Anda di halaman 1dari 18

Analisis Biaya, Penerimaan dan

Pendapatan Usahatani Tanaman Semusim


Dr. Silvana Maulidah, SP. MP
Andrean Eka Hardana, SP.,MP.,MBA.
Laboratorium of Productions and Operations Management of Agribusiness
Faculty of Agriculture, University of Brawijaya
Email: silvana.maulidah@yahoo.com

A. Pendahuluan
MODUL
B. Biaya Usahatani

6
1. Biaya Tetap
2. Biaya Variabel
3. Biaya Total
4. Faktor Produksi dalam Usahatani
5. Contoh Biaya Variabel, Tetap, dan Total dalam
Usahatani Jamur Tiram

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


C. Pendapatan Dalam Usahatani
1. Penerimaan
2. Pendapatan
D. ANALISIS FINANSIAL TANAMAN SEMUSIM

A. PENDAHULUAN
1. Definisi
Biaya dapat dikatakan sebagai pengorbanan yang (SPEED)
dikeluarkan oleh pihak produsen untuk menghasilkan produk.
Terdapat beberapa biaya dalam aktivitas produksi, namun pada
intinya biaya produksi terdiri atas dua bagian utama, yakni biaya
tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
 Menurut Supriyono (2000), Biaya adalah harga perolehan
yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai
sebagai pengurang penghasilan.
 Menurut Henry Simamora (2002), Biaya adalah kas atau
nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa
yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di
masa mendatang bagi organisasi.
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019

 Menurut Mulyadi (2001), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang


diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
 Menurut Masiyah Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumberdaya atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan datang
bagi perusahaan.
 Menurut Halim dan Supomo (2005), biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada
saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
 Menurut Hansen dan Mowen (2005), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas
yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.
 Menurut Atkinson et al (2007), biaya adalah nilai moneter dari barang dan jasa
yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan baik di masa sekarang
maupun di masa mendatang. Biaya dapat juga digunakan untuk membuat suatu
produk, sehingga dapat dijual dan menghasilkan keuntungan kas.
 Menurut Carter (2009), biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan yang dikeluarkan untuk menjamin memperoleh manfaat.
 Menurut Riduwan (2007), biaya dapat diartikan pula sebagai harga pokok atau
bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh
pendapatan.
Dari definisi atau pengertian biaya tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa biaya dapat didefinisikan atau diartikan dalam dua kategori, yaitu secara
sempit dan luas. Dalam arti sempit, definisi atau pengertian biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, sedangkan dalam arti
luas, definisi atau pengertian biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau secara potensial
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Biaya produksi merupakan seluruh pengeluaran perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan
barang-barang produksi perusahaan tersebut. Besarnya biaya produksi jelas
berhubungan dengan banyak sedikitnya jumlah produk yang dihasilkan. Dengan
menambah jumlah barang yang dihasilkan, maka biaya produksi akan ikut
bertambah. Bertambahnya jumlah produk menyebabkan biaya per satuan menjadi

Page 2 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
semakin rendah karena beban biaya tetap dibagi atas banyaknya jumlah produk,
sehingga hasilnya menjadi lebih kecil. Selama cara berproduksi masih sederhana,
dengan modal tetap yang sedikit pun akan membuat biaya produksi rendah.
Penerimaan adalah semua hasil yang diterima oleh pengusaha atas usaha
yang dilakukan. Penerimaan diperoleh dari jumlah unit produk dikalikan dengan
harga produk tersebut dipasarkan (Mahekam, 1991). Penerimaan usahatani tidak
mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Demikian pula halnya
dengan pengeluaran tunai untuk usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan
jumlah pinjaman pokok (Soekartawi, 1986).
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total
biaya yang digunakan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan terus berkembang dengan baik karena pada
prinsipnya, tujuan perusahaan secara umum adalah mencari laba maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani, antara lain: luas lahan,
tingkat produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusaha
pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja (Hernanto, 1991).

2. Tujuan
Dengan mempelajari materi dalam modul ini, diharapkan mendapatkan
pemahaman tentang:
 Menjelaskan pengertian biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani
 Menghitung struktur biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani
 Mengintepretasi struktur biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani

B. BIAYA USAHATANI

 Biaya Investasi
Merupakan biaya awal yang dikeluarkan oleh petani sebelum menjalankan proses
usahataninya. Menurut Ibrahim (2003), untuk menentukan jumlah biaya
investasi secara keseluruhan disesuaikan dengan aspek teknis produksi, antara
lain :
a. Lahan
Luas lahan yang diperlukan disesuaikan dengan luasan yang ditetapkan
dalam aspek teknis, dan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan
lahan disesuaikan dengan harga yang berlaku.
b. Gedung

Page 3 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Gedung difungsikan untuk bangunan pabrik, kantor, gudang, dan lain
sebagainya.
c. Mesin
Mesin yang digunakan juga disesuaikan dengan aspek produksi, apakah
menggunakan mesin dengan teknologi tinggi atau tidak.
d. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang dapat menunjang produksi.
Harga peralatan disesuaikan dengan jenis dan jumlah peralatan yang
diperlukan dan dihitung dalam harga berlaku, misalnya cangkul, gunting
pangkas, sprayer pestisida, dan lain-lain.
e. Biaya Lain
Biaya lain meliputi biaya studi kelayakan, biaya impor/ekspor, dan biaya lain
yang berhubungan dengan pembangunan proyek
 Biaya produksi
Merupakan keseluruhan biaya yang dilakukan selama proses produksi tanaman.
Biaya produksi terdiri dari :

1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan secara tetap
dikeluarkan meskipun jumlah produksi banyak atau sedikit. Sehingga besarnya
biaya tetap tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi yang dijalankan.

Keterangan:
TFC = total biaya tetap (Rp)
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input (Rp)
n = jumlah atau banyaknya input

Page 4 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Kurva biaya tetap atau biaya yang tidak berubah walaupun volume produksi atau
penjualan berubah dapat dilihat pada Gambar 1.

P/ Rp

TFC

Gambar 1. Kurva Total Fixed Cost

2. Biaya Variabel
Untuk tujuan perencanaan dan pengawasan, biaya variabel dibedakan menjadi :
 Engineered variabel cost
Engineered variabel cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu
dengan ukuran kegiatan tertentu atau biaya yang antara masukan dan
keluarannya mempunyai hubungan yang erat dan nyata. Contohnya: biaya
bahan baku.
 Discretionary cost
Discretionary variabel cost adalah biaya-biaya yang jumlah totalnya sebanding
dengan perubahan volume kegiatan sebagai akibat kebijakan manajemen.
Misalnya adalah pengeluaran untuk pembelian bahan baku. Semakin banyak
barang yang dihasilkan, maka semakin besar pula pengeluaran untuk pembelian
bahan baku. Namun demikian laju peningkatan biaya tersebut berbeda-beda (tidak
konstan ) . Laju peningkatan mula-mula dari titik asal adalah menurun hingga titik
A. Pada titik A ini tidak terjadi peningkatan sama sekali. Kemudian sesudah titik A
laju kenaikannya terus menerus naik.
Kesimpulannya ialah Jika jumlah produksinya sedikit, maka nilai biaya yang
diperlukan rendah. Sehingga dalam hal ini, antara biaya variabel dan jumlah
produksi merupakan suatu hubungan yang sifatnya searah. Dalam usahatani, yang
termasuk biaya variabel adalah pengeluaran untuk pembelian pupuk, bibit, benih,
pestisida, biaya persiapan dan persewaan lahan, serta biaya pengolahan lahan.
Biaya variabel total dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
Page 5 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
VC = variable cost/ biaya variabel (Rp)
TVC = total variable cost/ jumlah dari biaya variabel (Rp)
Kurva biaya variabel atau biaya yang berubah-ubah sesuai dengan kapasitas
produksi dapat dilihat pada gambar 2.

TVC
P / Rp

N = batas kapasitas
normal
Gambar 2. Kurva Total Variable Cost
3. Biaya Total
Biaya total (total cost) dapat diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya
variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (Biaya total (Rp))
TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap total (Rp))
TVC = Total Variable Cost (Biaya variabel total (Rp))
Q = Quantitas Produk
Kurva biaya total atau Total cost untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.

P / Rp
TC
VC

FC

Gambar 3. Kurva Total Cost

4. Faktor Produksi dalam Usahatani


Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor
produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.
Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang
sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan

Page 6 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Bila
petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi
faktor produksi efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli
faktor produksipada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila
petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat
ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis
dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
Berdasarkan pengertian ini, maka produktivitas usahatani semakin tinggi bila
petani atau produsen mengalokasikan faktor produksi berdasarkan prinsip efisiensi
teknis dan efisiensi harga. Faktor produksi dalam usahatani memiliki kemampuan
terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan, tetapi dapat ditingkatkan nilai
produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat, misalnya faktor produksi lahan.
Berikut uraian dari masing-masing faktor produksi dalam usahatani.
4.1. Tanah
A. Sumber pemilikan tanah dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara
lain:
a. Beli
Tanah yang dibeli merupakan tanah milik, yang memiliki
ketentuanketentuan sebagai berikut:
 Dibuktikan dengan bukti kepemilikan yaitu sertifikat yang dikeluarkan
oleh negara melalui Kantor Pertanhan Nasional.
 Jual beli tanah milik harus memenuhi ketentuan yang berlaku secara
administratif dan proseduriil
 Jual beli dapat dilakukan melalui pembuat akta tanah yang ditetapkan
pemerintah, yaitu notaris atau camat sebagai PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah)
 Setelah akta jual beli ini diperoleh, baru diajukan ke kantor agraria
kabupaten untuk disertifikatkan.
b. Sewa
c. Sakap
d. Pemberian oleh negara
Tanah pemberian oleh negara dapat diperoleh melalui :
 Pelaksanaan UUPA (Undang-undang Pokok Agraria)
 Transmigrasi
 PIR (Program Perkebunan Inti Rakyat)
 TIR (Program Tambak Inti Rakyat)

Page 7 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
e. Warisan: tanah yang karena hukum agama dibagikan kepada ahli warisnya.
f. Wakaf: tanah yang diberikan atas seseorang atau badan kepada pihak lain
(misalnya untuk kegiatan sosial).
g. Membuka lahan sendiri
Tanah ini terjadi pada tanah dengan hak ulayat pada perladangan
berpindah, penggarapan lahan. Hak ulayat adalah hak yang diberikan para
ahli hukum pada lembaga hukum dan hubungan hukum kongkret antara
masyarakat hukum adat dengan tanah dalam wilayahnya. Hak ulayat pada
mulanya diciptakan oleh nenek moyang, eksistensinya masih diakui bagi
mayarakat hukum adat di wilayah tersebut, selama kepala adat dan para
tetua masih mengemban tugas megatur penguasaan dan penggunaan tanah
ulayat tersebut.
B. Status Tanah
Status Tanah adalah hubungan tanah usahatani dengan pengolahannya dengan
adanya status, maka akan memberikan kontribusi bagi pengelolanya. Terdapat
beberapa macam status tanah, antara lain:
a. Tanah Hak Milik
Tanah milik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Bebas diolah oleh petani
 Bebas untuk merencanakan dan menentukan cabang usaha di atas
tanah tersebut
 Bebas menggunakan teknik dan cara budidaya yang paling dikuasai
dan disenangi oleh petani
 Bebas diperjualbelikan
 Dapat menumbuhkan menurut tanggungjawab atas tanah tersebut
 Dapat dijaminkan sebagai agunan
b. Tanah Sewa
Tanah Sewa adalah tanah yang disewa oleh petani kepada pihak lain,
karena itu petani mempunyai kewenangan seperti tanah milik di luar jangka
waktu sewa yang disepakati, tetapi penyewa tidak boleh menjual dan
menjadikan sebagai agunan.
c. Tanah Sakap
Tanah sakap adalah tanah orang lain yang atas persetujuan pemiliknya,
digarap atau dikelola oleh pihak lain. Pengelolaan usahataninya, seperti
penentuan cabang usaha dan pilihan teknologi harus dikonsultasikan
dengan pemiliknya.

Page 8 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
d. Tanah Gadai
Tanah gadai adalah pengalihan penguasaan hak garap tanah dari pemilik
tanah kepada pemilik uang. Ada 2 motif yang melandasi terjadinya hal ini,
yaitu motif ekonomi (rumah tangga, kecil atau sedang) dan motif sosial
(misal, kalau menyewakan tidak cukup untuk membiayai kebutuhan yang
besar seperti pernikahan atau khitan anaknya). Dalam hal ini, status petani
masih tetap sebagai petani pemilik.
e. Tanah Pinjaman
C. Tanah Sebagai Ukuran Usahatani
Total tanah usahatani: jumlah luas tanah yang digunakan untuk usahatani (ha).
Misalnya: petani A memiliki tanah di 3 tempat untuk usahataninya. Setiap tanah
di suatu tempat disebut persil. Persil 1 = 3 ha, Persil 2 = 0,5 ha, Persil 3 = 0,8
ha, sehingga totalnya adalah 4,34 ha. Total luas pertanian adalah jumlah luas
per tanaman pada tanah usahatani yang diusahakan dalam waktu satu tahun.
D. Landreform
Landreform dilakukan sebagai langkah dari pemerintah yang bertujuan untuk
mengadakan perombakan dalam pemilikan tanah pertanian sedemikian rupa,
sehingga kepada tiap tanah usaha diberi luas yang cukup, bentuk dan bangunan
yang paling layak serta hubungan langsung dengan jalan umum.
Landreform bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Mengadakan pembagian yang adil atas semua sumber penghidupan rakyat
tani yang berupa tanah
b. Menghindari spekulasi tanah dan pemerasan
c. Memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap WNI
d. Mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan
penguasaan tanah secara besar-besaran dengan tak terbatas
e. Mempertinggi produk nasional dan mendoronh terselenggaranya pertanian

4.2. Tenaga Kerja


Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan untuk
menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan dan anak-
anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga.
Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan dan sambatan
(tolong-menolong, misalnya arisan dimana setiap peserta arisan akan
mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada anggota lainnya). Petani adalah
setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh

Page 9 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.
Petani memiliki banyak fungsi dan kedudukan atas perannya, antara lain
a. Petani sebagai pribadi
b. Petani sebagai kepala keluarga
c. Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
d. Petani sebagai pengelola usahatani
e. Petani sebagai warga sosial, kelompok
f. Petani sebagai warga Negara

Potensi dan pencurahan tenaga kerja usahatani


Contoh soal:
Pak Abdul berumur 25 tahun, dia adalah pemilik penggarap dan sebagi buruh tani
untuk menambah penghasilan. Istrinya, ibu Abdul berumur 20 tahun. Dengan lahan
0,31 ha, setahun Pak Abdul mencurahkan 340 hari kerja (HK). Anaknya masih
berumur 1 tahun, Ibu Pak Abdul berumur 50 tahun dan menjadi tanggungan Pak
Abdul. Bila kita lihat potensi tenaga kerja yang tersedia:
Tenaga kerja pria = 1 orang
Tenaga kerja wanita = 2 orang
Anak-anak = 0 orang
Untuk mengetahui potensi tenaga kerja keluarga harus dilipatkan atau dikalikan
pencurahannya dalam satu tahun dengan mengurangkan hari libur dan hari besar,
maka perhitungan optimal dalam kondisi normal, ditetapkan sebagai berikut :
Tenaga kerja pria = 300 hari kerja (HK) per tahun
Tenaga kerja wanita = 220 hari kerja (HK) per tahun
Tenaga kerja anak-anak = 140 hari kerja (HK) per tahun
Jadi, contoh soal tersebut:
Tenaga kerja pria = 1 orang X 300 HK = 300 HK
Tenaga kerja wanita = 2 orang X 220 HK = 440 HK
Tenaga kerja anak-anak = 0 orang X 140 HK = 0 HK
Dengan demikian, Pak Abdul telah mencurahkan tenaga kerjanya melebihi potensi
yang ada, tetapi untuk tenaga kerja wanitanya jauh dari potensi yang harus
dijalankan. Kemungkinan dapat dianalisa lebih jauh, mengapa hal ini bisa terjadi,
 Apakah Ibu Abdul sibuk mengurusi rumah dan anak,
 Apakah Ibu Pak Abdul tidak ikut dalam usahatani karena sakit,
 Apakah tanaman yang dipilih Pak Abdul terlalu berat sehingga para

Page 10 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
wanita tidak bisa menyalurkan tenaganya dan lain-lain.
Contoh kebutuhan tenaga kerja beberapa komoditi pertanian adalah sebagai berikut:
 Ubi Jalar : 178 HK
 Lombok : 204 HK
 Kentang : 317 HK
 Bawang merah : 178 HK
 Kubis : 525 HK
Kegiatan usahatani yang memerlukan tenaga kerja meliputi :
• Persiapan tanaman
• Pengadaan saprodi
• Penanaman dan persemaian
• Pemeliharaan
 Penyiangan
 Pemangkasan
 Pemupukan
 Pengaturan air
 Panen dan pengangkutan hasil
• Penjualan

Ukuran Satuan Kerja


Satuan kerja diperlukan untuk mengukur efisiensi yaitu jumlah pekerjaan
produktif yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja. Efisiensi diukur dengan
produktivitas, yaitu perbandingan antara berapa yang dihasilkan dengan berapa HK
yang digunakan.
Contoh :
Cabang HK Hasil Produktivitas
Usaha (Rp/HK)
Ubi 178 Rp 19.400 108,99
Jalar
Kubis 525 Rp 10.500 20

Masing-masing cabang usaha mempunyai produktivitas yang berbeda. Dengan


perhitungan satuan kerja tersebut, dapat dilihat oleh petani manakah cabang usaha
yang dapat memberikan keuntungan bagi petani.

Page 11 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019

4.3. Modal
Terdapat beberapa contoh modal dalam usahatani, misalnya: tanah, bangunan,
alat-alat pertanian, tanaman, ternak, saprodi, piutang dari bank dan uang tunai.
Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman (kredit dari
bank, dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa. Modal
dari kontrak sewa diatur menurut jangka waktu tertentu, sampai peminjam dapat
mengembalikan, sehingga angsuran (biasanya tanah, rumah dll) menjadi dan
dikuasai pemilik modal.
Produktivitas modal: dengan uang yang dikeluarkan untuk membeli sesuatu
barang, haruslah diperoleh barang yang mempunyai produktivitas yang paling
tinggi dengan tujuan untuk menguji produktivitas berbagai modal. Dalam pengujian
tersebu terdapat beberapa ketentuan, antara lain:
 Ukuran: lebar, panjang, tinggi, isi dan bobot
 Kapasitas: daya muat, daya tarik dan daya hasil
 Convenience: mudah dalam penggunaan
 Daya tahan dalam pemakaian
 Tenaga yang diperlukan dalam penggunaan
 Bahan yang diperlukan dalam penggunaan
 Kegunaan dalam rangka perusahaan
 Harga pembelian
Contoh kasus:
Pola pertanian di Jawa, pada umumnya memperlihatkan masa garap tanah yang
amat singkat, tidak lebih dari 45 hari dalam semusim. Traktor hanya digunakan
untuk membajak dan menyisir tanah. Selam 45 hari digunakan unuk
mempersiapkan lahan seluas 9 ha. Traktor bias digunakan 6.000 jam/tahun. Harga
traktor roda dua 3 juta rupiah. Penyusutan per tahun adalah 30 % (Rp 900.000).
Selain ada biaya penyusutan juga ada biaya bahan bakar, pelumas, reparasi, upah
pengemudi dan lain-lain. Biaya penyusutan per jam adalah Rp 900.000/6000 jam =
Rp 150/jam.
Di samping untuk membajak, kegunaan traktor yang lain bila traktor dilengkapi
dengan PTO (Power Take Off) bisa digunakan:
 Untuk menggerakkan sebuah dynamo sekuat 7,5 daya kuda dapat
membangkitkan tenaga listrik sampai 5 KVA, sehingga traktor dapat dipakai
untuk penerangan rumah tangga bila malam dan bengkel di siang hari
 Untuk pompa air, kipas angin, mesin gergaj dll. Bila traktor dilengkapi dengan

Page 12 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
alat pengangkutan hasil produksi, maka biaya pengangkutan dapat ditekan.
Istilah-istilah produktifitas lainnya:
 Produktivitas ternak adalah kemampuan ternak untuk berproduksi yang nyata
amat dipengaruhi oleh makanan, minuman, kandang, kesehatan, ketenangan
jiwa sapi dll.
 Produktivitas huller adalah kemampuan huller untuk menggiling gabah/ padi
menjadi beras putih dalam jam giling.
 Produktivitas tanah adalah berapa hasil yang dapt diharapkan dari tanaman
yang tanamannya di sebuah bidang tanah tertentu. Tingkat kesuburan tanah
berbeda-beda, misal 34 kg/1 ha atau Rp 2 000/ha.
 Produktivitas tenaga kerja adalah berapa hasil yang dihasilkan dengan
menggunakan tenaga kerja, misal Rp/HOK, Rp/JK, kg/HK. Contoh: penyadapan
karet: 600 pohon/hari.
5. Contoh Biaya Variabel, Tetap, dan Total dalam usahatani jamur tiram
a. Biaya total usahatani jamur tiram putih
Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap, biaya variabel. Dan
biaya lain-lain dari usahatani jamur tiram putih. Perhitungannya adalah sebagai
berikut :
Rata-rata Biaya Total Usahatani Jamur Tiram Putih per m 2
Pada Musim Tanam Januari-Juni 2010
No. Biaya Usahatani Jamur Jumlah Biaya
Tiram Putih (Rp)
1. Biaya Tetap 733.740,67
2. Biaya Variabel 9.312.243,95
3. Biaya Lain-Lain 250.000,00

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari ketiga komponen biaya


usahatani,terlihat bahwa proporsi bahwa proporsi biaya variabel lebih besar dari
biaya tetap dan biaya lain-lain. Hal tersebut disebabkan biaya yang dikeluarkan
untuk alokasi input variabel lebih besar disbanding faktor lain.
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap yang jumlahnya tidak dipengaruhi
dan tidak berhubungan langsung dengan besarnya produksi yang dihaslkan. Biaya
tetap terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat. Secara rinci, besarnya komponen
masing-masing biaya tetap usaha tani jamur tiram putih dapat dilihat pada tabel ini
. sedangkan penjelasan singkatnya sebagai berikut:

