Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERBANDINGAN PENGELOLAAN DAN MANFAAT SISTEM AGROFORESTRI

DESA SUMBERAGUNG DAN DESA WATUREJO , KECAMATAN NGANTANG, KOTA BATU


Disusun oleh Romadhoni Widiansyah, Nurlaili Desy Ratnawati, Ika Lestiyana, Anggi Eka Putri, Rizky Putri Syabrina, Oke Reza
Maulana, Lucky Dianita Puspitarini,Syahida Ari Nova, Muhammad Rizky Ekaputra, Yuliana Safitri.
Matakuliah Agroforestri

Abstrak :
Agroforestri sebagai pertanian masa depan, karena memiliki manfaat ekologi dan ekonomi. Para petani
di Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kota Batu sebagian besar telah menerapkan sistem agroforestri
di lahan pertaniannya karena pernah terjadi masalah-masalah alih fungsi lahan. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengkaji penerapan dari sistem agroforestri dilihat dari manfaat ekologi dan ekonomi dan
perbadingan agroforestri dengan Desa Waturejo. Dengan menggunakan empat titik pengamatan yang
mewakili perbedaan jenis, umur, dan kerapatan tanaman. Berdasarkan data yang telah diperoleh disetiap titik
pengamatan dapat di ketahui bahwa total nilai c-stock tanaman yang terbesar yaitu pada C1 sebesar 13,53
ton/ha, plot C2 sebesar 2873,01 ton/ha, plot C3 sebesar 31,17 ton/ha dan plot C4 sebesar 1105,04 ton/ha .
Sedangkan untuk biomassa pada plot C1 (69.68), C2 (20.05), C3 (495.43), dan C4 (6.68). Plot C3 memiliki
biomassa tertinggi dibanding plot lain. Untuk manfaat ekonomi pada C1 Sengon dapat dipanen dalam kurun
waktu 5-7 tahun. Nilai jual sengon begantung tiap m 3 kayunya. Kayu sengon dapat dijual seharga Rp.
1000.000 per m3. Pendapatan yang didapatkan oleh petani agroforestri cenderung berkelanjutaan. Hal
tersebut dapat dilihat dari panen kopi yang dapat dilakukan setiap musim. Petani Desa Sumberagung baik
dalam menjalankan budidaya tanaman diantaranya adalah teknik budidaya yang diterapkan, jenis tanaman
yang dibudidayakan serta inisiatif yang diambil untuk memecahkan permasalahan.
Kata kunci: agroforestri, desa sumberagung, c-stock, manfaat ekonomi, ekologi.

A. PENDAHULUAN pertanian masa depan. Pada Kongres Internasional


Latar Belakang agroforestri yang ke 2 tahun 2011 di Nairobi
Alih fungsi lahan pada area pertanian seiring (Kenya), telah dideklarasikan agroforestri sebagai
dengan kebutuhan pangan yang semakin System Penggunaan Lahan Masa Depan
meningkat. Sedangkan alih-funsi lahan banyak (Agroforestry- the future of land use system)
menimbulkan masalah, berawal dari lahan hutan (Nair dan Garrity, 2012). Agroforestri sebagai
yang dialih-fungsikan sebagai lahan pertanian pertanian masa depan Karena dapat
konvensional untuk keperluan ekonomi petani menyeimbangkan fungi ekologi, ekonomi, bahkan
atau berbagai penggunaan lainnya. Masalah- sosial, dan budaya.
masalah yang ditimbulkan akibat alih fungsi lahan Agroforestri adalah salah satu sistem
ini antara lain penurunan kesuburan tanah, erosi, pengelolaan lahan yang mungkin dapat
kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul
bahkan perubahan lingkungan global. Dimana akibat adanya alih-guna lahan tersebut di atas dan
selama ini lahan hutan memiliki fungsi ekologi sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan.
yang mengatasi masalah-masalah tersebut. Sistem pengelolaan lahan ini secara sederhana
Sehingga diperlukan suatu solusi untuk mengatasi diartikan dengan menanam pepohonan baik
masalah tersebut, salah satunya adalah system pepohonan hutan atau produksi disampingkan
agroforestri. Solusi ini menjadi salah satu jalan dengan kegiatan budidaya lainnya yang dapat
keluar atas permasalahan yang timbul akibat menguntungkan secara ekonomi. Dengan
pemanfaatan lahan yang tidak tepat dan sekaligus demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus
mengatasi masalah pangan (Hairiah et al., 2003). pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga
Agroforestri sebagai solusi masalah-masalah masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu
alihfungsi lahan serta disebut sebagai sistem berubah dari waktu ke waktu, sehingga
agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis Waktu dan Tempat
dan sangat baik diterapkan pada masyarakat.
Fieldtrip agroforestri dilaksanakan pada
Karena itu, diperlukan perbandingan pengelolaan
hari Sabtu, 1 April 2017 pukul 06.00 WIB.
agroforestri untuk meningkatkan taraf kehidupan
Fieldtrip dilaksanakan di desa Sumberagung,
masyarakat, dengan tetap menjaga kelestarian dari
kecamatan Ngantang, kabupaten Malang untuk
hutan itu sendiri, maka dari dilakukan pengamatan
kelompok C1 dan C2. Dan di desa Waturejo,
untuk mengetahui bagaimana perbandingan
kecamatan Ngantang, kabupaten Malang untuk
pengelolaan agroforestri antara Desa
kelompok C3 dan C4.
Sumberagung dan Waturejo dari aspek ekologi,
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat. Teknik Pelaksanaan
Desa Sumberagung, Kota Batu adalah salah
Teknik pelaksanaan dalam kegiatan fieldtrip
satu kawasan yang telah mengalami perubahan
agroforestri tersebut yaitu : (1) Melaksanakan
sistem penggunaan lahan. Masyarakat Desa
kunjungan lapangan, melihat langsung kondisi
Sumberagung sangat peduli dengan lingkungan,
yang ada di lapangan dan melakukan wawancara
karena pernah adanya kerusakan lingkungan
dengan petani agroforestri. (2) Menganalisis data
sepert longsor dan banjir membuat kerugian
dan penulisan laporan dilakukan secara
masyarakat Desa Sumberagung. Sehingga dengan
berkelompok di dalam kelas. (3) Presentasi hasil
ini dilakukan analisa penerapan sistem
pengamatan oleh masing-masing kelompok
agroforestri untuk mengkaji penerapan sistem
agroforestri di Desa Sumberagung ini. Dengan Dekripsi Lokasi dan Teknik Pelaksanaan
mengetahui aspek aspek agroforestri di dalamnya Penelitian
maka dapat diupayakan untuk meminimalkan
Fieldtrip agroforestri dilaksanakan di dua
dampak negatif sehingga penerapan agroforestri
tempat, yaitu di desa Sumberagung dan di desa
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik
Waturejo, kecamatan Ngantang, kabupaten
bagi pendapatan petani maupun jasa lingkungan.
Malang. Dua lokasi tersebut dipilih karena sesuai
Tujuan dengan kriteria yang dibutuhkan untuk kegiatan
a. Mengkaji sistem agroforestri di Desa fieldtrip agroforestri yaitu memiliki berbagai
Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kota sistem yang bervariasi dalam satu lanskap. Secara
Batu. administratif desa Sumberagung termasuk dalam
b. Mengetahui aspek-aspek sistem agroforestri di wilayah kecamatan Ngantang bagian barat dengan
Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, luas wilayah seluruhnya adalah 756.688 ha. Dari
Kota Batu. segi topografi, desa Sumberagung mempunyai
c. Membandingkan sistem agroforestri di Desa tanah yang cukup subur, dengan relief perbukitan.
Sumberagung dan Waturejo pada aspek Dengan adanya DAS Konto yang mengalir di
ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya. sawah desa Sumberagung sangat mendukung laju
Manfaat perekonomian masyarakat terutama di bidang
a. Dapat mengetahui bagaimana sistem pertanian dengan kondisi tanahnya yang cukup
agroforestri di Desa Sumberagung, Kecamatan subur. Dalam penerapan sistem agroforestri,
Ngantang, Kota Batu. susunan vegetasi yang terdapat pada lokasi
b. Dapat memahami aspek-aspek sistem tersebut yaitu terdapat pohon durian, sengon,
agroforestri di Desa Sumberagung, Kecamatan kopi, langsep, manggis, salak, alpukat dan kelapa.
Ngantang, Kota Batu. Dengan berkembangnya sistem pertanian yang
c. Dapat mengetahui perbadaan sistem ada di desa Sumberagung ini menjadikan desa
agroforestri Desa Sumberagung dan Waturejo, Sumberagung sebagai salah satu desa maju di
Kecamatan Ngantang, Kota Batu. kecamatan Ngantang.
1. Deskripsi bio-fisik lahan agroforestri
B. METODE PENELITIAN
Pertama, menentukan posisi plot pada lanskap multistrata/kompleks dan agroforestri sederhana
menggunakan sistem koordinat untuk mengetahui adalah didasarkan pada jumlah spesies dari pohon
letak geografi, posisi lereng, kepemilikan, luas pendamping dan keraptan populasinya yang dapat
lahan, dan sejak kapan lahan tersebut diusahakan dilihat dari besarnya luas bidang dasar (LBD) atau
sebagai agroforestri. basal area(luas lahan yang diduduki pohon)
(Hairiah et al., 2006).
Menentukn titik ikat dari plot pengamatan
dengan cara melemparkan sebatang ranting secara Pertama, bagilah plot menjadi 4 sub plot
acak. Beri tanda patok kayu dan rekam posisi titik dengan ukuran 10 m × 10 m, kemudian ukur
ikat menggunakan GPS. Kemudian mencatat dan Diameter Base Heigh (DBH)setinggi 1,3 m dari
membuat sketsa plot permanen menggunakan arah permukaan tanah. Pengukuran DBH hanya pada
mata angin. pohon yang berdiameter ≥ 5 cm hingga 30 cm.
Untuk pohon dengan diameter <5 cm
Membuat sub plot untuk mewakili setiap
diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah.
kondisi lahan berdasarkan lereng bagian atas,
tengah dan bawah. Khusus apabila terdapat pohon Lilit batang pohon dengan pita pengukur degan
besar (diameter batang > 30 cm atau ligkar lilit > posisi pita harus sejajar untuk semua arah.
95 cm) atau apabila jarak tanam antar tanaman Sehingga data yang diperoleh adalah lingkar/lilit
cukup lebar maka sub plot harus diperbesar batang (keliling batang = 2 π r). Bila diameter
menjadi 20 m × 100 m yang disebut plot besar. pohon hanya berukuran antara 5-20 cm, gunakan
kemudian menentukan 5 titik contoh pada setiap jangka sorong untuk mengukur DBH, data yang
sub plot untuk pengambilan contoh tumbuhan diperoleh adalah diameter pohon. Selanjutnya
bawah, seresah dan tanah dengan titik berukuran hitung diameter (DBH) menggunakan rumus.
0.5 m × 0.5 m = 0.25 m2.
Klasifikasi berdasarkan tingkat tutupan
2. Evaluasi struktur komponen penyusun kanopinya
lahan agroforestri
Menggambarkan sebaran kanopi pohon ke arah
Klasifikasi agroforestri dilakukan berdasarkan horizontal dan vertikal pada kertas grafik dan
aspek: komponen penyusunnya dan berdasarkan klasifikasikan tingkat tutupan lahannya tergolong
kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya rapat, sedang atau terbuka.
tunggal (monokultur).
3. Dekripsi manfaat ekonomi pohon dalam
Klasifikasi berdasarkan komponen sistem agroforetri
penyusunnya Pada deskripsi ini menggunakan teknik
wawancara dengan petani atau dari informasi lain.
Mengamati dan mencatat nama masing-masing
Kegiatan ini juga menyangkut masalah
pohon/tanaman semusim yang ada dalam plot
pengelolaan meliputi pemupukan, penyiangan,
pengamatan (400 m2), kemudian menghitung
pemangkasan dan pemanenan masing-masing
berapa jumlahnya per plot pengamatan dan
jenis pohon. Kemudian tentukan manfaat
mencari nama ilmiahnya di literatur. apabila
agroforestri dan sebaran tenaga kerja yang
terdapat komponen ternak atau perikanan pada
dibutuhkan setiap tahunnya.
lahan, dan catat manfaat dan fungsi masing-
4. Evaluasi fungsi ekologi pohon dalam sistem
masing pohon. Kemudian klasifikasikan lahan
agroforestri
tersebut termasuk agrisilvikultur, silvopastura,
atau agrosilvopastura. Evaluasi 3 fungsi ekologi pohon sebagai
karbon, pengendali populasi gulma (tumbuhan
Klasifikasi berdasarkan tingkat
bawah) dan mempertahankan kegemburan tanah
kompleksitasnya
(BI tanah rendah).
Dalam kalsifikasi berdasarkan
Analisa struktur Vertikal tajuk pohon
kompleksitasnya kriteria yang digunakan ICRAF
untuk membedakan agroforestri
Struktur vegetasi ditentukan menggunakan Selanjutnya hitung cadangan C dari setiap pohon
tinggi masing-masing tanaman yang kemudian dengan mengalikan Biomasa pohon (kg/pohon)
digambar untuk menentukan strata vertikal dengan total C tanaman (0.46) (Hairiah dan
vegetasi. Stratifikasi vegetasi dilakukan dengan Rahayu, 2007).
menggunakan kelas-kelas interval stratifikasi
Mengukur biomasa tumbuhan bawah
vegetasi. Stratifikasi vegetasi terdiri dari:
Pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah
a) Strata A: merupakan pohon dengan tinggi lebih
harus dilakukan dengan metode destructiv
dari 30 m dengan tajuk pohon pada strata ini
(merusak bagian tanaman). Tumbuhan bawah
lebar, tidak bersentuhan ke arah horisontal
yang diambil sebagai contoh adalah semua
dengan tajuk pohon lainnya dalam strata yang
tumbuhan hidup yang tumbuh dibawah tegakan
sama sehingga strata tajuk ini berbentuk
pohon berupa herba dan rumput-rumputan.
diskontinyu. Pohon pada strata ini umumnya
berbatang lurus, batang bebas, cabang tinggi Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
dan bersifat intoleran (tidak tahan naungan) frame berukuran 0.5 m × 0.5 m yang diletakan
b) Strata B: merupakan lapisan tajuk kedua dari secara acak pada plot. Potong semua tumbuhan
atas yang dibentuk oleh pepohonan dengan bawah yang terdapat di dalam frame, pisahkan
tinggi 20-30 m. Bentuk tajuk pohon pada strata antara daun dan batang. Ambil sub-contoh
ini membulat atau memanjang dan tidak tanaman dari masing-masing biomasa daun dan
melebar. Tajuk – tajuk pohon membentuk batang sekitar 100-300 g. Bila biomasa contoh
lapisan tajuk diskontinyu. yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka
c) Strata C: merupakan lapisan ketiga, dibentuk timbang semuanya dan jadikan sebagai sub-
oleh pohon dengan ketinggian 4– 20 m. Pohon contoh. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri
pada strata ini membentuk tajuk kontinyu label sesuai dengan titik contoh tersebut diambil.
(berubah-ubah) dan membentuk lapisan tajuk Kemudian dibawa ke laboratorium untuk
yang tebal. Pada strata ini pepohonan juga ditimbang berat basah daun atau batang, dan catat
berasosiasi dengan populasi epifit, tumbuhan beratnya. Keringkan sub-contoh biomasa tanaman
memanjat, dan parasit. yang telah diambil dalam oven pada suhu 80˚ C
d) Strata D: merupakan jenis semak dan perdu, selama 48 jam, kemudian timbang dan catat berat
yang tingginya 1-4 m. Pada strata ini juga keringnya.
terdapat dan dibentuk oleh jenis pohon yang Menilai ketebalan seresah
masih muda atau dalam fase anakan (seedling),
palem-paleman kecil, herba besar, dan paku- Mengamati dan mengklasifikasikan ketebalan
pakuan besar seresah yang ada dengan jalan ambil 3 titik
e) Strata E: merupakan tajuk paling bawah pengukuran dalam sub-plot (200 m2), tekan
dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan penutup tanah permukaan seresah dengan tangan, dan tancapkan
dengan tinggi 0-1 m penggaris dan ukurlah ketebalan lapisan seresah
yang ada (cm).
Pembandingan jenis-jenis yang menempati
strata yang sama, penting untuk dilakukan karena Mengukur Berat Isi Tanah
adanya tingkat kompetisi dan kondisi ekologi Tentukan titik pengambilan contoh hindari
yang sama. Lalu gambarkan analisa struktur tempat-tempat yang telah mengalami pemadatan
vertikal tajuk pohon. (misalnya jalan setapak, atau tempat-tempat yang
Estimasi biomasa pohon dan karbon tersimpan terinjak-injak).

Gunakan data DBH yang diperoleh a) Menyiapkan 1 buah box sample, tongkat
sebelumnya untuk mengestimasi LBD pohon. kayu, palu dan pisau, bersihkan seresah
untuk mengestimasi biomasa setiap pohon dengan kasar pada permukaan tanah.
memasukkannya dalam rumus-rumus yang ada. b) Menancapkan box sample ke permukaan
tanah, tekan perlahan-lahan dan pukul
perlahan-lahanmenggunakan tongkat kayu terdapat pada lokasi tersebut yaitu terdapat
dan paluhingga box sample masuk ke pohon durian, sengon, kopi, langsep,
dalam tanah sesuai kedalaman 10 cm. manggis, salak, alpukat dan kelapa. Dengan
c) Gali tanah menggunakan pisau sekitar 5 berkembangnya sistem pertanian yang ada di
cm jaraknya dari box sample, lanjutkan desa Sumberagung ini menjadikan desa
dengan memukul box sample pelan-pelan Sumberagung sebagai salah satu desa maju di
menggunakan palu karet hingga box kecamatan Ngantang.
sample masuk secara sempurna ke dalam b. Luas Bidang Dasar (LBD) Relatif
tanah. Berdasarkan Pengukuran LBD pohon
d) Tutuplah bagian atas box tanah tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kerapatan
dengan plastik dan ikatlah dengan karet tanaman di suatu hamparan lahan. Metode ini
gelang. digunakan untuk membedakan agroforestri
e) Potong tanah di bawah box menggunakan dengan tingkat kompleksitasnya. Pada
pisau tanah, setelah tanah terpotong pengamatan plot lahan kelompok C1, data LBD
angkatlah perlahanlahan agar tanah tetap relatif sebesar 39,79. Sedangkan LBD relatif pada
berada utuh di dalam box. kelompok C2 sebesar 58,16. Nilai perbandingan
f) Balikkan box tanah dan keluarkan semua antara agroforestri kelompok C1 dan C2 lebih
tanah yang ada dalam box besi, besar pada C2 dikarenakan tingkat kerapatan
tampunglah dalam kantong plastik dan tajuknya lebih tinggi dibandingkan dengan C1.
timbang berat basahnya (W1, g/4000 Hal ini dikarenakan jenis tanaman yang terdapat
cm3) dan catat beratnya. di plot lahan kelompok C2 lebih kompleks bila
Kemudian ambil sub-contoh tanah dan dilihat dari naungan dan diameter batang.
timbang sebanyak 50 g (W2). Keringkan sub- Pada kelompok C1, rata-rata diameter batang
contoh tanah tersebut dalam oven pada suhu 105 0 pohon sebesar 8,8316 cm. Sedangkan pada
C selama 48 jam, dan timbang berat keringnya kelompok C2 sebesar 11,78 cm. Selain itu
(W3). Kemudian hitung volume tanah dan berat ketinggian rata-rata tiap jenis pohon berbeda.
kering dalam box menggunakan rumus. Adapun perbedaan ketinggian antar jenis pohon
pada plot lahan kelompok C2 lebih signifikan.
C. HASIL
a. Kondisi Umum Wilayah Pada plot lahan pengamatan C3 didapatkan
LBD relatif sebesar 17,589 yang mana nilai
Lokasi fieldtrip agroforestri dilaksanakan di tersebut lebih kecil dari LBD relatif pada plot
dua tempat, yaitu di desa Sumberagung dan di lahan kelompok C4 yaitu sebesar 19,57 pada
desa Waturejo, kecamatan Ngantang, lokasi pengamatan yang sama. Namun perbedaan
kabupaten Malang. Dua lokasi tersebut dipilih
ini tidak signifikan dibandingkan dengan
karena sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
perbedaan antara kelompok C1 dan C2 pada
untuk kegiatan fieldtrip agroforestri yaitu
lokasi yang sama. Diantara keempat plot lahan
memiliki berbagai sistem yang bervariasi
dalam satu lanskap. Secara administratif desa pengamatan di dua lokasi, hasil pengukuran LBD
Sumberagung termasuk dalam wilayah relatif tertinggi adalah pada plot kelompok C2 dan
kecamatan Ngantang bagian barat dengan luas memiliki sistem agroforestri yang paling
wilayah seluruhnya adalah 756.688 ha. Dari kompleks diantara keempatnya.
segi topografi, desa Sumberagung mempunyai
c. Kondisi kerapatan tajuk dan tinggi
tanah yang cukup subur, dengan relief
tanaman
perbukitan. Dengan adanya DAS Konto yang
mengalir di sawah desa Sumberagung sangat Dari hasil sebaran koordinat pohon pada lokasi
mendukung laju perekonomian masyarakat 1 menunjukan bahwa pada plot tersebut terdapat
terutama di bidang pertanian dengan kondisi berbegai jenis pohon diantaranya kopi, pisang,
tanahnya yang cukup subur. Dalam penerapan langsep, pepaya, lamtoro dan sengon. Dilihat dari
sistem agroforestri, susunan vegetasi yang
pola persebaran koordinat pohon menujukan pohon sehingga lokasi 4 di klasifikasikan
bahwa lokasi 1 memiliki komponen tanaman yang mempunyai tutupan lahan yang tergolong terbuka.
multistrata hal tersebut dilihat dari jenis pohon Sehingga dari keempat lokasi pengamatan
yang ditanam. Jenis pohon yang ditanam memiliki dapat di simpulkan bahwa lokasi 1 memiliki
tinggi yang berbeda dengan luas kanopi yang tingkat tutupan lahan yang paling rapat jika di
berbeda sehingga menimbulkan keanekaragaman bandingkan dengan lokasi 2,3 dan 4. Lokasi 2
strata pohon. Berdasarkan jenis pohon dan jumlah memiliki tingkat tutupan lahan yang tergolong
pohon sehingga lokasi 1 di klasifikasikan sedang, sedangkan untuk lokasi 3 dan 4 memiliki
mempunyai tutupan lahan yang tergolong cukup tingkat tutupan lahan yang tergolong terbuka.
rapat.
Pada lokasi 2 menunujukan bahwa sebaran
koordinat pohon pada plot tersebut terdiri dari Koordinat
berbagai jenis pohon diantaranya durian, kopi, Pohon Lahan 1
kayu manis, sengon, langsep dan lamtoro. Dilihat
dari pola persebaran koordinat pohon menujukan 25
bahwa lokasi 2 memiliki komponen tanaman yang 20
multistrata hal tersebut dilihat dari jenis pohon 15

Nilai Y
yang ditanam. Jenis pohon yang ditanam memiliki 10
tinggi yang berbeda dengan luas kanopi yang 5
berbeda sehingga menimbulkan keanekaragaman 0
strata pohon. Berdasarkan jenis pohon dan jumlah 0 5 10 15 20 25
pohon sehingga lokasi 2 di klasifikasikan Nilai X
mempunyai tutupan lahan yang tergolong terbuka.
Pada lokasi 3 menunujukan bahwa sebaran
koordinat pohon pada plot tersebut terdiri dari
berbagai jenis pohon diantaranya kopi, sengon, Koordianat
durian, pisang dan lamtoro. Dilihat dari pola Pohon Lokasi 2
persebaran koordinat pohon menujukan bahwa
12
lokasi 3 memiliki komponen tanaman yang
10
multistrata hal tersebut dilihat dari jenis pohon 8
yang ditanam. Jenis pohon yang ditanam memiliki
Nilai Y

6
tinggi yang berbeda dengan luas kanopi yang 4
berbeda sehingga menimbulkan keanekaragaman 2
strata pohon. Berdasarkan jenis pohon dan jumlah 0
0 2 4 6 8 10 12
pohon sehingga lokasi 3 di klasifikasikan
mempunyai tutupan lahan yang tergolong sedang. Nilai X
Pada lokasi 4 menunujukan bahwa sebaran
koordinat pohon pada plot tersebut terdiri dari
berbagai jenis pohon diantaranya kopi, durian,
pisang, mindi, waru dan lamtoro. Dilihat dari
pola persebaran koordinat pohon menujukan
bahwa lokasi 3 memiliki komponen tanaman yang
multistrata hal tersebut dilihat dari jenis pohon
yang ditanam. Jenis pohon yang ditanam memiliki
tinggi yang berbeda dengan luas kanopi yang
berbeda sehingga menimbulkan keanekaragaman
strata pohon. Berdasarkan jenis pohon dan jumlah
adanya variasi pohon, terutama pada pohon
Koordinat Pohon berkayu. Adanya variasi pohon berkayu akan
Lokasi 3 memberikan daya simpan karbon yang berbeda-
beda pula. Hal ini dapat dilihat dari jenis pohon,
30 diameter pohon, umur pohon dan lain sebagainya.
20
10 Nilai cadangan karbon akan bervariasi yang akan
Nilai Y

0 dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor


-25 -20 -15 -10 -5-10 0 5 10 15 20 25
-20 lingkungan, fisik, kimia keragaman dan kerapatan
-30 tumbuhan dan jenis tanah yang ditemukan
Nilai X (Imiliyana, et al 2009). Selain itu pada sistem
agroforestri plot C2 terdapat beberapa jenis
tanaman kayu dimana batang pohon memiliki
diameter yang dapat menyimpan cadangan
Koordinat Pohon karbon, sehingga daya simpan karbon dapat
Lokasi 4 meningkat apabila diameter batang pohon tersebut
semakin bertambah. Menurut Aminudin (2008),
25
batang kayu tersusun oleh selulosa yang
20 merupakan molekul yang tersusun oleh karbon,
15 sehingga apabila suatu kandungan selulosa pada
Nilai Y

suatu pohon tinggi maka kandungan karbon juga


10
akan semakin tinggi pula. Maka dapat dilihat
5 bahwa apabila diameter pohon semakin besar
0 maka memiliki potensi selulosa dan zat penyusun
0 5 10 15 20 25 kayu semakin besar sehingga karbon yang ada
Nilai X didalamnya juga akan semakin besar pula.
Sedangkan untuk biomassa pada plot C1
(69.68), C2 (20.05), C3 (495.43), dan C4 (6.68).
Grafik 1. Koordinat Pohon Sehingga plot C3 memiliki biomassa tertinggi
d. Simpanan karbon pada berbagai sistem dibanding plot lain.
agroforestri
e. Analisis kondisi sosial ekonomi, budaya
Dari hasil perhitungan cadangan karbon dan kelembagaan
didapatkan hasil pada plot C1 sebesar 13,53 Berdasarkan hasil wawancara yang telah
ton/ha, plot C2 sebesar 2873,01 ton/ha, plot C3 dilakukan, dapat diketahui aspek sosial budaya
sebesar 31,17 ton/ha dan plot C4 sebesar 1105,04 petani dalam menjalankan budidaya tanaman
ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan diantaranya adalah teknik budidaya yang
karbon yang paling banyak tersimpan yaitu pada diterapkan, jenis tanaman yang dibudidayakan
sistem agroforestri plot C2 dan cadangan karbon serta inisiatif yang diambil untuk memecahkan
yang paling sedikit pada plot C1. Hal ini permasalahan. Bapak Andik sebagai pemilik lahan
dikarenakan pada agroforestri ini memiliki yang kami wawancarai, memilih untuk
komponen berbagai pohon yang ada didalam menerapkan teknik budidaya agroforestry. Hal ini
sistem agroforestri tersebut. Pada sistem dikarenakan sistem agroforestri dirasakan mampu
agroforestri plot C2 memiliki pohon kopi, durian, meningkatkan hasil produksi dibandingkan
langsep, kayu manis, sengon dan lamtoro, dengan sistem tanam monokultur. Dengan
sehingga cadangan karbon yang disimpan akan penerapan sistem tanam agroforestry tersebut,
lebih banyak, sedangkan pada plot C1 yang keseimbangan ekosistem di lingkungannya akan
memiliki jenis pohon pisang, sengon, langsep, terjaga.
pepaya, lamtoro dan kopi. Hal ini dikarenakan
Hal yang tidak kalah penting dalam penguatan dan pemberdayaan kelembagaan
pengembangan sistem agroforestri adalah adanya tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian
kelembagaan. Kelembagaan pertanian adalah kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung
norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola SDA dan berbagai usaha untuk menopang dan
serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi menunjang aktivitas kehidupan pembangunan
kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat pertanian di pedesaan. Oleh karena itu pada lahan
dengan penghidupan dari bidang pertanian di milik Bapak Andi perlu diadakan adanya
pedesaan. Dalam kehidupan komunitas petani, kelembagaan dan kerjasama antar petani lainnya
posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan sehingga sistem agroforestri yang diterapkanya
bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi dapat berjalan secara optimal.
sosial atau social interplay dalam suatu
komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki D. PEMBAHASAN UMUM
titik strategis (entry point) dalam menggerakkan a. Klasifikasi sistem agroforestri berdasarkan
sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala komponen penyusun
sumberdaya yang ada di pedesaan perlu Sistem Agroforestri Pengklasifikasian
diarahkan/diprioritaskan dalam rangka komponen agroforestri dapat dikategorikan
peningkatan profesionalisme dan posisi tawar berdasarkan komponen penyusunnya secara
petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan umum meliputi aspek pertanian, kehutanan, dan
kelembagaan petani di Indonesia diakui masih ternak. Pada plot pengamatan yang dilakukan
belum sebagaimana yang diharapkan kelompok kami terdapat komponen penyusun
(Suradisastra, 2008) utama di lahan agroforestri didominasi oleh pohon
Menurut Dimyati (2007), permasalahan dan tanaman pertanian. Berikut merupakan jenis
yang masih melekat pada sosok petani dan tanaman berserta manfaat dan fungsi ekologi yang
kelembagaan petani di Indonesia adalah: terdapat di lahan pengamatan.
1. Masih minimnya wawasan dan
pengetahuan petani terhadap masalah Tabel 1. Jenis Tanaman beserta manfaat dan
manajemen produksi maupun jaringan fungsi ekologi.
pemasaran.
2. Belum terlibatnya secara utuh petani N Lokasi Komponen Manf Fungsi
dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas o. Pohon aat Ekologi
petani masih terfokus pada kegiatan 1. Desa Kelompok
produksi (on farm). Sumbera C1
3. Peran dan fungsi kelembagaan petani gung
sebagai wadah organisasi petani belum Pisang (1) (1)
berjalan secara optimal. Buah, penaung
Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu (2)Da , (2)
melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, un, (3) tanaman
dan penguatan kelembagaan petani (seperti: pelepa border,
kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan h, (3) (3)
penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan bunga, habitat
penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan (4) serangg
diharapkan dapat melindungi bargaining position bibit, a, (4)
petani. Tindakan perlindungan sebagai (5) konserv
keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai pakan asi
produsen maupun penikmat hasil jerih payah ternak tanah
usahatani mereka terutama diwujudkan melalui dan air
tingkat harga output yang layak dan Lamtoro (1) Ka (1)Pena
menguntungkan petani. Dengan demikian, yu, ung
(2) kopi, da (2)
pa (2) un, habitat
ka pemeca (3) musuh
n h angin, bu alami,
ter (3) ng (3)
na penahan a penaung
k erosi, Kopi (1) (1)
(4) Biji, resapan
resapan (2) air oleh
air oleh daun, akar, (2)
akar (3) habitat
Langsat/ (1) (1)pena obat- musuh
Langsep Kayu, ung obatan alami
(2) kopi, (2)
buah, pemeca Kelompok
(3) h angin, C2
obat- (3) Sengon (1) (1)
obatan penahan Kayu, resapan
erosi, (2) air oleh
(3) pakan akar, (2)
habitat ternak habitat
musuh musuh
alami, alami,
(4) (3)
resapan penaung
air oleh , (4)
akar resapan
Sengon (1) (1) air oleh
Kayu, resapan akar, (5)
(2) air oleh pemeca
pakan akar, (2) h angin,
ternak habitat (6)
musuh penahan
alami, erosi
(3) Lamtoro (1) Ka (1)
penaung yu, Penaung
, (4) (2) kopi, (2)
resapan pa pemeca
air oleh ka h angin,
akar, (5) n (3)
pemeca ter penahan
h angin, na erosi,
(6) k (4)
penahan resapan
erosi air oleh
Pepaya (1) Bu (1)Tana akar
ah, man Langsat/ (1) (1)pena
(2) border, Langsep Kayu, ung
(2) kopi, (2) Pisang (1) (1)
buah, pemeca Buah, penaung
(3) h angin, (2)Da , (2)
obat- (3) un, (3) tanaman
obatan penahan pelepa border,
erosi, h, (3) (3)
(3) bunga, habitat
habitat (4) serangg
musuh bibit, a, (4)
alami, (5) konserv
(4) pakan asi
resapan ternak tanah
air oleh dan air
akar Lamtoro (1) (1)Pena
Durian (1) (1)Pena Kayu, ung
Buah ung, (2) (2) kopi,
habitat pakan (2)
musuh ternak pemeca
alami, h angin,
(3) (3)
resapan penahan
air oleh erosi,
akar, (4) (4)
pemeca resapan
h angin, air oleh
(5) akar
konserv Sengon (1) (1)
asi Kayu, resapan
tanah (2) air oleh
Kopi (1) (1) pakan akar, (2)
Biji, resapan ternak habitat
(2) air oleh musuh
daun, akar, (2) alami,
(3) habitat (3)
obat- musuh penaung
obatan alami , (4)
Kayu (1) (1) resapan
Manis Batan penutup air oleh
g, (2) tanah, akar, (5)
rempa (2) pemeca
h, (3) resapan h angin,
obat- air (6)
obatan penahan
, (4) erosi
minya Durian (1) (1)Pena
k Buah ung, (2)
2. Desa Kelompok habitat
Waturejo C3 musuh
alami, (2) air oleh
(3) kayu, akar, (2)
resapan (3) habitat
air oleh obat- musuh
akar, (4) obatan alami,
pemeca , (4) (3)
h angin, pestisi penaung
(5) da , (4)
konserv nabati resapan
asi air oleh
tanah akar, (5)
Kopi (1) (1) pemeca
Biji, resapan h angin,
(2) air oleh (6)
daun, akar, (2) penahan
(3) habitat erosi
obat- musuh Durian (1) (1)Pena
obatan alami Buah ung, (2)
Kelompok habitat
C4 musuh
Pisang (1) (1) alami,
Buah, penaung (3)
(2)Da , (2) resapan
un, (3) tanaman air oleh
pelepa border, akar, (4)
h, (3) (3) pemeca
bunga, habitat h angin,
(4) serangg (5)
bibit, a, (4) konserv
(5) konserv asi
pakan asi tanah
ternak tanah Kopi (1) (1)
dan air Biji, resapan
Lamtoro (1) (1)Pena (2) air oleh
Kayu, ung daun, akar, (2)
(2) kopi, (3) habitat
pakan (2) obat- musuh
ternak pemeca obatan alami
h angin, Waru (1) (1)
(3) Daun, Resapan
penahan (2) air, (2)
erosi, kayu, pemeca
(4) (3) h angin,
resapan akar, (3)
air oleh (4) penyubu
akar bunga, r tanah,
Mindi (1) (1) (5) (4)
Daun, resapan obat- habitat
obatan musuh yang cukup tinggi. Selain kopi yang mempunyai
, (6) alami, nilai jual biji kopi tiap musim panennya. Biji kopi
pakan (5) dapat dipanen tiap 4-5 bulan sekali. Nilai jual kopi
ternak penaung yang dirasa cukup tinggi mengakibatkan petani
tetap mempertahankan jenis tanaman tersebut.
Selain itu, sengon juga memiliki nilai ekonomis
Berdasarkan komponen penyusunnya, yang cukup tinggi. Sengon dapat dipanen dalam
plot tanaman pada kelompok C1 dapat kurun waktu 5-7 tahun. Nilai jual sengon
dikategorikan menjadi sistem agroforestri begantung tiap m3 kayunya. Kayu sengon dapat
Agrisilvikultur. Agrisilvikultur merupakan sistem dijual seharga Rp. 1000.000 per m3.
agroforestri yang menggabungkan komponen Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat
kehutanan (tanaman berkayu) dengan komponen bahawa pendapatan yang didapatkan oleh petani
pertanian (tanaman non kayu). Jenis tanaman agroforestri cenderung berkelanjutaan. Hal
yang berada pada lahan agroforestri plot lahan tersebut dapat dilihat dari panen kopi yang dapat
kelompok C1 merupakan gabungan dari tanaman dilakukan setiap musim. Hasil panen kopi
pertanian non kayu yaitu tanaman kopi, pisang, langsung di jual oleh petan sehingga keuntungan
pepaya dan langsat. Sedangkan untuk jenis yang didapatkan langsung dirasakan oleh petani.
tanaman berkayu terdapat sengon dan lamtoro. Selain itu ketika panen kopi dilaksanakan salah
Berdasarkan klasifikasi menurut Sardjono (2003) satu manfaat ekonomi yang dirasakan ialah
dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja
atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada berlangsung selama panen kopi berlangsung.
lahan-lahan pertanian. Dalam hal ini sengon dan Menurut Widianto et al., (2003), pola penyerpan
lamtoro memiliki fungsi ekologi sebagai tanaman tenaga kerja dna karakteristik tenaga keja
pelindung atau penaung tanaman khususnya yangdibutuhkan dalam sistem agroforstri
tanaman kopi. Selain itu tanaman sengon dan bergantung berdasarkan jenis da komposisi
lamtoro memiliki manfaat dan bernilai ekonomis. tanaman, tingkat perkembanagan tanaman. Selain
Sistem agroforestri Agrisilvikultur tidak itu, menurut Yuwariyah, sistem agroforestri
hanya ditemukan di plot lahan kelompok C1 saja sederhana maupun kompleks memilii potensi
tetapi juga terdapat di plot lahan pengamatan ekonom yang lebih kompleks dari pada sistem
kelompok C2, C3, dan C4. Meskipun tergolong tanam monokultur. Komponen dari sistem
sistem agroforestri yang sama, namun jenis agroforestri ialah tanaman berkayu yang siklusnya
tanaman yang ditanam di lahan tersebut memiliki lebih dari satu tahun, sehingga dalam kondisi
perbedaan. Pada plot lahan agroforestri kelompok sosial-ekonomi lebih sesuai dengan masyarakat
C2, terdapat jenis tanaman durian dan kayu manis setempat.
yang juga sebagai tanaman semusim. Sedangkan Selain manfaat ekonomi, system agroforestry
pada plot lahan kelompok C3 terdapat tanaman juga bermanfaat dalam segi pelayanan
durian dan pisang. Adapun perbedaan jenis lingkungan. Jasa lingkungan yang diberikan oleh
tanaman pada kelompok C4, yaitu tanaman mindi system agroforestry adalah pengatur siklus
dan waru. hidrologi, pengatur iklim mikro, konservasi dan
menambah cadangan karbon. Pemilihan jenis
b. Analisa Trade Off Dan Manfaat Ekonomi tanaman dalam system agroforestry dapat
Dengan Layanan Lingkungan Dan Sistem
Agroforestri dimanfaatkan untuk menambah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah yang membaik secara tidak
Pemilihan system agroforestry yang dilakukan langsung akan memperbaiki siklus hidrologi
oleh petani di Kecamatan Ngantang, Kabupaten kaitannya dengan sifat tanah dalam
Malang rata-rata berbasis kopi sengon. Dalam mempertahankan dan menyimpan air. Selain itu,
pemilihian system agroorestri berbasis kopi tajuk dan tutupan lahan pada agroforestry
sengon ialah dilihat berdasarkan nilai ekonomi berfungsi untuk meningkatkan intersepsi air
hujan, mengurangi daya pukul air hujan, terawat akan memiliki nilai jual yang lebih
meningkatkan infiltrasi air dan serapan air, dan tinggi dan harga yang lebih baik lagi bagi para
juga memperbaiki drainase dalam tingkat petani.
3. Konservasi lahan
landskap (Widiyanto, 2013).
Lahan pada plot tiga merupakan lahan yang
termasuk miring, oleh karena itu perlu adanya
c. Rekomendasi Praktis Terkait Manfaat
tindakan konsevasi baik secara mekanis
Penting Dari Praktek Agroforestri
maupun vegetatif. Menurut Agus dan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang sudah Widianto, (2004) Penerapan teknik konservasi
didapatkan baik dari manfaat ekologi maupun tanah secara mekanik seperti pembuatan teras
ekonomi, dapat di lakukan beberapa rekomendasi akan lebih efektif dan efisien apabila
terkait manfaat penting dari praktek agroforestri. dikombinasikan dengan teknik konservasi
Beberapa rekomendasi diantaranya adalah : tanah vegetatif, seperti penggunaan rumput
atau legume sebagai tanaman penguat teras,
1. Pemilihan bibit yang berkualitas
penggunaan mulsa, ataupun pengaturan pola
Salah satu upaya menanggulangi resiko
tanam. Dengan adanya tindakan konservasi
kegagalan tanaman dan meningkatkan
diharapkan meminimalisir adanya erosi
produktivitasnya adalah dengan menggunakan
ataupun kerusakan lahan lain di lahan
benih unggul. Dengan demikian maka
agroforestri dan juga meningkatkan luas lahan
pemilihan benih unggul sebagai bahan
yang dapat diolah.
tanaman menjadi salah satu masalah yang
penting. Na’iem dan Winarni (1996) Akan tetapi, menurut kami agroforestri Desa
mengatakan bahwa menanam pohon dengan Sumberagung sudah baik dalam pengelolaannya.
menggunakan benih yang tidak jelas asal- Rekomendasi yang kami berikan hanya untuk
asulnya akan memiliki resiko tinggi terhadap meningkatkan kualitas dan kuantitas agroforestri
kegagalan penanaman. Dengan penggunaan yang diterapkan.
bibit unggul diharapkan akan menjadikan
manfaat pohon di lahan agroforestri sebagai
f. Kesimpulan Dan Saran
penyimpan cadangan karbon lebih meningkat,
selain itu produksi dari tanaman pohon juga Kesimpulan
akan meningkat sehingga mendatangkan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan
manfaat ekonomi yang lebih besar bagi petani.
2. Penjarangan tanaman pohon (Sengon) bahwa penggunaan lahan yang ada di lokasi
Menurut Baskorowati (2014) penjarangan Waturejo dan Sumberagung adalah
dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh Agrisilvikultur. Masing- masing Agroforestri di
yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang kedua tempat ini memiliki perbedaan pada kondisi
tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat ekologi dan ekonomi maupun sosial budaya yang
tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan
ada. Lokasi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) plot
dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh
bagi tegakan. Pada umumnya penjarangan yaitu C1, C2, C3, dan C4. Dari kondisi ekologi
dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun diketahui bahwasannya plot C3 mendapatkan nilai
dan 5 tahun. Penjarangan dilakukan pada tertinggi untuk cadangan karbon pada biomassa
pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek, pohon, understory, nekromassa, seresah, akar dan
terserang hama penyakit, bentuk batangnya tanah. Sedangkan untuk kondisi ekonomi dan
bengkok maupun yang menggarpu. social budaya dapat dilihat bahawa pendapatan
Penjarangan juga dimaksudkan untuk memacu
yang didapatkan oleh petani agroforestri
pertumbuhan diameter batang dengan
menggurangi kompetisi antar tanaman dalam cenderung berkelanjutaan, petani dalam
mendapatkan sinar matahari maupun nutrisi menjalankan budidaya tanaman diantaranya
dalam tanah. pada prakteknya, di lahan adalah teknik budidaya yang diterapkan, jenis
praktikum banyak di temui pohon sengon yang tanaman yang dibudidayakan serta inisiatif yang
tumbuhnya kurang bagus ataupun pohonnya diambil untuk memecahkan permasalahan.
tidak lurus. Melalui teknik penjarangan ini
petani diharapkan lebih memperhatikan Saran
pertumbuhan tanaman pohon. pohon yang
Saran yang dapat kami berikan adalah adanya (eds.). Agroforestry – the future of global
pengembangan dalam hal kelembagaan yang land use. Adv. Agroforestry, 9: 515-531.
membantu keberlanjutan dari Agroforestri yang Sardjono, Mustofa Agung., Tony Djogo, Hadi
terdapat di lokasi pengamatan. Susilo Arifin, Nurheni Wijayanto. 2003.
Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen
Agroforestri. Bogor: ICRAF.
Daftar Pustaka
Suradisastra, K. 2008. Strategi Pemberdayaan
Agus, F., dan Widianto. 2004. Konservasi Tanah Kelambagaan Petani. Pusat Analisis Sosial
Pertanian Lahan Kering. World
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Agroforestry Centre ICRAF. Bogor
Aminudin. 2008. Hutan Mangrove, Fungsi dan Widianto, K Hairiah, D Suharjitoo, dan M.A
Manfaatnya. Kanisius : Yogyakarta. Sardjono, 2003. Fungsi dan Peran
Agroforestri. Bahan Ajar 5. World
Baskorowati, Liliana. 2014. Budidaya Sengon
Groforestri Center (ICRAF); Bogor .
Unggul (Falcataria molucca) untuk
Widiyanto, ari. 2013. Agroforestry dan
Pengembangan Hutan Rakyat. IPB Press.
Peranannya dalam Mempertahankan
Bogor.
Fungsi Hidrologi dan Konservasi.
Dimyati, A., 2007. Pembinaan Petani dan
Researchgate.net di akses pada 18 Mei
Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online.
2017.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika Tlekung-Batu. Jawa Timur.
Hairiah K, Sulistyani H, Suprayogo D, Widianto,
Purnomosidhi P, Widodo R. H, dan Van
Noordwijk M. 2006. Litter layer residence
time in forest and coffee agroforestry
systems in Sumberjaya, West Lampung.
Forest Ecology and Management 224: 45-
57.
Hairiah, K. dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran
Karbon T ersimpan di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. World Agroforestry
Centre. ICRAF Southeast Asia Regional
Office. Bogor.
Hairiah, K., M. A. Sardjono dan M. S.
Sabarnurdin. 2003. Pengantar Agroforestri.
Indonesia World Agroforestry Centre
(ICRAF), Southeast Asia Regional Office.
Bogor.
Imiliyana, A., Mukmammad M., Hery P. 2009.
Estimasi Stok Karbon Pada Tegakan
Pohon Rhizophora stylosa Di Patai
Camplong, Sampang-Madura. Jurusan
Biologi. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Na’iem, M. dan Winarni, W.W. 1996. Pemuliaan
Pohon. Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan UGM : Yogyakarta.
Nair P K R and Garrity D, 2012. Agroforestry
research and development: The way
forward. In: Nair P K R and Garrity D

Anda mungkin juga menyukai