Anda di halaman 1dari 10

Perbandingan Pengelolaan Sampah Domestik di Jakarta dengan Singapura

Sampah adalah bahan sisa aktivitas manusia yang tidak ada gunanya, sehingga harus diolah. Tanpa
pengelolaan yang baik dan benar, sampah dapat menimbulkan kerusakan karena menyebabkan banjir,
meningkatkan pemanasan iklim, menimbulkan bau tidak sedap, mengganggu keindahan, merusak kebersihan
lingkungan dan meningkatkan risiko berbagai penyakit.

Indonesia merupakan salah satu negara ASEAN yang berpenduduk paling banyak (sekitar 220 juta)
dengan tingkat pertumbuhan 1,2% per tahun (Bank Dunia, 2009). Pertambahan penduduk berdampak pada
bertambahnya jumlah sampah yang meningkatkan kebutuhan akan pelayanan terkait sampah yang memerlukan
pengolahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, seperti kurangnya kebijakan/strategi dan
dukungan keuangan, partisipasi swasta yang rendah, inefisiensi dan kesadaran masyarakat yang rendah,
mengakibatkan rendahnya tingkat pelayanan dalam pengelolaan sampah kota (MWM). Permasalahan tersebut
terjadi pada semua tahapan pengelolaan sampah (penyimpanan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
pengolahan) dan cenderung meningkat pada titik akhir yaitu TPA. Survei Pengelolaan Limbah UNEP tahun
2002004, menunjukkan bahwa hanya 33% dari indikator LoS MSW yang dipenuhi oleh pemerintah.

Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto dan harus berpartisipasi aktif dalam pengurangan emisi gas
rumah kaca termasuk emisi gas TPA. Meningkatnya jumlah proyek Clean Development Mechanism (CDM) di sektor
persampahan yang disetujui oleh dewan CDM internasional dan diusulkan oleh sektor swasta/publik dapat menjadi
indikator bahwa pengelolaan sampah di Indonesia menjadi prioritas penting dalam kebijakan nasional (Hilman,
2005). . Proyek CDM di sektor persampahan merupakan salah satu cara untuk mengurangi emisi GRK. Oleh karena
itu, Pemerintah Indonesia harus lebih berani dengan menyediakan perencanaan dan implementasi yang lebih baik
dalam pengelolaan sampah untuk meningkatkan keterlibatan sektor publik dan swasta dalam Proyek CDM untuk
sektor persampahan. Namun kondisi pengelolaan sampah saat ini masih jauh dari Level of Service (LoS) yang
memadai. Kebijakan persampahan yang tidak memadai di tingkat pusat dan daerah, rendahnya kesadaran
masyarakat, keterbatasan anggaran dan rendahnya partisipasi swasta menjadi penyebab utama rendahnya
pelayanan Pengelolaan Sampah Kota (Hilman, 2005).

Singapura salah satu negara maju di Asia Tenggara. Pengelolaan sampah di Singapura dilakukan oleh
pemerintah dan Swasta. Untuk masalah lingkungan, di Singapura terdapat badan / organisasi khusus yang
menangani , namanya NEA (National Environment Agency). NEA bukanlah lembaga resmi pemerntah namun
merupakan organisasi publik yang menangani masalah lingkungan, namun mendapat dukungan penuh dari
pemerintah khusnya Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air. Dalam pengelolaan sampah, NEA bekerja
sama dengan pihak swasta. Sehingga selain mengatasi masalah sampah, hal ini juga menjadi peluang usaha dan
memberikan potensi terbukanya lapangan kerja baru.

Pengelolaan sampah di Indonesia:

Sampah yang dihasilkan biasanya dibuang ke tempat sampah kemudian dibawa ke tempat penampungan
sementara (TPS). TPS atau lokasi sebelum sampah diangkut ke daur ulang, pengolahan dan/atau pengelolaan
sampah terpadu. Sampah dikumpulkan dari TPS dan dibawa ke TPA oleh Dinas Lingkungan Hidup dengan truk
sampah. TPA adalah tempat di mana sampah diolah dan dikembalikan ke lingkungan dengan cara yang aman bagi
manusia dan lingkungan.

