Anda di halaman 1dari 5

1. a.

Salah satu contoh wilayah di Indonesia yang telah menerapkan pembangunan berkelanjutan
adalah Kota Bogor. Kota ini telah mengimplementasikan prinsip pembangunan berkelanjutan dengan
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi dalam strategi pembangunan. Beberapa
langkah yang diambil oleh Kota Bogor antara lain adalah pengelolaan tata ruang yang berkelanjutan,
pengembangan transportasi publik yang ramah lingkungan, peningkatan kualitas lingkungan hidup,
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program-program pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.

Salah satu keberhasilan Kota Bogor dalam menerapkan pembangunan berkelanjutan adalah dengan
mengintegrasikan kebijakan tata ruang yang mendukung pengembangan kota yang berkelanjutan.
Pembangunan infrastruktur dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, sementara
program pengembangan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa
mengorbankan lingkungan hidup.

b. Segitiga pembangunan berkelanjutan menggambarkan keterkaitan antara tiga pilar utama, yaitu
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Segitiga tersebut menunjukkan bahwa ketiga aspek ini saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam segitiga pembangunan berkelanjutan:

- Pilar ekonomi (economic) berkaitan dengan upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan tanpa merugikan lingkungan atau mengorbankan keadilan sosial.

- Pilar sosial (social) menekankan pentingnya pembangunan yang memperhatikan aspek keadilan
sosial, kesejahteraan masyarakat, dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.

- Pilar lingkungan (environmental) menyoroti perlunya menjaga keberlanjutan ekosistem dan


meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dalam proses pembangunan.

c. Implementasi ketiga pilar pembangunan berkelanjutan pada contoh studi kasus Kota Bogor adalah
sebagai berikut:

Pilar Ekonomi: Kota Bogor memperkenalkan kebijakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
dengan memprioritaskan sektor-sektor yang ramah lingkungan. Hal ini termasuk pengembangan
ekonomi berbasis pertanian organik dan pariwisata berkelanjutan.

Pilar Sosial: Dalam aspek sosial, Kota Bogor melakukan berbagai program untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, termasuk program pendidikan dan kesehatan yang mudah diakses oleh
semua warga. Mereka juga menggalakkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan.

Pilar Lingkungan: Untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, Kota Bogor fokus pada pelestarian ruang
terbuka hijau, pengelolaan sampah yang berkelanjutan, serta pengembangan transportasi publik
yang ramah lingkungan. Kebijakan ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.

Dengan mengintegrasikan ketiga pilar ini, Kota Bogor dapat dikatakan telah menerapkan
pembangunan berkelanjutan dengan menyelaraskan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial,
dan pelestarian lingkungan hidup.

https://peraturan.bpk.go.id/Details/38771/uu-no-32-tahun-2009
https://jdih.esdm.go.id/peraturan/UU%2032%20Tahun%202009%20(PPLH).pdf
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/32TAHUN2009UU.HTM
https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/561
2.

a. Faedah Lingkungan yang Ditimbulkan:

 Energi Bersih dan Terbarukan: Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso
dapat memberikan faedah dalam menyediakan sumber energi bersih dan terbarukan. PLTA
menggunakan air sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik, yang dapat membantu
mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

 Potensi Pemulihan Ekosistem: Pengelolaan dan perencanaan yang bijak dalam


pembangunan PLTA dapat menyertakan upaya pemulihan dan pelestarian ekosistem di
sekitar Danau Poso. Pembangunan ini bisa menjadi kesempatan untuk menjaga
keanekaragaman hayati dan memitigasi dampak negatif terhadap lingkungan.

 Pengelolaan Air dan Irigasi: PLTA dapat membantu dalam pengelolaan air, termasuk regulasi
aliran air dan penyediaan air irigasi untuk pertanian, yang dapat mendukung keberlanjutan
pertanian lokal.

b. Masalah Lingkungan yang Ditimbulkan:

 Potensi Kerusakan Ekosistem Air: Pembangunan PLTA memiliki potensi untuk


mengakibatkan kerusakan pada ekosistem air danau. Perubahan aliran air dan perubahan
dalam kualitas air dapat berdampak negatif pada kehidupan akuatik dan tata air di
sekitarnya.

 Dampak Terhadap Keanekaragaman Hayati: Pembangunan infrastruktur besar seperti PLTA


dapat mengancam keberlanjutan kehidupan hewan dan tumbuhan di sekitar danau. Hal ini
dapat mengakibatkan hilangnya habitat dan perubahan pada ekosistem lokal.

 Potensi Konflik dengan Masyarakat Lokal: Pembangunan PLTA sering kali memunculkan
konflik dengan masyarakat lokal, terutama jika tidak melibatkan mereka secara aktif dalam
proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Hak-hak masyarakat terkait tanah, air, dan
mata pencaharian mereka dapat terancam.

 Pengaruh Terhadap Tata Air dan Tata Ruang: Pembangunan PLTA dapat mempengaruhi tata
air dan tata ruang di sekitarnya. Perubahan ini dapat memiliki dampak jangka panjang
terhadap fungsi ekosistem dan penggunaan lahan di sekitar Danau Poso.

Sumber:

https://www.roemahkata.com/hentikan-perampasan-hak-hak-masyarakat-di-danau-poso/

https://www.walhi.or.id/presiden-jokowi-meresmikan-plta-poso-di-tengah-derita-berkepanjangan-
warga

https://ekonomi.bisnis.com/read/20220225/44/1504891/profil-plta-poso-pembangkit-ebt-terbesar-
di-indonesia-timur-milik-jusuf-kalla

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/25/20125261/penggembala-hingga-nelayan-danau-
poso-jadi-korban-proyek-plta?page=all
3. a. Tujuan Program ProKlim: Tujuan utama dari program ProKlim adalah menghadapi dan
merespons perubahan iklim dengan cara yang terintegrasi dan melibatkan partisipasi aktif dari
berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan lembaga non-
pemerintah. Program ini bertujuan untuk mencapai dua hal utama, yaitu:

 Adaptasi Perubahan Iklim: Menyediakan strategi dan langkah-langkah adaptasi yang dapat
membantu komunitas dan lingkungan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang
sudah terjadi atau diperkirakan terjadi di masa depan.

 Mitigasi Perubahan Iklim: Melibatkan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan
memitigasi dampak negatif yang terkait dengan perubahan iklim, seperti deforestasi,
degradasi tanah, dan penggunaan energi berbasis fosil.

b. Kegiatan-kegiatan Program ProKlim: Kegiatan dalam program ProKlim melibatkan berbagai pihak
dan mencakup sejumlah aspek, antara lain:

 Penyuluhan dan Pendidikan Masyarakat: Menyelenggarakan program penyuluhan dan


edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perubahan iklim, dampaknya,
dan cara-cara mengatasi serta beradaptasi.

 Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan: Mendukung pembangunan infrastruktur yang


ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan, transportasi
publik, dan desain perkotaan yang mengurangi jejak karbon.

 Penanaman Pohon dan Pelestarian Hutan: Melakukan kegiatan penanaman pohon dan
pelestarian hutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penyerapan
karbon.

 Pengembangan Inovasi Teknologi Hijau: Mendorong pengembangan dan adopsi teknologi


hijau yang dapat membantu dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

 Partisipasi Aktif Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan


dan implementasi program, serta membangun kapasitas masyarakat dalam mengatasi
perubahan iklim.

c. Karakteristik Program ProKlim:

 Partisipatif: Program ini menciptakan platform partisipatif yang melibatkan berbagai


pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, pemerintah, dunia usaha, perguruan
tinggi, dan lembaga non-pemerintah, dalam proses pengambilan keputusan dan
implementasi.

 Terintegrasi: ProKlim berusaha menyatukan upaya adaptasi dan mitigasi dalam satu kerangka
kerja terintegrasi. Ini mencakup perencanaan dan pelaksanaan kebijakan yang
mengakomodasi kedua aspek tersebut secara seimbang.

 Edukatif: Program ini memberikan perhatian khusus pada penyuluhan dan pendidikan,
membantu masyarakat untuk memahami perubahan iklim, risikonya, dan tindakan yang
dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif.

 Fleksibel: Menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan iklim dan tuntutan masyarakat
dengan rencana dan strategi yang dapat disesuaikan.
 Berbasis Bukti Ilmiah: Keputusan dan tindakan dalam program ProKlim didukung oleh bukti
ilmiah dan data yang dapat dipercaya untuk memastikan efektivitas langkah-langkah yang
diambil.

Sumber:

https://dpmd.natunakab.go.id/program-kegiatan/

https://www.nawasis.org/portal/elearning/read/bab-5-program-dan-kegiatan/154

https://bappeda.bantulkab.go.id/index.php/profil-bappeda-bantul/program-dan-kegiatan

4. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, berikut ini adalah beberapa informasi terkait Program
Kampung Iklim (ProKlim) di Indonesia:

a. Salah satu contoh ProKlim di Indonesia adalah Program Kampung Iklim di Kota Tanjungpinang.

b. Aktor-aktor yang terlibat dalam ProKlim meliputi:

- Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (KP)

- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan

- LSM (Lembaga Sosial Mandiri)

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Pergudian

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Siber dan Teknologi Informasi

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Sekitar

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Pertanian

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Wisata

- Satuan Kerja Perangkat Daerah

c. Kendala yang masih dihadapi masyarakat untuk berperan dalam ProKlim meliputi:

- Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait permasalahan perubahan iklim secara keseluruhan

- Munculnya berbagai pertanyaan masyarakat mengenai keberlanjutan arahgerak setelah


pengusulan
Dari informasi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Program Kampung Iklim (ProKlim) di
Indonesia melibatkan berbagai aktor-aktor dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan, serta
pemanfaatan potensi di sekitar wilayah setempat. Program ini bertujuan untuk mengurangi dampak
perubahan iklim dengan membantu masyarakat setempat untuk pelaksanaan proklim di berbagai
wilayah di Indonesia. Namun, masih ada kendala seperti kurangnya pengetahuan masyarakat terkait
permasalahan perubahan iklim secara keseluruhan dan munculnya berbagai pertanyaan masyarakat
mengenai keberlanjutan arahgerak setelah pengusulan.

Sumber:

https://jiana.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIANA/article/download/8016/pdf

https://scholar.archive.org/work/vfyxy6tbyvgbnaai3voo52mgaq/access/wayback/https:/
jiana.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIANA/article/download/8016/pdf

http://scholar.unand.ac.id/67527/3/BAB%201%20Pendahuluan.pdf

https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/10725/2/BAB%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai