Anda di halaman 1dari 5

16. Perhatikan kutipan cerpen berikut!

"Kalau begitu, mengapa kau mengelak diperiksa, Nak? Kenapa berpura sakit? Mengapa
tidak kau beberkan saja semua puranya?"
"Tidak sesederhana itu, Bunda."
"Di mana rumitnya?"
Tidak terdengar suara. Aku muncul. Abangku melirik. Menarik napas, melihat bunda
lagi. Mukanya kuyu. Loyo. "Aku punya atasan, Bunda," ujarnya bak mengadu. Suaranya
makin lunak, hampir menyerupai bisik. "Aku punya kawan. Aku juga kader partai . . . "
Bunda diam. Juga aku serta Kak Andam. Dan lapat-lapat kudengar suara sunyi merayap,
entah dibawa udara dari bumi yang mana.
"Tak paham aku soal-soal begitu, Palinggam," sahut bunda kemudian.
"Tetapi bagiku, Nak, yang benar harus disampaikan sekalipun pahit. Kalaupun akibatnya
kau diberhentikan bekerja, dipecat partaimu, bagiku itu lebih baik daripada kau berkhianat
pada kebenaran, pada hatimu sendiri. Juga kepada Tuhan. Dan negeri ini, yang sedikit
banyak ikut dibela ayahmu dari penjajah."
Dikutip dari: Adek Alwi, "Lampu ibu" dalam Cinta di Atas Perahu Cadik, Jakarta,
Kompas, 2008
Nilai moral dalam kutipan cerpen tersebut adalah..
A. Mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh seorang ibu.
B. Tidak melarikan diri dari masalah berat yang sedang dialami.
C. Menyampaikan kebenaran walaupun mengancam kepentingan pribadi.
D. Setia kawan dan membela kepentingan teman dalam keadaan apa pun.
E. Membantu orang lain untuk dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.

17. Perhatikan kutipan cerpen berikut!


Pintu digedor keras oleh seorang yang tampak buru-buru. Benar saja, ketika kubuka
kutemukan Rahing tampak pucat sebelum terbata-bata mengatakan bahwa si Jagal dari Turki
sudah di perbatasan dan berusaha ditahan oleh laskar, ia kemudian melanjutkannya dengan;
saya harus amankan istri saya dulu, Ustad, maaf. Detik pertama setelah mendengar
kalimatnya selesai, amarahku hampir memuncak. Egois sekali! Namun, sebuah kenangan
memaksaku takluk, aku tidak ingin menyampirkan luka yang sama di pundak Rahing.
"Begitu selesai, gabunglah segera,” timpalku hampir berteriak menyusul langkahnya
yang tergesa-gesa.
Dikutip dari: Putu Fajar Arcana (Ed.), "Mengapa Mereka Berdoa Kepada Pohon” dalam
Tanah Air Cerpen Pilihan Kompas 2016. Jakarta, Kompas, 2017
Penyebab konflik dalam kutipan cerpen tersebut adalah...
A. Tokoh aku marah kepada tokoh Rahing.
B. Laskar gagal menghalau tokoh si Jagal dari Turki.
C. Tokoh aku menganggap tokoh Rahing egois.
D. Tokoh Rahing ketakutan sebelum berperang.
E. Tokoh si Jagal dari Turki sudah sampai di perbatasan.

18. Perhatikan kutipan novel berikut!


"Terakhir-terakhir, Ibu sempat tanya, Mas Ikbal nelpun apa enggak? Aku sempet
bohong. bilang nelpun, padahal enggak. Aku bilang kalo Mas Ikbal mau balik, nengok biar
cepat sembuh. Makanya . . ." suara Elisa terisak, ". . . aku harus nyari Mas Ikbal. Tapi aku
enggak tahu ke mana." Tangis Elisa pecah. Dengan handuk, dia mengelap air matanya. Fahri
membiarkan Elisa menangis sejenak.
"Kamu tinggal di sini dulu aja, sampe ketemu kakakmu," ucap Fahri ketika tangis Elisa
mereda.
"Aku ngrerepoti Mas Fahri."
"Gue bantuin nyariin Ikbal." Dan itu adalah satu-satunya kalimat pamungkas yang
mampu membuat tangis Elisa berhenti.
"Makasih ya, Mas."
Dikutip dari: Ratih Kumala, Wesel Pos. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2018
Nilai moral dalam kutipan novel tersebut adalah . . .
A. membantu orang lain yang membutuhkan bantuan
B. memberi perhatian lebih kepada orang tua
C. membalas budi orang yang telah menolong
D. menasihati orang yang sedang terkena masalah
E. merawat orang tua dengan penuh kasih sayang
19. Perhatikan kutipan novel berikut!
Tempat itu terdiri dari beberapa bagian. Setelah hampir satu bulan Vi hanya meringkuk di
kamarnya saja dan baru keluar saat makan dan mandi, kini pikirannya lebih terbuka
walaupun dia masih membenci tempat ini. Tapi siapa yang tidak benci? Apalagi bagi mereka
yang baru saja masuk. Menurut Vi-setelah sebulan baru lebih memperhatikan "sarang"
barunya-tempat itu berbentuk bujur sangkar. Terdiri dari banyak kamar dan ruang-ruang
kegiatan kreativitas penduduknya. Kamar yang berada di bangsal C, Vi menyebutnya 'bumi'
sebab penghuninya sudah tidak lupa daratan lagi, di sinilah Vi kini ditempatkan setelah
sebelumnya ditempatkan di bangsal B atau yang disebutnya dengan 'neraka'. Penghuninya
adalah orang-orang yang masih fly, tinggi, 30% di bumi, 70% terbang di neraka. Tapi tinggal
di 'neraka' masih lebih bagus daripada tinggal di bangsa A, Vi menyebutnya sebagai 'kakus
neraka'. Kebanyakan penduduk 'kakus neraka' datang tanpa keinginan untuk hidup.
Dikutip dari: Ratih Kumala. Tabula Rasa. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2016
Hubungan unsur intrinsik dalam kutipan novel tersebut adalah....
A. latar waktu memengaruhi tindakan tokoh
B. latar tempat memengaruhi tindakan tokoh
C. latar waktu memengaruhi pemikiran tokoh
D. latar tempat memengaruhi pemikiran tokoh
E. latar tempat memengaruhi konflik dalam cerita

20. Perhatikan kedua kutipan berikut!


Kutipan I
Ketika hinggap di atas pohon, mereka berterima kasih kepadaku. Aku mendengar
dari salah satunya mengatakan kepada yang lain 'Sungguh si pelancong ini telah
menyelamatkan kita dari malapetaka yang kita alami. Dia telah menyelamatkan kita dari
kematian. Sungguh kita patut memberi balasan kepadanya atas perbuatan baiknya.
Sesungguhnya di pangkal pohon ini ada sekantong uang dinar. Apakah tidak lebih baik kita
tunjukkan kepadanya supaya dia ambil.'
Dikutip dari: Wasmukan (Penerjemah), Hikayat Kalillah & Dimnah, Bandung, Pustaka
Hidayah, 2004
Kutipan II
"Malin, anakku, mengapa begitu lamanya kau meninggalkan ibu?" Malin terpana,
tidak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya.
Sebelum sempat berpikir, istrinya yang cantik itu berkata, "Wanita buruk inikah
ibumu? Mengapa kau membohongiku?" Lalu dia berkata lagi, "Bukankah dulu kau katakan
ibumu adalah seorang bangsawan sederajat dengan kami?"
Mendengar kata-kata istrinya. Malin Kundang mendorong wanita tua itu hingga
terguling ke pasir.
Mande Rubayah berkata lagi, "Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak!" Malin
Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya.
"Hai, Perempuan tua! Ibuku tidak sepertimu, engkau tampak sangat miskin dan
kotor!" kata si Malin sambil mendorong wanita tua itu hingga terkapar pingsan.
Disadur dari: https://dongengceritarakyat.com/legenda-cerita-malin-kundang-asli/, 11
November 2018
Perbedaan pola penyajian kedua cerita tersebut adalah . . .

Kutipan I Kutipan II
A. bahasa: sulit dipahami bahasa: mudah dipahami

B. sudut pandang: orang ketiga sudut pandang: orang pertama

C. tema: persahabatan yang tulus tema: mensyukuri nikmat Tuhan

D. tokoh: seorang putra raja tokoh: seorang saudagar kaya

E. amanat: tahu balas budi amanat: tidak boleh durhaka

Jawaban :
16. C
17. D
18. A
19. D
20. E

Anda mungkin juga menyukai