Sampah yang ditangani berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 terdiri dari sampah domestik
(yang dihasilkan oleh operasional rumah tangga sehari-hari, tidak termasuk kotoran dan sampah khusus), sampah
domestik (berasal dari tempat komersial, kawasan industri, sampah khusus, objek sosial ) . , fasilitas umum dan
fasilitas lainnya) dan limbah khusus (bahan berbahaya dan beracun) yang mengandung limbah, limbah yang
mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, limbah akibat bencana, pembongkaran bangunan, limbah yang
tidak dapat diolah secara teknis dan/atau limbah non-periodik)

Sampah rumah tangga dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dan kedua yaitu pengelolaan sampah spesifik.. Negara
bertanggung jawab atas pengelolaan sampah spesifik, pengelolaan sampah domestik dan non domestik terdiri dari
sampah dan pengelolaan, pengurangan sampah yang meliputi pembatasan produksi sampah, daur ulang sampah
dan pemanfaatan kembali sampah. Dalam hal ini pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha dan
masyarakat memiliki peran masing-masing.

Kegiatan pengelolaan sampah meliputi: pemilahan sampah menurut jenis, jumlah dan/atau sifatnya;
pengumpulan sampah di TPA; pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah ke TPA; pengelolaan
sampah dengan mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah; dan pemrosesan akhir dengan
mengembalikan limbah dan/atau residu dari pemrosesan sebelumnya secara aman ke lingkungan.

Pemerintah pusat dan daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah, pendanaannya
bersumber dari APBN dan APBD. Negara bagian dan kotamadya dapat secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
mengkompensasi masyarakat atas dampak negatif yang diakibatkan oleh operasi pengelolaan sampah di tempat
pembuangan akhir. Proses ini terdiri terdiri dari relokasi, pemulihan lingkungan, biaya perawatan kesehatan, biaya
pengobatan dan manfaat lainnya.
Sumber : POM CSRRP

Penanganan sampah di Indonesia harusnya disesuaikan dengan jenis sampah yang dihasilkan. Beikut
adalah data statistik terkait

Gambar: volume sampah yang dihasilkan berdasarkan jenisnya


Tabel Persentase Sampah di Provinsi DKI Jakarta - BPS

Dinas Kebersihan DKI Jakarta menggunakan dua cara pengumpulan sampah sebagai berikut (DInas Kebersihan
DKI Jakarta, 2011):

a. Sistem door-to-door, petugas mengumpulkan mereka dengan mengunjungi setiap rumah tangga kemudian
mengumpulkannya dari tempat penampungan sementara.

b. Sistem komunitas, pengumpulan dilakukan di tempat yang dipilih oleh masing-masing rumah tangga.

Masalah pengelolaan sampah menjadi sangat penting karena kompleksitas permasalahan dan kepadatan penduduk
yang tinggi terutama di perkotaan, sehingga sampah seringkali menjadi prioritas di perkotaan. Permasalahan umum
dalam pengelolaan sampah adalah perilaku dan gaya hidup masyarakat yang terus menerus menyebabkan timbulan
sampah yang semakin meningkat, sangat memberatkan pengumpulan sampah karena keterbatasan sumber daya,
anggaran, dan kendaraan.

Faktor-faktor penyebab permasalahan sampah di Indonesia

1. Jumlah sampah yang sangat besar melebihi kapasitas TPS dan TPA

2. Lahan TPA semakin menyempit dan digunakan untuk keperluan lain

3. Teknologi pengolahan belum optimal sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah sampah yang dapat terurai

4. Kurangnya sampah yang dikompos

5. Manajemen pengelolaan sampah yang tidak efektif


6. Pengelolaan sampah dirasakan tbelum membawa dampak positif yang signifikan terhadap
lingkungan
7. Kurangnya dukungan kebijakan pemerintah.

Tak dapat dipungkiri, bahwa penumpukan sampah menjadi salah satu permasalah besar yang sama
dihadapi oleh kota-kota besar sekaligus menjadi permasalahan lingkungan hidup,permasalahan sampah selalu
hadi rdi setiap (sudut) kota,dimulai dari rumah tangga sampai pada tempat-tempat
pembuangan/penampungan,baik di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA),
maupun saat pendistribusiannya.

Setyo Purwendo dan Nurhidayat (2006), menyatakan bahwa akar permasalahan sampah di satu
sisi terkait erat dengan budaya masyarakat yang tercermin dari kurangnya disiplin dan masih rendahnya
kesadaran menjaga lingkungan. Di sisi lain, terkait dengan lemahnya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan sampah, yang terlihat dari peraturan-peraturan maupun koordinasi antar instansi pemerintah.

Hal tersebut cukup tepat dan beralasan, setidaknya Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 memberikan
alasan yang senada, bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuaidengan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehinggamenimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan, dengan demikianpengelolaansampahperlu dilakukansecara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hiliragar dapat mengubah perilaku masyarakat.

Oleh sebab itu dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung
jawab dankewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah,serta peran masyarakat dan dunia usaha
sehinggapengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien. Pengelolaan sampah
berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 dinyatakan sebagai usaha dan kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang yang terdiri dari dua bagian yaitu pengurangan dan
penanganan sampah.

Adapun asas pengelolaan sampah berdasarkan undang-undang ini adalah Pengelolaan sampah
diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab,asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Sementara
pengelolaannya ditujukan pada peningkatan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan.

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan dan usaha-usaha yang dilakukan dan dilaksanakan
dalam rangka memperlakukan dan menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan
akhir. Yudhi mendefinisikan kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
pengumpulan sampah, transfer dan transport,pengolahan dan pembuangan akhir sumber daya.
Pengelolaan sampah mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian, pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pengolahan akhir/pembuangan sampah, dengan memperhatikan
faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika dan lain-lain. . faktor lingkungan erat
hubungannya dengan tanggapan masyarakat.

Secara umum, terdapat dua model pengelolaan sampah di Indonesia, yaitu landfill dan timbunan. TPA ini
biasanya diterapkan di tempat-tempat yang tidak menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Dalam model ini,
sampah dibuang ke lembah atau selokan tanpa pengolahan lebih lanjut, artinya dibuang begitu saja dan kemudian
ditinggalkan begitu saja. Model ini merupakan model pengelolaan sampah yang sangat sederhana, bahkan bisa
dikatakan merupakan model yang agak mengubah pengelolaan sampah. paradigma pertama masyarakat terhadap
sampah. Model kedua, yaitu. tumpukan, yang biasanya lebih maju, model pembuangan limbah tumpukan ini
dilengkapi dengan perangkat drainase, untuk menghilangkan suplai air (pemutihan) dan akses pembakaran gas
metana (roket). Model ini sudah memenuhi persyaratan lingkungan dan banyak digunakan di kota-kota besar, namun
sayangnya model bertumpuk ini tidak sempurna tergantung pada situasi ekonomi dan masalah lingkungan dan
kesehatan masyarakat dari pemerintah daerah.

Pemecahan masalah sampah memerlukan pendekatan dari ujung hulu solusi ke pendekatan berbasis
sumber. Dalam pendekatan sumber, sampah diolah di hulu sebelum mencapai lokasi akhir/pengolahan.Ada
beberapa konsep terkait pengelolaan sampah, dengan tujuan yang berbeda antara satu negara dengan daerah
lainnya. Beberapa yang lebih sering digunakan secara bergantian adalah:
1. Pendekatan 3M adalah pengurangan limbah, pemulihan limbah, dan daur ulang limbah, yang mengklasifikasikan
strategi pengelolaan limbah sesuai dengan keinginan untuk meminimalkan limbah. Hierarki sampah yang mendasari
sebagian besar strategi pengurangan sampah. Tujuan dari hirarki limbah adalah menggunakan sebanyak mungkin
produk praktis dan menghasilkan limbah sesedikit mungkin.
2. Tanggung jawab produsen yang diperluas. EPR adalah strategi yang bertujuan untuk mempromosikan integrasi
semua biaya yang terkait dengan produk produsen ke dalam harga pasar produk selama siklus hidup produk. Tujuan
EPR adalah untuk mendefinisikan tanggung jawab atas seluruh siklus hidup produk dan kemasan yang dibawa ke
pasar. Ini berarti bahwa perusahaan yang memproduksi, mengimpor, dan/atau menjual produk bertanggung jawab
atas produknya sejak diproduksi hingga akhir masa pakainya.
3. Prinsip pencemar membayar - prinsip pencemar membayar adalah prinsip yang menurutnya pencemar
membayar dampak lingkungan dari kegiatan mereka. Mengenai pengelolaan sampah, secara umum mengacu pada
penghasil sampah, yang membayar sesuai dengan jumlah dan jenis sampah yang akan dititipkan.Konsep 3M yang
telah disebutkan sebelumnya merupakan konsep yang diambil dari konsep 3R (reduce, recycle, reuse), sampah.
Pembenahan Beberapa negara biasanya dimulai dari rumah tangganya, yaitu. memisahkan sampah organik dan
anorganik29 ke dalam wadah terpisah (biasanya ditandai dengan simbol atau warna tertentu), dengan menggunakan
wadah/tempat yang dapat digunakan kembali.

Pengelolaan Sampah di Singapura

Berikut adalah perbandingan bagaimana produksi sampah di negara Asia. Singapura merupakan salah negara
dengan produksi sampah perorang perharinya terbesar setelah Jepang, bahkan di prediksi akan semakin meningkat
di tahun 2025.

Pengelolaan sampah yang diterapkan di Singapura adalah sebagai berikut:

1. Pemilahan, daur ulang, dan penggunaan kembali

Daur ulang atau daur ulang merupakan strategi pengelolaan sampah berkelanjutan yang banyak diterapkan di
negara-negara maju, khususnya di Singapura. Strategi ini merupakan langkah alternatif yang dapat mengurangi
sampah secara signifikan. National Environment Agency (NEA) telah mengembangkan strategi pengelolaan limbah
makanan di Singapura. Strategi ini dirancang dengan menggunakan hirarki pengelolaan pangan berdasarkan
prioritas tertinggi hingga terendah yaitu:

A. Cegah dan kurangi limbah makanan


Program ini diluncurkan pada November 2015 dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang kondisi limbah makanan saat ini dan mendorong orang untuk menggunakan cara cerdas untuk
membeli, menyimpan, dan menyiapkan makanan. membantu mengurangi sisa makanan. Selain itu, NEA telah
menghasilkan panduan praktis tentang hal-hal yang mudah dilakukan untuk mengurangi limbah makanan dan
mengadakan kompetisi resep 'Love Your Food' untuk mendorong orang mengirimkan resep terbaik mereka
menggunakan bintang biasa. Lebih dari 500 Duta Pengurangan Sampah Makanan telah direkrut dan dilatih
untuk mengurangi sampah makanan dan ditugaskan untuk membagikan pengetahuan ini kepada teman dan
keluarga.

B. Redistribusi Surplus/Makanan yang Tidak Terjual

Mengimbau masyarakat untuk menyumbangkan surplus atau pangan yang tidak terjual kepada organisasi yang
mendistribusikan pangan kepada mereka yang membutuhkan. Daftar organisasi ini disertakan dalam panduan
praktis untuk mengurangi limbah makanan. Ada juga drop box untuk menaruh makanan yang masih bisa dimakan
agar lebih mudah dalam pemberian makan.

C. Daur ulang/pengolahan pangan

Untuk menggunakan kembali atau mengolah pangan, perlu dilakukan pemilahan sampah pada sumbernya, sehingga
tidak mengganggu proses pengolahan. Saat ini, beberapa rumah tangga membuat kompos sampah makanan. NEA
terus merancang sistem pemrosesan lokal dan terpusat. Proyek percontohan sistem pengolahan lokal dilaksanakan
di beberapa sentra pangan pada tahun 2016 untuk menguji kelayakannya. Selain itu, proyek percontohan sedang
berlangsung yang menilai kelayakan mengumpulkan dan mengangkut limbah makanan yang telah dipilah ke pabrik
pengolahan terpusat, di mana limbah makanan diproses menjadi biogas menggunakan lumpur air bekas. Pabrik
percontohan ini dirancang untuk memproses hingga 40 ton limbah makanan dan lumpur air bekas per hari.

2. Limbah Menjadi Energi

Limbah menjadi Energi (WtE) adalah konversi limbah menjadi energi, proses menghasilkan energi dalam bentuk
listrik atau panas atau dari limbah menjadi bahan bakar dengan mengolah limbah primer. Sebagian besar proses
WtE menghasilkan listrik atau panas melalui pembakaran langsung atau produksi bahan bakar yang mudah terbakar
seperti metana, metanol, etanol, dan bahan bakar sintetik.

Fasilitas pengolahan limbah dibangun di Singapura menggunakan karet basah yang dipadukan dengan batu kapur
dan partikel karbon aktif. Hanya filter standar yang digunakan di TPA Singapura. Abu yang ditangkap oleh alat-alat
tersebut sering disebut dengan fly ash. Fly ash dapat digunakan untuk tujuan yang sama seperti bottom ash. Selain
perangkat yang disebutkan di atas, sistem pembersihan gas buang dilengkapi dengan katalis untuk menghilangkan
NOx dan dioksin. Abu dasar (bottom ash) adalah abu sisa pembakaran sampah di dalam tungku, sedangkan fly ash
dapat digunakan untuk tujuan yang sama seperti bottom ash. Abu layang sisa pembakaran cocok digunakan sebagai
bahan penstabil tanah lunak, kekuatan tanah liat yang ditambahkan pada abu layang ini meningkat 75 kali lipat,
tanah juga memiliki sifat drainase yang lebih baik, indeks plastisitas dan kompresibilitas menurun 69 dan 23 persen.

3. TPA
TPA merupakan pilihan terakhir untuk pengelolaan sampah. Jika limbah tidak berhasil didaur ulang atau digunakan
kembali, limbah harus dibakar dengan aman dan upaya terakhir adalah pembuangan ke tempat pembuangan akhir
(TPA). Kedua cara tersebut membutuhkan pengawasan yang ketat karena dapat merusak lingkungan. Uni Eropa
menetapkan aturan dan target yang sangat ketat untuk TPA, sehingga hingga tahun 2035 persentase TPA di
negara-negara Uni Eropa tidak melebihi 10%. Data tahun 2017 menunjukkan beberapa negara berhasil menerapkan
kebijakan ini, seperti Austria, Belgia, Jerman, Denmark, Swedia, Swiss, Norwegia, Luksemburg, dan yang paling
berhasil adalah Finlandia.

Hampir tidak ada kegiatan pertanian di Singapura dan sebagian besar makanan yang tersedia berasal dari
luar negeri. Menurut Agriculture and Veterinary Authority of Singapore (AVA, 201), total konsumsi makanan pada
tahun 2012 adalah 2.153.536 ton dan sekitar 33% dari makanan tersebut terbuang sia-sia (Ng et al., 2015). Pada
tahun 2017, Singapura menghasilkan limbah makanan sebesar 54.000 bus tingkat (NEA, 2020). Pengelolaan limbah
makanan yang buruk dapat menyebabkan vektor penyakit dan masalah bau, serta mengurangi peluang daur ulang
limbah. Pengelolaan sampah biasanya dimulai dari sumbernya, setelah itu sampah dikumpulkan dari tempat
pengumpulan ke tempat daur ulang, waste-to-energy (WTE) atau TPA. Itu berdasarkan jenis sampahnya. Residu
WTE dikirim ke tempat pembuangan akhir dan logam dengan nilai daur ulang ke lokasi daur ulang.

Setelah tahap pengumpulan, sisa makanan dikirim ke pusat daur ulang, kecuali ada orang yang mau
membuat kompos sendiri. Pengolahan limbah makanan terpusat skala besar adalah Anaerobic Digester (AD), yang
telah beroperasi sejak 2008 di Tua, Singapura. Sementara itu, pengolahan lokal skala kecil dalam bentuk
pengomposan aerobik (AC) dan pengomposan kascing memainkan peran kecil dalam pengelolaan sampah
domestik di Singapura. Selain itu metode utama pembuangan limbah makanan di Singapura adalah pembakaran
atau insenerasi. Selain itu, TPA digunakan sebagai metode pembuangan yang banyak digunakan (Ng et al., 2017)

Daftar Pustaka:

Hilman, M.,(September 2005). “Prospek Pengelolaan Sampah Perkotaan Melalui Proyek CDM Indonesia”, Prosiding
Lokakarya Internasional Pengembangan Gas TPA dan CDM, 5 – 7 September, Bali, Indonesia Hoornweg,
D., L. Padat Thomas, di Asia”. K. Verma. IGES Washington (1999). “Sungguh DC, (2008). Sampah:
Kebijakan Pengelolaan Perubahan Sampah Iklim

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14891/Pengelolaan-Sampah-di-Indonesia.html

Meidian Christia, Development of Waste Management Practices in Indonesia, 2010, Universitas Brawijaya, European
Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.40 No.2 (2010), pp.199-210 © EuroJournals Publishing,
Inc. 2010

https://jakarta.bps.go.id/indicator/27/572/1/persentase-komposisi-sampah-di-provinsi-dki-jakarta.html

Yudistirani Sri Anastasia, Lailan Syaufina, dan Sri Mulatsih, (2012), Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui
Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga, Program
Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, SPS-IPB.

Rahim Mustamin, (2020), Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan, ISSN : 2088-2076 Jurnal SIPILsains

Chaerul Mochammad dan Sharfina Ulfa Zatadini, (2020), Perilaku Membuang Sampah Makanan dan Pengelolaan
Sampah Makanan di Berbagai Negara: Review, JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 18 Issue 3 (2020) :
455-466, ISSN 1829-8907.

Kahfi Ashabul, (2017), Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sampah, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ,
Jurisprudentie | Volume 4 Nomor 1 Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai