Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase

PENGENALAN SISTEM IRIGASI TETES DAN IRIGASI SPRINGKEL SERTA

PERHITUNGAN KINERJA IRIGASI TETES DAN IRIGASI SPRINGKEL

Disusun Oleh
Rahayu
1405106010075

Asisten:
Saijem Pratiwi

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2017
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah yang beriklim basah, dimana pemakaian air
tergantung pada jumlah dan kejadian hujan. Curah hujan pada umumnya cukup tapi jarang
sekali secara tepat sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu
perlu dikembangkan sistem pengairan yang baik, agar ketersediaan air dapat mencukupi
selama periode tumbuh, salah satunya yaitu irigasi.
Air irigasi disalurkan ke tanah pertanian dengan empat metode umum, yaitu
permukaan tanah dengan penggenangan (flooding) atau alur (furrow), bawah tanah dalam
hal ini permukaan tanah dibasahi apabila ada, cucuran (trickle) dari pipa dekat tanaman
dan penyiraman dimana permukaan tanah dibasahi seperti oleh curah hujan. Irigasi
merupakan sumber daya yang penting dalam perencanaan usaha tani. Seperti halnya
dengan sumber daya lainnya, ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
irigasi yaitu kelayakan dan keuntungannya. Keuntungannya antara lain adalah dapat
menyediakan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman selama periode tumbuh.
Perencanaan irigasi disusun terutama berdasarkan kondisi-kondisi meteorologi di daerah
bersangkutan.
Ada banyak sekali sistem irigasi yang dapat diterapkan di lahan pertanian di
Indonesia. Irigasi yang umumnya digunakan adalah sistem irigasi permukaan (surface
irigation). Sistem irigasi permukaan sudah lama dikenal dan di terapkan di Indonesia. Jika
dulu sistem irigasi ini diterapkan karena jumlah air di lahan pertanian masih banyak,
sedangkan sekarang air yang ada di lahan pertanian sudah semakin berkurang. Jika tetap
menggunakan sistem irigasi permukaan maka penggunaan air akan banyak sementara
jumlah air sedikit sehingga lahan tidak bisa produktif. Untuk mengatasi hal itu maka perlu
diterapkan sistem irigasi yang efektif dan efisien salah satunya adalah sistem irigasi
sprinkler. Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray Irrigation) adalah suatu metode pemberian
air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan
melalui nozzle. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi system permanent
(Fixed/solid set), portable dan semi portable (hand move atau mechanical move), traveling
irrigator (gun atau boom), center pivot atau linear move.

46
47

Dan ada juga irigasi tetes yang prinsip kerjanya adalah pemberian air ke tanah
untuk pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman, dengan cara meneteskan air melalui emiter,
yang mengarah langsung pada zona perakaran. Irigasi tetes merupakan pengembangan dari
irigasi yang sudah ada sebelumnya, misalnya saja irigasi permukaan, irigasi pancar dll.
Irigasi ini sangatlah efektif untuk efisiensi penggunaan air, karena sasaran irigasi tetes ini
langsung ke akar sehingga kecil kemungkinan air mengalami penguapan.
Dalam kegiatan budidaya pertanian, berbagai macam faktor memiliki peran serta
dalam keberhasilan usaha budidaya tersebut. Salah satu faktor yang tidak dapat dilupakan
dan ditinggalkan yaitu permasalahan tentang kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman.
Air merupakan unsur kedua yang memiliki peranan penting dalam keberhasilan usaha
budidaya pertanian di lahan setelah tanah. Peran tersebut sangat fundamental dan harus
selalu terpenuhi. Jika kebutuhan air yang seharusnya telah diberikan pada tanaman belum
juga terpenuhi, maka hal tersebut akan menjadi salah satu faktor pembatas dalam
keberhasilan usaha budidaya tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk memperkenalkan komponen-
komponen utama sistem irigasi tetes dan mementukan parameter-parameter kinerja sistem
irigasi tetes.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Irigasi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha mendapatkan air


sawah, ladang, perkebunan dan lain-lain usaha pertanian, rawa-rawa, perikanan. Usaha
tersebut utama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air
ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi
usaha pertanian. Berdasarkan definisi irigasi maka tujuan dari irigasi adalah sebagai
berikut. Tujuan irigasi secara langsung adalah membasahi tanah, agar dicapai suatu kondisi
tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan presentase
kandungan air dan udara di antara butir-butir tanah. Pemberian air dapat juga mempunyai
tujuan sebagai bahan pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Tujuan
Irigasi secara tidak langsung adalah pemberian air yang dapat menunjang usaha pertanian
melalui berbagai cara antara lain, mengatur suhu tanah, membersihkan tanah dari unsur-
unsur racun, memberantas hama penyakit, mempertinggi muka air tanah, membersikan
buangan air dan kolmatasi (Sudjarwadi, 1987).
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk membentuk
tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan,
mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan
dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa
lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo,
1995).
Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah memiliki
posisi yang tepat), serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-pindahkan). Pada
set system termasuk : hand move, wheel line lateral, perforated pipe, sprinkle untuk
tanaman buah-buahan dan gun sprinkle. Sprinkle jenis ini ada yang dipindahkan secara
periodik dan ada yang disebut fixed system atau tetap (main line lateral dan nozzel tetap
tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk continius move system adalah center pivot,
linear moving lateral dan traveling sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).
Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/ selang berlubang
dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar berupa tetesan-tetesan
langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi

48
49

kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi keseluruhan lahan, sehingga mereduksi
kehilangan air akibat penguapan yang berlebihan, pewmakaian air lebih efisien,
mengurangi limpasan, serta menekan/mengurangi pertumbuhan gulma (Hansen, 1986).
Penggunaan sistem irigasi tetes dikalangan petani masih sangat minim. Hal ini
dikarenakan perlunya biaya yang sangat mahal dalam membuat instalansi jaringan irigasi
tetes ini. Namun bila semua komponen penyusunnya diganti dengan yang lebih sederhana
tetapi kegunaannya tetap sama, maka sudah pasti petani akan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Pada hakikatnya teknologi ini sangat cocok diterapkan pada kondisi lahan
berpasir, air yang sangat terbatas, iklim yang kering dan komoditas yang diusahakan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Buckman, 1982).
Cara pemberian irigasi yang tidak tepat menjadi penyebab utama rendahnya
produktivitas tanaman . Hal ini terlihat jelas dari sebagian besar tanaman yang mati
disebabkan terjadinya pembusukan akar akibat kelebihan air yang diberikan, karena
pemberian irigasi sistem tradisional yang diterapkan petani memberikan air tanpa adanya
takaran yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penelitian tentang aplikasi sistem irigasi
tetes pada tanaman yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, hemat air, sederhana dan
mudah diterapkan pada pertanian lahan kering perlu dikembangkan (Hadiutomo, 2012).
BAB III. METOTOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Adapun praktikum tentang Pengenalan Sistem Irigasi Tetes dan Perhitungan
Kinerja Irigasi Tetes dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 14.00 WIB
bertempat di Laboratorium Teknik Tanah dan Air Program Studi Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Dan praktikum dilapangan
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2017 pukul 09.00 WIB bertempat di
samping Laboratorium Teknik Tanah dan Air Program Studi Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah unit penetes
(Emitter), manometer air, gelas ukur, penampung air, stopwatch, kran pengatur debit,
rangkaian pipa utama dan pipa lateral, pompa air, sumber air, dan alat tulis.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja yang telah dilakukan dalam praktikum Pengenalan Sistem Irigasi
Tetes dan Perhitungan Kinerja Irigasi Tetes ini adalah sebagai berikut :
1. Dipasang beberapa penates dengan jarak seragam pada lateral.
2. Dialirkan air melalui lateral dengan tekanan kerja 100 cmH2O yang diatur dengan
kran pengatur debit.
3. Ditampung air dari penates dalam penampung air selama 10 menit, kemudian diukur
dengan gelas ukur.
4. Diulang langkah kedua dan ketiga untuk 2 perlakuan lainnya dengan diubah bukaan
kran pengatur debit.

50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil pengamatan debit pada irigasi springkel

Lateral 1 (21 psi) Lateral 2 (15 psi)

A1 A2 B1 B2
780 ml 1130 ml 980 ml 780 ml

Tabel 2. Hasil pengamatan debit pada irigasi tetes dengan tekanan 22 Psi

Lateral

I (A) II (B) III (C) IV (D)

1 600 590 195 165

2 385 550 560 550

3 610 150 550 625

4 600 430 550 525

5 - 430 - 520

4.2. Analisa Data

Gambar 1. Sistem irigasi springkel

51
52

Tabel 3. Hasil perhitungan debit pada irigasi springkel

Nama Tekanan Wadah ∑Xi (ml) ∑Xr (ml) Nilai Cv (%)

Lateral 1 Springkel A 20 89 780 8,7640 53,7738


Lateral 1 Springkel B 20 89 980 11,0112 52,4707
Lateral 2 Springkel A 15 89 1130 12,6966 51,4429
Lateral 2 Springkel B 15 89 780 8,7640 53,7738
Jumlah 3670 41,2360

Perhitungan pada ulangan ketiga.


Berdasarkan US Soil Conservation Service (US SCS) :

qn =

= 4,75
=5

qn =

= 265

qa =

= 451,8421

EU= 100 ×

= 100 ×

= 58,6488

Menurut James (1988) :

cv =
52

= 327,1598
53

EU = 100 × (1- × )

= 100 × (1- × )

= 57,85

4.3. Pembahasan
Air sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan
peningkatan produksi pertanian, ketersediaannya mutlak diperlukan baik secara jumlah
maupun kualitasnya. Akan tetapi seiring dengan adanya dampak perubahan iklim,
pergeseran musim kemarau ataupun musim hujan memberikan dampak pada ketersediaan
air di areal pertanian.
Kebutuhan air tanaman (KAT) sebagian besar dipenuhi dari hujan akan tetapi
apabila kebutuhan air tidak terpenuhi oleh air hujan, maka harus dilakukan upaya untuk
dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga kebutuhan air
tanaman tetap terpenuhi secara optimal dan pertumbuhan tanaman berjalan dengan optimal
pula. Oleh karena itu, maka pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau.
Terdapat beberapa metode pemberian air irigasi yang dapat dilakukan. Pemilihan
metode pemberian air irigasi yang akan dilakukan harus didasarkan pada aspek teknis,
sosial dan ekonomis. Adapun metode pemberian air irigasi yang dapat dilakukan adalah
metode irigasi sprinkle dan metode irigasi tetes.
Dalam sistem irigasi biasa, 50% air yang digunakan untuk irigasi digunakan untuk
tanaman, dan sisanya hanya terbuang percuma. Dengan menggunakan sistem irigasi
sprinkler dapat menghemat 50% air dibandingkan dengan metode irigasi. Air merupakan
faktor kunci dalam meningkatkan kualitas dari tanaman. Irigasi merupakan cara yang bisa
digunakan untuk meningkatkan kualitas dari tanaman. Salah satu cara irigasi modern
adalah dengan menggunakan sistem irigasi sprinkle. Cara ini sangat populer di seluruh
negara maju di dunia.
Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray irrigation) ialah suatu model pemberian air ke
seluruh permukaan lahan yang akan diirigasi dengan bantuan pipa bertekanan melalui
nozzle. Sistem ini dapat diklasifikasikan menjadi sistem permanen, portable/semi portable,
53

traveling irrigator, center pivot atau linear move. Irigasi sprinkler merupakan suatu metode
irigasi yang fleksibel dimana selain dapat digunakan untuk menyiram tanaman,
54

juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan serta menjaga kelembaban tanah
dan mengontrol kondisi iklim sesuai dengan kondisi tanaman.
Sistem irigasi sprinkle ini pada dasarnya menggunakan air yang bertekanan dan
keluar melalu perangkat yang disebut sebagai penyiram (sprinkler). Penyiram (sprinkler)
biasanya terletak pada pipa yang disebut lateral. Air disemprotkan ke udara dan kemudian
jatuh masuk ke dalam tanah, menyirami tanaman yang ada di sekitarnya. Sistem irigasi
sprinkler menggunakan sistem penyemprotan air seperti curah hujan alami. Tekanan air
disalurkan kemudian dikeluarkan melalui nozzle yang kemudian memecahkan air sehingga
keluar seperti titik-titik air hujan. Tekanan air berasal dari pompa yang mendorong air
melalui pipa kemudian keluar melalui nozzle. Nozzle selain berfungsi sebagai pemecah air,
juga dapat digunakan untuk mengatur tekanan jarak dan banyak sedikitnya air yang keluar.
Komponen dalam sistem irigasi sprinkler ini meliputi sumber air, baik dari sumber
air yang terbuka (misalnya, sungai, kolam, danau, waduk, dll) maupun yang berasal dari
tempat tampungan air (misalnya tandon air, ground tank, sumur, dll). Unit untuk
mendorong air sehingga menghasilkan air yang bertekanan untuk kemudian disalurkan
melalui pipa dan keluar melalui nozzle (misalnya pompa). Terakhir adalah sprinkler, yang
merupakan komponen utama, meliputi pipa lateral, pipa riser, dan penyiram (nozzle).
Berikut ini adalah beberapa aksesoris tambahan yang biasa digunakan pada sistem
irigasi sprinkle:
1. Reducers
2. Elbows
3. End plug Tees
4. Regulators and Gauges
5. Valves
6. Filters
Umumnya sistem irigasi sprinkler ini sering digunakan pada tanah normal, maupun
tanah dangkal. Cocok juga untuk medan yang berpasir, medan yang bergeombang, hingga
banyak diadopsi untuk pengairan di daerah perbukitan. Untuk penanaman ladang cocok
untuk semua jenis ladang / kebun, namun tidak cocok digunakan untuk tanaman padi
(sawah) dan juga jerami. Untuk perkebunan seperti kebun tanaman kering, sayuran,
tanaman berbunga, kebun teh dan kopi, sangat cocok dan dapat mengadopsi sistem irigasi
sprinkler ini. Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila application
55

rate nya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan marginal
yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang rendah.
Adapun kelebihan dari irigasi sprinkle ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat mengurangi tingkat
pertumbuhan tanaman yang vegetatif dan memperbesar peluang tanaman untuk
tumbuh secara generatif dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen.
2. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman, tenaga kerja
yang tersedia dan penghematan energi.
3. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui sistem irigasi.
4. Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanaman.
5. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan seedling
(persemaian).
6. Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen.
Dan sistem Irigasi Sprinkler ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Memerlukan biaya investasi yang tinggi.
2. Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu.
3. Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air.
4. Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan penyakit tanaman.
5. Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan.
Saat ini sistem irigasi tetes di Indonesia sudah mulai banyak dimanfaatkan,
terutama pada kegiatan usaha tani komersial dengan jenis tanaman bernilai ekonomis
tinggi, seperti kebun pembibitan, bunga-bungaan. Selain itu juga, sistem irigasi tetes ini
juga banyak dimanfaatkan pada daerah dengan air tersedia sangat terbatas atau sangat
mahal dan tanah berpasir yang tidak cocok jika menggunakan sistem irigasi konvensional.
Irigasi tetes merupakan salah satu sistem irigasi mikro yang memiliki tingkat
efisiensi penggunaan air yang paling tinggi dibandingkan dengan irigasi curah. Irigasi tetes
menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan
air. Irigasi tetes merupakan metode pemberian air tanaman secara kontinyu dan
penggunaan air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian kehilangan air
seperti yang diakibatkan oleh perkolasi, run off, dan evapotranspirasi bisa diminimalkan,
sehingga efisiensinya tinggi. Sistem irigasi tetes mengalirkan air secara lambat untuk
menjaga kelembaban tanah dalam rentang waktu yang diinginkan bagi tanaman. Karena
56

efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi, maka sistem irigasi tetes ini cukup efektif
digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman.
Dalam implementasinya, irigasi tetes memang memerlukan biaya investasi awal
relatif mahal. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pula aspek ekonomis tanaman yang
dibudidayakan, sehingga pendayagunaan sistem irigasi tetes perlu diarahkan kepada
Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET).
Ciri- ciri dari irigasi tetes adalah debit air kecil selama periode waktu tertentu,
interval yang sering atau frekuensi pemberian air yang tinggi , air diberikan pada daerah
perakaran tanaman, aliran air bertekanan dan efisiensi serta keseragaman pemberian air
lebih baik. Adapun kegunaan dari irigasi tetes adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghemat penggunaan air tanaman.
2. Mengurangi kehilangan air yang begitu cepat akibat penguapan dan infiltrasi.
3. Membantu memenuhi kebutuhan air tanaman pada awal penanaman sehingga juga
akan meningkatkan pemanfaatan unsur hara tanah oleh tanaman.
4. Mengurangi stresing atau mempercepat adaptabilitas bibit sehingga meningkatkan
keberhasilan tumbuh tanaman.
5. Melakukan pemanenan air hujan lewat wadah irigasi tetes secara terbatas sehingga
dapat digunakan tanaman.
Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat
tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Prinsip kerja irgasi tetes
adalah pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman, dengan cara
meneteskan air melalui emiter yang mengarah langsung pada zona perakaran. Irigasi tetes
merupakan pengembangan dari irigasi yang sudah ada sebelumnya, misalnya saja irigasi
permukaan, irigasi pancar dll.
Irigasi ini sangatlah efektif untuk efisiensi penggunaan air, karena sasaran irigasi
tetes ini langsung ke akar sehingga kecil kemungkinan air mengalami penguapan. Irigasi
tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah melalui
suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta tekanan
rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena adanya
gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung jenis tanah, kelembaban,
permeabilitas tanah, dan jenis tanaman.
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi yang
dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus
57

menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0
bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus
menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi
bertekanan rendah. Sistem irigasi tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal
12 jam per hari) dan tingkat kelembaban tanaman dapat diatur.
Unsur-unsur utama pada irigasi tetes yang perlu diperhatikan sebelum
mengoperasikan peralatan irigasi tetes adalah :
1. Sumber air, dapat berupa sumber air permanen (sungai, danau, dan lain-lain), atau
sumber air buatan (sumur, embung dan lain-lain)
2. Sumber daya, sumber tenaga yang digunakan untuk mengalirkan air dapat dari gaya
gravitasi (bila sumber air lebih tinggi daripada lahan pertanaman), dan untuk sumber
air yang sejajar atau lebih rendah dari pada lahan pertanaman maka diperlukan
bantuan pompa. Untuk lahan yang mempunyai sumber air yang dalam, maka
diperlukan pompa penghisap pompa air sumur dalam.
3. Saringan, untuk mencegah terjadinya penyumbatan maka diperlukan beberapa alat
penyaring, yaitu saringan utama (primary filter) yang dipasang dekat sumber air,
saringan kedua (secondary filter) diletakkan antara saringan utama dengan jaringan
pipa utama.
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan air dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air keluar menyebar secara
menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal
oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah,
permeabilitas tanah. Emiter harus menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan
debit yang mendekati konstan. Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi
tersumbatnya emiter.
Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis tetesan airnya menjadi 3 jenis
yaitu air merembes sepanjang pipa lateral (viaflow), air menetes atau memancar melalui
alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral, air menetes atau memancar melalui lubang-
lubang pada pipa lateral.
Berdasarkan pemasangan di pipa lateral, penetes dapat dibagi menjadi dua yaitu
on-line emitter dipasang pada lubang yang dibuat di pipa lateral secara langsung atau
disambung dengan pipa kecil, in-line emitter dipasang pada pipa lateral dengan cara
58

memotong pipa lateral. Penetes juga dapat dibedakan berdasarkan jarak spasi atau debitnya
yaitu point source emitter dipasang dengan spasiyang renggang dan mempunyai debit yang
relatif besar, line source emitter dipasang dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai
debit yang kecil.
Besarnya debit sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan, tekanan berkurang
dalam hal dekat dengan emitter. Frekuensi dan lamanya waktu pemberian air (priode)
ditentukan oleh katup yang dioperasikan secara manual maupun yang diprogram secara
otomatis. Katup pengatur meteran dirancang untuk menutup aliran secara otomatis setelah
volume air yang diberikan di set terlebih dahulu.
Sistem irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem irigasi
lainnya yaitu:
1. Meningkatkan nilai guna air. Umumnya air yang digunakan pada sistem irigasi tetes
lebih sedikit dibandingkan dengan sistem irigasi lainnya. Penghematan air dapat
terjadi karena pemberian air yang bersifat lokal dan jumlahnya sedikit sehingga akan
menekan evaporasi, aliran permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga
diperkecil karena daerah yang dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman.
2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil. Fluktuasi kelembaban tanah yang
tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes dan kelembaban tanah dapat dipertahankan
pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian air dan pupuk. Pemberian pupuk
atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau
bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi
dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
4. Menekan resiko penumpukan garam. Pemberian air yang terus menerus akan
melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
5. Menekan pertumbuhan gulma. Pemberian air pada sistem irigasi tetes hanya terbatas
di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
6. Menghemat tenaga kerja. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara
otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan
tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga
dapat dikurangi.
59

Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari sistem irigasi tetes ini adalah sebagai
berikut :
1. Memerlukan perawatan yang intensif. Penyumbatan pada penetes merupakan masalah
yang sering terjadi pada sistem irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan
keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif pada jaringan
sistem irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.
2. Penumpukan garam. Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada
derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
3. Membatasi pertumbuhan tanaman. Pemberian air yang terbatas pada sistem irigasi
tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang
cermat.
4. Keterbatasan biaya dan teknik. Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi
dalam pembuatannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang,
mengoperasikan dan memeliharanya.
Metode pemberian air pada sistem irigasi tetes dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu sebagai berikut :
1. Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk
tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran
dengan menggunakan penetes. Debit pemberian sangat rendah, biasanya kurang dari
12 liter/jam untuk point source emitter atau kurang dari 12 liter/jam per meter untuk
line source emitter.
2. Metode irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi
diberikan menggunakan penetes di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada
metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
3. Metode bubler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah
seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil dengan debit sampai dengan 225 liter/jam.
Untuk mengontrol aliran permukaan dan erosi, seringkali dikombinasikan dengan cara
penggenangan dan alur.
4. Metode irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan
menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit
pemberian irigasi percik sampai dengan 115 liter/jam. Pada metoda ini, kehilangan air
karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.
60

Sistem irigasi ini menggunakan air yang langsung mengalir ke tanaman secara terus
menerus sesuai kebutuhan. Irigasi jenis ini terbukti berhasil menyuburkan tanaman di
daerah pertanian Israel yang kering. Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan
mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan di tiap 15 cm
(tergantung jarak tanam). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari
pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara
lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi tetes. Keuntungan sistem ini,
diantaranya sedikit menggunakan air, air tidak terbuang percuma, dan penguapan bisa
diminimalisir.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah
kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering. Irigasi tetes pertama kali
digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka dan berharga. Pada pertanian skala
besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem
irigasi di dalam greenhouse. Irigasi tetes juga menjadi sarana penting di negara-negara
maju di seluruh dunia dalam mensiasati pasokan air yang terbatas. Irigasi ini dirancang
khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan,
patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok
untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse.
Pada dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan
efisien, bisa menggunakan sistem ini. Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit.
Komponen utamanya adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang
berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil
digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa
tetes. Pada pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan
jarak sesuai jarak tanam. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air,
yang dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, serta pipa konektor untuk
sambungan. Instalasi sistem perpipaan memang membutuhkan biaya, tapi banyak alternatif
yang layak dicoba selain menggunakan pipa-pipa dan pompa. Contoh irigasi tetes yang
paling sederhana adalah dengan menggunakan bambu yang dilubangi antar ruasnya atau
memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air mineral yang diletakkan terbalik.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot, irigasi tetes
jauh lebih efisien. Pada sistem sprilkel diperlukan sebanyak 400 galon air per jam,
sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di permukaan
61

tanah dan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air bisa dihemat hingga
50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi dan sedikit air
yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke
seluruh area perakaran. Hasilnya, irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding
sistem sprinkler yang hanya 50% – 65%. Dengan penambahan pengatur waktu (timer)
yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan
jumlah air yang tepat setiap hari.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan untuk praktikum kali ini adalah :
1. Air sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan
peningkatan produksi pertanian, ketersediaannya mutlak diperlukan baik secara
jumlah maupun kualitasnya.
2. Pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk
memenuhi kebutuhan air di musim kemarau.
3. Metode pemberian air irigasi yang dapat dilakukan adalah metode irigasi sprinkle dan
metode irigasi tetes.
4. Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray irrigation) ialah suatu model pemberian air ke
seluruh permukaan lahan yang akan diirigasi dengan bantuan pipa bertekanan melalui
nozzle.
5. Irigasi tetes merupakan salah satu sistem irigasi mikro yang memiliki tingkat efisiensi
penggunaan air yang paling tinggi dibandingkan dengan irigasi curah.
6. Irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem sprinkler yang
hanya 50% - 65%.

5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah semoga asisten dapat memberikan
kelonggaran waktu bagi kami praktikan sehingga selama praktikum berlangsung kami
dapat memahaminya dengan baik.

62
DAFTAR PUSTAKA

Buckman dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Hadiutomo, K. 2012. Mekanisasi Pertanian. IPB Press, Bogor.
Hansen, CV.C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm. 1986. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi.
Erlangga, Jakarta.
Keller, I. Karmeli D dan Bliensner. 1990. Trickle Irrigation Design Edition. Rain Bird.
Sprinkler Mfg. Crop, Glendora.
Prastawo. 1995. Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip. IPB, Bogor.
Sudjarwadi, 1987. Dasar-Dasar Teknik Irigasi. Biro Penerbit Keluarga Besar Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

63

Anda mungkin juga menyukai