Abstrak
Penggunaan plastik dalam kehidupan manusia menjadi persoalan yang harus
diselesaikan dengan tepat. Studi internasional berjudul “Plastic Waste Associated
with Disease on Coral Reefs” menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang
diproyeksikan paling banyak menebarkan sampah plastik ke laut dalam kurun waktu
2010-2025. Untuk menangani hal ini, pemerintah telah menetapkan berbagai
kebijakan hirarkis pusat-daerah. Sejauh ini, hasil dari kebijakan yang ada masih
kurang optimal karena plastik di Indonesia masih menjadi jenis sampah terbanyak
kedua yang tertimbun di TPA tanpa diproses. Saat ini kondisi TPA di Indonesia masih
mengedepankan aktivitas timbun (dumping) bukan aktivitas mengolah. Kementerian
Dalam Negeri sebagai poros pemerintah pusat di daerah, dipandang perlu untuk
mengkaji dan membina kebijakan pengelolaan sampah di pemerintahan daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis problematika dan implikasi kebijakan
pengelolaan sampah plastik di daerah. Berdasarkan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif, penelitian ini menemukan bahwa kebijakan
pengelolaan sampah plastik di daerah belum produktif karena kebijakan terkait di
berbagai tingkatan pemerintahan belum sinergi. Pemerintah, baik pusat dan daerah
menunjukkan indikasi perbaikan kebijakan pengelolaan sampah. Sejalan dengan itu,
pemerintah pusat disarankan untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut;
melakukan sinergi dan koordinasi lintas kementerian; integrasi kebijakan riset
teknologi; optimalisasi rapat koordinasi teknis antara Kemendagri dengan K/L terkait;
koordinasi dengan Kementerian Desa untuk membuka alternatif pembiayaan
pengelolaan sampah melalui dana desa; akselerasi kebijakan tipping fee bagi
pemerintah daerah; instruksi PKK di daerah untuk mendukung kebijakan
pengurangan sampah plastik berbasis masyarakat.
Kata Kunci: Kebijakan, Pengelolaan Sampah, Sampah Plastik, Pemerintah
Daerah
Abstract
Plastic usage in the society has become an issue that should be addressed correctly.
In an international study entitled Plastic Waste Associated with Disease on Coral
Reefs Indonesia were one of the most productive plastic polluters to the ocean by the
period of 2010-2025. In order to address it, The Government had enacted various
hirarchal policy be it, national- local. The result was far from optimal since Plastics
still placed to be the second largest waste with high possibilty unprocessed in the
landfill. The current condition of the landfill were vastly open dump instead of
processed management. Ministry of Home Affairs as the pivot of national government
in the regions, needs to learn and supervise waste management policies by the locals.
11
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
PENDAHULUAN
Pengelolaan sampah diartikan tidak dapat dicairkan kembali dengan cara
sebagai proses melakukan pengumpulan dipanaskan (Singh et al. 2019).
sampah, pengangkutan atau pemindahan, Meningkatnya penggunaan plastik
dan pemrosesan akhir. Berdasarkan dalam kehidupan manusia menjadi
pendekatan yang bersifat kewilayahan persoalan yang harus diselesaikan dengan
(regional) dan menyeluruh (terintegrasi), tepat. Peningkatan pemanfaatan plastik ini
pengelolaan sampah dapat dipahami lebih terjadi karena plastik bersifat ringan,
jauh dalam beberapa konsep sebagai praktis, ekonomis dan dapat meng-
upaya untuk mengantisipasi pengurangan gantikan fungsi dari barang-barang lain.
kuantitas sampah dalam koordinasi Sifat praktis dan ekonomis ini
dengan sektor ekonomi dan menyebabkan plastik sering dijadikan
perkembangan populasi; memilah, barang sekali pakai, sehingga ber-
mengumpulkan, dan meningkatkan kontribusi terhadap penambahan jumlah
sampah rumah tangga yang direalisasikan sampah plastik. Hal ini menyebabkan
dengan sudut pandang ekonomi dan masalah lingkungan yang serius.
ekologi; mengurangi tekanan-tekanan Studi bertajuk Plastic Waste
negatif yang dihasilkan dari pengelolaan Associated with Disease Coral Reefs yang
Tempat Pemrosesan Akhir dengan cara dilakukan Lamb et al. (2018)
optimalisasi pemrosesan akhir sampah memaparkan bahwa Indonesia
(ISWA 2017). Plastik adalah salah satu termasuk salah satu negara yang paling
jenis makromolekul yang dibentuk banyak menebarkan sampah plastik ke
dengan proses polimerisasi, yaitu proses laut dalam proyeksi waktu antara 2010-
penggabungan beberapa molekul 2025. Pemerintah telah menetapkan
sederhana (monomer) melalui proses berbagai kebijakan hirarkis pusat-daerah
kimia menjadi molekul besar untuk menangani masalah sampah plastik
(makromolekul atau polimer). Plastik di Indonesia, akan tetapi masih kurang
dapat dikelompokkan menjadi dua macam optimal. Hal ini terlihat dari besaran
yaitu thermoplastic dan thermosetting. jumlah sampah plastik yang masih
Thermoplastic adalah bahan plastik yang mendominasi sebesar 15% dari total
jika dipanaskan sampai temperatur sampah yang ada, dan menjadi 69% dari
tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk total sampah yang dikelola oleh Tempat
kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Pembuangan Akhir (TPA). (Direktorat
Sedangkan thermosetting adalah plastik Pengelolaan Sampah 2019).
yang jika telah dibuat dalam bentuk padat,
12
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)
50 44
40
30
20 15 13 11 8
10 3 2 2 2
0
13
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
14
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)
15
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
16
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)
17
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
18
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)
dihasilkan dari proses pengolahan sampah mengadaptasi kebijakan daerah lain, akan
Bank Sampah diangkut oleh UPTD tetapi kebijakan replikasi tanpa ada
Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup, dan landasan pemikiran dan konsep yang
sampah sungai diangkat oleh UPTD Dinas tegas cenderung menghasilkan kebijakan
Bina Marga. yang bersifat instan dan inefisien.
Bank Sampah Mustika Jaya telah Peraturan Menteri Lingkungan
melakukan pemilahan terhadap sampah Hidup (PermenLH) terkait 3R dalam
plastik, serta mengolah sampah dengan konteks Bank Sampah belum menjadi
menggunakan teknologi pencacah plastik pijakkan regulatif Kota Bekasi dalam
dan teknologi pengolahan sampah membentuk Perwali terkait Bank Sampah.
kemasan makanan dan minuman. Bank Hal ini dapat ditunjukkan berdasarkan
Sampah Mustika Jaya dapat dikatakan daftar regulasi yang dijadikan konsiderans
sebagai cikal bakal dari kebijakan Bank dalam Perwali bahwa PermenLH tidak
Sampah di Kota Bekasi. Terbitnya termasuk di dalamnya. Kemudian, dalam
Perwali yang mengatur bank sampah implementasinya, pendirian Bank
sangat dipengaruhi oleh eksistensi Bank Sampah bukan hal mudah karena stigma
Sampah Mustika Jaya. Upaya lain yang yang terlanjur berkembang di tengah
dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dalam masyarakat membuat Bank Sampah kerap
menekan peredaran sampah plastik adalah ditolak dimana-mana. Masyarakat
dengan memberlakukan pengawasan seringkali menganggap sampah sebagai
terhadap perizinan lingkungan musuh bersama. Kehadiran bank sampah
Pemerintah Kota Bekasi. sebagai tempatnya musuh bersama
Kebijakan pengelolaan sampah di tersebut dikuatirkan dapat menurunkan
Kota Bekasi baru dalam tahap Rancangan nilai terhadap lingkungan tempat
Perubahan Perwali (Ranperwali) terkait masyarakat bermukim. Selain itu, upaya
pengelolaan sampah plastik di Kota yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi
Bekasi yang mengarah pada penyediaan dalam menjalankan fungsi pengendalian
kantong plastik berbahan ramah dan pengawasan perizinan perlu
lingkungan. Norma yang diangkat oleh dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Pemerintah Kota Bekasi dalam Bukan rahasia umum bahwa salah satu
Ranperwali adalah penyediaan kantong patologi birokrasi yang lazim terjadi
plastik berbahan ramah lingkungan. adalah tumpulnya fungsi pemerintah
Ketentuan penyediaan kantong plastik daerah dalam melakukan pengendalian
berbahan ramah lingkungan masih dan pengawasan.
mencari bentuk akseptabilitasnya di Kota Bekasi termasuk salah satu
tengah masyarakat dan produsen kantong daerah yang beruntung karena memiliki
plastik. Ranperwali berada pada tahapan modal sosial dalam menegakkan
sosialisasi terhadap toko-toko ritel dan kebijakan pengelolaan sampah plastik.
produsen plastik. Kota Bekasi awalnya Cukup banyak komunitas pemerhati
menerapkan kebijakan kantong plastik lingkungan hidup yang menaruh concern
berbayar yang kemudian diganti dengan pada bantaran sungai sampai yang
kebijakan kantong plastik ramah berinisiatif untuk mengembangkan
lingkungan dan kantong alternatif ramah teknologi pengolahan sampah. Hanya saja
lingkungan lainnya. Instrumen kebijakan hal ini belum berdampak luas. Diperlukan
yang digunakan adalah Perwali yang baru, komitmen kuat untuk menyebarluaskan
padahal kelebihan instrumen kebijakan dan meningkatkan kualifikasi peranan
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) komunitas yang selama ini telah
juga tidak sedikit. Perda merupakan menunjukkan kontribusi. Kolaborasi
bentuk konsensus politik yang lebih luas, antara pemerintah-masyarakat-pelaku
karena isu sampah plastik menyentuh bisnis-perekayasa teknologi perlu
urusan-urusan di bidang perdagangan, dipadukan dalam kebijakan fasilitasi yang
perindustrian, UMKM, dan masih banyak tertata dan terukur.
lagi. Meskipun tidak salah untuk
19
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
20
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)
21
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
22
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)
hingga skala inisiatif komunitas. Meski peraturan terkait tipping fee. Organisasi
demikian masih belum optimal karena kemasyarakatan dibawah instruksi
terkendala kerjasama antara pemerintah Mendagri seperti PKK di tingkat Pusat
dengan badan usaha. perlu didorong untuk mendukung
Kelembagaan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan sampah plastik
pengelolaan sampah plastik secara di daerah.
nasional ada pada Kementerian Bagi pemerintah daerah seperti
Koordinator Kemaritiman sebagai leading Pemerintah Kota Bogor dan Kota Bekasi
sector. Secara konseptual, Kemenko dapat merancang bentuk sosialisasi
Kemaritiman belum terjustifikasi untuk tentang bahaya dan budaya memilah
memimpin koordinasi kebijakan sampah plastik yang lebih komunikatif
persampahan. Seharusnya sektor sebagai upaya peningkatan kesadaran
persampahan terletak di Kementerian kolektif masyarakat; menyiapkan regulasi
Koordinator Bidang Perekonomian. di daerah terkait upaya pengurangan dan
Perkembangan tata kelola sampah plastik penangganan sampah plastik;
di daerah juga terkendala oleh ambiguitas menjadwalkan penjemputan sampah
gugus tugas antara Dinas Lingkungan organik dan anorganik di lingkungan
Hidup dan Dinas Bina Marga. Adapun daerah; melibatkan aparatur kelurahan
peran komunitas masyarakat dan dan RT/RW dan ibu-ibu PKK untuk
korporasi di tingkat daerah cukup besar membumikan budaya 3R; meningkatkan
meskipun masih membutuhkan arahan koordinasi dan kerjasama antar SKPD
yang efektif. dalam upaya pengurangan timbulan
sampah plastik; mengintegrasikan
Rekomendasi
program pengelolaan sampah plastik
Pemerintah Pusat dibawah dengan program pendidikan dimulai dari
kepemimpinan Kementerian Koordinator usia dini; mengoptimalkan sarana dan
harus mensinergikan derap kebijakan prasarana pelayanan persampahan;
pengurangan sampah plastik serta meningkatkan kapasitas pengelola
menerjemahkan konsep ekonomi sirkular sampah plastik melalui pelatihan-
yang melibatkan tanggungjawab dari para pelatihan; dan menyiapkan sistem
produsen sampah plastik. Kebijakan yang pengawasan dan sanksi hukum secara
dilahirkan di tingkat nasional harus konsisten.
bersifat jangka panjang dan mudah
diterjemahkan di tingkat daerah. Arah UCAPAN TERIMA KASIH
integrasi kebijakan riset-teknologi perlu Penulis mengucapkan terima kasih
ditujukan pada kebijakan pengurangan kepada semua pihak yang telah
sampah. Pemerintah Pusat melalui mendukung dalam penulisan karya ilmiah
Kemendagri perlu memastikan Direktorat ini, antara lain Puslitbang Pembangunan
Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Keuangan Daerah BPP Kemendagri,
melaksanakan Rakortek secara efektif dan Para Peneliti Madya Puslitbang
efisien dalam menindaklanjuti aspirasi Pembangunan dan Keuangan Daerah
Kementerian LH dan Kementerian PU (selaku pembimbing), Kementerian
dan PR. Dalam rangka menjaga Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
ketersediaan pembiayaan layanan Indonesian Solid Waste Association
pengelolaan sampah plastik, alternatif (InSwa) Indonesia, para informan
sumber pembiayaan seperti Dana Desa penelitian, serta semua pihak yang tidak
perlu dimanfaatkan dibawah koordinasi dapat penulis sebutkan satu persatu atas
antara Ditjen Pemerintahan Desa dengan dukungannya dalam penyelesaian
Kementerian Desa. Dalam semangat yang naskah/penelitian ini.
sama, Ditjen Bina Keuangan Daerah juga
perlu mengawal akselerasi pembentukan
23
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24
DAFTAR PUSTAKA
Lingkungan 8 (2): 141–47.
Aryan, Yash, Yadav, Pooja, Ranjan, Sukha doi:http://dx.doi.org/10.25105/urbane
Samadder. 2019. “Life Cycle nvirotech.v8i2.1421.
Assessment of the Existing and
Proposed Plastic Waste Management Putra, Purnama, Yuriandala, Yebi. 2010.
Options in India: A Case Study.” “Studi Pemanfaatan Sampah Plastik
Journal of Cleaner Production 211: Menjadi Produk Dan Jasa Kreatif.”
1268–83. Jurnal Sains Dan Teknologi
Lingkungan 2 (1): 21–31.
Asteria, Donna, Heruman, Heru. 2016. doi:10.20885/jstl.vol2.iss1.art3.
“Bank Sampah sebagai Alternatif Sahwan, Firman Laili. 2005. “Sistem
Strategi Pengelolaan Sampah Pengelolaan Limbah Plastik Di
Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya Indonesia.” Teknologi Lingkungan 6
(Bank Sampah (Waste Banks) as an (1).
Alternative of Community-Based http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/i
Waste Management Strategy in ndex.php/JTL/article/view/418.
Tasikmalaya).” Jurnal Manusia Dan
Lingkungan 23 (1): 136–41. Singh, Rupinder, Inderpreet Singh,
Ranvijay Kumar, and G. S. Brar.
Eka Putri, Niluh Wiwik. 2019. 2019. “Waste Thermosetting Polymer
“Komunikasi Sosial dalam and Ceramic as Reinforcement in
Mensosialisasikan Penetapan Thermoplastic Matrix for
Kebijakan Gubernur Bali tentang Sustainability: Thermomechanical
Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Investigations.” Journal of Thermo-
Sekali Pakai.” Nomosleca 5 (1). plastic Composite Materials: 1-13.
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/n/ doi:10.1177/0892705719847237.
article/view/2783/pdf.
Solihin, Muhammad, dan Ronald
Hamdi, Muchlis. 2015. Kebijakan Publik: Parlindungan. 2018. “Implementasi
Proses, Analisis Dan Partisipasi. Program Pengangkutan Sampah di
Bogor: Ghalia Indonesia. Kota Batam Tahun 2017.” Trias
ISWA. 2017. “Waste Management Waste Politika 2 (2): 81–97.
Management.” UN Environment https://www.journal.unrika.ac.id/inde
Programme. x.php/jurnalpolitikdankebijakanpubl/
article/view/1470/1078.
Lebreton, Laurent; Andrady, Anthony.
2019. “Future Scenarios of Global Surono, Untoro Budi; Ismanto. 2016.
Plastic Waste Generation and “Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP,
Disposal.” Palgrave PET Dan PE Menjadi Bahan Bakar
Communications: 1 – 11. Minyak Dan Karakteristiknya.”
https://www.nature.com/articles/s415 Mekanika Dan Sistem Termal (JMST)
99-018-0212-7.pdf. 1 (1): 32–37. http://e-
journal.janabadra.ac.id/index.php/JM
Mulasari, Surahma Asti, Husodo, Adi ST/article/view/UNTORO/pdf_4.
Muhadjir, Noeng. 2014. “Kebijakan
Pemerintah Dalam Pengelolaan Wahyudin, Uud, Dedi Rumawan Erlandia.
Sampah Domestik.” Kesmas; 2019. “Pengembangan Model Inovasi
National Public Heallth Journal 8 (8). ‘Bank Sampah’ Berbasis Komunikasi
doi:http://dx.doi.org/10.21109/kesma Lingkungan.” Ilmu Komunikasi Idik 1
s.v8i8.412. (1): 49–61.
http://jurnal.idikunpad.com/index.php
Purwaningrum, Pramiati. 2016. “Upaya /jik/article/view/2.
Mengurangi Timbulan Sampah
Plastik di Lingkungan.” Teknik
24