Anda di halaman 1dari 14

JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

p-ISSN 2085-6091 | e-ISSN 2715-6656


No. Akreditasi: 36/E/KPT/2019

DINAMIKA, PROBLEMATIKA, DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN


PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK (STUDI KASUS KOTA BOGOR
DAN KOTA BEKASI)

DYNAMICS, PROBLEMS, AND IMPLICATIONS OF WASTE


MANAGEMENT POLICY (CASE STUDY ON CITIES OF BOGOR AND
BEKASI)

Suci Emilia Fitri1, Ray Ferza2


1,2
Badan Penelitian dan Pengembangan – Kementerian Dalam Negeri
Jl. Kramat Raya No, 132, Kenari- Jakarata Pusat, Indonesia
e-mail: uchy.kemendagri@gmail.com

Diserahkan: 13/12/2019 Diperbaiki: 13/03/2020; Disetujui 20/03/2020

Abstrak
Penggunaan plastik dalam kehidupan manusia menjadi persoalan yang harus
diselesaikan dengan tepat. Studi internasional berjudul “Plastic Waste Associated
with Disease on Coral Reefs” menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang
diproyeksikan paling banyak menebarkan sampah plastik ke laut dalam kurun waktu
2010-2025. Untuk menangani hal ini, pemerintah telah menetapkan berbagai
kebijakan hirarkis pusat-daerah. Sejauh ini, hasil dari kebijakan yang ada masih
kurang optimal karena plastik di Indonesia masih menjadi jenis sampah terbanyak
kedua yang tertimbun di TPA tanpa diproses. Saat ini kondisi TPA di Indonesia masih
mengedepankan aktivitas timbun (dumping) bukan aktivitas mengolah. Kementerian
Dalam Negeri sebagai poros pemerintah pusat di daerah, dipandang perlu untuk
mengkaji dan membina kebijakan pengelolaan sampah di pemerintahan daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis problematika dan implikasi kebijakan
pengelolaan sampah plastik di daerah. Berdasarkan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif, penelitian ini menemukan bahwa kebijakan
pengelolaan sampah plastik di daerah belum produktif karena kebijakan terkait di
berbagai tingkatan pemerintahan belum sinergi. Pemerintah, baik pusat dan daerah
menunjukkan indikasi perbaikan kebijakan pengelolaan sampah. Sejalan dengan itu,
pemerintah pusat disarankan untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut;
melakukan sinergi dan koordinasi lintas kementerian; integrasi kebijakan riset
teknologi; optimalisasi rapat koordinasi teknis antara Kemendagri dengan K/L terkait;
koordinasi dengan Kementerian Desa untuk membuka alternatif pembiayaan
pengelolaan sampah melalui dana desa; akselerasi kebijakan tipping fee bagi
pemerintah daerah; instruksi PKK di daerah untuk mendukung kebijakan
pengurangan sampah plastik berbasis masyarakat.
Kata Kunci: Kebijakan, Pengelolaan Sampah, Sampah Plastik, Pemerintah
Daerah

Abstract
Plastic usage in the society has become an issue that should be addressed correctly.
In an international study entitled Plastic Waste Associated with Disease on Coral
Reefs Indonesia were one of the most productive plastic polluters to the ocean by the
period of 2010-2025. In order to address it, The Government had enacted various
hirarchal policy be it, national- local. The result was far from optimal since Plastics
still placed to be the second largest waste with high possibilty unprocessed in the
landfill. The current condition of the landfill were vastly open dump instead of
processed management. Ministry of Home Affairs as the pivot of national government
in the regions, needs to learn and supervise waste management policies by the locals.

11
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

This research aimed to elaborate dynamics, problems, and implications of waste


management policy in regions. Based on qualitative method with descriptive
approach. this research found that local plastic management within the regions quiet
unproductive since several multilevel policies yet to be synergized. Government, be it
national or locals, indicated improvement in waste management policy at the regions.
In line with that, The National Government advised to take actions as the following;
interministeral coordinationl; research and technology integration; optimising
technical coordination forum between ministry of home affairs and other executive
organs; coordinate with rural ministry to open an alternative for waste improvement
by the village allocation fund; tipping fee acceleration policy for the local
government; PKK instruction to embrace society-based policy of waste reduction.
Keywords: Policy Public, Waste Management, Plastic Waste, Local Government

PENDAHULUAN
Pengelolaan sampah diartikan tidak dapat dicairkan kembali dengan cara
sebagai proses melakukan pengumpulan dipanaskan (Singh et al. 2019).
sampah, pengangkutan atau pemindahan, Meningkatnya penggunaan plastik
dan pemrosesan akhir. Berdasarkan dalam kehidupan manusia menjadi
pendekatan yang bersifat kewilayahan persoalan yang harus diselesaikan dengan
(regional) dan menyeluruh (terintegrasi), tepat. Peningkatan pemanfaatan plastik ini
pengelolaan sampah dapat dipahami lebih terjadi karena plastik bersifat ringan,
jauh dalam beberapa konsep sebagai praktis, ekonomis dan dapat meng-
upaya untuk mengantisipasi pengurangan gantikan fungsi dari barang-barang lain.
kuantitas sampah dalam koordinasi Sifat praktis dan ekonomis ini
dengan sektor ekonomi dan menyebabkan plastik sering dijadikan
perkembangan populasi; memilah, barang sekali pakai, sehingga ber-
mengumpulkan, dan meningkatkan kontribusi terhadap penambahan jumlah
sampah rumah tangga yang direalisasikan sampah plastik. Hal ini menyebabkan
dengan sudut pandang ekonomi dan masalah lingkungan yang serius.
ekologi; mengurangi tekanan-tekanan Studi bertajuk Plastic Waste
negatif yang dihasilkan dari pengelolaan Associated with Disease Coral Reefs yang
Tempat Pemrosesan Akhir dengan cara dilakukan Lamb et al. (2018)
optimalisasi pemrosesan akhir sampah memaparkan bahwa Indonesia
(ISWA 2017). Plastik adalah salah satu termasuk salah satu negara yang paling
jenis makromolekul yang dibentuk banyak menebarkan sampah plastik ke
dengan proses polimerisasi, yaitu proses laut dalam proyeksi waktu antara 2010-
penggabungan beberapa molekul 2025. Pemerintah telah menetapkan
sederhana (monomer) melalui proses berbagai kebijakan hirarkis pusat-daerah
kimia menjadi molekul besar untuk menangani masalah sampah plastik
(makromolekul atau polimer). Plastik di Indonesia, akan tetapi masih kurang
dapat dikelompokkan menjadi dua macam optimal. Hal ini terlihat dari besaran
yaitu thermoplastic dan thermosetting. jumlah sampah plastik yang masih
Thermoplastic adalah bahan plastik yang mendominasi sebesar 15% dari total
jika dipanaskan sampai temperatur sampah yang ada, dan menjadi 69% dari
tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk total sampah yang dikelola oleh Tempat
kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Pembuangan Akhir (TPA). (Direktorat
Sedangkan thermosetting adalah plastik Pengelolaan Sampah 2019).
yang jika telah dibuat dalam bentuk padat,

12
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)

50 44
40
30
20 15 13 11 8
10 3 2 2 2
0

Gambar 1. Komposisi Sampah di Indonesia Tahun 2018 (dalam %)


Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2019

Berdasarkan data pada Gambar 1, mancanegara, seperti yang dilakukan oleh


terlihat bahwa sampah plastik merupakan Aryan et al. (2019) di India dengan
sampah terbanyak kedua setelah sampah temuan bahwa pengelolaan sampah
sisa makanan. Sampah plastik plastik yang paling ramah lingkungan
kemungkinan besar masih tertimbun di adalah 1) pendaurulangan (recycle); 2)
TPA tanpa diproses karena kondisi TPA insinerasi dengan konservasi energi; 3)
di Indonesia yang masih mengedepankan insinerasi tanpa konservasi energi; dan 4)
aktivitas timbun (dumping), bukan penimbunan tanpa konservasi biogas.
aktivitas mengolah. Sementara dalam Lebreton dan Andrady (2019) mengkaji
khasanah kebijakan pengelolaan sampah, tentang proyeksi pertumbuhan sampah
sampah plastik memiliki karakterstik plastik dan mendapati negara dunia ketiga
tersendiri, dimana tata kelolanya sudah yang terletak di Afrika dan Asia sebagai
diawali dari perilaku produsen. Produsen produsen sampah plastik terbesar dan
sampah plastik perlu menyesuaikan investasi yang dilakukan oleh negara-
aktivitas produksinya dengan proyeksi negara tersebut terhadap infrastruktur
hasil produksinya agar tidak menjadi pengelolaan sampah disinyalir mampu
sampah atau polusi. menjawab persoalan polusi plastik di
Kementerian Dalam Negeri sebagai dunia.
poros pemerintah pusat di daerah, Studi terkait persampahan sebagai
dipandang perlu untuk mengkaji dan suatu kebijakan publik di Indonesia telah
membina kebijakan-kebijakan pengelola- dilakukan oleh Mulasari et al. (2014) yang
an sampah yang tumpuannya cukup mengkaji tentang kebijakan provinsial di
signifikan di pemerintahan daerah. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Ketentuan seperti lampiran UU No. 23 Dalam studi ini dipaparkan bahwa
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah kebijakan DIY dalam melakukan
mengamanatkan bahwa kabupaten/kota pengelolaan sampah adalah membentuk
wajib melakukan pengelolaan sampah badan/unit struktural di tiap kabupaten /
dibawah koordinasi Provinsi. Sejalan kota, meski demikian pengelolaan sampah
dengan hal tersebut, kebijakan di tingkat masih rendah kecuali di Kota Yogyakarta.
pemerintah daerah telah bermunculan Studi lain yang dilakukan oleh Solihin dan
dengan posisi 14 pemerintah daerah telah Parlindungan (2018) mengenai kebijakan
menetapkan regulasi untuk menekan laju spesifik dalam hal pengangkutan sampah,
produktivitas sampah plastik di wilayah menemukan bahwa keberhasilan program
yurisdiksinya. pengangkutan sampah di Kota Batam
Persoalan penanganan sampah bergantung pada faktor dalam indikator
plastik telah menjadi bahan kajian input-output.

13
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

Pada tataran komunikasi kebijakan dinamika, problematika, dan solusi


pengelolaan sampah, Wahyudin (2019) kebijakan pengelolaan sampah plastik di
mengkaji model bank sampah sebagai Kota Bogor dan Kabupaten Bekasi. Kedua
salah satu bentuk wadah komunikasi daerah ini dipilih untuk dianalisis karena
masyarakat dalam melakukan pengurang- merupakan kota satelit penunjang ibukota
an sampah di Kabupaten Sukabumi. Topik DKI Jakarta. Dua daerah ini merupakan
serupa juga telah dikaji oleh Asteria dan daerah yang padat penduduk dengan
Heruman (2016) yang mengatakan bahwa produktivitas sampah plastik cukup
bank sampah selain memberikan tinggi, oleh karena itu pemerintahnya
keuntungan ekonomi, juga memiliki daya telah menetapkan kebijakan eksekutif
ungkit bagi kinerja kesejahteraan sosial di berupa peraturan kepala daerah dalam
masyarakat karena keintegrasiannya rangka pengurangan sampah plastik di
mampu menjadi stimulus bagi kreativitas daerahnya.
dan inovasi masyarakat. Eka Putri (2019)
METODE PENELITIAN
dalam studinya menekankan bahwa
komunikasi sosial merupakan salah satu Penelitian ini menggunakan
upaya yang efektif untuk membumikan pendekatan kualitatif dengan metode
kebijakan Gubernur Bali dalam menekan deskriptif. Pengumpulan data primer
laju timbulan sampah plastik. Selain itu dilakukan dengan observasi ke lapangan
dari sisi kebijakan sampah plastik dan wawancara mendalam, serta Focused
berikutnya, Purwaningrum (2016) juga Group Discussion (FGD). Data sekunder
telah menelaah bahwa Kementerian LH berupa dokumen elektronik dan dokumen
dan Kehutanan mengedepankan fisik yang dikumpulkan dari lokasi
penanganan sampah dan pengurangan pengumpulan data. Narasumber FGD
sampah berdasarkan konsep Reduce terdiri dari 4 (empat) unsur, yaitu a) unsur
Reuse Recycle. Pemerintah Daerah (Pejabat Struktural
Studi yang terkait langsung sampah dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
plastik telah dilakukan oleh Sahwan Pekerjaan Umum, Dinas Perdagangan,
(2005) dengan temuan riset bahwa dan Dinas Perindustrian); b) Unsur swasta
institusi sektor privat telah memulai (komunitas peduli lingkungan dan
kegiatan pendaurulangan sampah khusus masayarakat yang berada di lokus
plastik lebih dahulu dibandingkan sektor penelitian dan terlibat aktif dalam
publik, terutama di kota-kota besar. pengelolaan sampah plastik); c) unsur
Aktivitas tersebut mampu menekan pengusaha /swasta terkait; dan d) Unsur
potensi kerusakan lingkungan dan juga komunitas dan akademisi.
menciptakan lapangan kerja baru. Putra Untuk menjamin keabsahan semua
dan Yuriandala (2010) menyatakan bahwa data kualitatif, peneliti menggunakan
sampah plastik sebagai salah satu proses triangulasi, yaitu melalui
komposisi jenis sampah yang terbesar klarifikasi dan mengkaitkan dengan
mengandung potensi kerusakan namun penelitian terdahulu dan/atau dari data
pada saat yang bersamaan juga sekunder. Data yang terkumpul diolah
menyimpan potensi ekonomi jika diguna dengan merangkum dan memilih hal-hal
ulang secara kreatif. Dalam dimensi sains, yang dianggap penting serta dicari tema
Surono (2016) menyajikan berbagai dan polanya. Penyajian data dilakukan
metode konversi sampah plastik menjadi dengan cara mendeskripsikan hasil
bahan bakar. Studinya menggagas bahwa observasi dan wawancara yang
plastik yang ditermalisasi mampu menjadi dituangkan dalam bentuk uraian dengan
bahan bakar alternatif. teks naratif dan didukung oleh dokumen,
Berdasarkan latar belakang yang foto, maupun gambar sebagai dasar untuk
telah dipaparkan sebelumnya, maka menarik kesimpulan.
kajian ini bertujuan untuk menganalisis

14
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)

HASIL DAN PEMBAHASAN regulasi menyebabkan terjadinya potensi


ketidakpastian bisnis). Hal ini sekurang-
Dinamika dan Problematika
kurangnya telah mengganjal harapan Kota
Pengelolaan Sampah di Kota Bogor
Bogor untuk memiliki teknologi yang
Pengelolaan sampah plastik di Kota bersifat masif dan sistematis dalam
Bogor pada dasarnya belum menerapkan memproses akhir sampah plastik. Kota
kebijakan khusus yang komprehensif. Bogor menaruh harapan besar terhadap
Pengelolaan sampah di Kota Bogor masih TPA Regional Nambo karena kondisi
dipahami dalam dikotomi pengelolaan TPA Galuga saat ini sudah kelebihan
sampah organik dan anorganik. Sampah kapasitas.
plastik dikategorikan sebagai anorganik Perwali Nomor 61 Tahun 2018
sehingga intervensi kebijakan terhadap tentang Pengurangan Kantong Plastik di
pengelolaan sampah plastik sama dengan Kota Bogor diinisiasi oleh Wali Kota
pengelolaan sampah anorganik. Satu- Bogor Bima Arya. Terbitnya Perwali
satunya kebijakan khusus yang tersebut dilatarbelakangi empati Wali
dikeluarkan dalam rangka mengelola Kota Bogor dalam merespon peristiwa
sampah plastik di Kota Bogor adalah ikan paus mati dengan perut yang
kebijakan BOTAK (Bogor Tanpa dipenuhi oleh kantong plastik. Kantong
Kantong Plastik) yang dipayungi regulasi plastik yang mayoritas bersumber dari
Perwali Nomor 61 Tahun 2018 tentang tempat perbelanjaan diatur melalui
Pengurangan Kantong Plastik. Perwali Nomor 61 Tahun 2018 dengan
Sebelumnya, Pemerintah Kota Bogor intensi kebijakan terletak pada pusat
menyatakan bahwa pada yurisdiksi Kota perbelanjaan dan pertokoan modern.
Bogor pernah berlaku ketentuan untuk Terbentuknya Perwali ini, praktis
membayar kantong plastik di setiap toko membuat pusat perbelanjaan dan
modern namun ketentuan tersebut tidak pertokoan modern tidak lagi menyediakan
berjalan efektif dan kemudian diganti kantong plastik melainkan menawarkan
dengan Perwali Nomor 61 Tahun 2018. kantong plastik ramah lingkungan atau
Hal ini sejalan dengan pernyataan dari kantong alternatif lain. Pada tataran
bapak Sekretaris Dinas Kementerian implementasi, pertokoan modern
Lingkungan Hidup (dalam kutipan cenderung mengenakan biaya tertentu
wawancara) bahwa Wali Kota Bogor pada calon pembeli. Sejauh ini kebijakan
sangat berkomitmen terhadap Kota Bogor berjalan cukup efektif.
pengurangan sampah plastik, maka dari Sebanyak 41 ton sampah plastik mampu
itu setahun yang lalu jajaran pemerintah dikurangi dalam waktu 3 bulan semenjak
Kota Bogor sudah berdiskusi dan diberlakukannya Perwali tersebut. Pusat
merancang Perwali tentang pengurangan perbelanjaan di Kota Bogor, seperti pasar
sampah plastik salah satunya dengan modern dan perbelanjaan cinderamata di
menerapkan kantong plastik berbayar di Kota Bogor sudah tidak menyediakan
wilayah Kota Bogor. kantong plastik bagi pembelinya. Selain
Kota Bogor merupakan salah satu itu, di lingkungan internal Perangkat
Daerah yang mengadakan kerjasama antar Daerah Kota Bogor, penggunaan
Daerah dalam Kerjasama Pemda dengan minuman berkemasan plastik sudah
Badan Usaha di Provinsi Jawa Barat di dibatasi bahkan para undangan kegiatan
bidang Persampahan. Kerjasama tersebut rapat diimbau untuk membawa alat
ditengarai bernilai sangat besar. minum masing-masing.
Teknologi yang akan digunakan Partisipasi masyarakat Kota Bogor
merupakan teknologi thermal Pembangkit dalam pengelolaan sampah plastik di Kota
Listrik Tenaga Sampah berbasiskan Bogor cukup intensif. Masyarakat Sunda
Refuse Derived Fuel. Belakangan Proyek Kota Bogor yang berkarakter guyub
kerjasama ini belum juga mencapai tahap (ngariung) telah mendorong kebijakan
operasional karena terhambat pada pengurangan sampah plastik di Kota
masalah bank ability (Ketidaksiapan Bogor. Bahkan, dapat dikatakan bahwa

15
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

embrio dari kebijakan pengurangan masyarakat, yaitu beberapa kelompok


sampah plastik Kota Bogor berasal dari masyarakat yang awalnya aktif
gerakan yang diprakarsai oleh aktivis belakangan tidak lagi bersemangat dalam
lingkungan di Kota Bogor. Para aktivis melancarkan gerakan di bidang
yang tergabung dalam komunitas jaringan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
internasional Earth Hour telah mencipta- pemerintah perlu menjaga
kan gerakan ‘Begal Plastik’. Gerakan keberlangsungan patisipasi kelompok
‘Begal Plastik’ merupakan aktivitas masyarakat dan memfasilitasi sinergitas
Komunitas Earth Hour dalam mengurangi antar stakeholder’s agar tetap semangat
sampah plastik dengan cara mendatangi membenahi pengelolaan sampah plastik
para pembeli di pusat perbelanjaan Kota secara lebih terarah. Kebijakan khusus
Bogor untuk menawarkan kantong guna berikutnya yang dapat dilakukan adalah
ulang (reusable bag). Kantong belanja optimalisasi unsur masyarakat dalam
dimodifikasi dari kaos bekas yang sudah pengelolaan sampah plastik di Kota
tidak terpakai sebagai alternatif pengganti Bogor.
kantong plastik untuk berbelanja. Para Secara umum, pengelolaan sampah
pembelanja di Kota Bogor teredukasi di Kota Bogor belum terlaksana secara
untuk menggunakan kantong yang ramah utuh. Pengelolaan sampah terdiri dari
lingkungan dan mampu mengurangi penanganan dan pengurangan. Untuk
penggunaan plastik dalam keseharian- penanganan terdiri dari pemilahan,
nya. Gerakan Begal Plastik ini merupakan pengumpulan, pengangkutan,
salah satu komitmen dan wujud nyata pengolahan, dan pemrosesan akhir.
yang diterapkan oleh komunitas sebagai Sedangkan pengurangan terdiri dari
mitra Pemerintah Kota Bogor dalam pembatasan timbulan sampah, pendauran
menegakkan Perwali yang sudah ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
ditetapkan. sampah. Pemerintah Kota Bogor telah
Selain itu, masyarakat Kota Bogor mengembangkan pengelolaan sampah
juga terlibat dalam aktivitas Bank organik menggunakan teknologi
Sampah, Pembentukan Biopori, dan composting. Sedangkan untuk sampah
Bersih-bersih Sungai. Aktivitas-aktivitas plastik termasuk sampah anorganik
tersebut termanifestasi dalam suatu berjalan dalam skala rendah dan sporadik,
komunitas seperti Masyarakat Peduli begitu pula tahap pengolahan dan
Cidempit. Sungai Cidempit sebagai salah pemrosesan akhir. Hal ini terindikasi dari
satu sungai di Kota Bogor betul-betul TPA Galuga yang masih bersifat open
dijaga kelestariannya oleh Komunitas dumping dan belum ada intervensi
MDC. Komunitas MDC juga melakukan teknologi.
pemilahan terhadap sampah plastik serta Sampah plastik falam perspektif
turut mengembangkan Bank Sampah. teknologi, telah diupayakan untuk diolah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor dengan menggunakan teknologi.
secara langsung juga membentuk Bank Beberapa diantara semua TPS3R yang
Sampah Induk yang dikenal sebagai dimiliki Kota Bogor, telah memiliki
SIABIBA. Sejauh ini di Kota Bogor sudah teknologi untuk mengolah sampah plastik.
tersebar 40 Bank Sampah yang dibentuk Teknologi tersebut antara lain mengubah
oleh masyarakat namun di bawah sampah plastik menjadi gas (gasifikasi).
pembinaan Dinas Lingkungan Hidup. Hanya saja, manfaat yang dapat dirasakan
Pemerintah Kota Bogor mengaku dari teknologi tersebut belum siginfikan
memiliki potensi yang cukup besar di karena penggunaannya pun belum masif
tingkatan masyarakat dalam mengem- dan belum diterakan secara
bangkan kebijakan terkait pengurangan sistematis. Permasalahan umum yang ada
sampah plastik. di Indonesia adalah masih kurangnya
Kendala yang ada di sektor keterlibatan teknologi dalam keseluruhan
partisipasi masyarakat adalah terdapat siklus pengelolaan sampah. Teknologi
dinamika laju keterlibatan kelompok yang dimaksud meliputi pengaplikasian

