DISUSUN OLEH:
DINNA HADI SHOLIKAH
165040201111269
KELAS D
ASISTEN: NISFI FARIDATUL IFADAH
Nama Kegiatan:
1. Latar Belakang
Penggunaan pestisida di Indonesia sudah sering dilakukan tanpa
memperhatikan kondisi tanaman dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan pestisida yang berlebihan yaitu adanya residu kimia, baik dari pupuk
kimia maupun pestisida yang digunakan oleh petani. Residu merupakan bahan
sisa yang masih tertinggal pada suatu produk maupun lingkungan. Kandungan
kimia residu yang ada dapat menimbulkan bahaya tidak hanya terhadap komoditas
tanaman, tetapi juga kepada organisme lainnya yang bermanfaat serta konsumen
sebagai pengguna produk tersebut. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan
rekomendasi yang dianjurkan dan cenderung melebihi dosis yang dianjurkan
menjadi penyebab meningkatnya residu pestisida pada produk hortikultura.
Permasalahan klasik yakni adanya keinginan produsen produk hortikultura untuk
mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama penyakit. Namun, tidak
disadari hal ini justru lebih dititikberatkan pada penggunaan pestisida kimia.
Beberapa penelitian mengenai produk hortikultura menunjukkan bahwa
kandungan residu pestisida pada produk tersebut masih di bawah batas maksimum
residu (BMR). Namun, jika dikonsumsi dalam waktu lama akan terakumulasi di
dalam tubuh dan menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan. Hal ini
memperkuat Claeys et al. (2011) yang menyatakan sayuran dan buah merupakan
komoditas hortikultura yang mengandung residu pestisida lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Selain itu terdapat penelitian dari
Ahmed et al. (2011) yaitu dari pengujian residu pada total 180 sampel sayuran
yang diuji, 89% adalah produk segar dan 11% merupakan produk olahan.
Di Desa Tawangsari sering dijumpai komoditas bawang merah, brokoli,
jagung, bunga kol, seledri, dan kebun apel. Dari komoditas tersebut intensitas
pemakaian pupuk maupun pestisida tinggi. Dari hasil wawancara kepada petani
disana diperoleh data bahwa penyemprotan pestisida dilaakukan secara berkala
tanpa mengetahui perkembangan hama maupun penyakity yang terdapat di lahan
tersebut. Sehingga dampak residu yang ditimbulkan akan berpengaruh terhadap
kualitas air maupun tanah di desa tersebut.
Beberapa masalah muncul terkait adanya residu pada produk hortikultura
seperti misalnya meningkatnya angka kejadian penyakit pada konsumen serta
adanya penolakan terhadap produk yang akan diekspor. Ditambah lagi nilai jual
produk yang relatif lebih rendah dibanding dengan produk organik. Berdasarkan
data ini tentunya diperlukan rencana aksi untuk menggunakan limbah kotoran sapi
sebagai sarana pengganti pupuk kimia dan aplikasi pestisida nabati sebagai upaya
mengurangi residu pestisida pada komoditas sayuran di Desa Tawangsari
khususnya yang berada di Sub Sub DAS Mikro Ledok, sehingga nantinya bisa
diambil langkah antisipatif guna menekan residu tersebut. Perlu pemahaman lebih
baik lagi agar penggunaan pestisida dapat dilakukan lebih bijaksana dan sesuai
dengan prosedur yang dipersyaratkan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang menyebabkan masalah tingginya kontaminasi pestisida dan pupuk
kimia dalam aliran sungai DAS Brantas?
b. Faktor apa yang menjadi masalah utama dalam tingginya kontaminasi pestisida
dan pupuk kimia dalam aliran sungai DAS Brantas?
c. Bagaimana cara yang tepat untuk melakukan pengelolaan DAS Brantas
berdasarkan permasalahannya?
3. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan rencana aksi dilakukan untuk mengurangi nilai residu
pestisida dan pupuk dalam aliran air akibat kegiatan pertanian yang intensif.
Antara lain tujuan umumnya yaitu:
a. Memberikan informasi kepada petani terhadap dampak pestisida dan pupuk
kimia serta manfaat dari pestisida maupun pupuk alami
b. Menjalankan kegiatan pertanian yang mempertimbangkan aspek ekologi
maupun ekonomi
4. Sasaran Kegiatan
a. Sasaran Pelaku Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk seluruh warga yang berada di sekitar DAS
Brantas khususnya petani dan stakeholder sebagai fasilitator pelaksanaan
kegiatan.
b. Sasaran Obyek Kegiatan
Sasaran obyek dalam kegiatan ini adalah wilayah DAS yang penggunaan
dan pengelolaannya dilakukan secara intensif serta daerah lahan pertanian yang
pengelolaannya terlalu intensif.
5. Pelaksanaan Kegiatan
5.1 Jenis Kegiatan
Kegiatan rencana aksi ini berupa kegiatan penyuluhan terhadap petani
dan pembuatan pestisida alami sebagai pengganti pestisida kimia yang dapat
menyebakan residu dalam aliran air. Selain itu membentuk petani yang dapat
menerapkan kegiatan pertanian berlanjut. Sehingga dalam penanggulangan
adanya hama yang mengganggu dapat diatasi dengan musuh alami.
5.2 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan pertama penyuluhan dilakukan pada minggu awal
bulan Maret 2019. Selanjutnya kegiatan pertanian yang mempertimbangkan
aspek ekologi dan ekonomi dilakukan secara bertahap mulai dari bulan
Maret-Mei 2019. Kegiatan rencana aksi ini dilakukan di Desa Tawangsari
yang sekaligus sebagai lokasi pengamatan di Sub Sub DAS Mikro Ledok.
Ga
mbar 1. Lokasi pengamatan ( Citra Google Earth)
5.3 Stakeholder
Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan rencana aksi ini antara lain
yaitu:
a. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian berperan sebagai pihak yang memiliki peranan dekat
dengan masyarakat dan memahami kondisi social-ekonomi masyarakat sekitar,
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
b. Perhutani
Perhutani berperan sebagai pihak yang memiliki lahan secara umum, karena
disebagian besar lahan tempat project, adalah milik perhutani. Perhutani bersifat
pemberi batasan hukum apakah yang dilakukan dalam project ini melanggar atau
tidak.
c. Lembaga Akademis
Lembaga akademis yang dimaksud adalah institusi pendidikan seperti
Universitas, Badan Penelitian, dll yang berkaitan dan berperan dalam
pengembangan kajian akademis tentang pertanian dan manajemen DAS.
d. Perusahaan Swasta
Dalam hal ini, Perusahaan Swasta menjadi pihak investor yang
memanfaatkan DAS Ngebrong. Keuntungan dalam pembinaan ini juga bersifat
imbal jasa, jika petani berhasil menjaga DAS Mikro Ngebro, perusahaan tersebut
harus memberikan imbalan kepada petani.
e. Petani
Petani dalam hal ini berperan sebagai subjek yang diberikan pencerdasan
dalam hal pertanian di sector ekologi dan ekonomi. Petani menjadi pihak yang
bersentuhan langsung dengan lahannya serta menjadi aktor utama dalam
perbaikan dan penjagaan suatu DAS.
f. Kelompok Tani
Dalam hal ini, Kelompok Tani menjadi tempat para petani bertukar
informasi, sehingga apa yang sudah petani dapatkan, dapat ditiru atau bahkan
disebarkan antar kelompok tani. Hal ini akan sangat baik apabila hal yang sudah
menjadi budaya dapat disebarkan kesekitar wilayah project.
g. Masyarakat sekitar
Dalam project ini, Masyarakat berperan sebagai pembentuk dan penjaga
budaya yang baik serta penanaman pohon perhutani, karena tanpa dijadikannya
project ini pencerdasan akan budaya petani, project ini akan menjadi sia-sia tanpa
adanya keberlanjutan yang jelas.
5.4 Rincian Aktivitas
Kegiatan dilakukan di Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang dimulai pada bulan Maret s/d Mei 2019 dengan beberapa kegiatan sebagai
berikut :
Tabel 1. Jadwal kegiatan
Bulan
Kegiatan Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perijinan dan kordinasi
dengan instansi
Survei lokasi
Pengumpulan data dan
informasi
Identifikasi dan perumusan
masalah
Studi Literatur
Survei Lokasi II
Sarasehan
Sosialisasi : Pemberian bekal
dalam pentingnya DAS,
serta masalah dan solusi
Pemberdayaan 1 : Praktik
penyelesaian masalah
Monitoring I
Pemberdayaan 2 : Perbaikan
taraf ekonomi masyarakat
Monitoring II
Pemberdayaan berkelanjutan
Evaluasi Kegiatan
8. Indikator Kinerja
No Kegiatan Penjelasan Output
1. Perizinan dengan Meminta izin serta Surat perizinan dari
instansi terkait berkordinasi dan instansi terkait
bekerjasama oleh instansi
terkait kegiatan awal
perencanaan aksi kegiatan
2. Survei Lokasi Merupakan kegiatan Masyarakat sasarannya
dan Penentuan menentukan masyarakat yakni masyarakat
Sasaran Program sasaran yang potensial
dalam penerapan program
progres penjualan
Kesadaran
masyarakat untuk
DAS baik
Dimana data tersebut
didasarkan pada kuisioner
yang disebar
9. Keberlanjutan
Monitoring berbagai indikator kinerja DAS yang meliputi komponen
biofisik, hidrologis, sosial ekonomi, dan kelembagaan DAS merupakan upaya
mengumpulkan dan menghimpun data dan informasi yang dibutuhkan untuk
tujuan evaluasi kinerja pengelolaan DAS. Monitoring terhadap indikator kinerja
DAS tersebut dilakukan secara periodik paling sedikit setiap tahun sekali.
Monitoring dan evaluasi kinerja DAS ini sangat penting untuk mengetahui apakah
tujuan pengelolaan DAS telah tercapai melalui kegiatan pengelolaan DAS yang
telah dilakukan dan selanjutnya dapat digunakan sebagai umpan balik perbaikan
perencanaan pengelolaan DAS ke depan. Hasil evaluasi kinerja pengelolaan DAS
merupakan gambaran kondisi daya dukung DAS. Keberlanjutan dari kegiatan
yang dilakukan adalah ada pada kegiatan penindaklanjutan. Kegiatan tersebut
adalah kegiatan yang dilakukan setelah adanya monitoring dan evaluasi.
Sehingga, menghasilkan solusi perbaikan yang lebih baik lagi. Penindaklanjutan
adalah kegiatan yang difasilitasi oleh lembaga kemitraan, yang didukung oleh
pemerintah desa, dan pelaksananya adalah masyarakat desa. Selain itu,
keberlanjutan ini juga diharapkan seimbang antara aspek ekologi, ekonomi, sosial
budaya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan tata cara
monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS, maka dipandang perlu untuk
menyusun Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS sebagai arahan
bagi para pelaksana pengelolaan DAS. Dengan demikian, kondisi DAS dapat
diketahui sedini mungkin sehingga upaya-upaya pengelolaannya dapat dilakukan
secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS maka monitoring
dan evaluasi yang akan dilakukan adalah monitoring dan evaluasi indikator
kinerja DAS, yaitu sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara periodik
untuk memperoleh data dan informasi terkait kinerja DAS.
10. Penanggung Jawab
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian diatas, didapatkan hasil pada DAS mikro Ledok
terdapat residu pbahan kimia yang berasal dari pupuk kimi dan pestisida. Hal ini
dikarenakan dari adanya pemupukan dan pengendalian hama penyakit yang tidak
berimbang dan tidak sesuai dengan aturan pakai. Sehingga dapat berdampak pada
penurunan kualitas air, tanah dan lingkungan pada wilayah DAS mikro Ledok di
Desa Tawqangsari. Maka direkomendasikan rencana aksi yaitu dengan
demonstrasi pupuk organic sebagai salah satu rekomendasi untuk menurunkan
residu pestisida.
Saran
Claeys, W. L., Schmit, J. F., Bragard, C., Maghuin-Rogister, G., Pussemier, L.,
Schiffers, B. (2011). Exposure Of Several Belgian Consumer Groups To
Pesticides Residues Through Fresh Fruit And Vegetable Consumption. Food
Control, 22(3e4) 508e516.
LAMPIRAN
Kondisi
Dokumentasi kelompok
b. Lampiran Peta