Page 13 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019

Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Jamur Tiram Putih Per m2


Pada Musim Tanam Januari-Juni 2010
No Uraian Biaya Tetap Jumlah
Biaya(Rp)
1. Sewa Lahan 174.272,73
2. Penyusutan Alat
Rumah 518.187,34
Jamur(Kumbung) 14.876,77
Sekop 11.710,37
Drum 14.063,55
Rak Bambu 559.468,03
Total penyusutan
Total Biaya Tetap 733.740,67

1. Sewa lahan
Sewa lahan merupakan nilai yang dikeluarkan untuk menyewa lahan selama
satu kali masa tanam. Sewa lahan pada penelitian ini dihitung per 6 bulan
karena satu kali musim tanam jamur tiram putih lamanya kurang lebih 6
bulan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan
rata-rata biaya sewa lahan per musim tanam (6 bulan) sebesar
Rp174.272,73.
2. Penyusutan Alat
Penyusutan yang dihitung dalam usaha tani jamur tiram putih meliputi
penyusutan rumah jamur(kumbung), rak bamboo, sekop, dan drum yang
masing-masing sebesar Rp518.817,34; Rp14.063,55; Rp14.876,77:
Rp11.710,37. Dari perhitungan tersebut diperoleh total rata-rata penyusutan
alat per musim tanam sebesar Rp559.468,03.
b. Biaya variabel
Rata-rata biaya variabel usaha tani jamur tiram putih per m2 pada musim
tanam Januari-Juni 2010
No Uraian Biaya Jumlah Biaya
Variabel (Rp)
1 Bibit 1.196.969,70
2 Serbuk gergaji 991.568,18
3 Bekatul 1.062.730,30
4 Kapur 541.769,70
5 Cincin paralon 359.090,91
6 Plastic 478.787,88
7 Kapas 335.151,52
8 Kayu bakar 957.575,76
9 Tenaga kerja 3.388.600,00
Total 9.312.243,95

Page 14 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019

Biaya variabel merupakan biaya yang dipengaruhi oleh besar kecilnya


nilai produksi. Biaya ini selalu berubah-ubah sesuai dengan besarnya produksi
yang dihasilkan, biaya variabel ini terdiri dari biaya pembelain saprodi seperti:
bibit, serbuk gergaji, bekatul, kapur, cincin paralon, plastic, karet, kapas, dan
tenaga kerja. Dari tabel dibawah itu dapat kita ketahui bahwa rata-rata
penggunaan biaya variabel usaha tani jamur tiram ini adalah Rp. 9.312.243,95.
Dari sembilan komponen biaya variabel tersebut bisa dilihat bahwa proporsi
biaya tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan biaya variabel yang
lainnya. Hal ini dapat kita artikan bahwa, besarnya biaya variabel tersebut lebih
banyak dipengaruhi oleh besarnya biaya tenaga kerja.

C. PENDAPATAN DALAM USAHATANI


1. Penerimaan
Kadarsan (1993) menyatakan, bahwa usahatani pada akhirnya akan
menghasilkan produk atau output yang merupakan penerimaan bagi petani jika
dikalikan dengan harga produk. Kelebihan penerimaan dari total biaya biaya
merupakan keuntungan usahatani. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh
tergantung pada tinggi rendahnya biaya produksi, harga komoditas, dan jumlah
produk yang dihasilkan. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan
merupakan perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TR = P x Q
Keterangan:
TR= Penerimaan Total (Rp)
P = Harga Produk (Rp/ unit)
Q = Jumlah Produksi (unit)

2. Pendapatan
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total
biaya yang digunakan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan terus berkembang dengan baik karena pada
prinsipnya, tujuan perusahaan secara umum adalah mencari laba maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani, antara lain: luas lahan,
tingkat produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusaha
Page 15 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja (Hernanto, 1991). Sedangkan menurut
Mulyadi (1992), pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh para
pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menghadapi resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang.
b. Melakukan inovasi/pembaharuan di dalam kegiatan ekonomi.
c. Mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.
π = TR – TC
Keterangan:
π = Pendapatan (Rp); TR = Total Revenue (Penerimaan total (Rp))
TC = Total Cost (Biaya total (Rp)

D. ANALISIS FINANSIAL TANAMAN SEMUSIM

Berikut disajikan hasil penelitian mengenai analisis finansial tanaman


semusim dengan cara hidroponik. Teknologi hidroponik mulai banyak
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan agribisnis melihat permintaan
akan sayuran organik yang semakin tinggi. Hidroponik merupakan metode
bercocok tanam tanpa tanah,tetapi menggunakan larutan nutrisi di dalam air.
Keunggulan hidroponik antara lain ramah lingkungan, produk yangdihasilkan
higienis, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil tanamandapat
terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat.
Kelayakan usahatani sayuran hidroponik diketahui melalui analisis R/C
Ratio pada masing-masing kelompok komoditas. Usahatani pada masing-
masing kelompok komoditas sayuran hidroponik dikatakan menguntungkan
dan layak untuk dilanjutkan apabila usahatani tersebut mampu menghasilkan
nilai output (produk) yang lebih tinggi daripada biaya-biaya yang dikeluarkan
(input) atau dapat dikatakan bahwa nilai R/C Ratio > 1.
Tabel 1. Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik pada PT KSS pada Luasan 500m2
dalam Waktu Satu Tahun
Uraian Bayam Kangkung Pakcoy Caysim
Total penerimaan (Rp) 330.600.000 505.400.000 294.120.000 245.100.000
Total biaya (Rp) 205.391.988 186.670.488 197.614.588 192.574.988
R/C Ratio 1,61 2,71 1,49 1,27

Berdasarkan Tabel 1, efisiensi usaha (R/C rasio) yang diperoleh


padasetiap komoditas sayuran hidroponik telah mencapai angka lebih dari
satu,sehingga dapat dikatakan usahatani tersebut telah efisien. Hasil dari R/C

Page 16 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Ratio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap rupiah yang
dikeluarkanperusahan dalam usahatani bayam akan memberikan penerimaan
sebanyak 1,61 kali, untuk kangkung sebanyak 2,71 kali, pakcoy sebanyak
1,49 kali, dan caysim sebanyak 1,27 kali.
Nilai R/C rasio yang didapatkantiap komoditas berbeda. Komoditas
caysim memiliki nilai efisiensi paling rendahkarena total penerimaan yang
paling rendah. Sedangkan komoditas kangkung memiliki nilai efisiensi
tertinggi karena penerimaan kangkung hidroponik memiliki nilai penerimaan
yang tinggi dengan penggunaan biaya yang rendah. Siklus produksi
kangkung juga paling singkatyaitu hanya 27 hari dari benih hingga siap
dipanen sehingga lebih cepat menghasilkan pendapatan. Perbedaan jumlah
biaya yang dikeluarkan pada masing-masing komoditas dapat dipengaruhi
oleh media cocok tanam.

REFERENSI
Hadisapoetra, S. 1978. Biaya dan Pendidikan dalam usahatani. Departemen
Ekonomi Pertanian. FP. UGM. Yogyakarta.
Mulyadi, 1992. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian
Biaya. FE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press
Jakarta). Jakarta.
Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya, Buku 1, edisi dua. Yogyakarta: BPFE

PROPAGASI

Page 17 of 18
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)
1. Berikan contoh faktor produksi usahatani yang termasuk didalam
struktur biaya variabel, Jelaskan beserta cara menghitungnya!
2. Berikan contoh faktor produksi usahatani yang termasuk didalam
struktur biaya tetap, Jelaskan beserta cara menghitungnya!
3. Carilah hasil penelitian usahatani yang menganalisis biaya dan
pendapatan usahatani lalu review kembali hasilnya!

B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


1. Apa yang dimaksud dengan Biaya?
2. Apa yang dimaksud dengan fixed cost variable cost dan total cost? Jelaskan
beserta kurvanya!

Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai