saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah guna memenuhi syarat lulus mata kuliah Impelementasi Kebijakan Publik
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini.
BAB 1
Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup saat ini ialah sampah plastik.
Indonesia merupakan salah satu dari 5 negara penyumbang limbah sampah plastik terbesar di dunia.
Seperti yang kita semua tahu bahwa sampah plastik atau limbah plastik telah menjadi sebuah
sampah berbahaya yang berefek besar bagi lingkungan hidup dan kehidupan makhluk di bumi.
Banyaknya jumlah manusia tentu saja hal ini juga berpengaruh pada besarnya jumlah sampah.
Mengingat setiap aktivitas yang di lakukan oleh manusia setiap harinya tentu saja menghasilkan
sampah. Hal itulah yang menyebabkan sampah terus menumpuk yang akhirnya merugikan diri kita
sendiri
Pencemaran lingkungan dapat ditimbulkan oleh banyak faktor, yakni bisa dari masyarakat sekitar
yang kurang peduli dengan kebersihan lingkungannya, bisa juga karena polusi yang diakibatkan oleh
banyaknya kendaraan yang diakibatkan oleh wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah dengan
menggunakan kendaraan pribadi. Pencemaran lingkungan pada sektor laut juga dapat menimbulkan
dampak yang serius, selain merusak keindahan dan kebersihan laut maka pencemaran laut juga
menimbulkan rusaknya terumbu karang dan mengakibatkan beberapa biota laut mengalami
kepunahan. Penyebab pencemaran lingkungan laut adalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas
manusia sehari-hari kemudian menimbulkan ancaman bagi lingkungan laut yang berdampak negatif
bila tidak ditangani secara tepat karena dapat merusak kehidupan manusia dan biota laut. Dalam hal
ini perlu dilakukannya pengelolaan sampah dengan cara pengurangan sampah seperti 3R (Reduce,
Reuse, dan Recycle) guna mengurangi penggunaan sampah.
Dalam menanggulangi sampah plastik, butuh terdapatnya kebijakan serta strategi yang pas dengan
terdapatnya sinergi antara area hidup, perkembangan ekonomi, stabilitas sial dengan arah akhir
melakukan pembangunan berkepanjangan salah satunya ialah lewat pendekatan keinstitusian serta
pula praktisi promosi kesehatan wajib tingkatkan pemahaman publik tentang akibat beresiko dari
mengkonsumsi besar benda plastik sekali gunakan lewat media massa. Tidak hanya itu, mereka wajib
meyakinkan pembuat kebijakan buat membuat undang-undang buat tingkatkan penciptaan benda
sekali gunakan yang bisa didaur ulang (Akram, Debdari & Farzadkia, 2019).
Bali ialah salah satu pulau yang menjadi arah wisata potensial di Indonesia, pulau Bali sudah sangat
terkenal dengan pesona alam yang indah, adat istiadatnya dan juga budayanya. Perihal itu
menyebabkan Bali banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, besaran wisatawan nusantara yang bersambang ke
Bali pada tahun 2018 sebanyak 9.757.991 (11,70%). Dan besaran wisman sebanyak 6.070.473 (6.54%
) (BPS, 2019), yang tentunya akan memdampaki penduduk Bali, khususnya Penghasilan. Data diatas
menunjukan bahwasanya potensi pariwisata pulau Bali sangat tinggi, oleh karena itu tantangan
tersendiri bagi pulau Bali untuk tetap menjaga kelestarian lingkungannya, agar tingkat pariwisata di
Bali tetap terjaga.
Di balik keindahannya, ternyata Bali khususnya kabupaten badung yang menjadi pusat wisata
memiliki PR yang cukup besar masalah lingkungan. Melihat jumlah penduduk dan wisatawan yang
cukup banyak ternyata hal ini juga mempengaruhi besarnya penggunaan plastik di kabupaten
badung. Sebagai wilayah wisata, bali tentu saja di tuntut bersih dan nyaman. Namun untuk masalah
kebersihan rasanya pulai bali belum mencapai target tersebut. Terlihat banyak nya sampah yang
menggunung di TPA suwung hal ini menjadi salah satu permasalahan yang cukup besar untuk di
selesaikan.
Selain itu. Perairan Pantai Kuta pada setiap musim hujan yang kerap terjadi pada awal tahun, sering
kali mendapat sampah kiriman dari luar Pulau Bali. Masuknya sampah kiriman di Pantai Kuta
cenderung berupa sampah plastik, dimana sampah plastik tersebut merupakan limbah yang
dikategorikan limbah yang tidak mudah terurai. “Sampah Plastik memiliki kandungan Senyawa
Polimer” sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan
Sampah Laut. Sampah plastik dapat membahayakan kesehatan dan juga lingkungan. Plastik dapat
dikatakan bahaya dikarenakan memiliki tekstur yang begitu kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh
tanah, maka dalam penguraian sampah plastik, jarang dilakukan dengan cara mikroorganisme
melalui tanah karena susah untuk terdegradasi, melainkan dilakukan dengan cara membakar sampah
plastik tersebut guna mengurangi pencemaran terhadap tanah dan air.
Perumusan
1. Bagaimana bentuk implementasi dari sebuah peraturan Bupati badung nomor 47 tahun 2018
terhadap keberlangsungan hidup masyarakat dan lingkungan di sekotar kabupaten badung
2. Bagaimana responsivitas masyarakat sebagai sasaran kebijakan dengan di terapkannya
kebijakan tersebut
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat terlaksananya kebijakan tersebut
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dan dampak dari kebijakan bupati nomor 47
tahun 2018 di kabupaten badung ini serta perubahan apa yang akan terrjadi setelah 5 tahun
kebijakan ini di implementasikan
2. Untuk mengetahui berapa persen masyarakat yang setuju dan tidak setuju dengam adanya
kebijakan tersebut
3. Untuk mengetahui faktor faktor pendukung dan penghambat dalam proses mulai dari
perencanaan hingga evaluasi dari kebijakan peraturan bupati badung no 47 tahun 2018 ini
BAB 2
Pengertian
Indikator
Dalam upaya menanggulangi bertumpuknya sampah plastik yang berakibat negatif bagi
keberlangsungan kehidupan, serta agar implementasinya efektif dan efisien maka diperlukan
peraturan bupati tentang penggunaan kantong plastik yang bertujuan untuk :
Dalam implementasi peraturan bupati badung nomor 47 tahun 2018 tentang pengurangan
penggunaan kantong plastik di dasari dengan pendekatan teori manlce S Grindle (1980) dengan 6
model implementasi kebijakan antara lain :
Dalam hal pelaksanaannya, pelaksana program kebijakan pemerintah kabupaten badung no 47 tahun
2018 melibatkan beberapa stakeholder diantaranya :
BAB 3
Data sekunder
Mengutip dari (Agus Nur Arifin, 2021) Implementasi kebijakan pengurangan penggunaan kantong
plastik di Kabupaten Badung secara umum sudah berjalan dengan efektif karena adanya kerjasama
yang baik antara pemerintah daerah Kabupaten Badung dengan masyarakat serta dengan desa adat
di Badung. Kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Badung dengan desa adat terkait
larangan penggunaan kantong plastik ini menghasilkan sebuah perarem (peraturan desa adat) di
setiap desa adat di Badung. Setiap desa adat tentunya memiliki perarem nya sendiri yang disesuaikan
dengan kondisi dan kesepakatan masyarakat adat, baik terkait sanksi diperoleh maupun segala
ketentuannya. Dengan dimuatnya larangan penggunaan kantong plastik pada perarem desa adat
tentu akan membuat pembinaan dan pengawasan terhadap kebijakan pengurangan penggunaan
kantong plastik semakin lebih baik sehingga tingkat keberhasilan kebijakan tersebut menjadi lebih
tinggi
Mengutip dari (Yohanes kopong blolo, 2021) komunikasi dan atau sosialisasi kebijakan peraturan
Walikota Denpasar No 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota
Denpasar. Dalam melaksanakan sosialisasi kebijakan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 36 Tahun
2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik terdapat hambatan, seperti yang dijelaskan
oleh Sekertaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan menyatakan bahwa: "namanya suatu
kegiatan untuk program itu ada sih hambatan dan kendala-kendala namun karena dikomunikasikan
dari awal dengan baik itu maka hambatan apapun itu terselesaikan". Hal senada juga disampaikan
oleh Stat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan menyatakan bahwa: "ada sih kendala namun
kendala apapun itu harus mampu untuk tidak dijadikan sebagai penghambat dalam melakukan
sosialisasi ke masyarakat.
Mengutip dari (Agus Nur Arifin, 2021) tidak dapat dipungkiri bahwa implementasi Peraturan Bupati
Badung Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kabupaten
Badung Provinsi Bali masih memiliki beberapa kekurangan. Contohnya seperti masih adanya
pedagang di pasar tradisional yang tetap menggunakan kantong plastik dalam transaski jual beli
walaupun sudah paham terkait larangan penggunaan kantong plastik. Hal ini dikarenakan masih ada
sebagian kecil masyarakat yang apatis terhadap pentingnya menjaga lingkungan sehingga tidak
melaporkan pelanggaran tersebut ke pemerintah. Padahal, pemerintah Kabupaten Badung telah
menerapkan sanksi bagi para pelaku usaha yang masih menyediakan dan menggunakan kantong
plastik dengan sanksi terberat berupa pencabutan permanen izin usahanya. Hal ini diharapkan
mampu meminimalisir jumlah pelaku usaha dan pedagang yang membandel terhadap kebijakan.
Salah satu alasan masih adanya masyarakat yang apatis terhadap kondisi lingkungan dikarenakan
kualitas sumber daya pelaksana kebijakan yang masih belum maksimal dalam mengajak seluruh
masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.
Mengutip dari (luh yuni, 2021) yang menjadi persoalan adalah dikarenakan tidak secara menyeluruh
aturan ini diterapkan pada pusat perbelanjaan yang ada. Dalam hambatan ini yang menjadi dasar
paling utama yaitu akibat dari kantong alternatif yang tidak sama kualitasnya dengan kantong plastik
dan tidak praktis dikarenakan lebih tebal. Menyangkut mengenai adanya penerapan dari Perwali
No.36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik, pembeli menjadi bingung yang
mana menghadapi permasalahan apabila pembeli ketika berbelanja tetapi tidak diberi kantong
pembungkus belanja, tetapi pembeli diberi pilihan seperti setelah berbelanja tidak menggunakan
kantong untuk membawanya atau membeli kantong belanja alternatif yang sudah ada pada toko
tersebut jika ingin membeli maka kasir akan memberitahu jumlah harga yang dikeluarkan untuk
membeli kantong alternatif tersebut dan bisa juga pembeli membawa dari rumah.
Indikator
Keberhasilan
1. Faktor Komunikasi
Faktor komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan peraturan kabupaten
badung ini. Dimana antara masyarakat dan pemerintah berkoordinasi dengan baik melalui
lembaga lembaga seperti LSM, Pecalang. Hal ini tentu saja menjadi faktor pendukung utama.
Sebab dengan adanya komunikasi yang baik maka sosialisasi kebijakan juga akan
tersampaikan dengan baik. Selain itu masyarakat yang cenderung memahami akan dengan
mudah langsung setuju dengan kebijakan yang akan di implementasikan ini. Pemerintah
daerah juga harus melakukan upaya edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya dan manfaat dari peraturan tersebut. Dalam hal ini, dapat dilakukan melalui
program-program pendidikan, seminar, workshop, atau kampanye kesadaran untuk
memastikan pemahaman yang lebih baik tentang peraturan dan perubahan yang terkait.
2. Faktor Lingkungan
masyarakat Badung yang sebagian besar merupakan masyarakat beragama hindu memiliki
suatu kepercayaan ataupun ajaran bernama Tri Hita Karana yang berarti tiga penyebab
kesejahteraan. Tri Hita Karana mengajarkan bahwa manusia harus memiliki hubungan yang
baik terhadap tuhan, alam, dan manusia jika ingin memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan. Hubungan yang baik antara manusia dengan alam diartikan sebagai alam yang
sudah memberikan tempat hidup dan penghidupan bagi manusia harus selalu dijaga dan
dilestarikan dengan baik. Salah satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena
itu, masyarakat yang meyakini ajaran tersebut tentu akan menerima dan membiasakan
kebijakan pengurangan penggunaan kantong plastik karena dirasa membawa dampak baik
bagi lingkungan hidup.
Kegagalan
Bab 4
Kesimpulan
Implementasi Peraturan Bupati Badung Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan
Kantong Plastik di Kabupaten Badung Provinsi Bali secara garis besar sudah berjalan dengan
cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan kantong alternatif ramah
lingkungan sebagai pengganti kantong plastik pada kantor pemerintah/swasta, pasar modern,
toko modern, hotel, villa, industri, restoran dan usaha/kegiatan lainnya. Namjn di balik
keberhasilannya saha rasa labupaten badung masih harus menyelesaikan PR PR kecil yang terjadi
di sekitar wilayah dimana masih ada beberala.te.pat yang jauh dari pusat kota mereka cenderung
kirang peduli mengenai kebijakan hang di terapkan hal ini dilohat masih banyaknya swalayan
swalyan kecil yang menyediakan kantong plastik serta ketergantungan masyarakat letika pergi ke
pasar tradisional yang masih menggunakan kantong plastik dalam skala tinggi.
Daftar Pustaka