

b. V
Jawaban :
a. E
t
E
1
(n x E
2
)
350 gr (7 x 20 gr)
490 gr
0,49 kg/plot

b. V
t

B1K
bck
+ B1K
drum
B


350 g+20 g
1,2 gcm
3

308,33 cm
3

0,00030833 m
3

V
1
Tinggi air bak x Luas bak
15 cm x (1,8 x 0,3 m)
15 cm x 5400 cm
2

81.000 cm
3
0,081 m
3

V
2
Tinggi air drum x Luas penampang drum
100 cm x (3,14 x 25
2
) cm
196.250 cm
3
0,19625 m
3

V V
1
(n x V
2
) - V
t

0,081 m
3
(7 x 0,19625 m
3
) 0,00030833 m
3

0,145444 m
3
/plot m
3
/ha 145,44 liter/ha
Jadi besarnya total tanah tererosi sebesar 0,49 kg/plot dan volume aliran
permukaan sebanyak 0,145444 m
3
/plot

2. Suatu demplot dengan luas 10 x 6 m
2
digunakan untuk mengukur
besarnya erosi yang terjadi disekitar demplot dengan jumlah lubang 7
buah. Dari hasil pengukuran dilapangan diketahui data-data sebagai
berikut :
Kejadian
Hujan
A1
(gram)
A2
(gram)
B1
(gram)
B2
(gram)
C1
(gram)
C2
(gram)
E1
(gram/plot)
E2
(gram/plot)
Et1
(gram/plot)
Et2
(gram/m
2
)
1 74.49 6.52 18.62 1.63 13.8 1.21
2 52.73 4.62 13.18 1.15 9.77 0.86
3 732.38 64.13 183.09 16.03 135.63 11.88
4 10.04 0.88 2.51 0.22 1.86 0.16
5 12.56 1.1 3.14 0.27 2.33 0.2
6 15.07 1.32 3.77 0.33 2.79 0.24
7 57.75 5.06 14.44 1.26 10.7 0.94
8 3055.05 267.49 763.76 66.87 565.75 49.54
9 283.74 24.84 70.94 6.21 52.55 4.6
10 9437.18 826.3 2359.29 206.57 1747.63 153.02
11 472.07 41.33 118.02 10.33 87.42 7.65
12 69.47 6.08 17.37 1.52 12.87 1.13
13 10.04 0.88 2.51 0.22 1.86 0.16
14 30.97 2.71 7.74 0.68 5.74 0.5
15 36.83 3.22 9.21 0.81 6.82 0.6
16 72.82 6.38 18.2 1.59 13.49 1.18
17 193.36 16.93 48.34 4.23 35.81 3.14
18 192.25 16.83 48.06 4.21 35.6 3.12
19 50.67 4.44 12.67 1.11 9.38 0.82
20 18.95 1.66 4.74 0.41 3.51 0.31
21 6.9 0.6 1.72 0.15 1.28 0.11
22 25.57 2.24 6.39 0.56 4.74 0.41
23 27.2 2.38 6.8 0.6 5.04 0.44
24 23.34 2.04 5.83 0.51 4.32 0.38
25 41.25 3.61 10.31 0.9 7.64 0.67
26 43.88 3.84 10.97 0.96 8.13 0.71
27 37.58 3.29 9.4 0.82 6.96 0.61
28 10.19 0.89 2.55 0.22 1.89 0.17
29 6.9 0.6 1.72 0.15 1.28 0.11
30 50.88 4.46 12.72 1.11 9.42 0.83
31 38.73 3.39 9.68 0.85 7.17 0.63
32 97.87 8.57 24.47 2.14 18.12 1.59
33 40.92 3.58 10.23 0.9 7.58 0.66
Jumlah (gram/m
2
)

Rata-rata (ton/ha)

Dimana : A1 berat tanah pada bak penampung (gram), A2 berat tanah pada drum (gram), B1
berat sampel tanah dari A1 (gram), B2 berat tanah dari A2 (gram), C1 berat tanah kering dari
sampel B1(gram), C2 berat tanah kering dari sampel B2 (gram)

Tentukanlah :
a. Besarnya erosi yang terjadi setiap kejadian hujan di daerah sekitar demplot
(gram/m2)
b. Besarnya erosi rata-rata yang terjadi (ton/ha)

Jawaban :

Kejadian
Hujan
A1
(gram)
A2
(gram)
B1
(gram)
B2
(gram)
C1
(gram)
C2
(gram)
E1
(gram/plot)
E2
(gram/plot)
Et1
(gram/plot)
Et2
(gram/m
2
)
1 74.49 6.52 18.62 1.63 13.8 1.21 55.21 4.84 89.09 1.48
2 52.73 4.62 13.18 1.15 9.77 0.86 39.09 3.45 63.27 1.05
3 732.38 64.13 183.09 16.03 135.63 11.88 542.53 47.53 875.23 14.59
4 10.04 0.88 2.51 0.22 1.86 0.16 7.44 0.64 11.92 0.20
5 12.56 1.1 3.14 0.27 2.33 0.2 9.32 0.81 15.02 0.25
6 15.07 1.32 3.77 0.33 2.79 0.24 11.15 0.96 17.87 0.30
7 57.75 5.06 14.44 1.26 10.7 0.94 42.79 3.77 69.22 1.15
8 3055.05 267.49 763.76 66.87 565.75 49.54 2263.01 198.17 3650.18 60.84
9 283.74 24.84 70.94 6.21 52.55 4.6 210.19 18.40 338.99 5.65
10 9437.18 826.3 2359.29 206.57 1747.63 153.02 6990.53 612.09 11275.20 187.92
11 472.07 41.33 118.02 10.33 87.42 7.65 349.67 30.61 563.92 9.40
12 69.47 6.08 17.37 1.52 12.87 1.13 51.47 4.52 83.11 1.39
13 10.04 0.88 2.51 0.22 1.86 0.16 7.44 0.64 11.92 0.20
14 30.97 2.71 7.74 0.68 5.74 0.5 22.97 1.99 36.92 0.62
15 36.83 3.22 9.21 0.81 6.82 0.6 27.27 2.39 43.97 0.73
16 72.82 6.38 18.2 1.59 13.49 1.18 53.97 4.73 87.12 1.45
17 193.36 16.93 48.34 4.23 35.81 3.14 143.24 12.57 231.21 3.85
18 192.25 16.83 48.06 4.21 35.6 3.12 142.41 12.47 229.72 3.83
19 50.67 4.44 12.67 1.11 9.38 0.82 37.51 3.28 60.47 1.01
20 18.95 1.66 4.74 0.41 3.51 0.31 14.03 1.26 22.82 0.38
21 6.9 0.6 1.72 0.15 1.28 0.11 5.13 0.44 8.21 0.14
22 25.57 2.24 6.39 0.56 4.74 0.41 18.97 1.64 30.45 0.51
23 27.2 2.38 6.8 0.6 5.04 0.44 20.16 1.75 32.38 0.54
24 23.34 2.04 5.83 0.51 4.32 0.38 17.29 1.52 27.93 0.47
25 41.25 3.61 10.31 0.9 7.64 0.67 30.57 2.69 49.38 0.82
26 43.88 3.84 10.97 0.96 8.13 0.71 32.52 2.84 52.40 0.87
27 37.58 3.29 9.4 0.82 6.96 0.61 27.83 2.45 44.96 0.75
28 10.19 0.89 2.55 0.22 1.89 0.17 7.55 0.69 12.37 0.21
29 6.9 0.6 1.72 0.15 1.28 0.11 5.13 0.44 8.21 0.14
30 50.88 4.46 12.72 1.11 9.42 0.83 37.68 3.33 61.02 1.02
31 38.73 3.39 9.68 0.85 7.17 0.63 28.69 2.51 46.28 0.77
32 97.87 8.57 24.47 2.14 18.12 1.59 72.47 6.37 117.04 1.95
33 40.92 3.58 10.23 0.9 7.58 0.66 30.32 2.63 48.70 0.81
Jumlah (gram/m
2
)
305.27
Rata-rata (ton/ha) 3.053


3.2 Pembahasan
Pengukuran erosi di lapangan terbagi menjadi 2 golongan, yaitu permanen
dan tidak permanen. Pada pengukuran erosi yang dilakukan praktikan merupakan
tergolong pengukuran erosi secara permanen karena tempat yang diukur tidak
berubah. Pengukuran erosi tersebut dipengaruhi oleh panjang lereng, kemiringan
lereng, ukuran beserta jenis tanah, dan luasan yang terbatas atau dalam plot-plot.
Prosedur pengukuran terbagi menjadi 2 tahap, yaitu pengukuran jumlah
tanah tererosi dan pengukuran volume aliran permukaan. Data yang dipakai
merupakan data hasil pengukuran praktikan pada lahan tererosi di Jatinangor.
Pada soal no. 1, didapatkan kesimpulan bahwa besarnya total tanah
tererosi sebesar 0,49 kg/plot dan volume aliran permukaan sebanyak 145,444
liter/plot. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai erosi tidak terlalu berbahaya
karena jumlah tanah tererosi hanya sedikit sedangkan volume aliran permukaan
cukup besar.
Pada tugas yang kedua, besarnya erosi rata-rata yang terjadi dalam ton/ha
adalah sebesar 3,053 ton/ha.
Nilai Indeks Bahaya Erosi Harkat
A 1.0 Rendah
1.01 - 4.0 Sedang
4.01 - 10.0 Tinggi
K10.01 Sangat tinggi
klasifikasi indeks bahaya erosi men:r:t Hammer, 1981)
Nilai erosi yang diperoleh termasuk dalam indeks bahaya erosi berharkat sedang
(3.053 ton/ha).
Kondisi lahan yang diamati merupakan berupa lereng yang tidak
ditumbuhi oleh tumbuhan. Seharusnya nilai erosi yang terjadi adalah tinggi, tetapi
pada pangukuran terjadi h:man error pada saat pengambilan tanah di dalam
drum penampung. Ada beberapa kejadian dimana tanah yang tererosi tidak
terambil semua.

A IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
O Pengukuran erosi di lapangan dibagi menjadi 2 yaitu secara permanen
dan tidak permanen.
O Pengukuran secara permanen dipengaruhi oleh Iaktor kemiringan
lereng, ukuran, panjang lereng, dan jenis tanah dalam luasan terbatas
/plot sementara pengukuran tidak permanen dalam hal ini arealnya
sangat luas.
O Hasil yang diperoleh dari pengukuran erosi dilapangan yaitu jumlah
tanah tererosi dan volume aliran permukaan.
O Dari perhitungan soal no 1 didapatkan bahwa , volume aliran
permukaan sebesar 145,44 liter/ha.
O Dari perhitungan no .2 besarnya erosi rata-rata sebesar 3,053 ton/ha.
Dan menurut hammer dengan jumlah erosi sebesar ini tidak
berbahaya.
O Terjadi human error pada pengambilan sedimen ,sehingga
perhitungan jumlah erosi tidak akurat.

5.2 Saran
O Diharapkan agar setelah berakirnya praktikum ini , praktikan mengerti
pengaplikasian di lapangan.
O Seluruh praktikan mengambil bagian dalam pengerjaan tugas
praktikum , agar mengerti langkah-langkah pengerjaannya.
O Seluruh peserta praktikum sebaiknya datang tepat waktu , agar
praktikum berjalan lancar.









DAFTAR PUSTAKA

http://awaluddinzaenuri.blogspot.com/2011/04/metode-pengukuran-erosi-
tanah.html
BaIdal, Nurpilihan. Suryadi, Edi. 2011. Pen:nt:n Praktik:m Teknik Pengawetan
Tanah dan Air. Unpad
Asdak, Chay. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran S:ngai. 1995. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Schwab, Glen O; dkk. 1981. Soil and Water Conservation Engineering. United
States oI America: John Wiley and Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai