Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pertanian baik itu pra panen maupun pasca panen, salah satu properties yang sering diukur adalah kadar air tanah. Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang bererpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman, karena setiap tanaman memerlukan kondisi tanah yang sesuai dalam masa pertumbuhanya. Pertumbuhan tanaman akan optimal apabila tanaman berada pada tanah pada kelembaban atau kadar air yang sesuai. Kadar air tanah yang tidak sesuai dapat mengakibatkan tanaman akan layu atau kering saat keadaan tanah yang kekurangan air dan akan busuk saat kadar air tanah berlebihan. Dalam perkembangan teknologi pertanian saat ini, kadar air tanah dapat diukur dengan berbagai metode. Penetapan kadar air tanah dengan mengukur perbedaan berat tanah tersebut dinamakan dengan pengukuran metode gravimetri atau oven. Selain itu teknologi memungkinkan penetapan kadar air tanah sudah dapat diukur menggunakan alat tanpa harus membawa sampel tanah ke laboratorium, yaitu dengan menggunakan Theta Probe dan Neutron Probe.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air tanah menggunakan metode gravimetri. 2. Mengetahui nilai kadar air menggunakan metode dielektrik pada suatu tanah. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis gravimetri merupakan salah satu bagian dari kimia analitik. Langkah pengukuran pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik dipisakan dari semua komponen lainnya maupun dari solvennya. Pengendapan merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan-gangguan. Dalam gravimetri, endapan yang diinginkan adalah endapan hablur kasar, karena endapan seperti ini mudah disaring dan dicuci, selain itu luas permukaan endapan hablur kasar lebih kecil daripada luas permukaan endapan hablur halus, sehingga endapan hablur kasar tersebut, ada suatu ukuranyang sangat penting diperhatikan dalam proses pengendapan yakni kelewat jenuhan nisbi(Rivai, 1995). Keasaman katalis ditentukan dengan metode gravimetri dengan

menghitung daya adsorpsi katalis terhadap basa, dalam penelitian ini basa yang digunakan adalah amonia. Dengan metode ini dapat diukur jumlah gas yang teradsorpsi pada permukaan katalis. Nilai keasaman yang diperoleh dengan cara ini biasanya bukanlah nilai mutlak, karena sifat adsorbsi permukaan padatan katalis terhadap basa gas tersebut sangat tergantung pada kondisi percobaan (Pandiangan, et al., 2008). Metode langsung secara gravimetri memiliki akurasi yang sangat tinggi namun membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat besar. Kebutuhan akan metode yang cepat dalam memonitori fraktuasi kadar air tanah dilapangan menjadi sangat mendesak sebagai jawaban atas tingginya waktu dan tenaga yang dibutuhkan oleh analisis gravimetri (Hermawan, 2005).

III.

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Cawan 2. Oven 3. Theta probe 4. Sebidang tanah 5. Alat tulis 6. Multimeter

B. Prosedur Kerja

1. Metode gravimetri a. Menimbang tanah awal ( x gram ) b. Mengeringkan dengan oven selama 24 jam hingga beratnya konstan c. Menimbang contoh tanah yang telah dikeringkan ( y gram ) d. Menghitung nilai kadar airnya Kandungan air = ((x y )/ y) * 100 % 2. Theta probe a. Siapkan alat dan bahan b. Siapkan sebidang tanah untuk di ukur kadar airnya c. Nyalakan alat theta probe d. Tancapkan alat theta probe ke dalam tanah yang akan di ukur kadar airnya kemudian lihat hasil pengukuran pada layar display multimeter e. Ulangi langkah ke 4 dengan pengulangan sebanyak 3 kali f. Bandingkan hasil pengukuran dengan metode gravimetri

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Metode gravimetri Berat cawan ( gr ) A B C 1,64 1,63 1,68 a. KA A b. KA B c. KA C Berat cawan + tanah sebelum di oven ( gr ) ( x ) 8,34 8,30 5,77 = ((6,7 4,46)/6,7) *100 % = 33,43 % = ((6,67 4,68)/6,67) * 100 % = 29,38 % = ((4,09 2,89)/4,09) * 100 % = 29,34 % 2. Metode dielektrik VOLT A B C 0,814 0,737 0,724 KA 33,43 29,83 29,34 Berat cawan + tanah setelah di oven ( gr ) ( x ) 6,1 6,31 4,57 Ka ( % ) 33,43 % 29,83 % 29,34%