16
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)

teknologi dalam pengelolaan sampah Pada tingkatan dunia usaha,


plastik oleh SKPD yang bergerak di Pemerintah Kota Bogor memanfaatkan
bidang penelitian dan pengembangan. CSR sebagai instrumen pembiayaan
Hingga saat ini belum ada pengaplikasian dalam melakukan sosialisasi, terutama
teknologi skala massif di pengolahan sosialisasi Perwali Nomor 61 Tahun 2018.
sampah plastik. Korporasi-korporasi di Kota Bogor
Keterbatasan teknologi juga sedang mengawali terwujudnya ekonomi
mengakibatkan implementasi sirkular dengan bertanggung jawab pada
pengurangan sampah di Kota Bogor sampah yang dihasilkan. Contohnya
hanya terbatas pada pembatasan timbulan perusahaan minuman kemasan Danone
sampah dan pemanfaatan kembali mengeluarkan kebijakan berupa
sampah. Sedangkan pendauran ulang penukaran botol sampah plastik Danone.
sampah belum dapat dilakukan secara Dalam rangka memperkuat pengelolaan
masif dan sistematis. Pendauran ulang sampah plastik, Pemerintah Kota Bogor
sampah hanya terlaksana dengan dapat megupayakan pemanfaatan dana
teknologi yang belum resmi. Pemerintah CSR yang lebih terarah seperti pengadaan
Kota Bogor (sebagaimana yang menjadi infrastruktur persampahan dan teknologi
sikap dari pemerintah pusat) dalam pengolahan sampah plastik.
membatasi timbulan sampah plastik, Pemerintah Kota Bogor juga tengah
menerapkan ketentuan terhadap aktivitas bersiap menyebarluaskan peredaran
usaha di lingkungan usaha dan melakukan bahan plastik ramah lingkungan. Sesuai
pengawasan terhadap pelaksanaan dengan amanat Perwali bahwa kantong
ketentuan tersebut. belanja dapat diciptakan dengan bahan
Koordinasi yang dilakukan untuk yang ramah lingkungan. Kini di
mengaktualisasikan kebijakan pengelola- lingkungan Kota Bogor tengah muncul
an sampah plastik dilakukan antara SKPD kantong plastik berbahan singkong
yang membidangi Lingkungan Hidup, sehingga permasalahan kantong plastik
Perdagangan, Bina Marga dan Perusahaan belanja yang sulit diurai dapat teratasi.
Daerah (PD) Pasar. PD Pasar Pemerintah Kota Bogor menginginkan
bertanggungjawab untuk produktivitas kantong plastik belanja berbahan
sampah plastik yang berlangsung di area singkong tersebut dapat digunakan secara
pasar tradisional. Koordinasi dengan Bina luas oleh masyarakat yang berbelanja di
Marga terkait sampah yang mencemari Kota Bogor. Penyediaan kantong ramah
sungai-sungai Kota Bogor. Dinas Bina lingkungan yang masif terhambat oleh
Marga yang mengangkat sampahnya, belum adanya komitmen di tingkat Pusat.
kemudian Lingkungan Hidup melalui truk Interpretasi pihak tertentu terhadap
pengangkut sampah mengangkutnya ketentuan dalam KUH Perdata bahwa
sampai ke tempat pembuangan. aktivitas jual beli mewajibkan para
Sedangkan Dinas Perdagangan dalam penjual untuk menyediakan kantong
garis koordinasi untuk mengendalikan belanja gratis dapat membatasi kebijakan
peredaran sampah di pusat perbelanjaan Perwali Kota Bogor di kemudian hari.
dan memastikan perizinan yang Aktivitas produksi kantong plastik ini
berkesesuaian dengan prinsip ramah selain terkait hajat hidup orang banyak
lingkungan (baik itu dalam konteks juga melibatkan banyak pihak dalam
ketersediaan AMDAL dan kepatuhan rantai distribusinya. Perlu dipikirkan
ketentuan pengelolaan sampah di bagaimana arah kebijakan ke depan antara
lingkungan usaha). Pemerintah Kota produsen kantong plastik, ritel, hingga
Bogor juga melakukan koordinasi intensif masyarakat.
dengan Kelurahan-kelurahan dalam Kota Bogor memang belum
rangka pelibatan normalisasi sungai mengalami dinamika yang berarti dalam
ciliwung bersama komunitas masyarakat politik dan bisnis ketika menerapkan
yang peduli akan sungai. kebijakan khusus terkait sampah plastik.
Produk kebijakan Kota Bogor yang masih

17
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

bersifat Perwali harus memperoleh Wali Kota tersebut adalah menghimbau


legitimasi yang cukup dari DPRD selaku setiap perangkat daerah untuk membatasi
unsur politik di daerah untuk penggunaan plastik dalam setiap kegiatan
mengantisipasi kemungkinan gejolak (bersifat internal organisasi perangkat
politik dan gejolak dunia usaha. daerah). Salah satu cara membatasi
Kebijakan dalam Perwali telah penggunaan plastik adalah dengan
mengandung ketentuan yang baik seperti menggunakan alat minum masing-masing
penyediaan kantong belanja alternatif dan pada saat rapat. Instruksi Wali Kota
pengenaan biaya bagi kantong plastik Bekasi yang membatasi penggunaan
ramah lingkungan/alternatif oleh industri plastik dalam setiap kegiatan juga belum
ritel. Meski demikian, masih ada ritel bisa dikatakan sempurna karena realisasi
yang memberikan kantong plastik yang dari kebijakan tersebut hanya membatasi
tidak ramah lingkungan. penggunaan alat minum. Sebelumnya,
Paket kebijakan pengelolaan Pemerintah Kota Bekasi pernah
sampah plastik di Kota Bogor masih menerapkan kebijakan kantong plastik
belum spesifik dan komprehensif. berbayar di ritel modern sejumlah
Pengelolaan sampah plastik masih Rp.200,- / kantong plastik.
termasuk dalam pengelolaan sampah Kebijakan yang dapat diandalkan
anorganik. Hal ini ditegaskan dengan untuk menekan laju peredaran sampah
penetapan Perwali yang memang hanya plastik adalah optimalisasi Bank Sampah
ditujukan pada pengurangan penggunaan melalui Program 1000 Bank Sampah yang
sampah plastik. Padahal sampah plastik dimulai dari tahun 2017. Pemerintah Kota
membutuhkan perlakuan khusus, bukan Bekasi sejauh ini telah mempunyai 220
hanya dipilah dan masuk kategori sampah Bank Sampah. Hal-hal terkait Bank
anorganik. Pengawasan pengelolaan Sampah Kota Bekasi diatur dengan
sampah di lingkungan usaha masih Peraturan Wali Kota Nomor 10.A Tahun
terfokus pada sampah pada umumnya, 2017 tentang Kedudukan, Susunan
meski sudah berjalan dengan baik. Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsinya
Pemerintah Kota Bogor memiliki satu unit serta Tata Kerja pada Bank Sampah Induk
kerja khusus setingkat eselon 4 untuk Patriot Bekasi. Berdasarkan Perwali
melakukan pengawasan dan pengendali- tersebut Bank Sampah terdiri dari enam
an. Setidaknya dengan potensi seperti ini, koordinator wilayah yaitu a) wilayah
perizinan lingkungan usaha terkait Kecamatan Medan Satria dan Bekasi
pengelolaan usaha seyogyanya dapat Utara; b) wilayah Kecamatan Bekasi
menyentuh persoalan spesifik sampah. Barat dan Bekasi Selatan; c) wilayah
Pemerintah kota dapat menambah Kecamatan Bekasi Timur dan
ketentuan izin usaha dengan pembatasan Rawalumbu; d) wilayah Kecamatan
penggunaan sampah plastik atau Mustika Jaya dan Bantargebang; e)
kebijakan progresif sejenis. wilayah Kecamatan Pondok Melati dan
Pondok Gede; f) Wilayah Kecamatan Jati
Dinamika dan Problematika
Asih dan Jati Sampurna.
Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi
Bank Sampah merupakan organ
Pengelolaan sampah plastik di Kota yang sangat penting dalam siklus
Bekasi merupakan bagian dari pengelolaan sampah. Organ ini
pengelolaan sampah secara umum. merupakan wadah kolaborasi antara unsur
Sampah plastik diperlakukan masyarakat dan pemerintah. Peranannya
sebagaimana pengelolaan pada sampah pun cukup signifikan, mendorong
anorganik dalam lingkup sampah rumah kolaborasi masyarakat-pemerintah-bisnis
tangga dan sampah sejenis sampah rumah pada aspek pemilahan sampah,
tangga. Kebijakan spesifik Kota Bekasi pemrosesan sampah, dan peningkatan
yang memiliki relevansi dengan keekonomian sampah. Pada prakteknya,
pengelolaan sampah plastik hanya berupa operasional Bank Sampah dibantu oleh
instruksi Wali Kota. Esensi dari instruksi UPTD dari SKPD terkait. Residu yang

18
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)

dihasilkan dari proses pengolahan sampah mengadaptasi kebijakan daerah lain, akan
Bank Sampah diangkut oleh UPTD tetapi kebijakan replikasi tanpa ada
Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup, dan landasan pemikiran dan konsep yang
sampah sungai diangkat oleh UPTD Dinas tegas cenderung menghasilkan kebijakan
Bina Marga. yang bersifat instan dan inefisien.
Bank Sampah Mustika Jaya telah Peraturan Menteri Lingkungan
melakukan pemilahan terhadap sampah Hidup (PermenLH) terkait 3R dalam
plastik, serta mengolah sampah dengan konteks Bank Sampah belum menjadi
menggunakan teknologi pencacah plastik pijakkan regulatif Kota Bekasi dalam
dan teknologi pengolahan sampah membentuk Perwali terkait Bank Sampah.
kemasan makanan dan minuman. Bank Hal ini dapat ditunjukkan berdasarkan
Sampah Mustika Jaya dapat dikatakan daftar regulasi yang dijadikan konsiderans
sebagai cikal bakal dari kebijakan Bank dalam Perwali bahwa PermenLH tidak
Sampah di Kota Bekasi. Terbitnya termasuk di dalamnya. Kemudian, dalam
Perwali yang mengatur bank sampah implementasinya, pendirian Bank
sangat dipengaruhi oleh eksistensi Bank Sampah bukan hal mudah karena stigma
Sampah Mustika Jaya. Upaya lain yang yang terlanjur berkembang di tengah
dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dalam masyarakat membuat Bank Sampah kerap
menekan peredaran sampah plastik adalah ditolak dimana-mana. Masyarakat
dengan memberlakukan pengawasan seringkali menganggap sampah sebagai
terhadap perizinan lingkungan musuh bersama. Kehadiran bank sampah
Pemerintah Kota Bekasi. sebagai tempatnya musuh bersama
Kebijakan pengelolaan sampah di tersebut dikuatirkan dapat menurunkan
Kota Bekasi baru dalam tahap Rancangan nilai terhadap lingkungan tempat
Perubahan Perwali (Ranperwali) terkait masyarakat bermukim. Selain itu, upaya
pengelolaan sampah plastik di Kota yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi
Bekasi yang mengarah pada penyediaan dalam menjalankan fungsi pengendalian
kantong plastik berbahan ramah dan pengawasan perizinan perlu
lingkungan. Norma yang diangkat oleh dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Pemerintah Kota Bekasi dalam Bukan rahasia umum bahwa salah satu
Ranperwali adalah penyediaan kantong patologi birokrasi yang lazim terjadi
plastik berbahan ramah lingkungan. adalah tumpulnya fungsi pemerintah
Ketentuan penyediaan kantong plastik daerah dalam melakukan pengendalian
berbahan ramah lingkungan masih dan pengawasan.
mencari bentuk akseptabilitasnya di Kota Bekasi termasuk salah satu
tengah masyarakat dan produsen kantong daerah yang beruntung karena memiliki
plastik. Ranperwali berada pada tahapan modal sosial dalam menegakkan
sosialisasi terhadap toko-toko ritel dan kebijakan pengelolaan sampah plastik.
produsen plastik. Kota Bekasi awalnya Cukup banyak komunitas pemerhati
menerapkan kebijakan kantong plastik lingkungan hidup yang menaruh concern
berbayar yang kemudian diganti dengan pada bantaran sungai sampai yang
kebijakan kantong plastik ramah berinisiatif untuk mengembangkan
lingkungan dan kantong alternatif ramah teknologi pengolahan sampah. Hanya saja
lingkungan lainnya. Instrumen kebijakan hal ini belum berdampak luas. Diperlukan
yang digunakan adalah Perwali yang baru, komitmen kuat untuk menyebarluaskan
padahal kelebihan instrumen kebijakan dan meningkatkan kualifikasi peranan
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) komunitas yang selama ini telah
juga tidak sedikit. Perda merupakan menunjukkan kontribusi. Kolaborasi
bentuk konsensus politik yang lebih luas, antara pemerintah-masyarakat-pelaku
karena isu sampah plastik menyentuh bisnis-perekayasa teknologi perlu
urusan-urusan di bidang perdagangan, dipadukan dalam kebijakan fasilitasi yang
perindustrian, UMKM, dan masih banyak tertata dan terukur.
lagi. Meskipun tidak salah untuk

19
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

Positifnya sinyal kolaboratif antar dari pertengahan tahun 2018 sampai


stakeholder juga ditunjukkan dalam pertengahan tahun 2019 tidak ada
bentuk penyaluran CSR terhadap berbagai kemajuan yang berarti selain rapat-rapat
kegiatan korporasi. Sumberdaya finansial yang dikoordinasikan oleh Kementerian
yang terbentuk melalui kanal korporasi Koordinator Bidang Kemaritiman.
seperti CSR ini perlu dikelola dengan Teknologi yang selama ini telah
baik. Independensi pemerintah daerah diterapkan pada tingkatan bank sampah
harus tampak dalam pengelolaan CSR. atau di TPST tertentu seperti di Bekasi
CSR juga perlu diarahkan pada pengadaan Utara belum bersifat masif. Jelas berbeda
sarana prasarana persampahan, tidak dengan teknologi yang ditujukan dalam
hanya berupa sponsor pada kegiatan regulasi perpres. Tanpa teknologi yang
sosialisasi. Sampai hari ini, pemerintah teruji, signifikan dan berdampak massif,
daerah masih kurang memiliki sarana pengelolaan sampah plastik di Kota
prasarana persampahan, seperti truk Bekasi berakselerasi dengan lambat.
sampah dan tempat sampah. Manajemen sumberdaya manusia yang
Koordinasi antara Dinas mengadopsi nilai right man at the right
Lingkungan Hidup dan Dinas Bina Marga place juga belum terepresentasikan dalam
sebagaimana amanah lampiran UU distribusi SDM di perangkat Dinas LH
No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah Kota Bekasi. Sejauh ini SDM pada Dinas
layak diperhatikan. Pemerintah Kota LH didominasi oleh Sarjana Ilmu Sosial.
Bekasi belum memiliki garis koordinasi Penunjukkan Kementerian
yang tegas antara LH dan Bina Marga. Koordinator Bidang Kemaritiman sebagai
Selama ini bentuk koordinasi diantara koordinator utama dari realisasi Perpres
keduanya sebatas pengelolaan sampah di 35/2018 juga menjadi tanda tanya
sungai padahal Bina Marga menurut UU tersendiri mengingat persoalan sampah
23/2014 diamanatkan untuk menyediakan dan PLTSa lebih condong kepada urusan
sistem pengelolaan persampahan. Kementerian Koordinator Bidang
Kemudian jika memerhatikan tugas pokok Ekonomi. Jika diurai Kementerian terkait
dan fungsi Bina Marga, perangkat daerah seperti Lingkungan Hidup (menangani
ini sebenarnya bertanggungjawab tidak Sampah), Kementerian Keuangan
hanya terhadap sungai tetapi juga medan- (Investasi), Kementerian Perindustrian
medan lainnya. Penindaklanjutan amanah (menangani indsutri persampahan),
Perpres 35/2018 dalam relasi pusat daerah Kementerian ESDM (energy terbarukan),
masih jalan di tempat. Mesin kebijakan Kementerian BUMN (menangani PLN,
pada perangkat daerah dan pusat untuk energy listrik dari sampah) secara
seharusnya bersinergi untuk melaksana- garis koordinasi berada di bawah naungan
kan ketentuan-ketentuan dalam Perpres Kementerian Koordinator bidang
ini. Perekonomian.
Karakteristik dari sampah plastik Komunitas yang tergerak untuk
yang sulit terurai memang membutuhkan mengelola sampah di Kota Bekasi adalah
intervensi teknologi thermal. Pengadaan komunitas-komunitas yang tergabung
intervensi teknologi thermal melalui dalam aktivitas Bank Sampah.
PLTSa pada beberapa kota dilakukan Waste4Change merupakan salah satu
secara komprehensif melalui terbitnya komunitas yang mendukung pengelolaan
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 sampah plastik. Komunitas tersebut
tentang Percepatan Pembangunan PLTSa, membantu pengolahan sampah di Bank
regulasi yang menunjang pelaksanaan Sampah Mustika Jaya dengan mengolah
tahapan pemrosesan akhir sampah. menjadi produk yang dapat digunakan.
Berdasarkan Perpres tersebut, Kota Keterlibatan korporasi dalam
Bekasi dinominasikan sebagai salah satu pembenahan lingkungan terutama pada
kota yang akan dijadikan pilot project. sampah plastik cukup intensif di Kota
Perkembangan pelaksanaan dari Perpres Bekasi. Perusahaan Danone salah satu
tersebut seperti jalan di tempat. Tercatat yang turut terlibat dalam mengedepankan

20
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)

tanggungjawab terhadap plastik kemasan KPDBU Proyek TPPAS Nambo


minuman, sepeti di Kota Bogor. Para harus segera dirampungkan karena hal ini
penggiat pengolahan sampah plastik yang berkaitan dengan pemrosesan sampah
bekerjasama dengan Bank Sampah dapat secara umum, termasuk sampah plastik.
menukarkan sampah plastik menjadi uang Pemerintah Pusat melalui Kementerian
kepada pihak perusahaan Danone. Selain Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan
Perusahaan Danone, PT. Pegadaian juga Hidup dan Kementerian ESDM perlu
menawarkan penukaran emas dengan menginstruksikan para pemerintah daerah
sampah plastik. Perusahaan PT. BJB dan dan para pelaku usaha yang terlibat dalam
dan Bank BTN juga berpartisipasi dengan proyek TPPAS Nambo untuk segera
memberikan sarana dan prasarana menetapkan financial close agar bisa
persampahan. segera melaju ke tahap operasional.
Pemerintah Kota Bogor perlu
Implikasi Kebijakan Kota Bogor
mengintegrasikan ketentuan-ketentuan
Pemerintah Kota Bogor perlu yang berkaitan dengan pengelolaan
mengatur regulasi pengelolaan sampah sampah plastik pada suatu kebijakan
plastik dalam produk hukum setingkat perizinan usaha. Selama ini dokumen
Perda, agar dapat mencakup aturan yang perizinan sudah mensyaratkan AMDAL
lebih luas untuk jangka waktu panjang, dan ketentuan pemilahan pada wilayah
serta legitimasi politik yang lebih holistik. usaha. Ke depan pemerintah daerah perlu
DPRD setidaknya turut mengambil peran mempertimbangkan mengintegrasikan
konkrit dalam perumusan kebijakan. regulasi seperti pembatasan produksi
Kebijakan harus meliputi pengaturan sampah plastik di lingkungan usaha,
bahan dasar plastik yang baik, retribusi pengurangan sampah plastik di
ideal terkait sampah plastik, koordinasi lingkungan usaha, dan insentif/disinsentif
pengelolaan sampah plastik, model bisnis bagi pelaku usaha yang memiliki
pengelolaan sampah plastik, pengawasan kebijakan progresif terkait pengelolaan
peredaran sampah plastik, sarana sampah plastik.
prasarana penunjang pengelolaan sampah Dalam rangka mengoptimalkan
plastik, dan seterusnya. Implikasi manfaat dari dana CSR untuk infrastruktur
berikutnya adalah Pemerintah Kota Bogor pengelolaan sampah plastik. Pemerintah
harus mampu untuk mengembangkan Kota Bogor sekiranya dapat membentuk
ekosistem yang komprehensif bagi forum bersama terkait penggunaan dana
masyarakat melalui penguat perizinan CSR terutama untuk membangun
kegiatan masyarakat yang sesuai dengan infrastruktur pengelolaan sampah
semangat pengelolaan sampah plastik. plastik. Pemerintah Kota dapat
Mekanisme insentif-disinsentif dan membentuk semacam konsorsium
reward-punishment bagi kelompok independen untuk mengumpulkan dana
masyarakat yang berkecimpung dalam CSR dengan prioritas penggunaan
lingkungan hidup juga perlu difasilitasi diarahkan pada pengadaan infrastruktur
untuk masuk di dalam kebijakan daerah. persampahan. Pengembangan produksi
TPS3R harus mempunyai prosedur kantong plastik ramah lingkungan dapat
tetap dalam menjalankan atau dilakukan dengan mengupayakan standar
mengoperasikan teknologi pengelolaan atau kriteria tertentu bagi peredaran
sampah yang feasible dan sustainable. kantong plastik di Kota Bogor. Salah
Perangkat Daerah yang membidangi satunya dengan cara menginisiasi rapat
penelitian dan pengembangan bersama koordinasi dengan para K/L terkait, toko
Dinas Lingkungan Hidup perlu ritel, dan produsen kantong plastik
memfasilitasi seleksi kelayakan terhadap konvensional.
teknologi pengolahan sampah plastik. Hal
ini tentunya juga harus dikoordinasikan
secara intensif dengan Pemerintah Pusat,
terutama K/L terkait riset dan teknologi.

21
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

Implikasi Kebijakan Kota Bekasi disinsentif bagi kelompok komunitas yang


dilibatkan dalam kebijakan pengelolaan
Kementerian Dalam Negeri
sampah plastik.
(Kemendagri) sebagai poros
Kebijakan terkait persampahan
pemerintahan daerah di tingkat Pusat
termasuk sampah plastik perlu di
dapat mendorong terbentuknya kebijakan
koordinasi secara intensif oleh
daerah terkait sampah plastik dalam
Kementerian Koordinator Bidang
bentuk Perda dengan langkah-langkah
Perekonomian. Kementerian Koordinator
sebagai berikut: 1) Kemendagri
Bidang Perekonomian dapat berupaya
mewajibkan segala kebijakan sampah
menegaskan koordinasi antara perangkat
plastik di daerah harus dikeluarkan dalam
di bidang Lingkungan Hidup dan
bentuk Perda, atau koordinasi antara
Pekerjaan Umum dalam mengelola
Kemendagri dengan KemenLH untuk
sampah. Revisi Peraturan Presiden Nomor
merevisi UU Pengelolaan Sampah; 2)
35 tahun 2018 tentang Percepatan
Menerbitkan Surat Edaran agar daerah
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
menuangkan kebijakan sampah plastik ke
Sampah dengan menugaskan
dalam bentuk Perda yang memuat
Kementeriaan Koordinator Bidang
ketentuan-ketentuan spesifik terkait
Perekonomian sebagai koordinator utama
kebijakan pengelolaan sampah termasuk
perlu diangkat dalam wacana kebijakan
kebijakan khusus sampah plastik.
publik di tingkat nasional.
Perizinan usaha di daerah harus
memuat ketentuan dampak lingkungan SIMPULAN DAN REKOMENDASI
yang berkaitan langsung dengan sampah
Simpulan
plastik. Solusi kelembagaan dapat berupa
pembentukan satuan tugas khusus dan non Pengelolaan sampah plastik masih
kelembagaan dapat berupa insentif atau belum optimal, karena pemerintah (baik
disinsentif bagi pelaku usaha yang pusat maupun daerah) cenderung
menjalankan usahanya sesuai dengan mensinergikan kebijakan sampah plastik
sikap Pemko terkait kebijakan sampah dalam pengelolaan arus persampahan
plastik. Kemendagri dapat berkoordinasi (waste stream) secara umum. Meskipun
dengan Kementerian Ristek Dikti, tidak salah, namun pelaksanaan masih
Kementerian LH, dan BPPT untuk belum sesuai ekspektasi. Pengelolaan
membantu Pemko dalam menentukan sampah yang sebelumnyan adalah
peredaran plastik (terutama single use kumpul-angkut-buang menjadi reduce,
plastic) di daerahnya. Hasil koordinasi reuse, recycle (3R), ditambah dengan
tersebut berupa pedoman formal ketentuan anti open dumping dalam
mengenai bahan dasar kantong plastik aktivitas pengelolaan sampah, akan tetapi
agar jelas kategori plastik ramah praktik kumpul-angkut-buang dan open
lingkungan dan tidak ramah lingkungan. dumping masih terjadi di daerah.
Penyusunan peta jalan pengelolaan Pemerintah pusat dan daerah sebetulnya
sampah plastik yang komprehensif perlu telah mengupayakan kebijakan khusus
dilakukan agar memiliki output yang untuk mengelola sampah plastik. Namun,
jelas. K/L terkait bersama dengan kebijakan ini sangat limitatif. Kebijakan
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang tengah dikembangkan terhadap
berkoordinasi dengan para komunitas sampah plastik mengarah pada
peduli sampah plastik menyusun flow pengurangan, bukan penanganan sampah
chart yang konkret dalam pengelolaan plastik.
sampah plastik. Penggunaan teknologi Pemerintahan juga terus berupaya
dalam pelaksanaan peta jalan tersebut untuk mendorong penggunaan teknologi
harus dilakukan, terutama pada tahapan bagi pengelolaan sampah plastik. Pada
pengolahan dan pemrosesan akhir. Sistem beberapa daerah penggunaan teknologi
dan prosedur dari peta jalan tersebut harus tersebar dari berskala kecil sampai yang
mendukung terbentuknya insentif dan masif, dari terkoordinasi secara sistematis,

22
Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik (Studi Kasus Kota Bogor dan Kota Bekasi)
(Suci Emilia Fitri, Ray Ferza)

hingga skala inisiatif komunitas. Meski peraturan terkait tipping fee. Organisasi
demikian masih belum optimal karena kemasyarakatan dibawah instruksi
terkendala kerjasama antara pemerintah Mendagri seperti PKK di tingkat Pusat
dengan badan usaha. perlu didorong untuk mendukung
Kelembagaan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan sampah plastik
pengelolaan sampah plastik secara di daerah.
nasional ada pada Kementerian Bagi pemerintah daerah seperti
Koordinator Kemaritiman sebagai leading Pemerintah Kota Bogor dan Kota Bekasi
sector. Secara konseptual, Kemenko dapat merancang bentuk sosialisasi
Kemaritiman belum terjustifikasi untuk tentang bahaya dan budaya memilah
memimpin koordinasi kebijakan sampah plastik yang lebih komunikatif
persampahan. Seharusnya sektor sebagai upaya peningkatan kesadaran
persampahan terletak di Kementerian kolektif masyarakat; menyiapkan regulasi
Koordinator Bidang Perekonomian. di daerah terkait upaya pengurangan dan
Perkembangan tata kelola sampah plastik penangganan sampah plastik;
di daerah juga terkendala oleh ambiguitas menjadwalkan penjemputan sampah
gugus tugas antara Dinas Lingkungan organik dan anorganik di lingkungan
Hidup dan Dinas Bina Marga. Adapun daerah; melibatkan aparatur kelurahan
peran komunitas masyarakat dan dan RT/RW dan ibu-ibu PKK untuk
korporasi di tingkat daerah cukup besar membumikan budaya 3R; meningkatkan
meskipun masih membutuhkan arahan koordinasi dan kerjasama antar SKPD
yang efektif. dalam upaya pengurangan timbulan
sampah plastik; mengintegrasikan
Rekomendasi
program pengelolaan sampah plastik
Pemerintah Pusat dibawah dengan program pendidikan dimulai dari
kepemimpinan Kementerian Koordinator usia dini; mengoptimalkan sarana dan
harus mensinergikan derap kebijakan prasarana pelayanan persampahan;
pengurangan sampah plastik serta meningkatkan kapasitas pengelola
menerjemahkan konsep ekonomi sirkular sampah plastik melalui pelatihan-
yang melibatkan tanggungjawab dari para pelatihan; dan menyiapkan sistem
produsen sampah plastik. Kebijakan yang pengawasan dan sanksi hukum secara
dilahirkan di tingkat nasional harus konsisten.
bersifat jangka panjang dan mudah
diterjemahkan di tingkat daerah. Arah UCAPAN TERIMA KASIH
integrasi kebijakan riset-teknologi perlu Penulis mengucapkan terima kasih
ditujukan pada kebijakan pengurangan kepada semua pihak yang telah
sampah. Pemerintah Pusat melalui mendukung dalam penulisan karya ilmiah
Kemendagri perlu memastikan Direktorat ini, antara lain Puslitbang Pembangunan
Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Keuangan Daerah BPP Kemendagri,
melaksanakan Rakortek secara efektif dan Para Peneliti Madya Puslitbang
efisien dalam menindaklanjuti aspirasi Pembangunan dan Keuangan Daerah
Kementerian LH dan Kementerian PU (selaku pembimbing), Kementerian
dan PR. Dalam rangka menjaga Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
ketersediaan pembiayaan layanan Indonesian Solid Waste Association
pengelolaan sampah plastik, alternatif (InSwa) Indonesia, para informan
sumber pembiayaan seperti Dana Desa penelitian, serta semua pihak yang tidak
perlu dimanfaatkan dibawah koordinasi dapat penulis sebutkan satu persatu atas
antara Ditjen Pemerintahan Desa dengan dukungannya dalam penyelesaian
Kementerian Desa. Dalam semangat yang naskah/penelitian ini.
sama, Ditjen Bina Keuangan Daerah juga
perlu mengawal akselerasi pembentukan

23
JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 11-24

DAFTAR PUSTAKA
Lingkungan 8 (2): 141–47.
Aryan, Yash, Yadav, Pooja, Ranjan, Sukha doi:http://dx.doi.org/10.25105/urbane
Samadder. 2019. “Life Cycle nvirotech.v8i2.1421.
Assessment of the Existing and
Proposed Plastic Waste Management Putra, Purnama, Yuriandala, Yebi. 2010.
Options in India: A Case Study.” “Studi Pemanfaatan Sampah Plastik
Journal of Cleaner Production 211: Menjadi Produk Dan Jasa Kreatif.”
1268–83. Jurnal Sains Dan Teknologi
Lingkungan 2 (1): 21–31.
Asteria, Donna, Heruman, Heru. 2016. doi:10.20885/jstl.vol2.iss1.art3.
“Bank Sampah sebagai Alternatif Sahwan, Firman Laili. 2005. “Sistem
Strategi Pengelolaan Sampah Pengelolaan Limbah Plastik Di
Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya Indonesia.” Teknologi Lingkungan 6
(Bank Sampah (Waste Banks) as an (1).
Alternative of Community-Based http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/i
Waste Management Strategy in ndex.php/JTL/article/view/418.
Tasikmalaya).” Jurnal Manusia Dan
Lingkungan 23 (1): 136–41. Singh, Rupinder, Inderpreet Singh,
Ranvijay Kumar, and G. S. Brar.
Eka Putri, Niluh Wiwik. 2019. 2019. “Waste Thermosetting Polymer
“Komunikasi Sosial dalam and Ceramic as Reinforcement in
Mensosialisasikan Penetapan Thermoplastic Matrix for
Kebijakan Gubernur Bali tentang Sustainability: Thermomechanical
Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Investigations.” Journal of Thermo-
Sekali Pakai.” Nomosleca 5 (1). plastic Composite Materials: 1-13.
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/n/ doi:10.1177/0892705719847237.
article/view/2783/pdf.
Solihin, Muhammad, dan Ronald
Hamdi, Muchlis. 2015. Kebijakan Publik: Parlindungan. 2018. “Implementasi
Proses, Analisis Dan Partisipasi. Program Pengangkutan Sampah di
Bogor: Ghalia Indonesia. Kota Batam Tahun 2017.” Trias
ISWA. 2017. “Waste Management Waste Politika 2 (2): 81–97.
Management.” UN Environment https://www.journal.unrika.ac.id/inde
Programme. x.php/jurnalpolitikdankebijakanpubl/
article/view/1470/1078.
Lebreton, Laurent; Andrady, Anthony.
2019. “Future Scenarios of Global Surono, Untoro Budi; Ismanto. 2016.
Plastic Waste Generation and “Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP,
Disposal.” Palgrave PET Dan PE Menjadi Bahan Bakar
Communications: 1 – 11. Minyak Dan Karakteristiknya.”
https://www.nature.com/articles/s415 Mekanika Dan Sistem Termal (JMST)
99-018-0212-7.pdf. 1 (1): 32–37. http://e-
journal.janabadra.ac.id/index.php/JM
Mulasari, Surahma Asti, Husodo, Adi ST/article/view/UNTORO/pdf_4.
Muhadjir, Noeng. 2014. “Kebijakan
Pemerintah Dalam Pengelolaan Wahyudin, Uud, Dedi Rumawan Erlandia.
Sampah Domestik.” Kesmas; 2019. “Pengembangan Model Inovasi
National Public Heallth Journal 8 (8). ‘Bank Sampah’ Berbasis Komunikasi
doi:http://dx.doi.org/10.21109/kesma Lingkungan.” Ilmu Komunikasi Idik 1
s.v8i8.412. (1): 49–61.
http://jurnal.idikunpad.com/index.php
Purwaningrum, Pramiati. 2016. “Upaya /jik/article/view/2.
Mengurangi Timbulan Sampah
Plastik di Lingkungan.” Teknik

24

Anda mungkin juga menyukai