1 Juli 2022
P - ISSN : 2503-4413
E - ISSN : 2654-5837, Hal 1281 – 1296
1281
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Badan Perlindungan Lingkungan di Amerika
Sejenis Rumah Tangga, yang mengamanatkan Serikat mengidentifikasi empat dasar strategi
keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk pilihan manajemen pengelolaan sampah terpadu
melakukan pengelolaan sampah mulai dari sumber yaitu: reduksi sampah di sumbernya, recycling dan
sampai dengan pemrosesan akhir. Target pengomposan, transformasi sampah menjadi
pengelolaan sampah yang ingin dicapai dalam energi (waste-to-energy), dan pengurukan sampah
Jakstranas adalah 100% sampah terkelola dengan (Vesilind et al. 2002). Penerapan konsep ini akan
baik dan benar pada tahun 2025 (Indonesia bersih berhasil dengan baik bila dilakukan terpadu dan
dan bebas sampah) yang diukur melalui holistik dengan melibatkan seluruh aktor
pengurangan sampah sebesar 30%, dan (stakeholders) terkait, seperti pemerintah,
penanganan sampah sebesar 70%. Target pengusaha, LSM dan masyarakat (Bebassari 2004).
pengurangan sampah sebesar 30% dari timbulan Program TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah
sampah nasional ini diusahakan dengan Reduce, Reuse and Recycle) merupakan konsep
pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang penangan sampah terpadu yang diselenggarakan
sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Sementara itu, target penanganan 70% dari Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
timbunan sampah nasional akan diupayakan Perumahan Rakyat (KPUPR). Program ini adalah
dengan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, bagian dari program pengembangan sistem
pengolahan, dan pemrosesan akhir. Untuk pengelolaan persampahan dengan target akses
mencapai target tersebut, pemerintah daerah juga pelayanan pengelolaan sampah 100% pada tahun
harus menyusun dokumen Kebijakan Strategi 2019. Penyelenggaraan TPS 3R merupakan salah
Daerah (Jakstrada) yang merupakan penjabaran satu program fisik yang bertujuan untuk
secara rinci dari Jakstranas. mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki
Kebijakan pemerintah Kota Pangkalpinang dalam karakteristik sampah yang akan diolah secara lebih
dokumen Jakstrada disusun guna menentukan lanjut di TPA sampah dan berperan dalam
kebijakan terkait pengelolaan sampah yang menjamin semakin sedikitnya kebutuhan lahan
bertujuan untuk mengurangi timbulan sampah di untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan
Kota Pangkalpinang. Jakstrada disusun (Damanhuri dan Padmi 2018). Program ini
berdasarkan kondisi permasalahan sampah di Kota merupakan pola pendekatan pengelolaan sampah
Pangkalpinang yang disesuaikan dengan amanat yang melibatkan peran aktif dan pemberdayaan
Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang kapasitas masyarakat. Kunci utama keberhasilan
Pengelolaan Sampah yang diperkuat dengan program TPS 3R adalah kesadaran dan peran aktif
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 masyarakat. Selain dapat mengurangi volume
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan timbunan sampah di TPA, program ini diharapkan
Sampah Sejenis Rumah Tangga, serta Peraturan dapat membantu meningkatkan perekonomian
Walikota Nomor 6 Tahun 2013 tentang masyarakat melalui produk sampingan yang
Pengelolaan Sampah. memiliki nilai ekonomis yang dihasilkan.
Realitas kondisi penanganan sampah di Kota Keberhasilan pengelolaan sampah melalui
Pangkalpinang masih menggunakan konsep program TPS 3R dapat dilihat dari persentase
konvensional, yaitu dikumpulkan kemudian pengurangan timbulan sampah sebelum dan
diangkut dan berakhir di tempat pembuangan sesudah adanya program yang sesuai dengan target
(TPA) Jakstranas. Sebagai salah satu strategi utama
sampah. Dengan kondisi keterbatasan lahan dan pengelolaan sampah, perlu untuk melakukan
tanpa penanganan yang tepat, mengakibatkan evaluasi terhadap kinerja TPS 3R agar pencapaian
kondisi TPA sampah semakin tidak layak karena target program dapat maksimal. Analisis
sudah melebihi kapasitas penampungannya. keberlanjutan
Pemerintah kota harus segera membuat strategi sistem pengelolaan sampah ini juga perlu
untuk mengurangi timbulan sampah di TPA dilakukan untuk memberikan gambaran bagi pihak
sebelum menimbulkan masalah bagi kehidupan terkait dalam menentukan arah kebijakan
dan kesehatan lingkungan, terutama kesehatan pengembangan kinerja pengelolaan sampah TPS
manusia, salah satunya dengan penerapan konsep 3R sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal.
pengelolaan sampah terpadu. Pelaksanaan program TPS 3R di Kota
Konsep pengelolaan sampah secara terpadu Pangkalpinang dilakukan secara bertahap sejak
merupakan solusi alternatif untuk mengurangi tahun 2016. Hingga kini telah dibangun sarana
timbulan sampah pada TPA atau landfill pengolahan sampah TPS 3R sejumlah empat unit
(Tchobanoglous dan Kreith 2002). USEPA (United di empat kecamatan, dan rencananya akan
States Environmental Protection Agency) atau dibangun TPS 3R untuk masing-masing kecamatan
1282
yang berjumlah tujuh kecamatan. Dari empat unit MICMAC dan MACTOR yang dikembangkan
TPS 3R yang dibangun baru satu unit yang berjalan oleh Godet pada tahun 1999. Pendekatan
efektif yaitu TPS 3R yang berada di Kecamatan MICMAC mengandalkan pemikiran analisis
Gabek, sedangkan tiga unit TPS 3R yang berada di melalui pemecahan yang sistematis terhadap suatu
Kecamatan Bukit Intan, Kecamatan Rangkui dan masalah, yang dimulai dengan perumusan masalah
Kecamatan Pangkalbalam masih belum efektif. (problem definition), kemudian diikuti dengan
Dugaan penyebab masih belum efektifnya TPS 3R identifikasi variabel internal dan eksternal (Fauzi
karena sistem pengelolaan yang diterapkan belum 2019). Pada tahap selanjutnya, MICMAC
teruji memenuhi berbagai aspek keberlanjutan hal melakukan analisis hubungan antar variabel dan
ini berdampak pada permasalahan kelangsungan pembobotan terhadap hubungan tersebut
masa depan sistem pengolahan sampah di Kota berdasarkan derajat mobilitas dan
Pangkalpinang. ketergantungannya antar variabel Benjumea-Arias
Dalam menganalisis aspek keberlanjutan suatu 2016). Menurut Almeida dan Moraes (2013)
program, sangat penting untuk melakukan analisis prinsip teknik MICMAC sangat membantu untuk:
terhadap faktor-faktor yang memengaruhi 1) mengidentifikasi variabel-variabel utama yang
keberhasilan kinerja program tersebut. Penelitian bersifat influential (memengaruhi) dan dependent
ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis (dipengaruhi) yang esensial bagi suatu sistem; 2)
faktor-faktor yang memengaruhi kinerja memetakan hubungan antar variabel dan relevansi
implementasi program TPS 3R di Kota variabel-variabel tersebut dalam menjelaskan suatu
Pangkalpinang agar dapat keberlanjutan. Analisis sistem; dan 3) mengungkapkan rantai sebab akibat
dilakukan melalui identifikasi variabel-variabel dari suatu sistem. Untuk dapat memetakan variabel
kunci dengan menggunakan metode MICMAC dalam sistem menggunakan metode MICMAC,
(Matrix of ross ada empat tahapan yang harus dilakukan yaitu: 1)
Impact Multiplication Applied to a Classification), mendefinisikan masalah; 2) mengidentifikasi
serta identifikasi pengaruh dan peran aktor variabel internal dan eksternal; 3) mengidentifikasi
menggunakan metode MACTOR (Matrix of hubungan antar variabel; dan 4) memetakan
Alliance and Conflict: Tactic, Objectives and variabel dan ranking. Dalam penelitian ini,
Recommendation). MICMAC digunakan untuk menganalisis
Penelitian terkait status keberlanjutan pengaruh antar variabel dalam keberlanjutan
implementasi TPS 3R di lokasi yang berbeda sudah kinerja program TPS 3R. Dari hasil analisis
banyak dilakukan, diantarnya oleh Ismail (2018) MICMAC diharapkan dapat diperoleh variabel-
menggunakan metode deskriptif SPSS, RAPFISH, variabel kunci yang memengaruhi kinerja Program
dan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan TPS 3R. Variabel yang diperoleh dari hasil tahapan
lokasi studi kasus Kota Bogor. Analisis peran aktor analisis MICMAC selanjutnya digunakan sebagai
dalam kebijakan pengelolaan sampah oleh Sagita dasar penentuan aktor yang memengaruhi kinerja
et al. (2015) menggunakan metode kualitatif Program TPS 3R. Interaksi antar aktor yang paling
deskriptif dengan lokasi studi kasus Kota berpengaruh dalam kebijakan pengelolaan sampah
Semarang. Untuk penelitian di Kota di analisis menggunakan MACTOR. Dengan
Pangkalpinang mengenai keberlanjutan TPS 3R kemampuan yang dimiliki, MACTOR dapat
belum pernah dilakukan. Penelitian ini membantu dalam pembuatan keputusan sehingga
menggunakan teknik analisis keberlanjutan yang para aktor dapat menerapkan kebijakannya.
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya Keunggulannya adalah MACTOR sangat tepat
yaitu melalui perspektif yang berkaitan dengan untuk penyusunan strategi yan melibatkan
“aktor-faktor” dalam penentuan variabel dan sejumlah aktor dengan menggunakan serangkaian
stakeholders yang terlibat dalam keberhasilan tujuan tertentu. Selain itu, metode MACTOR
pengelolaan sampah melalui program TPS 3R di bersifat interaktif, mudah digunakan dan
Kota Pangkalpinang. Hasil analisis penelitian ini diinterpretasikan. Namun MACTOR juga
diharapkan berguna sebagai masukan bagi memiliki beberapa kelemahan terkait dengan
pengambil kebijakan dalam perumusan strategi pengumpulan informasi yang dibutuhkan karena
pengelolaan TPS 3R yang berkelanjutan untuk sebagian aktor mungkin tidak bersedia
mendukung program Indonesia Bersih dan Bebas mengungkapkan informasi yang dianggap rahasia.
Sampah 2025. Oleh karena itu, hasil analisis MACTOR sangat
tergantung dari kualitas data input yang diperoleh
2. METODE PENELITIAN dari para aktor yang menjadi sumber informasi
Penelitian ini menggunakan metode prospektif pada kegiatan FGD (Rahma 2019). Dalam
analisis dalam konteks keberlanjutan yang penelitian ini, metode analisis MACTOR
berkaitan dengan “aktor-faktor” menggunakan digunakan untuk melihat interaksi antar aktor atau
1283
stakeholders yang terkait, serta berbagai isu faktor keberhasilan kinerja TPS 3R yaitu regulasi,
yang memengaruhi pencapaian keberhasilan dan kelembagaaan, pengelola TPS 3R, jumlah timbulan
keberlanjutan program TPS 3R. sampah di TPA, operasional (SOP dan Teknologi),
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat pembiayaan, pembinaan/pendampingan/pelatihan,
mengenai faktor-faktor pendorong keberlanjutan penyuluhan/sosialisasi, pemantauan/monitoring,
kinerja program TPS 3R, maka dilakukan beberapa efisiensi reduksi, pendapatan penjualan produk
metode pengambilan data dan informasi meliputi sampah, partisipasi masyarakat, dan kerjasama
wawancara, studi literatur, survey lapangan dan dengan pihak lain.
diskusi dengan stakeholders terkait. Wawancara Untuk menganalisa posisi variabel dan
dilakukan kepada pengelola TPS 3R, pihak menentukan variabel strategisnya, penelitian ini
kelurahan, tokoh masyarakat dan pejabat terkait menggunakan metode analisis MICMAC. Metode
dibeberapa instansi (Dinas Lingkungan Hidup, ini digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah
Dinas Pemukiman dan Perumahan Rakyat, Balai variabel strategis serta melakukan analisis
Cipta Karya dan Dinas Kebersihan Kota pengaruh dan ketergantungan di antara variabel-
Pangkalpinang). Survey lapangan dilakukan variabel tersebut sebagai faktor yang memengaruhi
dengan meninjau kegiatan penanganan sampah di keberhasilan program TPS 3R. Kelebihan metode
TPS 3R dan TPA sampah. Studi literatur dilakukan ini dapat menyelidiki beberapa variabel pada saat
dengan mempelajari peraturan, buku, laporan dan yang bersamaan, tetapi tidak dapat memberikan
jurnal terkait penelitian. skor prioritas keseluruhan untuk setiap variabel
(Barati et al. 2019). Hasil analisis metode ini
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sangat ditentukan oleh kecermatan dalam
Tahap awal identifikasi variabel strategis mengidentifikasi variabel-variabel yang
penelitian ini dilakukan melalui metode Focus diperkirakan berpengaruh dalam keberhasilan
Group Discussion (FGD). Pada tahap awal FGD, kinerja program TPS 3R di Kota Pangkalpinang.
untuk menyamakan persepsi mengenai konsep Variabel-variabel strategis hasil kesepakatan
keberlanjutan peserta diberikan orientasi mengenai forum diskusi selanjutnya dituangkan dalam
konsep status keberlanjutan dalam pengelolaan Matrix Direct Influence (MDI) untuk melihat
TPS 3R. Selanjutnya, peneliti menyajikan hasil intensitas pengaruh langsung dan dipengaruhi
identifikasi awal variabel yang dikelompokkan langsung tiap variabel terhadap variabel lainnya.
berdasarkan kinerja input, proses dan output TPS MDI adalah matriks asli dan merupakan data input
3R yang diperoleh melalui studi literatur jurnal pada metode MICMAC yang diisi dengan nilai
penelitian Zafira dan Damanhuri (2019), survey berkisar antara 0-3 (tingkat pengaruh dari yang
pendahuluan, maupun wawancara langsung rendah sampai tinggi) dan P (berpotensi eksis di
narasumber yang relevan. Berdasarkan hasil forum masa mendatang) seperti yang terlihat pada Tabel
diskusi telah diidentifikasi 13 variabel strategis 1.
(Tabel 1) sebagai variabel kunci dalam
Tabel 1 Identifikasi Nilai Matrix Direct Influence (MDI)
Keterangan:
1 : Reg
2 : Inst
3 : SDM
4 : Timb
5 : Opr
6 : Cost
7 : Bina
8 : Soc
9 : Monev
10 : E.Red
11 : Income
12 : Partc
13 : Coorp
Reg = Peraturan/Regulasi
Inst = Kelembagaaan TPS 3R
SDM = SDM (pengelola TPS 3R)
1 : Reg 0 3 2 3 2 2 2 2 3 2 1 3 2 Timb = Jumlah timbulan sampah di TPA
2 : Inst 1 0 3 0 2 1 1 2 2 2 3 2 2 Opr = Operasional (SOP dan Teknologi)
3 : SDM 0 3 0 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 Cost = Pembiayaan
4 : Timb 3 0 0 0 3 3 2 2 1 3 1 1 3 Bina = Pembinaan/pendampingan/pelatihan
5 : Opr P 2 2 3 0 3 1 1 1 3 3 1 2
Soc = Penyuluhan/sosialisasi
© LIPSOR-EPITA-MICMAC
6 : Cost 1 1 1 1 3 0 1 1 1 3 1 1 2
7 : Bina 0 2 3 1 2 1 0 1 0 2 2 1 1 Monev = Pemantauan/monitoring
8 : Soc 0 1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 3 1 E. Red = Efisiensi reduksi
9 : Monev 2 2 1 1 2 1 1 1 0 2 0 1 0 Income = Pendapatan penjualan produk sampah
10 : E.Red 0 1 1 3 2 3 2 1 1 0 2 1 2
11 : Income 0 2 3 1 3 3 0 0 1 2 0 1 2
Partc = Partisipasi masyarakat
12 : Partc 2 2 1 3 1 3 1 2 0 2 3 0 1 Coorp = Kerjasama dengan pihak lain
13 : Coorp 2 3 2 3 3 3 1 1 0 3 3 1 0
Berdasarkan hasil identifikasi nilai MDI pada variabel dengan intensitas nilai hubungan sedang
Tabel 1 dapat dilihat bahwa regulasi memiliki (2) hingga kuat (3). Sedangkan untuk hubungan
hubungan pengaruh langsung terhadap semua dipengaruhi langsung, regulasi terhadap variabel
1284
lain intensitas nilainya sebagian besar tidak ada ke dalam empat tipologi kuadran berdasarkan
hubungan (0). Pada Tabel MDI hanya terdapat 1 kategori ketergantungan (dependence) dan
nilai P (potential influence) yang menjelaskan pengaruh (influence) yaitu influence variables,
hubungan pengaruh langsung variabel operasional relay variables, depending variables, dan excluded
TPS 3R terhadap regulasi belum diketahui namun variables seperti terlihat pada Gambar 1. Posisi
berpotensi eksis di masa mendatang. Hal ini sesuai variabel dalam masing-masing kuadran
dengan temuan di lapangan, mengenai rencana menjelaskan kekuatan hubungan langsung
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah pengaruh dan ketergantungan antar variabel dalam
jika dapat direalisasikan maka akan dibuat regulasi kinerja program TPS 3R. Berdasarkan hasil
yang mengatur material input pada operasional pemetaan posisi variabel, dapat dianalisis variabel-
pengolahan sampah di TPS 3R. variabel yang memengaruhi keberhasilan kinerja
Hasil pengisian MDI menentukan posisi variabel program TPS 3R di Kota Pangkalpinang melalui
pada peta pengaruh dan ketergantungan langsung posisi kuadrannya.
1285
sehingga membutuhkan perhatian maksimal dari ini. Variabel-variabel pada kuadran ini sensitif
pengambil kebijakan (Elmsalmi dan Hachicha terhadap perubahan influence variabel dan/atau
2013). Variabel pada kuadran ini meliputi relay variable yang dapat menyebabkan variabel
kerjasama dengan pihak ketiga, jumlah timbulan keluar dari sistem (Godet 1999).
sampah, operasional (SOP dan teknologi), dan Hasil analisis pada Gambar 1 menunjukkan
kelembagaan. Variabel yang terletak pada kuadran kuadran IV diisi oleh variabel pembinaan,
ini pada dasarnya merupakan faktor-faktor sosialisasi, dan pemantauan/monitoring yang
ketidakstabilan karena setiap tindakan pada merupakan variabel autonomous dengan pengaruh
variabel-variabel ini memiliki konsekuensi pada kecil dan ketergantungan kecil terhadap variabel
variabel lain jika kondisi tertentu pada variabel- lainnya. Variabel ini memiliki potensi rendah
variabel berpengaruh lainnya terpenuhi (Godet untuk menghasilkan perubahan terhadap terhadap
1999). Berdasarkan posisi variabel pada kinerja program TPS 3R. Berdasarkan posisi pada
kuadrannya variabel timbulan sampah, kuadrannya variabel-variabel ini termasuk dalam
operasional, dan kelembagaan terletak di bawah kelompok variabel terputus yang terletak di dekat
diagonal sehingga lebih bergantung daripada asal sumbu. Meskipun cukup otonom, perubahan
berpengaruh, sehingga dapat dianggap sebagai pada variabel-variabel ini tampaknya dikecualikan
hasil perubahan sistem sampai dengan batas dari dinamika global sistem.
tertentu. Informasi pemetaan variabel yang diuraikan pada
Kuadran III sebagai depending variables atau penelitian ini merupakan informasi yang sangat
variabel hasil yang menggambarkan dampak dari penting bagi pemerintah kota selaku pengambil
suatu sistem ditempati oleh variabel kebijakan dalam strategi pengelolaan sampah di
SDM/pengelola TPS 3R, pendapatan, efisiensi Kota Pangkalpinang. Berdasarkan hasil pemetaan
reduksi dan pembiayaan. Hasil analisis kuadran variabel, kebijakan strategi pengelolaan
menunjukan bahwa pengambil sampah dapat diarahkan untuk fokus khususnya
kebijakan/stakeholders terkait harus memberikan pada variabel-variabel yang memiliki pengaruh
pertimbangan yang lebih besar dan analisa yang paling kuat dibanding variabel lainnya, yaitu
lebih mendalam terhadap variabel-variabel hasil variabel determinant dan variabel relay.
1286
Gambar 3 Pengkategorian variabel berdasarkan tingkat pengaruh dan ketergantungan tidak
langsung terhadap variabel lain
Pengujian stabilitas pengelompokkan variabel pengelompokkan variabel antara analisis hubungan
selain berdasarkan pengaruh langsung juga dapat yang didasarkan pada pengaruh langsung (Gambar
dilakukan melalui analisis pengaruh tidak 1) dan pengaruh tidak langsung (Gambar 3)
langsung. Dengan memerhatikan dinamika peta sebagian besar variabel tidak mengalami
pengaruh dan ketergantungan variabel, jika perubahan posisi kuadran, kecuali variabel
terdapat perubahan posisi variabel yang cukup kelembagaan yang berada di batas kuadran II dan
banyak dari pemetaan langsung terhadap pemetaan III. Hal ini menjelaskan bahwa variabel
tidak langsung maka menunjukkan stabilitas sistem kelembagaan cukup sensitif dengan pengaruh tidak
rendah. Analisis pengaruh tidak langsung langsung antar variabel. Hasil analisis pada
dijelaskan pada matriks indirect influence (MII) Gambar 3 menunjukkan pengelompokkan variabel
melalui proses transivitas matriks pengaruh ke dalam empat kategori kuadran berdasarkan
langsung (MDI) yang hasilnya ditunjukkan pada tingkat pengaruh dan ketergantungan dihasilkan
Gambar 3. dari sistem yang sudah cukup stabil. Hasil
Gambar 3 memetakan dan mengelompokkan pemetaan yang menunjukkan perubahan posisi dari
variabel berdasarkan tingkat pengaruh dan posisi awal ke posisi akhir setelah adanya pengaruh
ketergantungan tidak langsung antar variabel. tidak langsung antar variabel dapat dilihat pada
Berdasarkan posisi kuadran, hasil Lampiran 1.
DPUPR
DKPK
LSM
KSM
Pertamina
PLN
Kelurahan
Pengepul
Ii
DLH
DPUPR
DKPK
LSM
KSM
Pertamina
PLN
Kelurahan
Pengepul
MDI MDII
DLH 0 2 3 2 4 1 1 3 1 DLH 11 8 9 7 14 3 3 9 5 58
DPUPR 10 6 7 6 9 2 2 7 4 47
© LIPSOR-EPITA-MACTOR
DPUPR 3 0 2 1 3 0 0 1 0
© LIPSOR-EPITA-MACTOR
DKPK 6 5 5 6 6 2 2 6 3 36
DKPK 2 1 0 1 1 0 0 1 0
LSM 5 4 4 6 6 2 2 6 4 33
LSM 1 1 1 0 1 0 0 2 0 KSM 10 8 9 6 12 3 3 9 4 52
KSM 3 2 1 1 0 1 1 1 2 Pertamina 7 7 6 5 7 3 3 5 3 43
Pertamina 2 1 1 0 2 0 1 0 0 PLN 8 7 6 5 8 3 3 5 3 45
PLN 2 1 1 0 3 1 0 0 0 Kelurahan 5 4 3 4 7 2 2 6 5 32
Kelurahan 1 0 0 2 3 0 0 0 2 Pengepul 4 2 1 3 5 1 1 3 4 20
Pengepul 0 0 0 0 3 0 0 2 0 Di 55 45 45 42 62 18 18 50 31 366
a Matriks MDI b Matriks MDII
Hasil penelitian pada Tabel 2b menggambarkan yang paling rendah pengaruhnya terhadap aktor
perhitungan MDII berdasarkan hasil analisis lainnya dengan nilai Ii sebesar 20. Hal ini juga
struktur matriks. Berdasarkan tabel MDII sesuai dengan peran pengepul sebagai pihak yang
ditemukan bahwa Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hanya menampung hasil reduksi sampah TPS 3R
merupakan aktor yang memiliki pengaruh paling yang masih bernilai ekonomis. Dalam hal
tinggi (langsung dan tidak langsung) terhadap ketergantungan antar-aktor, KSM (pengelola TPS
aktor lainnya dengan nilai Ii sebesar 58. Hal ini 3R) merupakan aktor yang sangat bergantung pada
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi DLH sebagai keberhasilan kinerja program TPS 3R, yang dilihat
stakeholders driver dari pelaksanaan program TPS berdasarkan nilai Di tertinggi dari aktor lainnya
3R melalui penyusunan kebijakan, program, sebesar 62. Hal ini sesuai dengan tujuan
anggaran dan regulasi untuk memastikan pembentukan KSM sebagai pengelola TPS 3R, jika
keberhasilan program TPS 3R terutama dalam kinerja program TPS 3R maksimal akan
percepatan target Jakstranas (Indonesia Bersih dan berpengaruh pada pendapatan KSM dan
Bebas Sampah 2025). Pengepul merupakan aktor keberadaannya dapat berkelanjutan.
1289
Gambar 6 Pengaruh antar aktor dalam kinerja program TPS 3R di Kota Pangkalpinang
Pengaruh dan ketergantungan antar aktor hasil kategori autonomous dengan ketergantungan kecil
analisis MACTOR ditunjukkan pada Gambar 6. dan pengaruh yang kecil.
Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa DLH dan Berdasarkan analisis MACTOR juga dapat
KSM merupakan aktor yang memiliki pengaruh diketahui tingkat daya saing masing-masing aktor
dan ketergantungan paling tinggi dalam kinerja dengan mempertimbangkan pengaruh dan
program TPS 3R, kemudian diikuti oleh DPUPR. ketergantungan langsungnya berdasarkan skala.
Hal ini ditunjukkan dengan posisi ketiga aktor Semakin besar skala, maka semakin kompetitif
berada di kuadran II yang memiliki pengaruh dan seorang aktor. Matriks MDII menyediakan dua
ketergantungan yang tinggi. Posisi kuadran III jenis informasi bermanfaat yaitu pengaruh
ditempati oleh aktor DKPK, kelurahan, LSM yang langsung dan tidak langsung aktor i terhadap aktor
memiliki pengaruh rendah dan ketergantungan j (MDII) ij dan pengaruh tidak langsung aktor I
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan terhadap dirinya sendiri datang melalui aktor
TPS 3R memberi berdampak besar terhadap kedua perantara (MDII) Ii (Octopura 2020). Histogram
aktor tersebut. Hasil analisis juga menunjukkan daya saing antar aktor dibuat untuk mengetahui
posisi Pertamina dan PLN yang berada pada daya saing dari setiap aktor. Skala juga dibuat dari
kuadran I yang memiliki pengaruh tinggi dan vektor daya saing MDII yang memungkinkan
derajat ketergantungan rendah. Sementara untuk mengidentifikasi setiap tujuan dan
pengepul berada dalam kondisi pasif atau masuk kemungkinan setap aktor yang berhasil mencapai
tujuan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Histogram derajat daya saing kemungkinan keberhasilan aktor mencapai tujuan
Berdasarkan nilai indeks derajat daya saing pada kinerja program TPS 3R. Posisi kuadran kedua
Gambar 7 menunjukkan bahwa PLN dan aktor ini (Gambar 6) berada pada kuadran I yang
Pertamina merupakan dua stakeholders yang menunjukkan pengaruh tinggi dengan derajat
mempunyai daya saing tertinggi terhadap ketergantungan yang rendah terhadap aktor lain,
kemungkinan pencapaian tujuan dari keberhasilan sehingga lebih mudah untuk mencapai tujuannya.
1290
Kedua aktor ini mempunyai kesamaan tujuan yang Analisis MACTOR juga menampilkan Matrix of
ingin dicapai melalui program TPS 3R berupa Maxima Direct and Indirect Influences (MMDII)
program CSR (Corporate Social Responsibility) yang digunakan untuk menentukan tingkat
untuk mewujudkan komitmen dalam menjaga pengaruh maksimum yang dapat dimiliki aktor
keberlanjutan lingkungan sesuai tujuan terhadap aktor lain, baik secara langsung maupun
pembangunan berkelanjutan (SDGs) terutama tidak langsung atau melalui aktor perantara.
Tujuan 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Matriks MMDII mampu mempertahankan skala
Bertanggung Jawab. Selain program CSR, PLN intensitas yang tidak ditemukan dalam matriks
juga memiliki tujuan pengembangan investasi MDII. Ada dua hasil yang diberikan oleh MMDII
dalam rangka mendukung kebijakan strategis yaitu: 1) tingkat maksimum pengaruh langsung dan
pemerintah mengenai pengelolaan sampah kota tidak langsung dari setiap aktor dengan
dan pencapaian target energi terbarukan sesuai menambahkan baris (IMAXi); dan 2) tingkat
kebijakan energi nasional (Peraturan Menteri maksimum pengaruh ketergantungan langsung dan
ESDM Nomor 44 Tahun 2015) berupa tidak langsung dari setiap aktor dengan
pemanfaatan sampah kota sebagai bahan baku menambahkan kolom (DMAXi). Matriks MMDII
pembangkit tenaga listrik. untuk mengetahui tingkat pengaruh maksimum
antar aktor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Matriks MMDII antar aktor dalam kinerja program TPS 3R
DLH
DPUPR
DKPK
LSM
KSM
Pertamina
PLN
Kelurahan
Pengepul
IMAXi
MMDII
DLH 0 2 3 2 4 1 1 3 2 18
DPUPR 3 0 3 2 3 1 1 3 2 18
© LIPSOR-EPITA-MACTOR
DKPK 2 2 0 2 2 1 1 2 1 13
LSM 1 1 1 0 2 1 1 2 2 11
KSM 3 2 3 2 0 1 1 3 2 17
Pertamina 2 2 2 2 2 0 1 2 2 15
PLN 3 2 2 2 3 1 0 2 2 17
Kelurahan 3 2 1 2 3 1 1 0 2 15
Pengepul 3 2 1 2 3 1 1 2 0 15
DMAXi 20 15 16 16 22 8 8 19 15 139
Tabel 3 menunjukkan matriks MMDII untuk sesuai dengan kesamaan tujuan dari kedua aktor
mengetahui ukuran daya saing aktor terhadap dalam penyelenggaraan program TPS 3R di Kota
pencapaian tujuan keberhasilan kinerja program Pangkalpinang yaitu DPUPR sebagai aktor yang
TPS 3R. Berdasarkan MMDII dapat diketahui menyelenggarakan program TPS 3R dan DLH
bahwa aktor yang paling berpengaruh langsung sebagai aktor yang melaksanakan pembinaan dan
paling maksimal terhadap aktor yang lain dalam pengawasan pengelolaan sampah pada TPS 3R.
program TPS 3R adalah DLH dan DPUPR yang Aktor yang paling besar dipengaruhi oleh aktor lain
ditunjukkan dengan nilai pengaruh langsung adalah KSM yang ditunjukkan dengan nilai indeks
indeks maksimal yang sama sebesar 18. Hal ini kebergantungan maksimal terbesar yaitu 22.
Gambar 8 Histogram derajat daya saing maksimum kemungkinan keberhasilan setiap aktor dalam
mencapai tujuan
1291
Berdasarkan nilai skala tertinggi pada Gambar 8 Berdasarkan hasil FGD dan hasil identifikasi
dapat diidentifikasi tingkat derajat daya saing variabel kunci dengan menggunakan analisis
maksimal dari setiap stakeholders berdasarkan MICMAC, maka disepakati ada sebelas tujuan
pengaruh dan ketergantungan. Hasil pada Gambar yang ingin dicapai dalam program TPS 3R yang
8 menunjukkan bahwa PLN merupakan berkelanjutan di Kota Pangkalpinang sesuai Tabel
stakeholder yang memiliki derajat daya saing 4. Selanjutnya untuk mengetahui peran dan
maksimal paling tinggi dengan nilai daya saing 1,5. preferensi setiap aktor maka dilakukan analisis
Hasil ini menunjukkan bahwa PLN merupakan terstruktur matriks dengan melibatkan
stakeholder yang memiliki peran paling besar stakeholders dan expert judgment untuk
terhadap kemungkinan pencapaian keberhasilan memperkuat analisis. Tabel 12 menjelaskan hasil
pengelolaan sampah melalui program TPS 3R. pengisian matriks 2MAO (Matrix Actor-Objective)
Temuan ini sejalan dengan peran PLN yang dengan skor berkisar 0-4 yang menunjukkan sikap
tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor aktor terhadap tujuan. Dari tabel dapat dilihat
44 Tahun 2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik bahwa tidak semua aktor memiliki kesamaan
oleh PT. PLN dari Pembangkit Listrik Berbasis tujuan yang telah ditetapkan. Nilai positif yang
Sampah Kota. Peraturan tersebut menugaskan PLN semakin besar menunjukkan tingkat persetujuan
membeli listrik hasil pengolahan sampah sehingga aktor dalam pencapaian tujuan yang telah
dapat memberikan solusi dalam permasalahan ditetapkan. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan
pengelolaan sampah di perkotaan di Indonesia. adanya aktor yang tidak setuju terhadap tujuan
Analisis pengaruh aktor dalam mencapai yang telah ditetapkan.
tujuan program TPS 3R
Tabel 4 Identifikasi nilai matriks pengaruh aktor dan tujuan
Decr Timb
Inc IKLH
Adipura
Clean
sapras
Pemlh Sapr
Qual LH
Low Cost
Eco Waste
Inves
CSR
Absolute sum
2MAO
DLH 3 4 3 2 2 2 4 2 2 2 0 26
DPUPR 2 1 1 1 2 2 1 0 1 0 0 11
DKPK 2 1 3 4 2 3 2 0 1 0 0 18
LSM 1 2 1 1 0 0 3 0 0 0 0 8
© LIPSOR-EPITA-MACTOR
KSM 4 0 2 1 1 0 1 3 4 3 2 21
Pertamina 0 0 0 1 1 1 2 0 0 1 3 9
PLN 1 0 0 1 1 1 2 0 0 3 3 12
Kelurahan 2 1 2 2 1 2 1 1 3 0 1 16
Pengepul 0 0 0 0 0 0 0 0 4 -2 0 6
Number of agreements 15 9 12 13 10 11 16 6 15 9 9
Number of disagreements 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -2 0
Number of positions 15 9 12 13 10 11 16 6 15 11 9
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa DLH 12 juga menunjukkan jumlah persetujuan semua
merupakan aktor yang paling tinggi aktor terhadap pencapaian tujuan. Peningkatan
kepentingannya terhadap tujuan yang ditetapkan kualitas lingkungan hidup merupakan tujuan yang
berdasarkan nilai tertinggi absolute sum yaitu 26. paling disetujui oleh semua stakeholders melalui
Hal ini berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi keberhasilan kinerja program TPS 3R dilihat dari
DLH sebagai instansi yang menangani masalah nilai number of positions tertinggi yaitu 16.
lingkungan terutama pengelolaan sampah. Tabel
1292
Tabel 5 Matriks 3MAO posisi setiap aktor terhadap tujuan
Decr Timb
Inc IKLH
Adipura
Clean
sapras
Pemlh Sapr
Qual LH
Low Cost
Eco Waste
Inves
CSR
Mobilisation
3MAO
DLH 4.0 5.3 4.0 2.7 2.7 2.7 5.3 2.7 2.7 2.7 0.0 34.5
DPUPR 2.3 1.2 1.2 1.2 2.3 2.3 1.2 0.0 1.2 0.0 0.0 12.7
DKPK 1.5 0.8 2.3 3.0 1.5 2.3 1.5 0.0 0.8 0.0 0.0 13.6
LSM 0.7 1.3 0.7 0.7 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.2
© LIPSOR-EPITA-MACTOR
KSM 4.0 0.0 2.0 1.0 1.0 0.0 1.0 3.0 4.0 3.0 2.0 21.1
Pertamina 0.0 0.0 0.0 1.6 1.6 1.6 3.1 0.0 0.0 1.6 4.7 14.0
PLN 1.7 0.0 0.0 1.7 1.7 1.7 3.3 0.0 0.0 5.0 5.0 19.8
Kelurahan 1.1 0.6 1.1 1.1 0.6 1.1 0.6 0.6 1.7 0.0 0.6 8.9
Pengepul 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.4 -0.7 0.0 2.1
Number of agreements 15.2 9.1 11.2 12.8 11.2 11.6 17.9 6.2 11.6 12.2 12.2
Number of disagreements 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -0.7 0.0
Degree of mobilisation 15.2 9.1 11.2 12.8 11.2 11.6 17.9 6.2 11.6 12.9 12.2
Tabel 5 menjelaskan matriks 3MAO yang sebesar 15,2. Angka ini berarti bahwa tuntutan
menunjukkan posisi masing-masing aktor terhadap terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup
setiap tujuan atau strategi dalam keberhasilan dan penurunan timbulan sampah di TPA menjadi
program TPS 3R di Kota Pangkalpinang. Nilai tujuan yang paling banyak mengaktifkan para
pada matriks ini sudah memperhitungkan tingkat aktor. Sementara itu, aktor dengan derajat
kompetisi di antara para aktor, hirarki tujuan dan mobilitas paling tinggi adalah DLH sebesar 34,5,
derajat pendapat masing-masing aktor terhadap diikuti oleh KSM 21,1. Hal ini sesuai dengan peran
setiap tujuan dalam mendukung keberhasilan DLH sebagai penggerak dan KSM sebagai
kinerja program TPS 3R. Nilai positif menyatakan pelaksana dalam program TPS 3R. Tabel 5 juga
dukungan aktor terhadap tujuan, semakin besar menunjukkan number of disagreements berada
nilai maka semakin besar dukungan aktor terhadap dalam posisi netral dengan nilai 0, kecuali pada
tujuan. Sebaliknya, nilai negatif menunjukkan pengepul terhadap tujuan pengembangan investasi
sikap menentang tujuan, semakin besar nilai dengan nilai -0,7. Nilai negatif menunjukkan
menunjukkan semakin besar penolakan aktor bahwa pengepul tidak setuju terhadap tujuan
terhadap tujuan tersebut. pengembangan investasi. Hal ini berkaitan dengan
Matrik 3MAO pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tujuan utama pengepul adalah untuk maksimasi
peningkatan kualitas lingkungan hidup memiliki keuntungan dari hasil penjualan barang daur ulang
nilai derajat mobilitas tertinggi yaitu sebesar 17,9 TPS 3R.
diikuti oleh penurunan timbulan sampah di TPA
Tabel 6 Matriks konvergensi antar aktor
DLH
DPUPR
DKPK
LSM
KSM
Pertamina
PLN
Kelurahan
Pengepul
3CAA
DLH 0.0 20.9 21.4 13.2 22.8 12.6 17.4 20.1 2.0
DPUPR 20.9 0.0 13.2 6.1 11.1 7.3 9.6 10.2 1.3
DKPK 21.4 13.2 0.0 7.2 11.8 8.0 9.9 10.7 1.1
© LIPSOR-EPITA-MACTOR
LSM 13.2 6.1 7.2 0.0 6.0 3.6 4.9 4.8 0.0
KSM 22.8 11.1 11.8 6.0 0.0 10.2 15.1 12.7 2.7
Pertamina 12.6 7.3 8.0 3.6 10.2 0.0 16.1 8.2 0.0
PLN 17.4 9.6 9.9 4.9 15.1 16.1 0.0 9.9 0.0
Kelurahan 20.1 10.2 10.7 4.8 12.7 8.2 9.9 0.0 1.5
Pengepul 2.0 1.3 1.1 0.0 2.7 0.0 0.0 1.5 0.0
Number of convergences 130.5 79.7 83.3 45.9 92.4 66.1 82.9 78.2 8.6
Degree of convergence (%) 0.0
Tabel 6 menampilkan hasil analisis konvergensi aktor tersebut. Dari analisis konvergensi ini dapat
(3CAA) antar aktor (valued convergence). Matriks diketahui sejumlah kemungkinan terbentuknya
ini mengidentifikasikan sejumlah kesamaan posisi aliansi di antara para aktor. Berdasarkan Tabel 6
yang dimiliki para aktor terhadap tujuan dan terlihat bahwa DLH dengan KSM adalah aktor
keberhasilan program TPS 3R di Kota yang memiliki korelasi hubungan kepentingan
Pangkalpinang. Nilai dalam matriks tertinggi dengan koefisien konvergensi sebesar
mempresentasikan derajat konvergensi antara satu 22,8. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan
aktor dengan aktor lainnya. Semakin tinggi bahwa kerjasama dua aktor tersebut sangat erat
nilainya, maka semakin besar kesamaan dalam keberhasilan kinerja program TPS 3R.
kepentingan atau tujuan yang dimiliki oleh para
1293
Posisi aktor terkait dengan konvergensi mereka KSM memiliki tingkat paling kuat. Artinya, Ketika
terhadap aktor lainnya berdasarkan matriks kedua aktor komitmen membangun aliansi
konvergensi Tabel 6 akan dijelaskan lebih lanjut (kerjasama) maka besar kemungkinan keberhasilan
pada Gambar 9. Semakin besar nilai pada matriks program TPS 3R dapat tercapai. Kerjasama PLN
ditunjukkan dengan semakin tebal garis koneksi dan Pertamina dengan kedua aktor tersebut juga
pada peta, yang berarti bahwa semakin tinggi diharapkan dapat mendukung keberhasilan
tingkat konvergensi di antara mereka. Dari Gambar program.
9 terlihat bahwa tingkat konvergensi DLH dan
1296