B. Pembahasan

Lengas (kadar air) tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh baerbagai kakas (matrik, osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis dan kerapatan muatan elektrostatik tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan berapa banyak air yang dapat diserap

tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan ( Notohadiprabowo, 2006). Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979). Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas bata tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan kesukaran. Air yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara pada tanah tanah yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman dapat ditanam dengan memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan baik (Kelly,2002). Untuk mengetahui kadar air tanah dapat digunakan banyak macam teknik, diantaranya dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak langsung melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan air tanah (Gardner, 1986). Metode langsung secara gravimetri memiliki akurasi yang sangat tinggi namun membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat besar. Kebutuhan akan metode yang cepat dalam memonitor fluktuasi kadar air tanah menjadi sangat mendesak sebagai jawaban atas tingginya waktu dan tenaga yang dibutuhkan oleh metode gravimetri. Dua metode penetapan kadar air tanah secara tidak langsung yang sudah banyak dikenal adalah melalui pengukuran sebaran neutron dan pengukuran waktu hantaran listrik di dalam tanah (time domain reflectrometry, TDR). Prinsip kerja kedua metode tersebut adalah pengukuran dinamika sebaran neutron atau waktu hantaran listrik di dalam tanah akibat adanya sejumlah air (Nadler et al., 1991). Kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan neutron probe dan TDR untuk memonitor fluktuasi kadar air tanah adalah harga kedua alat tersebut yang sangat mahal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang sifat-sifat tanah lain yang dapat diukur sebagai penduga kadar air tanah.

Penelitian yang dilakukan Hermawan et al. (2000) menemukan adanya hubungan yang erat antara sifat-sifat dielektrik tanah seperti konduktivitas, kapasitansi dan impendensi listrik pada suatu media berpori dengan kadar air. Kontribusi air tanah terhadap keragaman air tanah terhadap keragaman nilai impendensi listrik, misalnya jauh lebih besar dibandingkan kontribusi dari kepadatan tanah yang sebenarnya menjadi aspek utama dari penelitian tersebut. Air tanah cenderung meningkat dan sebaliknya udara di dalam pori cenderung menghambat laju konduktivitas listrik di dalam tanah, laju konduktivitas menurun dengan semakin rendahnya kadar air tanah (Kittel,1991). Fenomena tersebut sejalan dengan teori hubungan dielektrik dan air tanah yang dikembangkan Friendman (1997). Theta Probe adalah alat yang dirancang untuk mengukur kadar air volumetrik tanah dengan penentuan dielektrik konstan. Cara penggunaan alat ini pertama nyalakan alat Theta Probe lalu tancapkan Theta Probe ke dalam tanah yang akan diukur kadar airnya, kemudian lihat hasilnya pengukuran pada layar display di multimeter. Pada praktikum penetapan kandungan air tanah kali ini kita menggunakan metode gravimetri, dengan tiga sample tanah yang diambil dari titik yang berbeda. Dari hasil pengamatan data yang diperoleh adalah sebagai berikut. Cawan A memiliki berat 8,34 gr setelah di oven berat tanah pada cawan A menjadi 6,1 gr dan dari hasil tersebut dapat ditentukan kadar air tanahnya sebesar 33,34%. Tanah pada cawan B mempunyai berat awal sebesar 8,30 gr dan berat setelah dioven sebesar 6,31 gr mempunyai kadar air tanah 29,83 %. Tanah pada cawan C mempunyai berat awal sebesar 5,77 gr dan berat setelah dioven sebesar 4,57 gr mempunyai kadar air tanah 29,34 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air tanah pada cawan A memiliki kadar air tanah yang paling besar. Pada praktikum penetapan kandungan air tanah kali ini seharusnya kita dapat mencoba penentuan tersebut dengan satu metode lagi, yaitu metode tidak langsung dengan menggunakan theta probe. Namun alat Theta Probe yang ada di laboratorium rusak, sehingga kita terpaksa hanya melakukan pengamatan kandungan air tanah hanya dengan satu metode.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta. Hermawan, Bandi. 2005. Monitoring Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat Dielektrik. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol.7. No.1. Notohadiprawiro, Tejowiyono.1994. Tanah dan Lingkungannya. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi; Jakarta Soetjipto . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga :Jakarta Tim Penyusun. 2013. Modul Praktikum Fisika Tanah. Fakultas Pertanian, UNSOED

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lengas (kadar air) tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh baerbagai kakas (matrik, osmosis, dan kapiler) 2. Untuk mengetahui kadar air tanah dapat digunakan banyak macam teknik, diantaranya : a. Metode langsung b. Metode tidak langsung

B. Saran

Peralatan praktikum sebaiknya diperbaiki lagi atau diganti dengan yang baru agar praktikan mendapatkan pengalaman melakukan pengukuran kandungan air tanah dengan metode baik yang langsung maupun tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai