Anda di halaman 1dari 200

Perencanaan dan Evaluasi

Proyek Agribisnis
Konsep dan Aplikasi

Dr. H. Ali Musa Pasaribu, M.S

Lily Publisher
Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis - Konsep dan Aplikasi
Oleh: Dr. H. Ali Musa Pasaribu, M.S.

Hak Cipta © 2012 pada Penulis


Editor : Th. Arie Prabawati

Setting : Sri Sulistiyani


Desain Cover : dan_dut
Korektor : Krisworo

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, terınasuk memfotocopy,
me ekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.

Diterbitkan oleh LILY PUBLISHER Sebuah imprint dari Penerbit ANDI


JI. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (0274) 588282 Yogyakarta
55281

Percetakan: ANDI OFFSET


JI. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (0274) 588282 Yogyakarta
55281

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Pasaribu, H. Ali Musa


Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
Konsep dan Aplikasi/

H. Ali Musa Pasaribu; Ed. 1. - Yogyakarta: ANDI,


21 20 19 18 17 16 15 14 13 12

xviii + 182 hlm .; 16 x 23 cm.

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

ISBN: 978-979-29 3111 - 2

1. Judul

1. Agribisnis
DDC21 : 338.1
Perencanaan dan Evaluasi
Proyek Agribisnis
Konsep dan Aplikasi
х
| Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

3.2 Pohon Masalah dan Pohon Tujuan 32


3.3 Analisis Variabel Rumusan SWOT 33
3.4 Tahapan Perencanaan Strategis 34

BAB IV KONSEP NILAI WAKTU DARI UANG 43

4.1 Compounding Interest Factors (Bunga Majemuk). 43


4.2 Discount Factors .46
4.3 Menghitung Besarnya Tingkat Bunga 50

BAB V ANALISIS KRITERIA INVESTASI. 53

5.1 Penilaian Proyek.. 53


5.2 Net Present Value (NPV) 53
5.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) 55

5.4 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) 57


5.5 Internal Rate of Return (IRR) 57
5.6 Profitability Ratio (PR) 59
5.7 Revenue-Cost Ratio (R/C Ratio). 59

BAB VI BERBAGAI ALTERNATIF PROYEK INVESTASI


SISTEM AGRIBISNIS 61

6.1 Mutually Exclusive Alternative Projects 61


6.2 Perbandingan IRR dengan Net B/C Ratio 66
6.3 Cross Over Discount Rate .67

BAB VII BERBAGAI KONSEP DALAM PENDEKATAN


EVALUASI PROYEK 71

7.1 Menentukan Panjang Umur Proyek 71


7.2 Proyek Serbaguna (Multipurpose Projects) 72
7.3 Sensitivity Analysis 72

7.4 Payback Periods 73


7.5 Domestic Resources Cost (DRC) 74
*

7.6 Effective Rate Of Protection (ERP) 75


7.7 Analisis Titik Impas 78

BAB VIII MENGENAL PERBANKAN SEBAGAI SUMBER


PERMODALAN INVESTASI AGRIBISNIS 87

8.1 Lembaga Keuangan Sebagai Sumber Permodalan 87

8.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan.... 87


8.1.2 Lembaga Keuangan Bank (Perbankan). 88
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR V

KATA SAMBUTAN .vii

DAFTAR ISI .ix

DAFTAR GAMBAR... .xiii

DAFTAR TABEL XV

BAB I PENDAHULUAN.................... 1

1.1 Pembangunan Sektor Pertanian 1

1.2 Perencanaan Proyek Agribisnis .2

1.3 Pengawasan, Pengendalian, dan Evaluasi Proyek 4

1.4 Aplikasi Lingkup Proyek Agribisnis 5


7
1.5 Arti, Tujuan,dan Kegunaan Proyek
1.6 Tahapan Proyek .9
1.7 Jenis dan Macam Proyek 10

1.8 Beberapa Aspek Evaluasi Proyek 11


1.9 Analisis Finansial 12

1.10 Manfaat dari Proyek 14

1.11 Berbagai Jenis Biaya dan Investasi dari Proyek 15

BAB II AGRIBISNIS MERUPAKAN SOKO GURU


PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 19

2.1 Pengertian Agribisnis 19


2.2 Pembangunan Sektor Agribisnis Identik dengan
Pembangunan Perdesaan 20
2.3 Apa Soko Guru Perekonomian Indonesia 21
2.4 Agroindustri Sebagai Nilai Tambah 22
2.5 Fungsi Produksi Eksponensial .23
2.6 Manajemen Pemasaran Agribisnis 24
2.7 Kerja Sama Perdagangan Internasional 27

BAB III KONSEP SWOT ANALISIS ............ ..31

3.1 Perencanaan untuk Pengembangan ke Masa Depan 31


viii Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
|
KATA SAMBUTAN EDISI PERTAMA

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


saya menyambut dengan gembira penerbitan buku ajar (text book)
dengan judul Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis oleh Dr. H.
Ali Musa Pasaribu, MS selaku Dosen Luar Biasa pada Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Unhas serta sekaligus sebagai pengajar mata
kuliah Perencanaan dan Evaluasi Proyek pada semester ganjil.
Buku ini sangat bermanfaat untuk kebutuhan mahasiswa Agrokom
pleks untuk memudahkan pemahaman dan pengertian serta aplikasinya
tentang Perencanaan dan Evaluasi dalam proyek-proyek agribisnis.
Selanjutnya, kita menyadari bahwa Agribisnis semakin strategis lahan
bisnis di Indonesia dan merupakan penyumbang terbesar PDB Indonesia
dan peranannya dalam perdagangan bebas di ASEAN.
Kami berkeyakinan buku ini dapat digunakan sebagai buku pegangan
dan referensi para mahasiswa di lingkungan Agrokompleks (Pertanian,
Peternakan, Kelautan dan Perikanan serta Kehutanan) yang cukup
potensial baik di PTN maupun PTS di seluruh Indonesia. Akhirnya saya
sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin menyam
paikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada penulis dan Penerbit
Andi Yogyakarta yang bersedia menerbitkan buku ini.

Makassar, Januari 2012

ouauft
Prof. Dr. Ir. M. Yunus Musa, M.Sc
vi | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

lahan. “Tiada Gading Yang Tak Retak” mohon maaf atas segalanya.
Semoga buku ini dapat bermanfaat, amin.

Penulis

DR. H. ALI MUSA PASARIBU, MS


KATA PENGANTAR

Agribisnis semakin dirasakan oleh pelaku ekonomi di Indonesia


karena agribisnis mampu menjadikan lapangan usaha sekaligus kesem
patan kerja baik di perkotaan atau di pedesaan. Usaha agribisnis
mencakup 5 (lima) subsektor antara lain subsektor Tanaman Pangan dan
Hortikultura, subsektor Perkebunan, subsektor Peternakan, subsektor
Kelautan dan Perikanan dan Subsektor Kehutanan, sehingga sektor per
tanian dapat diibaratkan sebagai lokomotif penggerak/penghela pereko
nomian Nasional.

Buku Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis ini hampir


semua yang ada di toko buku sulit ditemukan berbasis Agribisnis sebagai
media lahan usaha bisnis, sehingga buku ini dapat bermanfaat bagi
konsep kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional berpijak pada
sumber daya dalam negeri untuk meningkatkan daya saing perdagangan
global yang dihadapi negara dewasa ini dan merupakan sumber
pendapatan nasional dan memberikan kesempatan kerja bagi angkatan
muda kerja yang intelektualnya berbasis iptek investasi agribisnis,
maupun praktisi yang ingin memulai usahanya di bidang agribisnis
terpadu di Indonesia.
Karena fenomena yang dibahas begitu luas dalam investasi agri
bisnis, penulis sengaja menyederhanakan pokok bahasan agar pemba
hasannya cukup ringkas dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, buku ini
lebih cocok digunakan sebagai referensi mata kuliah perencanaan dan
evaluasi proyek agribisnis bagi mahasiswa di lingkungan fakultas
agrokompleks dan praktisi usahawan muda di tanah air. Selanjutnya,
buku ini dapat berkontribusi pada pengembangan ekonomi Indonesia
secara umum.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga


kepada semua pihak dan kepada Penerbit Andi Yogyakarta yang bersedia
menerbitkan buku ini. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada
segenap dosen sejawat Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas
Kelautan dan Perikanan, dan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
atas segala sarannya. Penulis sangat mengharapkan kritik jika ada kesa
Tersim pan pada
lubuk hati yang
dalam cucu-cucu
semua sem oga Faiz di Gowa
menjadimanusia I asya di Maros
yang berguna, am in. Almaz di Surabaya
Sarah di Maros
Hafis di Medan
Aisyah di Maros
xvi | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

TABEL 12.2 Ekspor HHBK (dalam TON) 148

TABEL 12.3 Devisa ekspor HHBK (dalam US Dollar). 149


DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Hubungan antara PR, PT, dan PM 23


TABEL 2.2 Pangsa ekspor intra ASEAN (%), ASEAN-5............ 28

TABEL 2.3 Kompetensi produk China dan negara


ASEAN di pasar A.S. (%) 29

TABEL 3.1 Matrik Profil Kompetitif. 40

TABEL 5.1 Analisis finansial PT. Usaha Mina Indonesia


Timur di Makas. .r (dalam miliar).. 54

TABEL 6.1 Analisis Finansial Proyek A (Besar). 62


TABEL 6.2 Analisis Finansial Proyek B (Kecil).... 64

TABEL 7.1 Produksi dan nilai usaha tani udang windu


(P.monodon) pada berbagai tingkat teknologi
di Desa Garangkong Kecamatan Barru
Kab. Barru Sulsel (1988)........... 79
TABEL 7.2 Biaya tetap usaha tani udang windu (P.monodon)
pada berbagai tingkat teknologi di Kab. Barru
Sulsel (1988).. 79

TABEL 7.3 Biaya variabel usaha tani udang windu (P.monodon)


pada berbagai tingkat teknologi di Kab. Barru Sulsel
(1988)... 80
TABEL 7.4 Analisis biaya pendapatan usaha tani udang windu
(P.monodon) pada berbagai tingkat teknologi di
Kab. Barru Sulsel (1988)........ 81
TABEL 7.5 Alokasi biaya usaha tani udang windu
(P.monodon) pada berbagai tingkat teknologi di
Kab. Barru Sulsel (1988).... 81

TABEL 11.1 Data pertumbuhan berat dan panjang rata-rata


ikan bandeng (Chanos chanos F)....... 138
TABEL 11.2 Kualitas air tambak di petakan intensif dan
tradisional 139
TABEL 11.3 Pemanenan produksi bandeng umpan dan sintasan ... 139
TABEL 12.1 Sebaran beberapa tanaman HHBK utama 147
xiv 1 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan dari suatu proses produksi .... 24

Gambar 6.1 Proyek A dan B dengan biaya sama... .68


Gambar 6.2 Proyek A dan B yang memiliki benefit sama.. 69
Gambar 7.1 Break Event Point budi daya udang windu
(P. monodon) pada usaha tani tingkat teknologi
ekstensif di Kab. Barru Sulsel (1988) .82
Gambar 7.2 Break Event Point budi daya udang windu
(P. monodon) pada usaha tani tingkat teknologi
intensif di Kab. Barru Sulsel (1988).. 83
Gambar 7.3 Break Event Point budi daya udang windu
(P. monodon) pada usaha tani tingkat teknologi
semiekstensif di Kab. Barru Sulsel (1988).. 83

Gambar 8.1 Bagan lembaga keuangan .87


Gambar 8.2 Bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai
Financial Intermediary 100

Gambar 10.1 Bagan alur prosedur pemberian kredit . 118


Gambar 10.2 Proses penilaian permohonan kredit bank,
unsur-unsur yang dipertimbangkan dalam
menentukan suatu usaha yang Bankable. 125
Gambar

10.3 Arus kas modal kerja untuk perdagangan 127


Gambar

10.4 Arus kas modal kerja untuk manufaktur/industri ......... 127


xii
| Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

BAHAN BACAAN 155

LAMPIRAN 159
Daftar Isi Xi

|
8.1.3 Lembaga Keuangan Non Bank 98

8.1.4 Bank dan Lembaga Non Bank Sebagai Financial


Intermediary 100
8.1.5 Bank Sentral (Bank Indonesia) 101

BAB IX SHADOW PRICES SUATU KONSEP DALAM


EVALUASI PROYEK 107

107
9.1 Pembangunan Sektor Pertanian
9.2 Sumber Daya Manusia 109

BAB X PENGENALAN SISTEM PERKREDITAN DARI


BANK ................
111

10.1 Pengertian Kredit dan Perbankan 111

10.2 Unsur dan Tujuan Pemberian Kredit 113


10.3 Jenis-Jenis Kredit 114
10.4 Prosedur dan Penilaian Pemberian Kredit. 118

10.5 Analisis Kebutuhan Kredit 125

10.6 Penanganan Kredit Bermasalah 129

BAB XI SUPLEMEN 1: SISTEM USAHA TANI BANDENG


UMPAN DI PROPINSI SULAWESI SELATAN. ...... ..... 135

11.1 Pendahuluan 135

11.2 Bahan dan Metode 136

11.3 Pertumbuhan dan Biaya Pendapatan 138

BAB XII SUPLEMEN 2 : KEBIJAKAN HASIL HUTAN


BUKAN KAYU (KEMENHUT RI, DITJEN
REHABILITASI LAHAN) 145

12.1 Pendahuluan 145

12.2 Pengertian Hasil Hutan... 145


12.3 Jenis Pohon dan Hewan HHBK 146
12.4 Manfaat HHBK 147

12.5 Permasalahan 149

12.6 Peraturan Perundangan tentang HHBK 150

12.7 Maksud dan Tujuan serta Arah Pengembangan HHBK 150


12.8 Program, Kegiatan, dan Rencana Kegiatan
151
Pengembangan HHBK
12.9 Tugas Kementerian Kehutanan RI dan Pemda Provinsi,
Kabupaten/Kota 152
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pembangunan Sektor Pertanian


Pembangunan sektor pertanian identik dengan pembangunan eko
nomi secara nasional, sektor pertanian tidak identik dengan Kementerian
Pertanian, namun identik dengan sistem agribisnis. Oleh karena itu,
sektor pertanian adalah scope arti yang luas dimiliki oleh tiga (3)
Kementerian RI, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, dan Kementerian Kehutanan. Sektor Pertanian dalam
perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) didukung oleh 5 (lima)
subsektor, yaitu subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura, subsektor
Perkebunan, subsektor Peternakan, dan subsektor Kehutanan. Sesuai
dengan amanah GBHN Konstitusi Tahun 1999-2004 sebagai grand
strategi pembangunan ekonomi Indonesia secara holistik, yaitu agribisnis
led development.

Hal ini sejalan dengan 5 (lima) dasar pertimbangan strategi, yaitu:


1. Membangun perekonomian yang berdaya saing berdasarkan
comparative advantage sebagai negara agraris dan benua maritim,
2. Penyumbang terbesar dalam PDB, kesempatan kerja dan berusaha
dan meningkatkan devisa ekspor. Hal ini tercatat pada tahun 1995,
kontribusi agribisnis sebesar 48%, dalam penyerapan tenaga kerja
mencapai 77% dan dalam total ekspor sebesar 50% atau mencapai
80% dari nilai ekspor nonmigas,

3. Sistem agribisnis merupakan penunjang utama dalam perekonomian


daerah dan yang paling siap dioperasionalkan dalam era otonomi
dewasa ini,

4. Dengan membangun agribisnis sekaligus akan membangun sistem


ketahanan pangan Indonesia yang berbasis pada keanekaragaman
pangan yang kokoh didasarkan kearifan lokal dan erat kaitannya
dengan ketahanan sosial ekonomi dan politik,
2
| Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

5. Dengan pembangunan agribisnis sekaligus berperan aktif dalam


menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan sistem
agribisnis akan mampu menarik transmigrasi penduduk di Pulau Jawa
ke luar Jawa dan selanjutnya dari penduduk perkotaan ke pedesaan,
artinya membangun agribisnis identik dengan membangun pedesaan
menjadi wilayah agropolitan dan minapolitan.
Dari kelima dasar pertimbangan di atas, pembangunan perekonomian
sistem agribisnis akan banyak menciptakan proyek-proyek ekonomi baik
proyek ekonomi finansial maupun keproyekan ekonomi dari sektor
pemerintah (sarana dan prasarana). Selain itu, membangun sistem
agribinis akan banyak gerbong ekonomi yang akan ikut terkait, yaitu
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, Kementerian
Koperasi dan UKM, BULOG sehingga perlu terbentuk Forum Koordinasi
Pangan dan Agribisnis dalam salah satu Menteri Koordinator sebagai
koordinasi kebijakan dan program keproyekan antar daerah dengan pusat,
lintas sektoral secara harmonis.

1.2 Perencanaan Proyek Agribisnis


Untuk mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi dan pening
katan kesejahteraan masyarakat petani/nelayan, pemerintah merumuskan
perencanaan nasional secara terperinci dan melembaga mulai dari pusat,
provinsi sampai ke pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian,
lembaga perencanaan tersebut akan melayani dan merumuskan kebutuhan
perencanaan pembangunan baik nasional, regional provinsi maupun
daerah kabupaten/kota. Selanjutnya, dari rumusan kebijaksanaan peren
canaan tersebut, keluarannya adalah proyek pembangunan ekonomi yang
di dalamnya terdapat proyek agribisnis.
Proyek jangka pendek (Japen) ialah suatu proyek yang diseleng
garakan oleh pihak pemerintah maupun Badan Usaha Swasta, dengan
Japen waktu 5-10 tahun, jangka menengah (Jangah) 10-15 tahun dan
Japan (Jangka Panjang) 15-30 tahun tergantung sifat dan kecepatan umur
ekonomi dalam pengembalian investasi (payback period) semula cepat
pengembalian mulai umur proyek makin pendek, apabila proyek
diselenggarakan oleh pemerintah, maka tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan publik/kesejahteraan masyarakat, sedangkan oleh pihak swasta
bertujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) aksi memperoleh keun
tungan. Di dalam era otonomi daerah perencanaan pembangunan dilaku
Pendahuluan 3

|
kan secara stakeholder mulai dari bawah (Bottom Up) sampai ke atas
(Top Down), melalui Musrembang sejak dari desa-kecamatan-kabupaten/
kota dan propinsi. Hal ini sekaligus fungsi koordinasi dalam sistem
pemerintahan desentralisasi dapat dilakukan sudah membuahkan hasil,
pembangunan proyek yang dibiayai oleh APBD dan APBN. Sedangkan
untuk proyek finansial (swasta), itu mengikuti apabila infrastruktur
berwujud, maka proyek bisnis (swasta) akan mengikuti dari belakang,
baik biaya individu maupun dari fasilitas bank (investasi).
Agar perencanaan dapat memperoleh hasil yang optimal maka dapat
dilihat lebih dahulu keuntungan-keuntungan apa yang membuat peren
canaan lebih efektif dalam fungsinya sebagai motor penggerak dari suatu
proyek meliputi hal-hal berikut:
1. Dapat menghasilkan kegiatan-kegiatan yang teratur dan sistematis
secara berkesinambungan dalam pencapaian sasaran suatu proyek
karena perencanaan memberikan pengarahan kegiatan dan pedoman
baku bagi pelaksanaan proyek tersebut,
2. Perencanaan dapat membuat suatu forecasting (prakiraan) tentang
potensi dampak dan prospek pengembangan suatu proyek baik
langsung maupun tidak langsung,
3. Suatu perencanaan yang baik dapat memberikan metode yang tepat
dan sistematis untuk menghadapi masalah-masalah pembangunan
yang spesifik, menemukan implikasi-implikasi yang tersembunyi dari
proyek-proyek yang tidak berhubungan, dan mengetahui secara pasti
kebutuhan dari proyek, baik dari segi pendanaan maupun jadwal
penyelesaian proyek tersebut,
4. Perencanaan dapat memberikan alternatif-alternatif pilihan yang
terbaik untuk dibiayai karena terbatasnya sumber daya keuangan
yang tersedia,
5. Perencanaan sebagai dasar untuk pengendalian/evaluasi suatu proyek
dapat mengukur hasil yang akan ditargetkan,

6. Perencanaan memberikan kesempatan untuk melakukan penyusunan


skala prioritas, memilih urutan-urutan dari segi kepentingan
kepentingan yang perlu segera dilaksanakan atau ditunda kembali,
7. Perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan proyek dalam pem
bangunan dan tolok ukur dalam pembiayaan proyek-proyek yang
4 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

terbatas ketersediaannya agar dapat digunakan secara efisien dan


efektif.

Dari hal-hal yang telah dikemukakan tersebut di atas maka peren


canaan merupakan syarat mutlak bagi pelaksanaan proyek dalam
rangka pembangunan secara umum dan khususnya proyek sistem
agribisnis.

1.3 Pengawasan, Pengendalian, dan Evaluasi Proyek


Yang dimaksud dengan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi
suatu proyek adalah bertitik tolak dari perencanaan yang telah dibuat
berdasarkan strategi perusahaan untuk merebut peluang pasar. Menurut
Michael E. Porter (1985), ada tiga strategi yang dapat dilakukan untuk
memperoleh keunggulan komperatif, yaitu Cost Leadership, Diferensiasi,
dan Fokus. Hal ini dapat dicapai apabila suatu investasi memiliki produk
unggulan dapat bersaing lebih tinggi dengan produk pesaing di wilayah
pasar tertentu. Harga jual berdasarkan cost of good sale (harga pokok
penjualan) lebih murah dibandingkan dengan perusahaan pesaing baik
domestik maupun internasional dengan nilai/kualitas produk yang sama
(homogen). Misalnya negara-negara industri maju menanam investasi
pada pasar di Asia seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan
Kamboja agar memperoleh bahan baku (BB) yang lebih murah
perusahaan juga dapat melakukan strategi diferensiasi dengan mencip
takan referensi terhadap nilai tertentu pada konsumennya misalnya
referensi terhadap keunggulan produk, inovasi, pelayanan yang lebih
baik, dan brand image yang lebih unggul, di samping itu pula strategi
fokus dapat diterapkan untuk memperoleh keunggulan dengan segmentasi
pada pasar yang diharapkan.
Untuk memperoleh strategi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelayak
an strategi bisnis (Rangkuti, 2008), yaitu:
a. Strategi Manajemen
Meliputi strategi yang dapat dilakukan secara oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya
strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi
akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan,
dan sebagainya.
Pendahuluan 5

|
b. Strategi Investasi
Merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya,
apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agre
sif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan,
strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi
divestasi, dan sebagainya.
c. Strategi Bisnis
Ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen,
misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional,
strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang ber
hubungan dengan keuangan.

1.4 Aplikasi Lingkup Proyek Agribisnis


Lingkup kegiatan usaha agribisnis yang dimaksud adalah mulai dari
subsistem Input - subsistem Output - subsistem Pro Industri - subsistem
-

Pemasaran, sedangkan subsistem penunjang adalah lingkup upaya


pemerintah menunjang usaha-usaha agribisnis seperti sarana prasarana
transportasi kebijakan pemerintah (Regulasi) penyuluhan/pendidikan/
penelitian menghasilkan teknologi dan permodalan (penyediaan PAGU
alokasi plafon kredit agribisnis oleh Bank Pelaksana).
Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Subsistem Input (Hulu)
Pengadaan mesin-mesin otomotif alat-alat pertanian (Alsintan),
Benih yang bermutu,
Pupuk Kimia,
Pupuk Organik,
» Pupuk Pelengkap Cair (PPC),
► Pakan Ternak,
Pakan Hijauan untuk ternak,
Pakan buatan untuk ikan/udang,
Usaha pengadaan pestisida,
Pengadaan Bibit tanaman Hutan Non Kayu,
Usaha Petik Olah Jual perbenihan skala rumah tangga.
6 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

b. Subsistem Produksi
Usaha budi daya tanaman pangan/hortikultura,
Usaha-usaha tanaman perkebunan,
Usaha budi daya peternakan (Ruminansia-Unggas),
Usaha budi daya perairan laut (Marine Cultures),
Usaha Penangkapan ikan plagic kecil/besar,
→ Usaha budi daya non kayu (HTI, sutra alam, rotan, getah pinus,
kayu bakau).
Subsistem Agro Industri
Pengolahan selep gabah/beras,
Pengolahan pasca panen produksi tanaman hortikultura (sayuran/
buah-buahan),
• Pengolahan produksi biji kakao menjadi paste cokelat,
Pengolahan produksi minyak kelapa sawit,
Pengolahan produksi air kelapa/minyak kelapa,
Pengolahan kopi bubuk,
Pengolahan pabrik pengilingan daging sapi/ayam,
Pembuatan dendeng sapi/abon daging,
Pengolahan minuman buah-buahan hortikultura,
> Pengolahan Canning Factory Sardenella (Ikan sarden kaleng ),
Pengolahan Tepung Ikan (Fish Meal),
Pengolahan Ikan Asin/kering/pindang,
→ Pengolahan pabrik cat getah pinus,
Usaha pembuatan arang kayu mangrove,
Usaha pulp kayu pembuatan kertas,
Usaha mebel industri dari produksi batang bambu, HERE
Usaha sutra alam (tenun) kokon,
Usaha mebel kayu HTI,
Usaha Rotan (meubel),
- Industri Pengolahan Rumput Laut.
ü Subsistem Pemasaran
Perdagangan pengumpul hasil produksi tanaman pangan/
hortikultura,
Eksportir hasil produksi tanaman pangan/hortikultura,
Perdagangan produksi segar tanaman pangan/hortikultura,
Perdagangan biji kakao lokal/eksportir,
Perdagangan kopi dalam negeri/ekspor,
Perdagangan sapi/kambing antar pulau,
Pendahuluan 7

|
Perdagangan udang/ikan di dalam negeri/ekspor,
Perdagangan pupuk kimia/organik di dalam negeri.

1.5 Arti, Tujuan, dan Kegunaan Proyek


Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
memengaruhi perusahaan agribisnis dalam jangka panjang. Oleh karena
itu, perlu dilakukan studi yang berkali-kali agar jangan sampai proyek
tersebut setelah terlanjur diinvestasikan dana yang sudah besar, ternyata
proyek tersebut tidak menguntungkan, maka seringkali terpaksa proyek
ini dihentikan atau dioper (dijual) kepada pihak lain. Bila penyandang
dananya pihak pemerintah, maka proyek tersebut diupayakan tetap
berjalan namun perlu bantuan subsidi, proteksi, dan lain sebagainya, yang
sebenarnya tidak layak dan tidak sehat dipandang dari segi makro
ekonomi.

Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian


menjadi tidak menguntungkan (gagal). Kegagalan terjadi karena kesalah
an perencanaan, kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, kesalahan
dalam memerkirakan teknologi yang tepat digunakan, kesalahan dalam
memperhitungkan bahan bakar, kesalahan dalam memerkirakan tenaga
kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada. Sebab lainnya bisa ber
asal dari pelaksanaan proyek yang tidak terkendali. Akibatnya biaya
pembangunan proyek menjadi “membengkak”, penyelesaian proyek
menjadi tertunda-tunda, dan sebagainya. Di samping itu bisa juga
disebabkan karena faktor lingkungan yang berubah, baik lingkungan
ekonomi, sosial, bahkan politik yang tidak kondusif. Bisa juga karena
sebab-sebab di luar dugaan misalnya bencana alam, perubahan iklim,
seperti musim kemarau panjang (Elnino), dan banjir, serta tanah longsor
(Lanina).

Untuk itu, studi tentang kelayakan suatu proyek agribisnis adalah


sangat mendasar. Semakin besar skala investasi semakin penting studi
tersebut. Bahkan untuk proyek-proyek yang besar, seringkali studi ini
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap
keseluruhan. Apabila dari suatu studi pendahuluan tersebut sudah
menampakkan gejala-gejala yang tidak menguntungkan, maka studi
keseluruhan mungkin tidak perlu lagi dilakukan.
8 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Selanjutnya, tujuan dan kegunaan dari perencanaan dan evaluasi


proyek adalah untuk menentukan pemilihan investasi yang tepat. Karena
sumber-sumber ekonomi tersebut ketersediaannya dalam aktivitas
ekonomi adalah terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara
berbagai jenis proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat meng
akibatkan pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang terbatas tersebut.
Oleh karena itu, perlu diadakan perhitungan sebelum melaksanakan
proyek untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif dengan jalan
menghitung biaya dan kegunaan dari proyek-proyek tersebut.
Proyek merupakan elemen operasional yang terkecil dipersiapkan dan
dilaksanakan sebagai suatu kesatuan dalam perencanaan nasional maupun
secara regional yang pada umumnya berhubungan dengan kegiatan
investasi atau sumber daya di mana biaya dikeluarkan untuk penga-daan
sarana maupun investasi barang modal yang akan mempro-duksi manfaat
(benefit) pada suatu kurun waktu tertentu. Sehingga suatu proyek
merupakan kegiatan/aktivitas yang menggunakan alokasi sumber daya
dan diterapkan nanti akan memperoleh manfaat di waktu yang akan
datang

Dengan demikian, proyek merupakan kegiatan/aktivitas yang menge


luarkan biaya dan diharapkan akan mendapatkan hasil (return) di masa
yang akan datang (Choliq, dkk, 1991).
Dengan demikian, suatu proyek terlebih dahulu dibuatkan studi
kelayakan dengan berbagai hal yang perlu diketahui, yaitu:
1. Cakupan Kegiatan Proyek
Cakupan atau ruang lingkup kegiatan proyek harus jelas, yaitu
bidang-bidang apa proyek akan beroperasi. Sebagai contoh, proyek
pendirian industri pupuk organik dengan daya dukung bahan baku
limbah, ternak, tanaman, penggemukan sapi potong, Tanaman Hutan
Industri (THI) serta Cold Storage maupun galangan pembuatan kapal
ikan.

2. Metode Pelaksanaan Proyek


Dalam hal ini siapa yang akan melaksanakan proyek tersebut, apakah
diserahkan kepada kontraktor atau dikerjakan swakelola.
Pendahuluan 9

|
3. Monitoring dan Evaluasi Proyek
Dalam hal ini perlu diidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan
usaha proyek tersebut. Menentukan teknik apa yang dapat dipergu
nakan dengan mengidentifikasi semua kegiatan proyek.
4. Sarana yang Dibutuhkan Oleh Proyek
Hal-hal yang menyangkut kebutuhan seperti material, tenaga kerja,
peralatan serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya seperti trans
portasi, jalan raya, dan lain sebagainya.
5. Hasil Kegiatan Proyek
Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya-biaya yang harus ditang
gung untuk memperoleh hasil tersebut.
6. Output yang Diperoleh
Akibat-akibat yang bermanfaat maupun tidak dari adanya proyek
tersebut. Hal ini sering disebut juga sebagai manfaat dan pengorba
nan ekonomi dan sosial.

7. Rencana Kegiatan Proyek


Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek beserta jadwal
dari masing-masing kegiatan tersebut, sampai dengan proyek inves
tasi siap berjalan.

1.6 Tahapan Proyek


Pelaksanaan operasional proyek meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan Awal

Dalam kegiatan ini proyek diidentifikasi lebih dahulu dan selanjut


nya dievaluasi apakah proyek tersebut layak atau tidak jika dilaksana
kan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Operasional Pelaksanaan
Setiap pelaksanaan proyek masuk dalam tahapan pelaksanaan yang
riil di lapangan agar manfaat pelaksanaan tersebut dapat berguna bagi
pelaksana/perusahaan maupun untuk kepentingan masyarakat sebagai
pengguna. Pelaksanaan proyek dibagi 3 (tiga), yaitu pada awal
pelaksanaan, pertengahan, dan penyelesaian proyek tersebut.
3. Evaluasi Pelaksanaan Proyek
Tahapan akhir proyek adalah evaluasi yang merupakan analisis secara
sistematis yang akan dicapai oleh suatu proyek, apakah proyek
10 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

tersebut mengalami sukses dengan tepat sasaran atau mengalami


kegagalan. Pada tahapan evaluasi maka perlu diperhatikan kriteria,
yaitu:
a. Proyek tersebut seyogyanya memberikan manfaat (benefit) dan,
b. Proyek dapat memberikan multiplier-effect terhadap lingkungan
sekitarnya.

1.7 Jenis dan Macam Proyek


Jenis dan proyek yang direncanakan oleh lembaga perencanaan
nasional, regional, dan daerah kabupaten/kota maupun proyek individu,
merupakan suatu kegiatan yang dibiayai oleh dana anggaran belanja
pemerintah pusat/daerah maupun dana yang berasal dari sektor swasta/
individu berupa investasi dari laba perusahaan maupun dari kredit
perbankan. Hasil yang diharapkan oleh pelaksana proyek tersebut adalah
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun perusahaan secara
finansial.

Adapun jenis dan macam proyek tersebut sebagai contoh dapat


digolongkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan wujudnya ada dua jenis, yaitu Proyek Fisik dan Non
Fisik
Dapat dibedakan dari wujud, dari keproyekan tersebut secara fisik
dan non fisik. Misalnya pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian
Kelautan dan Perikanan membangun pelabuhan ikan nusantara di
Benoa-Bali merupakan proyek fisik, sedangkan proyek non fisik
adalah proyek penyuluhan intensifikasi tambak dan penangkapan
ikan plagic kecil di laut Jawa.
2. Berdasarkan pelaksanaannya, ada dua jenis, yaitu proyek sektor
pemerintah dan swasta
Proyek ini dapat dibedakan pada pelakunya misalnya proyek irigasi
saluran pertambakan oleh Ditjen Budi Daya Ikan Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI, sedangkan sektor swasta adalah proyek
pendirian cold storage atau pabrik pengalengan ikan tuna oleh
pengusaha.
3. Berdasarkan tujuan, ada dua jenis, yaitu Sosial dan Ekonomis
Proyek ini dapat dibedakan dari tujuan proyek didirikan oleh pemra
karsanya, misalnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mem
Pendahuluan | 11

bangun suatu proyek restoking ikan terbang di Selat Makassar dan


Laut Flores sebagai tujuan bersifat sosial. Sedangkan yang bersifat
ekonomis adalah PT. Bosowa Group membangun satu proyek pabrik
pengolahan rumput laut di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, PT.
IKI Makassar membangun galangan kapal armada penangkapan ikan
tuna di Makassar atau NV. Hadji Kalla Group membangun proyek
tambak udang intensif di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
4. Berdasarkan ruang lingkupnya, ada dua jenis, yaitu Skala Besar dan
Kecil

Proyek ini ditinjau dari ukuran skala besar kecilnya dengan


mengukur dana investasi yang ditanamkan oleh pemrakarsa proyek
tersebut, misalnya PT. PAL Surabaya membangun Kapal Angkutan
Kapal Ikan di ZEE untuk biaya yang besar sedangkan yang kecil
adalah PT. Perikanan Samudera Besar Cabang Makassar membeli
kapal bekas untuk armada penangkapan Pole and Line di Selat
Makassar dari Pemerintah Taiwan.

1.8 Beberapa Aspek Evaluasi Proyek


Proyek dapat dievaluasi dari 7 (tujuh) aspek, yaitu:
1. Aspek Teknis
Meliputi evaluasi tentang input dan output daripada barang dan jasa
yang akan diperlukan dan diproduksi berdasarkan metodologi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam memproses produksi
untuk menembus kebutuhan konsumen.

2. Aspek Manajerial dan Administratif


Yang menyangkut kemampuan manusia pada proyek tersebut untuk
menjalankan administrasi aktivitas dalam ukuran maksimal. Keahlian
manajemen hanya dapat dievaluasikan secara subjektif; meskipun
demikian dapat diukur dengan objektif dengan cara kuantitatif
sehingga dalam pengambilan keputusan dapat ditemukan secara
rasional sesuai dengan rencana proyek semula.
3. Aspek Organisasi
Objek perhatiannya ditujukan kepada hubungan sumber daya manu
sia sebagai staf yang melaksanakan proyek dengan bagian adminis
trasi keproyekan sehingga dapat diketahui hubungan struktural/
12 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

fungsional antara masing-masing wewenang dan tanggung jawab


dapat diketahui dengan pasti.
4. Aspek Pemasaran
Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan rencana penjualan produk
(barang dan jasa) yang dihasilkan oleh proyek dan peramalan
peramalan pemasaran dalam strategi marketing.
5. Aspek Finansial
Hal-hal yang menyangkut masalah keuangan yang diinvestasikan
dalam proyek terutama dalam hal rasio antara pengeluaran dengan
revenue earning dari proyek tersebut. Apakah proyek tersebut
menjamin dananya dalam kurun waktu tertentu, apakah proyek akan
mampu mengembalikan dana investasi yang ditanamkan dalam
proyek tersebut sehingga secara finansial dapat berkesinambungan,
antara lain dapat diukur dengan NPV > 0, Net B/C Ratio > 1, dan
IRR > tingkat bunga pinjaman bank.
6. Aspek Ekonomis
Hal-hal yang diperhatikan apakah dengan adanya proyek investasi
tersebut dapat membawa dampak secara skala makro terhadap
pembangunan ekonomi baik skala nasional, regional, dan kota/kabu
paten, oleh karena penggunaan sumber-sumber ekonomi yang
terbatas digunakan.

7. Aspek Lingkungan Hidup (LH)


Aspek ini cukup penting dirasakan terutama di Indonesia karena
produk merupakan output proyek dipasarkan ke mancanegara
(ekspor) sehingga negara importir sering mengklaim apakah produk
yang dihasilkan sudah memenuhi ketentuan persyaratan lingkungan
terhadap alam sekitarnya.

1.9 Analisis Finansial

Dilakukan untuk proyek-proyek yang diprakarsai oleh pihak swasta


atau individual. Hal ini berbeda prinsip yang mendasar dengan proyek
yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pihak swasta bertujuan untuk mem
peroleh keuntungan yang maksimum, sedangkan pihak pemerintah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial secara agregat. Kedua
pendekatan tersebut berbeda dalam pelaksanaan perhitungannya. Adapun
kedua analisis tersebut dapat dibedakan, yaitu:
Pendahuluan 1 13

a.
Analisis Finansial, hal di mana dilihat dari sudut pandang badan
badan usaha atau orang-orang yang menginvestasikan modalnya
dalam keproyekan atau berkepentingan langsung dalam proyek,
dengan mempunyai cukup 3 variabel, yaitu NPV, Net B/C Ratio, dan
IRR.

b. Analisis Ekonomis, hal mana ditinjau dari sudut pandang pere


konomian sebagai keseluruhan (agregat).
Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomis Proyek
FINANSIAL EKONOMIS
1. Harga 1. Harga
Yang digunakan adalah harga pro Harga yang digunakan adalah
yek yang berlaku di lokasi proyek harga bayangan (shadow prices)
atau market prices, yaitu harga di mana merupakan biaya yang
dibayarkan oleh investor. terluang (opportunity cost).
2. Subsidi Pemerintah 2. Subsidi Pemerintah
Jumlah subsidi yang diterima Jumlah subsidi merupakan trans
merupakan benefit atau dapat fer payment pemerintah sehingga
mengurangi biaya proyek. Dengan pengeluaran tersebut harus di
demikian, subsidi pemerintah tambahkan pada harga barang
tidak diperhitungkan dalam biaya barang dalam proyek tersebut.
proyek tersebut.
3. Pajak 3. Pajak
Jumlah pajak yang diperhitungkan Jumlah pajak yang diperhitung
masuk dalam biaya proyek ter kan merupakan transfer payment
sebut.
pemerintah, sehingga tidak perlu
diperhitungkan dalam biaya
proyek.

4. Upah Tenaga Kerja 4. Upah Tenaga Kerja


Upah untuk buruh, staf, dan Upah yang digunakan adalah
konsultan dihitung berdasarkan upah harga bayangan (shadow
upah yang berlaku di lokasi prices wages) dan merupakan
proyek. opportunity cost.
5. Bunga Modal 5. Bunga Modal
Dapat dibedakan pada alokasinya: Jumlah bunga modal yang tidak
a.
Bunga yang dibayarkan oleh dipisahkan atau dikurangkan dari
pengusaha pada Bank meru hasil kotor atau tidak diperhi
pakan biaya proyek, tungkan dalam biaya proyek.
b. Bunga atas modal proyek Apabila ada persyaratan tertentu
tidak dijadikan biaya. maka:
14 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

a. Bila investasi tersebut dike


luarkan pada saat dialokasi
kan maka tidak lagi diang
gap biaya,
b. Bunga pinjaman modal di
anggap sebagai biaya, se
dangkan angsuran modal
investasi dikurangkan dari
hasil kotor sebelum menda
patkan arus benefit.

1.10 Manfaat dari Proyek


Manfaat atau benefit yang diperoleh dari suatu kegiatan proyek baik
yang dapat/tidak dihitung dengan uang, baik langsung maupun tidak
langsung
Adapun manfaat dari proyek dapat digolongkan menjadi sebagai
berikut:

1. Manfaat Langsung (Direct Benefit)


Yaitu manfaat yang diterima dari kegiatan proyek secara langsung
sebagai contohnya adalah:
a. Kenaikan produktivitas unit penangkapan ikan,
b. Kenaikan nilai tambah dan kualitas produksi pertanian/hortikul
tura, perkebunan dan peternakan yang disimpan dalam cold
storage/ chilling room,
c. Teknologi sarana transportasi hasil produksi pertanian,
d. Teknologi budi daya udang/ikan,
e. Teknologi peningkatan produksi tanaman pangan/hortikultura,
perkebunan, peternakan, dan kehutanan.
2. Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefit)
Yaitu manfaat yang diperoleh secara tidak langsung, hal mana
manfaat tersebut dirasakan sebagai dampak dengan adanya proyek
tersebut. Misalnya: multiplier effect, seperti adanya teknologi tambak
udang intensif di sekitar lokasi proyek maka pendapatan masyarakat
sekitar tambak akan meningkat. Economics of scale artinya jika ada
teknologi intensifikasi budi daya pertanian, maka cost per unit output
Pendahuluan 15

|
akan menurun sehingga dapat meningkatkan margin usaha. Dynamic
secondary effect, artinya dengan adanya suatu proyek, misalnya
pabrik benang jaring nilon towyn, maka masyarakat sekitarnya akan
dapat membuat jaring/pukat ikan atau sutra alam menjadi usaha tenun
benang dan kain sutra.
3. Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefit)
Adanya manfaat suatu proyek dari suatu kegiatan proyek yang tidak
dapat dihitung atau dinilai dengan uang. Misalnya Proyek Pendirian
Pabrik Pengalengan Ikan Sardine, waduk pengendalian banjir.
4. Intangible Benefit
Adalah manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan proyek yang tidak
dapat dihitung dengan uang, tetapi dirasakan manfaatnya pada jangka
waktu tertentu, misalnya: proyek restoking ikan terbang di Selat
Makasar, Proyek penghijauan garis pantai untuk mengatasi kerusakan
hutan mangrove, dan peningkatan produksi padi sawah dengan
varietas unggul inpari 7 & 8.

1.11 Berbagai Jenis Biaya dan Investasi dari Proyek


Berbagai jenis biaya dan investasi proyek, khususnya aspek finansial
maupun ekonomis, dikeluarkan proyek guna mendapatkan penghasilan
(return) di waktu yang akan datang. Biaya dan investasi proyek tersebut
dapat digolongkan atas:
a. Biaya sebelum proyek dimulai dan lain-lain,
b. Investasi selama masa konstruksi,

c. Biaya waktu operasional proyek,


d. Biaya pembersihan lahan kelapa sawit dan perkebunan kakao.
1.11.1 Intangible Benefit
a. Sunk Cost
Adalah biaya total yang dikeluarkan pada waktu sebelum proyek
dilaksanakan, biaya tersebut tidak dapat dihindari pengeluarannya
sehingga biaya proyek tersebut harus dikeluarkan. Misal: biaya
penelitian penentuan lokasi proyek, legalitas keproyekan, dan studi
kelayakan (feasibility study), serta biaya-biaya keamanan proyek.
16 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
b. Penyusutan
Adalah pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap ti
sepanjang umur proyek berjalan, dalam hal ini dapat tercermin
neraca rugi/laba tahunan proyek tersebut.
c. Pengaruh Inflasi
Adanya pengaruh inflasi (kenaikan harga) maupun merosotnya nila
tukar rupiah terhadap Dollar AS atau mata uang asing lainnya, maka
akan memengaruhi besar kecilnya biaya keproyekan di masa yang
akan datang, sehingga adanya inflasi akan dapat memperbesar harga
nominal benefit proyek tersebut.
Jadi, baik arus benefit maupun arus biaya seyogyanya diukur atas
harga yang konstan pada waktu keputusan proyek dilaksanakan.
d. Bunga Modal
Dalam evaluasi, proyek bunga modal tidak diperhitungkan sebagai
biaya dengan alasan bahwa keputusan manajemen proyek ingin
mengetahui berapa persen keuntungan yang akan diperoleh dari
investasi tersebut. Sehingga bunga bank yang diperhitungkan, bahkan
menjadi pembanding dengan persentase keuntungan proyek untuk
menentukan layak tidaknya proyek tersebut.
e. Biaya Tak Terduga (contingency cost)
Adalah biaya-biaya yang tidak terduga sebelumnya yang didasarkan
pada kesalahan cara mengestimasi pengeluaran suatu proyek dan
biasanya dihitung 10% dari total investasi yang akan dikeluarkan.
1.11.2 Investasi Selama Masa Konstruksi
Biaya ini terdiri dari biaya investasi yang langsung berhubungan
dengan biaya investasi proyek sejak dimulai sampai berjalan secara
operasional antara lain:
a. Pembangunan gedung pabrik (civil work),
b. Pembelian tanah,

C. Pembelian mesin/peralatan,
d. Upah tenaga kerja,
e. Biaya lain-lain pada masa kontruksi proyek.
Pendahuluan | 17

1.11.3 Biaya Waktu Operasional Proyek


Yang dimaksud biaya pada waktu operasional proyek adalah seluruh
pembiayaan yang dibayarkan selama proses mulai berproduksi atau
berlangsungnya suatu proyek, misalnya:
a.
Pembelian raw-material (bahan baku),
b. Upah Buruh,
c. Gaji Karyawan,
d. Biaya Listrik dan Air,
e.
Bahan Bakar Minyak,
f. Biaya lain-lain pada masa operasional proyek.
18 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
BAB II
AGRIBISNIS MERUPAKAN SOKO GURU
PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

2.1 Pengertian Agribisnis


Definisi Agribisnis adalah bisnis yang berbasis pertanian yang
dilaksanakan secara terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir sesuai dengan
sistem-sistem input produksi dan keluaran (output).

Bagan Agribisnis

Subsistem Subsistem Subsistem Subsistem


I
Produksi (Farming) Pasca Panen Pemasaran

Subsistem

Jasa dan Penunjang

a. Subsistem Input
Alat/Mesin Pertanian (Alsintan),
Otomotif Peralatan Industri Pertanian,
Benih bermutu untuk tanaman,
-

Bibit unggul untuk tanaman/hewan,


Pupuk Kimia,
Pupuk Organik,
Pestisida,
Pupuk Pelengkap Cair (PPC),
-

Industri Agrokimia.
b. Subsistem Produksi (Farming)
Produksi Tanaman Pangan/Hortikultura,
Usaha Produksi Tanaman Perkebunan,
Usaha Produksi Peternakan,
Usaha Produksi Budi daya Air Laut/Air Payau, dan air tawar,
20 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Usaha Produksi Budi daya Perikanan Tangkap Plagic


Kecil/Besar,
Usaha Produksi Alam Kayu.
c. Subsistem Pasca Panen
Usaha Penggilingan Beras,
Usaha Pengolah Jagung,
Usaha Produksi Makanan/Minuman,
Usaha Pengolah Ikan/daging,
Usaha Industri Pupuk Organik,
Usaha Industri Kerajinan Mebel/Rotan,
Usaha Pengolah Produk Perkebunan dll.
d. Subsistem Pemasaran (Marketing)
Distribusi,
Promotion,
Informasi Pasar,
Inteligent Pasar,
Sumber Pasar (Domestik/Ekspor),
Kebijakan Perdagangan Domestik/LN.
e. Subsistem Jasa dan Penunjang
Perkreditan dan Asuransi,
Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Penyuluhan,
Transportasi/Pergudangan,
Regulasi (Mikro-Makro Ekonomi, RTRW).

2.2 Pembangunan Sektor Agribisnis Identik dengan


Pembangunan Perdesaan
Menurut Database (BPS, 1994), 70% dari jumlah penduduk Indonesia
bergantung mata pencariannya pada usaha tani atau agribisnis (On Farm).
Mereka adalah petani gurem, petani yang tidak memiliki akses sumber
daya pertanian, petani tambak nelayan, peternak, dan petani di sekitar
hutan. Kesemuanya itu adalah merupakan kekuatan ekonomi yang
diberdayakan untuk kemajuan perekonomian nasional. Pendapatannya
rendah (10% dari rata-rata pendapatan per kapita rakyat Indonesia secara
umum). Dengan demikian, tidak ada alternatif lain sehingga mau tidak
mau atau suka atau tidak suka, pemerintah harus berpihak kepada
Agribisnis Merupakan Soko Guru Pembangunan Ekonomi Indonesia | 21

ekonomi kerakyatan guna meningkatnya pendapatan di desa untuk


menggerakkan konsumsi domestik, dan sekaligus meningkatkan ekspor
nonmigas yang berasal dari sektor agribisnis.
Pengeluaran untuk konsumsi penduduk Indonesia di wilayah perko
taan semakin meningkat sejak periode 1981-1993 dari 1,69 tahun 1981
dan mengalami kenaikan tahun 1993 sebesar 1,82. Artinya apabila
penduduk perkotaan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan pedesaan,
dampaknya akan terjadi problem baru. Tenaga kerja yang ada di pedesaan
akan mengalami urbanisasi ke kota karena kota dapat memberikan
lapangan kerja baru lebih baik 1,82 kali dibandingkan di desa yang hanya
1,69 kali. Ketimpangan pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaan
dapat menimbulkan konflik urbanisasi dan migrasi dari wilayah tertinggal
ke wilayah maju di perkotaan.

2.3 Apa Soko Guru Perekonomian Indonesia?


Mengapa konsep agribisnis yang dikemukakan oleh para ahli kepa
karan pembangunan ekonomi? Mengapa industri yang digadang-gadang
oleh sebagian orang teknokrat di negeri ini? Jawabannya adalah kalau
jatuh pilihan ke agribisnis, risiko usahanya cukup tinggi (high risk). Ini
karena ketergantungan terhadap iklim yang tidak menentu, di samping
risiko kehilangan hasil akibat pencurian. Sementara perkotaan, hal ini
sudah jelas dapat diantisipasi dan terkendali, misal dengan industri
manufaktur.

Sebagian ahli masih memiliki persepsi bahwa konsep agribisnis


merupakan usaha kecil menengah (UKM), yaitu pedagang kaki lima dan
petani gurem, sedangkan usaha industri adalah usaha modern di
perkotaan. Namun mereka lupa bahwa dengan mengembangkan sektor
agribisnis itu identik dengan membangun desa karena 70% penduduk
Indonesia tinggal di pedesaan. Mereka inilah yang akan menopang
industri di perkotaan sebagai konsumen. Jika pemerintah berpihak pada
pengembangan agribisnis, ada lima (5) pendekatan stabilitas pemerintah
dalam pembangunan bidang ekonomi, yaitu:
a. Meningkatkan lapangan kerja di pedesaan, untuk menghambat
penyakit urbanisasi di perkotaan.
b. Menopang ketahanan pangan Indonesia dari ketergantungan impor
dari negara-negara maju.
22 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

c. Mengoptimalkan sumber daya alam yang sudah ada sebagai karunia


Tuhan Yang Maha Esa pada Indonesia sebagai negara agraris.
d. Sebagai pengendali faktor inflasi bagi ekonomi Indonesia yang
bersumber dari demand bahan makanan.

e. Memberikan peluang bagi angkatan muda wirausaha Indonesia,


untuk membuka lapangan kerja baru bagi pemuda dan pemudi
generasi baru Indonesia.
2.4 Agroindustri Sebagai Nilai Tambah
Apabila dikatakan industri merupakan sektor modern dan agribisnis
merupakan sektor tradisional, konsep ini merupakan paradigma lama
terhadap kapitalis untuk melemahkan konsep agribisnis. Penulis dapat
membuktikan paradigma tersebut tidak sesuai dengan kondisi alam
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam pertanian yang memiliki
daya saing (comparative advantage) dalam perdagangan global di Asia
Pasifik (APEC).
Potensi sumber daya alam Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa terdiri dari ribuan pulau (17.508 pulau), panjang garis pantai
81.791 Km, luas perairan laut 5.8 Juta Km², gunung-gunung yang
membentuk dataran tinggi dan dataran rendah sampai ke wilayah pesisir
sepanjang 81.791 Km panjangnya. Semua itu merupakan kekayaan modal
fundamental untuk agribisnis di Indonesia.
Selanjutnya, bagaimana generasi penerus bangsa Indonesia? Apakah
mereka mau berupaya agar ketahanan pangan menjadi tuan di negeri
sendiri? Jangan sampai swasembada pangan kita bergantung kepada
negara lain hingga berlarut-larut, misal daging bergantung pada populasi
sapi dari Australia, impor buah dari Thailand, dan beras dari Vietnam.
Produk agribisnis cukup sebagai bahan baku industri sehingga agro
industri sebagai subsistem agribisnis hilir akan lebih berkembang. Akibat
nya kita akan menjadi negara industri yang lebih maju dibandingkan
industri negara-negara Asia maupun Australia. Agroindustri merupakan
produk-produk primer (On Farm) yang mengambil komoditas dari
pertanian yang diolah sehingga memiliki nilai tambah. Selanjutnya,
agroindustri akan berkembang menjadi perdagangan global multiplayer
dari sistem agribisnis.
Agribisnis Merupakan Soko Guru Pembangunan Ekonomi Indonesia | 23

2.5 Fungsi Produksi Eksponensial


Fungsi produksi yang berlaku pada sektor agribisnis merupakan
fungsi produksi nonlinier berbeda dengan ilmu ekonomi murni industri
yang linier. Itu karena tanaman/hewan tunduk pada hukum kenaikan hasil
yang semakin menurun (The Law of Diminishing Return) dan fungsi
produksi memotong intersept (a).
Selanjutnya, Elastisitas Produksi (Cp).

TABEL 2.1 Hubungan antara PR, PT, dan PM


Hubungan Antara PR, PT dan PM

Output PR PM
Input
X ΔΧ Y. AY (YIX) (AYIAX)

0 0 0
75 10 0,13
75 10 0,13
75 30 0,40
150 40 0,27 Tahap 1
75 35 0,47
(increasing rate)
225 75 0,33
75 32 0,43
300 107 0,36
75 13 0,17
375 120 0,32
75 6 0,08
450 126 0,28 Tahap II
75 4 0,05
(decreasing rate)
525 130 0,25
75 2 0,03
600 132 0,22 (0)*
75 -2 -0,03 Tahap III
675 130 0,19 (negatif
75 -5 -0,06
750 125 0,17 decreasing rate)

•Pada saat Y = maksimum, maka PM = 0.


24 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis EUR are

150

130 132
126 130
TP
120
120
¡Y
107

90

75

60.

300

L
0 75 150
225 300 375 450 525 600 675 x
Y

0.60

0.4011

PR
0.20
Tahap I Tahap II Tahap III
Ep>1 Ep<1
75 150 225 300 375 450 525 600/675 х
PM
Tahapan dari Suatu Proses Produksi

Gambar 2.1 Tahapan dari suatu proses produksi

2.6 Manajemen Pemasaran Agribisnis


2.6.1 Definisi Pemasaran

Pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan usaha yang ditujukan


untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendis
tribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli yang ada
maupun pembeli yang potensial, juga tidak berakhir pada waktu
penjualan atau transaksi. Semua keputusan yang diambil dalam bidang
pemasaran harus ditunjukkan untuk menentukan produk, pasar, harga,
promosi, dan sistem distribusinya.
1 25
Agribisnis Merupakan Soko Guru Pembangunan Ekonomi Indonesia

2.6.2 Fungsi Pemasaran


1. Perdagangan - Merchandizing, Perencanaan yang berkenaan dengan
pemasaran barang/jasa yang tepat dalam jumlah yang tepat serta
harga yang selaras, termasuk di dalamnya faktor-faktor lain seperti
bentuk, ukuran, kemasan, dan sebagainya,

2. Pembelian Buying, Fungsi pembelian adalah peranan perusahaan


dalam pengadaan bahan sesuai dengan kebutuhan,
3. Penjualan - Selling, Sebaiknya juga bersifat dinamis, apalagi yang
dinamakan “Personal selling“ karena ia harus meyakinkan orang
untuk membeli suatu barang/jasa yang mempunyai arti komersial
baginya,
4. Transportasi - Transportation, Perencanaan, seleksi, dan pengarahan
semua alat pengangkutan untuk memindahkan barang dalam proses
pemasaran,

5. Pergudangan - Storage, Berarti menyimpan barang selama waktu


barang tersebut dihasilkan dan dijual. Kadang-kadang selama fase
penyimpanan ini perlu juga diadakan pengolahan lebih lanjut,
6. Standarisasi Standardization, Penetapan batas-batas elementer
berupa perincian-perincian yang harus dipenuhi oleh barang-barang
buatan pabrik atau kelas-kelas ke dalam barang pertanian, contohnya
harus digolongkan. Grading berarti memilih kesatuan dari suatu
produk yang dimasukkan ke dalam kelas dan derajat yang sudah
ditetapkan dengan standarisasi.
7. Keuangan Financing, Merupakan suatu usaha mencari dan
mengurus modal uang dan kredit yang langsung bersangkutan dengan
transaksi dalam mengalirkan arus barang/jasa dari produsen ke
konsumen,
8. Komunikasi - Communication, Dengan fungsi ini kita maksud-kan
segala sesuatu yang dapat memperlancar hubungan di dalam suatu
perusahaan, dan pelaksanaan hubungan keluar (information research,
advertising, publicity and intelligence),
9. Risiko - Risk, Adalah cara/fungsi bagaimana kita menangani
kemungkinan risiko rugi karena rusaknya barang, susut hilang, atau
turun harga.
26 | Perencar aan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

2.6.3 Konsep Pemasaran


1. Konsep produksi, Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen
akan menyukai produk yang tersedia secara luas dengan harga yang
murah.

2. Konsep produk, Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen


akan menyukai produk yang berkualitas, berpenampilan, dan
berinovasi paling baik.
3. Konsep penjualan, Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen
akan membeli produk jika perusahaan melakukan upaya-upaya
promosi dan penjualan yang agresif.
4. Konsep pemasaran, Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen
akan membeli produk bila dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
5. Konsep sosial, Suatu konsep yang menyatakan bahwa konsumen
akan membeli produk bila dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan serta mempertahankan dana mempertinggi kesejahteraan
masyarakat.

2.6.4 Marketing MIX


Marketing Mix berarti bauran pemasaran, yaitu kegiatan mengombi
nasikan berbagai kegiatan marketing agar dicapai kombinasi maksimal
dan hasil yang paling memuaskan, ada empat variabel yang tercakup
dalam bauran pemasaran yang dikenal dengan variabel 4P, yaitu:
P1 =
Product P2 Price

P3 Place P4 Promotion

2.6.5 Marketing Inteligent


Marketing Inteligent adalah dalam rangka pengumpulan informasi
pemasaran. Perusahaan harus mempunyai data yang akurat tentang
informasi pasar yang dibutuhkan oleh manajer. Sistem informasi
pemasaran merupakan kegiatan orang-orang, peralatan, dan prosedur
untuk mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mendistribusikan
informasi secara tepat, akurat yang dibutuhkan oleh pembuat kebijakan
pemasaran di mana informasi tersebut berasal dari dalam perusahaan
(internal) dan luar perusahaan (eksternal).
Agribisnis Merupakan Soko Guru Pembangunan Ekonomi Indonesia 27

|
2.7 Kerja Sama Perdagangan Internasional
2.7.1 Justifikasi

Dalam kerja sama perdagangan internasional telah terjadi dikotomi


free trade vs protect business. Secara teoretis, sebenarnya suatu negara
dapat saja memiliki kebijakan perdagangan bebas (laissez-faire) untuk
menghindari hambatan dan proteksionis terhadap komoditas yang masuk
ke negara tersebut. Di samping itu, ada yang negara tidak mau
menerapkan kebijakan perdagangan bebas (autarky) guna melindungi
usaha domestik dari tekanan persaingan global atau liberalisasi.
Justifikasi yang diusung masing-masing negara tersebut semua betul
dan memiliki keuntungan bagi negara masing-masing. Negara yang
mendukung perdagangan bebas mendapat keuntungan berupa efisiensi
ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan negara. Sementara itu, negara
yang proteksionis memperoleh manfaat tidak perlu mengimpor agar
usaha domestik terlindungi sehingga produksinya semakin bergairah dan
dapat memberi kesempatan kerja lebih luas serta menghemat devisa
(swasembada pendapatan/income). Kedua dikotomi tersebut tetap
berlanjut. Pada akhirnya waktu yang akan menyeleksi mazhab mana yang
lebih kuat di masa depan.

Belakangan ini negara China menghadapi liberalisasi setelah perang


dingin tahun 2001, dengan membentuk diri seluas-luasnya dan masuk
menjadi negara anggota WTO (World Trade Organization). Kerja sama
multilateral ternyata telah membawa dampak positif terhadap perubahan
ekonomi. Misal Indonesia juga masuk dalam ajang perdagangan bebas
sebagai anggota WTO, berada di antara negara-negara ASEAN dan China
dengan tujuan ekspor Jepang, USA, dan Uni Eropa (UE). Indonesia
mengekspor produk unggulan berupa produk agribisnis seperti karet,
CPO, non kayu, kopi, ikan, udang, rumput laut, bubur kertas dengan
negara pesaing Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Peta dan peluang ekspor ke pasar internasional dengan negara tujuan
utama Jepang dan USA, berdasarkan pangsa pasar “Flying Geese
Pattern” (Overlap) atau ketersinggungan negara ASEAN dan China
sebagai kompetitor. Untuk lebih jelas, lihat TABEL 2.2.
28 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

TABEL 2.2 Pangsa ekspor intra ASEAN (%), ASEAN-5


Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-Rata

Indonesia 13.5 11.1 11.7 11.5 11.5 10.7 10.8 11.5

Malaysia 31.2 29.2 26.1 25.4 25.5 26.5 26.4 27.2

Philipina 5.5 6.7 6.4 6.0 6.4 6.6 5.7 6.2

Singapura 37.5 39.1 40.5 39.7 39.2 35.9 36.2 38.3

Thailand 12.0 13.2 14.1 15.2 15.2 16.5 17.6 14.8

Sumber : ASEAN Trade Statistic Database.

Negara yang memperoleh surplus terbanyak dari perdagangan barang


di kawasan ini pada tahun 2000 adalah Singapura dan Malaysia, yakni
sekitar 58% (USD 181 Miliar), sedangkan Indonesia bersama Philipina
membukukan surplus sekitar 21%, Thailand meraih 17%. Hal ini tidak
mengherankan mengingat pangsa pasar ekspor intra ASEAN didominasi
oleh 4 negara utama, yaitu Singapura (39%), Malaysia (27%), Thailand
(14,8%), dan Indonesia (11,5%) selama periode 1998-2004.
Dari data tersebut terlihat bahwa Indonesia belum maksimal dalam
memanfaatkan penurunan tarif bea masuk untuk meningkatkan ekspor ke
ASEAN. Apabila hal ini tidak dibenahi, maka pada tahun selanjutnya
Indonesia hanya akan menjadi lahan bagi negara anggota ASEAN
lainnya. Tidak akan ada lagi skema-skema yang dapat disiasati untuk
memproteksi pengusaha dan industri lokal karena Indonesia terikat pada
kesepakatan tersebut, kecuali meningkatkan daya saing dan produktivitas
guna menghasilkan produk yang berkualitas dan efisien. Daya saing
Indonesia masih rendah jika dilihat dari berbagai sisi dan sektor-sektor
yang akan diliberalisasi.
Sejak kenaikan BBM Oktober 2005, kinerja industri yang sebagian
besar tarifnya turun menjadi 0% atau diliberalisasi justru mengalami
penurunan, misal elektronik (30%-40%) dan otomotif (mobil 50%, motor
20%). Ekspor kayu (tripleks) Indonesia pada kawasan regional harus
bersaing ketat dengan Malaysia yang berani menetapkan harga jauh di
bawah harga pasar. Selain itu, kayu yang diekspor Malaysia juga sudah
mengalami pengolahan lebih jauh sehingga memiliki nilai tambah yang
tinggi. Permasalahan utama perkayuan di Indonesia adalah praktik illegal
Agribisnis Merupakan Soko Guru Pembangunan Ekonomi Indones: 3 1 29

logging yang menyebabkan bahan baku kayu menjadi semakin sulit serta
teknologi permesinan yang sudah usang sehingga mengurangi produkti
vitas. Untuk meningkatkan ekspor kayu, pemerintah harus secara konsis
ten memerangi illegal logging serta mengganti mesin-mesin tua yang
pada gilirannya dilakukan dengan mengundang investor asing.

TABEL 2.3 Kompetensi produk China dan negara ASEAN di pasar A.S.
(%)

1990 1995 2000


Negara
14.8 19.2 35.8
Singapura
85.5 82.8
Indonesia 85.3

37.1 38.9 48.7


Malaysia
.3 .8 1
Philipina

Thailand 42.2 56.3 65.4

Sumber : Kwan, 2002.

Indonesia berkompetisi dengan China sekitar 85% dari nilai ekspor


dalam periode 1990-2000 di pasar Amerika Serikat. Angka kompetisi ini
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak saja bagi
Indonesia, tetapi untuk semua negara ASEAN. Terlebih lagi dengan
meningkatnya ekspor produk industri dengan capital intensive serta
bergabungnya China dalam WTO tahun 2001.
Pendekatan daya saing (comparative advantage) negara-negara pe
saing di ASEAN dengan China dilakukan untuk melihat lebih detail
komoditas Indonesia yang bersaing dengan negara-negara lain di pasar
dunia. Hal ini dapat diukur dari Revealed Comparative Advantage (RCA)
masing-masing produk ekspor. Perhitungan RCA ini menggunakan data
yang dikelompokkan dalam Standard Industrial Trade Classification
(SITC) 2 digit. Nilai RCA lebih besar (>1) menunjukkan daya saing yang
kuat, daya saing produk tersebut semakin tinggi, sehingga disarankan
untuk harus dikembangkan dengan melakukan spesialisasi pada komo
ditas tersebut.
30 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Perhitungan RCA dapat dilakukan sebagai berikut:

(Xia) / (Total Xa)


Rumus =

(Xiw) / (Total Xw)

Di mana :

X; Ekspor (Nilai Ekspor, Ke i = Jenis Komoditas),


a : Negara Asal,

W: World (Dunia).

Kaidah keputusan, yaitu:


1. Bila RCA < 1 sampai induksi 0, maka daya saingnya sangat
lemah,
2. Bila RCA > 1, maka daya saingnya kuat.

Semakin tinggi RCA-nya, semakin tinggi daya saingnya.


BAB III
KONSEP SWOT ANALISIS

3.1 Perencanaan untuk Pengembangan ke Masa


Depan
Di dalam membuat suatu perencanaan yang konkret yang berlan
daskan arah ke masa depan yang gemilang, maka diperlukan suatu mimpi
indah secara bertahap pada periode jangka pendek 5-10 tahun, menengah
10-20 tahun, dan jangka panjang 20-30 tahun. Untuk dapat membuat
suatu perencanaan yang mantap, maka diperlukan suatu visi dan misi.
A. Visi

Batasannya adalah “terciptanya suatu kondisi masa depan yang dapat


dicapai pada kurun waktu tertentu baik jangka pendek, jangka
menengah, jangka panjang dalam pengembangan produk oleh suatu
kelembagaan usaha maupun organisasi sosial, ekonomi, dan politik
pada lingkup manajemen berupa wujud kata benda.
Contoh sebuah visi dalam manajemen agribisnis adalah:
“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karang Ploso Malang
Jawa Timur sebagai Institusi penelitian dan pengembangan penyedia
teknologi spesifik lahan untuk mendukung pembangunan pertanian di
Propinsi Jawa Timur yang berorientasi agribisnis”.
B. Misi

Batasannya adalah “untuk mewujudkan visi yang telah ada secara riil
dapat dilaksanakan, tidak muluk-muluk (utopia), dapat dicapai me
lalui program strategis (action plant), dan dimulai dari awalan me -
kata kerja sehingga beberapa action (pointer-pointer) dapat dibuat.
Contoh sebuah misi untuk mewujudkan visi adalah:
1. Mewujudkan regionalisasi dan desentralisasi kegiatan pengkajian
teknologi pertanian dalam pengembangan komoditas unggulan,
2. Mengidentifikasi potensi SD Pertanian dan kebutuhan teknologi
spesifik lokasi lahan di Jawa Timur,
32 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

3. Mendorong Transfer Teknologi kepada pengguna dan penyam


paian umpan balik bagi pengujian program pengkajian BPTP
Jatim maupun nasional,
4. Memberikan arahan dan masukan alternatif/kebijaksanaan
pembangunan pertanian regional pada Pemda dan Kabupaten/
Kota di Jawa Timur.

3.2 Pohon Masalah dan Pohon Tujuan


Untuk menentukan akar masalah yang dihadapi agar perencanaan
proyek agribisnis dapat dilaksanakan secara mudah (sukses) dalam
pelaksanaannya, diperlukan analisis-diagnosis pokok masalah dan pokok
tujuan seperti bagan di bawah ini:
POHON MASALAH (-)

Kondisi kehidupan Masyarakat


desa X rendah

Kondisi Pasar kurang memadai

Sistem transportasi tidak Petani terlambat mengetahui Fungsi sistem terminal belum ada
memadai harga baru sayur mayur

Sarana transportasi jelek Papan informasi harga sayur mayur Pelaksanaan penjualan lewat terminal
terkini dan terpercaya belum ada agribisnis belum berjalan

Informasi pasar terkinidanterpercaya Terminal Agribisnis belum berfungsi


Arah lalu lintas barang belum ada
melalui media massa belum ada sebagai penyangga supply dan demand

Pohon Masalah adalah menentukan akar permasalahannya guna


mencari solusi/jalan keluarnya, sedangkan Pohon Tujuan adalah untuk
memberikan gambaran kejadian keluaran yang diperoleh sudah mencapai
keberhasilan.
Konsep Swot Analisis 33

|
POHON TUJUAN (+)

Kondisi kehidupan Masyarakat


desa X rendah

Kondisi Pasar kurang memadai

Sistem transportasi tidak Petani terlambat mengetahui Fungsi sistem terminal belum ada
memadai harga baru sayur mayur

Sarana transportasi jelek Papan informasi harga sayur mayur Pelaksanaan penjualan lewat terminal
terkini dan terpercaya belum ada agribisnis belum berjalan

Arah lalu lintas barang belum ada Informasi pasar terkini dan terpercaya Terminal Agribisnis belum berfungsi
melalui media massa belum ada sebagai penyangga supply dan demand

3.3 Analisis Variabel Rumusan SWOT


Kekuatan (Strength):
1. Potensi sumber daya pertanian cukup potensial,
2. Agroekosistem cukup menunjang pertumbuhan tanaman,
3. SDM Pertanian cukup memadai,
4. Paket teknologi spesifik lokasi mudah diakses oleh petani,
5. Sarana dan prasarana transportasi cukup lancar.
Kelemahan (Weakness):
1. Harga pasar berfluktuasi,
2. Pemerintah daerah belum menerapkan harga yang wajar,
3. Pola pikir petani belum sepenuhnya sistem agribisnis,
4. Permodalan belum tersedianya kredit khusus pertanian,
5. Informasi harga pasar di dalam/luar negeri belum tersedia untuk
petani.

Peluang (Opportunity):
1. Potensi pasar untuk antar pulau cukup menjanjikan,
2. Permintaan pasar lebih kuat dibandingkan dengan jumlah pro
duksi (suplai),
34 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

3. Terminal agribisnis telah tersedia untuk melancarkan distribusi,


4. Terciptanya lembaga-lembaga tataniaga untuk memperlancar
arus barang,
5. Kondisi ekonomi makro cukup untuk menunjang perekonomian
dewasa ini.

Ancaman (Threat):
1. Belum ada waktu pola tanam yang berbeda antar waktu yang
memiliki produksi yang sama,
2. Produk impor memiliki kualitas yang baik, dan lebih murah
harganya di dalam negeri,
3. Era globalisasi menciptakan perdagangan bebas berdampak
negatif terhadap pasar dalam negeri,
4. Negara-negara produsen di kawasan ASEAN yang memproduksi
produk unggulan yang sama,

5. Pergeseran iklim (Climate Change) yang tidak kondusif.


3.4 Tahapan Perencanaan Strategis

Kerangka Formulasi Strategis


1. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Evaluasi Faktor Evaluasi Faktor Matrik Profil


Eksternal Internal Kompetitif

2. TAHAP ANALISIS

MATRIK MATRIK MATRIK MATRIK MATRIK


TOWS BCG INTERNAL SPACE GRAND
EKSTERNAL STRATEGY

3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif


Konsep Swot Analisis 35

/
1. Tahap Pengumpulan Data
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan
seperti:

Analisis pasar,
.
Anali kompetitor,
Analisis komunitas,
Analisis pemasok,
Analisis pemerintah,
Analisis kelompok kepentingan tertentu.
Data Internal dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti :
Laporan keuangan (neraca, laba-rugi, Cash-Flow, Struktur pen
danaan),
Laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan,
pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over),
.
Laporan kegiatan operasional,
Laporan kegiatan pemasaran.
Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari tiga, yaitu:
Matrik faktor strategi eksternal,
Matrik faktor strategi internal,
Matrik profil kompetitif.
36 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Contoh Faktor-faktor Strategis Internal dan Eksternal:

TABEL IFAS

BOBOT X
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI KOMENTAR
BOBOT RATING
INTERNAL RATING

KEKUATAN : Potensi SDP cukup dapat mem


Potensi SD Pertanian. berikan peningkatan produksi
0,15 4 0,60 yang optimal dan efisien, sehing
AEZ cukup menunjang,
SDM Pertanian cukup ber ga produksi menjadi produk
0.15 4 0.60
pengalaman. unggulan yang memiliki keung
gulan kompetitif di pasar interna
Paket Teknologi mudah
sional
diakses.
Sarana dan Prasarana cukup 0.10 4 0.40

0,05 3 0,15

0,15 3 0,45

KELEMAHAN Pemda seyogyanya dapat me


Harga pasar berfluktuasi. mikul program pembangunan
0.05 2 0.10 pertanian di perdesaan agar
Pemda belum member regulasi,
fungsi Pemda dapat memfasi
Pola pikir petani belum ber
litasi faktor pendorong agribisnis
nuansa agribisnis, di daerah
Bank belum membantu fasilitas 0.05 2 0.10
modal usaha tani,
Informasi harga pasar dalam
negeri/luar negeri belum terse
dia. 0.15 0.30

0.10 0.10

0,05 0.05

TOTAL 1.00 2.85


Konsep Swot Analisis | 37

TABEL EFAS

FAKTOR-FAKTOR BOBOT X
BOBOT RATING KOMENTAR
STRATEGI EKSTERNAL RATING

PELUANG : Potensi pasar cukup


. Petani pasar di dalam potensial didalam
0,20
negeri cukup potensial, 4
0,80 negeri, yaitu antar
• Dibangunnya Terminal pulau maupun pasar
0.15 0.60
Agribisnis, 4
ekspor di samping
• Terciptanya lembaga kondisi ekonomi

saluran tataniaga, 0,15 4 0,60 makro di dalam

• Permintaan pasar lebih kuat negeri cukup baik


0,20 3 0,60 dan
dibandingkan suplai, menguntung
. Kondisi iklim ekonomi kan
0,10 3 0,30
mikro cukup baik.

ANCAMAN : Dibutuhkan waktu


• Produksi puncak yang pola tanam yang
bersamaan di sentra 0,02 2 0,04 berbeda pada sen
produksi, tra-sentra produksi
0,05 0,10
• Perdagangan bebas ber 2
yang ada di Indone
dampak negatif, sia, sehingga bila
0,05 0.05
• Produksi impor memiliki 2
panen tak serentak
keunggulan yang kompe meng-akibatkan
titif, suplai melimpah,
0,05 0,05
• Negara-negara produsen disuplainya produk
1

ASEAN memiliki produksi dalam negeri me


yang sama, 0,03 0,03 ningkatnya produk
• Pergeseran iklim yang tidak tivitas/kualitas me
kondusif. ningkat agar daya
saing di pasar
global dapat ber
saing.

TOTAL 1,00 3,17

3.4.1 Matrik Faktor Strategis Internal


Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diiden
tifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam
kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah:
a.
Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
38 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai


dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusa
haan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor
total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor
dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat
positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi
nilai mulai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan memban
dingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama.
Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.
Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan
dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika
kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya
adalah 4.

3.4.2 Matrik Faktor Strategis Eksternal


Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini
adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS):
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0


(sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor
strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor
dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
untuk faktor peluang bersifat positif (berpeluang semakin besar
diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1).
Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya,
jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebalik
nya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
Konsep Swot Analisis 139

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk


memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa
skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,00
(poor),
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor
pembobotannya dihitung,
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai
total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi
terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan peru
sahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Jika manajer strategis telah menyelesaikan ana sis fakt faktor
strategis eksternalnya (peluang dan ancaman), ia juga harus mengana
lisis faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) dengan
cara yang sama.

Agar lebih jelas, lihat Tabel EFAS. Jadi, sebelum strategi diterapkan,
perencana strategi harus menganalisis lingkungan eksternal untuk
mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman. Masalah
strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena masalah ini
mungkin dapat memengaruhi perusahaan di masa yang akan datang.
Untuk itu, penggunaan metode-metode kuantitatif sangat dianjurkan
untuk membuat peramalan (forecasting) dan asumsi seperti ekstra
polasi, brainstorming, statistical modeling, riset operasi, dan
sebagainya.
40 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

TABEL 3.1 Matrik profil kompetitif

PERUSAHAAN PESAING 1 PESAING 2

FAKTOR
STRATEGIS

RATING BOBOT RATING BOBOT RATING BOBOT

Pangsa pasar 0.6 2. 0,4 2 0.4

Penerapan harga 0,2 0.8 0.2

Posisi keuangan 2 0,8 0.4 1.6

Kualitas produk 4 0.4 3 0.3 0.3

Kesetiaan
3 0.3 3 0,3 3 0.3
konsumen

TOTAL 2.3 2,3 2.8


Konsep Swot Analisis | 41

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa perusahaan yang dianalisis


kondisinya terletak di tengah-tengah dengan total skor sebesar 2,3.
Meskipun perusahaan yang dianalisis relatif lebih unggul dalam peng
uasaan pasar (memiliki rating 3) dan kualitas produk masih (memiliki
rating 4), skor total perusahaan pesaing (kompetitor 2) masih lebih tinggi,
yaitu 2,8. Hal ini karena yang menjadi pertimbangan penting dalam bisnis
ini adalah kondisi keuangan dengan bobot terbesar, yaitu 0,40. Dengan
memiliki kondisi keuangan yang sangat kuat, perusahaan kompetitor
dapat menduduki posisi tertinggi.

KERANGKA KERJA LOGIS


PERBAIKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA X

LOGIKA TOLOK UKUR ALAT ASUMSI

INTERVENSI KINERJA VERIFIKASI

TUJUAN AKHIR Minimal 60% tingkat Laporan survei.


*Goal* pendapatan per kapita
Kondisi kehidupan masyarakat melampaui
masyarakat Desa X pendapatan/kapita/th
meningkat nasional.

MANFAAT Minimal 90% masya Laporan survei. 1. Penggunaan


*Outcomes* rakat melakukan tran tambak dan air
Kondisi pasar mem saksi di terminal agribis efektif,
baik nis. 2. Produksi ikan
meningkat.

LUARAN Jalan menuju desa Laporan 1. Keamanan

*Output* sepanjang = 30 km di survei, terjamin,


1. Sistem aspal, Laporan 2. Impor bahan
transportasi > 80% petani tahu survei. pakan dan alat
memadai, harga pasar harian, Laporan perikanan
2. Petani cepat - Petani memperoleh survei. terkendali.
mengetahui harga produk sayur
harga baru sa mayur sesuai info
yur-mayur, pasar.
3. Fungsi terminal
agribisnis
membaik.

KEGIATAN INPUT Rp. 5 Juta 1.1. Animo masya


*ACTIVITY* Papan info 1 buah per Rp. 15 Juta rakat thd

1.1. Penyediaan RW, 5 RW Rp. 50 juta media infor


42 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

LOGIKA TOLOK UKUR ALAT ASUMSI


INTERVENSI KINERJA VERIFIKASI

papan infor Televisi umum 1 Rp. 24 Juta masi pasar


masi terkini buah per RW, RW tinggi
dan terpercaya Dana Pembangunan 1.2. Masyarakat
1.2. Menyebarluas jalan memiliki akses
kan informasi 50 orang tenaga la terhadap
pasar melalui pangan selama 12 media massa
media massa bulan dengan honor 1.3. Pemerintah
2.1. Memperbaiki daerah
sarana trans responsif
portasi terhadap
2.2. Mengatur lalu perbaikan
lintas barang sarana

3.1. Mengendalikan 1.4. Bajing loncat


harga dan pencerah
3.2. Menjaga an terkendali
keseimbangan 3.1. ljon terkenda
supply demand li
3.2 Pungli dapat
ditekan
BAB IV
KONSEP NILAI WAKTU DARI UANG

Fokus dari suatu analisis adalah menentukan apakah dan sampai


berapa jumlah proyek tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih
besar jika dibandingkan dengan biaya dan investasi kepada pemilik
(owner) proyek tersebut. Discounting rate (tingkat diskonto) merupakan
suatu teknik perhitungan untuk dapat menurunkan manfaat (benefit) yang
diperoleh investor di masa sekarang ataupun nilai biaya dan investasi
pada masa yang akan datang (present nominal value and future nominal
value). Dalam rangka mengevaluasi proyek tersebut apakah "no go" atau
"go" (ditolak atau dilaksanakan).
Semua pengorbanan rupiah untuk suatu proyek merupakan biaya
pada saat sekarang. Nantinya diharapkan mendapatkan manfaat untuk
masa yang akan datang, artinya waktu adalah uang (time is money) dan
uang adalah masalah (problem is money). Dengan demikian, mengeva
luasi suatu proyek sistem agribisnis yang berhubungan dengan konsep
pertambahan nilai uang dalam waktu sangat mendasar dalam pembahasan
evaluasi proyek sistem agribisnis.
Perlu dimaklumi bahwa nilai mata uang selalu mengalami penurunan
yang disebabkan adanya pengaruh inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi,
semakin cepat pula penurunan nilai mata uang tersebut. Hal semacam ini
jelas kita amati dalam kehidupan ekonomi sehari-hari. Jika kondisi makro
ekonomi nasional menurun, maka inflasi akan naik. Ujung-ujungnya ting
kat suku bunga simpanan semakin tinggi agar masyarakat tetap bersedia
menyerahkan dana mereka untuk disimpan di bank. Sebaliknya, apabila
tingkat suku bunga simpanan tersebut lebih kecil daripada tingkat inflasi
yang diharapkan oleh masyarakat, maka tidak akan ada seorangpun yang
bersedia menyimpan dananya di bank.

4.1 Compounding Interest Factors (Bunga Majemuk)


Compounding (bunga majemuk) atau dapat diartikan sebagai bunga
majemuk, menunjukkan bahwa bunga dari suatu pokok pinjaman, misal
44
| Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

nya, juga akan dikenakan bunga pada periode selanjutnya. Pengertian ini
sangat penting bagi kita nantinya.

Tujuannya adalah untuk mencari nilai yang akan datang (future) yang
dinotasikan dengan huruf (F), berarti uang saat ini (present) yang
dinotasikan dengan (P), jika diketahui besarnya bunga dinotasikan (i)
interest dan jangka waktu investasi dinotasikan dengan (n).
Rumus Compounding adalah:
F = P (1 + i)" (01)

Sebagai Contoh Soal (Teladan):


Seorang pengusaha tambak udang windu memiliki modal sebesar
Rp1.000.000.000,00 (Satu Miliar Rupiah) tingkat bunga bank yang
berlaku pada saat itu adalah 18% per tahun.
Berapakah nilai uang itu pada waktu 5 (lima) tahun mendatang?
Penyelesaian Soal :

Diketahui : P Rp1.000.000.000,00
18%

n 5 Tahun

Ditanyakan : Berapa nilai F untuk kurun waktu 5 (lima) tahun


mendatang?
Jawaban : F 1.000.000.000 (1 + 0.18)
F 1.000.000.000 (2,288)
F Rp2.288.000.000,00
Kesimpulan : uang yang berawal Rp1.000.000.000,00, saat ini akan
dikonversi dengan uang Rp2.288.000.000,00 untuk masa 5 (lima) tahun
yang akan datang. Untuk mendapatkan compounding factors (CF) dapat
dilihat pada lampiran tabel present value for 1 (Lampiran ke-1 Tabel A).

4.1.1 Nilai Uang yang Akan Datang (Future)


Compound ini bertujuan untuk menghitu g nilai uang akan datang
(F), apabila sudah diketahui sejumlah uang tertentu yang akan dipinjam
kan atau diinvestasikan pada setiap akhir tahun selama umur proyek.
Konsep Nilai Waktu dari Uang 1 45

Rumus Compound for 1 per annum, yaitu:

(FIA)
(1 + i)"-1
atau F = A (02)
i

Contoh Soal :

Seorang pengusaha tambak udang akan membayar gaji kepada


stafnya sebanyak Rp100.000,00 setiap akhir tahun selama 5 (lima)
tahun secara berturut-turut, namun jumlah angsuran tersebut akan
dibayar pada akhir tahun kelima (ke-5) dibayar sekaligus. Berapa
pengusaha tersebut harus membayar apabila diketahui tingkat bunga
15%?

Penyelesaian Soal
:

Diketahui : A Rp100.000,00
i 15%

n
=
5 Tahun

Ditanyakan : Berapa yang harus oleh pengusaha pada tahun kelima


(5)?

(1 +0,15)" - 1
Jawaban : F A
0,15
F 100.000 (6.747)
F 674.700

Lebih lanjut untuk mudahnya mendapatkan (1 + i)" dapat dilihat pada


lampiran tabel present value for 1 (lampiran ke-1 Tabel A).

4.1.2 Sinking Fund Factors


Dapat digunakan untuk menghitung nilai A (Annuity) jika telah
diketahui nilai yang akan datang (F), tingkat bunga (i) dan lamanya (n),
maka Sinking Fund Factors dapat dihitung jumlahnya uang yang harus
diinvestasikan pada akhir tahun dengan memperhatikan tingkat bunga (i),
agar investasi dicadangkan berjumlah F (pada waktu yang akan datang).
46 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Rumus :

(A/F)
i
atau A=F (03)
(1+i)" - 1
Contoh Soal :

Seorang petani rumput laut memiliki dana Rp100.000,00 untuk


membeli TV 20 Inchi. Waktu pengumpulan dana tersebut adalah 4
(empat) tahun. Berapa petani tersebut harus mengumpulkan uang
setiap akhir tahunnya jika diketahui tingkat bunga sebesar 12% per
tahunnya?
Penyelesaian Soal:
Diketahui : F Rp100.000,00
i 12%

n
-
4 Tahun

Ditanya : Berapa yang harus dikumpulkan petani rumput laut setiap


tahunnya?
0.12
Jawaban : A 100.000
(1+0.12)* - 4
-

A 100.000 (0.049)
A 4.900

Keterangan : Perhitungan tersebut di atas jarang digunakan dalam


evaluasi proyek.

4.2 Discount Factor (DF)


Adalah kebalikan dari compounding factors artinya kita akan
mengetahui nilai sekarang (present) yang dinotasikan dengan Pos dari
nilai uang pada waktu yang akan datang jika diketahui besarnya tingkat
bunga dan lamanya periode.
Konsep Nilai Waktu dari Uang 47

|
Rumus :

(P/F).
i
atau (04)
(1 + i)" - 1
Contoh Soal :

Seorang petani kakao pada 4 (empat) tahun mendatang memiliki


uang Rp10.000.000,00. Berapa uang petani tersebut apabila diketahui
tingkat bunga sebesar 15%?

Penyelesaian Soal :
Diketahui : F Rp10.000.000,00
15%

n 4 Tahun

Ditanya : Jumlah uang petani kakao untuk sekarang?


1
Jawaban : P 10.000.000
(1+0.15)4
Р 10.000.000 (0.672)
Р Rp 6.720.000,00

Uang sebesar Rp10.000.000,00 pada 4 (empat) tahun mendatang


tersebut sama dengan nilai ekuivalen Rp 6.720.000,00 pada saat
sekarang

Keterangan : Perhitungan tersebut dapat diselesaikan dengan dibantu


melalui lampiran Tabel B-1 pada tingkat bunga 15% dan n = 4.

4.2.1 Present Worth (Value) of Annuity Factors


Yaitu nilai sekarang daripada suatu arus jumlah tetap sebesar 1.0
yang dibayar/diterima pada akhir setiap tahun dipakai dalam benefit-cost
analysis bilamana arus benefit dan atau biaya tahunan dianggap tetap
selama masa beberapa tahun kemudian hari.
48 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Rumus :

(PIA)
(1+i)" - 1
atau P=A ..(05)
i(1+i)"

Contoh Soal :

Seorang nahkoda kapal penangkap ikan tuna harus membayar premi


asuransi jiwa sebanyak Rp800.000,00 setiap tahun dengan ketentuan
bunga 15% per tahun selama 5 tahun. Berapa nahkoda kapal ikan
tersebut harus membayarnya?
Penyelesaian Soal :
Diketahui : F Rp800.000,00
i 15%

n 5 Tahun

Ditanya : Berapa nahkoda kapal tersebut akan membayar premi


asuransi tersebut?

Jawaban : Р 800.000
(1+0.15)" - 1
5
0.15(1+0.15)
Р 800.000 (3.352)
Р Rp2.681.600,00

4.2.2 Capital Recovery Factors


Yaitu jumlah tetap yang harus dibayar pada akhir tahun untuk
mengembalikan suatu pinjaman termasuk nilai pokok merupakan bunga
yang selalu dikenakan terhadap nilai pinjaman yang masih berlaku
(belum dikembalikan) selama tahun tersebut sebelum angsuran akhir
tahun. Perhitungan ini sering digunakan dalam rangka analisis finansial
terhadap suatu proyek.
Konsep Nilai Waktu dari Uang 49

Rumus
:
Capital Recovery Factor (ATP)
i(1+i)"
atau A=P (06)
(1+i)" - 1
Contoh Soal :

Seorang petani tambak menyetorkan sejumlah uang tunai sebesar


Rp10.000.000,00 kepada Bank BNI 1946 untuk keperluan dana
pendidikan masa depan putra-putrinya selama 6 (enam) tahun. Bank
1946 memperhitungkan tingkat bunga yang berlaku saat itu adalah
12% per tahunnya. Berapakah yang dapat diambil atau diterima oleh
petani tambak tersebut pada setiap akhir tahun?
Penyelesaian Soal
:

Diketahui : F Rp10.000.000,00
=
12%

n 6 Tahun

Ditanya : Berapa petani tambak tersebut dapat mengambil uangnya


pada akhir tahun?

0.12(1 +0.12)
Jawaban : P 10.000.000
(1+0.12) - 1
Р 10.000.000 (0.243)
P Rp2.432.260,00

4.2.3 Present Worth (Value) of An Annuity Factors


Adalah pembayaran periode pertama dihitung sendiri dan selebihnya
dihitung dengan memperhatikan discount rate.
Rumus :

P= A + A (PIA),
50 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

1
atau P (07)
i(1+i)"
Contoh Soal :

Seorang pengusaha cold storage eksportir udang menerima annuity


sebesar Rp60.000,00 selama 6 (enam) tahun yang dimulai pada awal
tahun pertama. Apabila tingkat bunga yang berlaku 14%, berapakah
nilai uang pengusaha tersebut saat ini?
Penyelesaian Soal :
Diketahui : A Rp60.000,00
i 14%

n 6 Tahun

Ditanya : Berapa nilai uang pengusaha tersebut saat ini?

Jawaban : P 60.000 + 60.000


(1+0.14)
Р =
60.000 + 60.000 (3.888)
Р Rp293.000,00

4.3 Menghitung Besarnya Tingkat Bunga


Untuk menghitung besarnya tingkat bunga yang berlaku, di niana kita
sudah mengetahui nilai uang sekarang (P), nilai uang yang akan datang
(F) dan lamanya periode tahun (n), maka besarnya tingkat bunga yang
berlaku dapat dihitung.
Contoh Soal :

Seorang pengusaha eksportir kepiting bakau, untuk menambah modal


kerjanya dia meminjam uang ke Bank BRI sebesar Rp60.000,00.
Setelah 3 (tiga) tahun kemudian, pedagang tersebut harus membayar
hutangnya sebesar Rp900.000,00. Sekarang cobalah hitung berapa
besar bunga yang dikenakan oleh BRI tersebut?
Konsep Nilai Waktu dari Uang 1 51

Penyelesaian Soal :
Diketahui : P Rp600.000,00

F =
Rp900.000,00
n 3 Tahun

Ditanya : Berapa tingkat bunga yang berlaku oleh BRI saat itu?
900.000
Jawaban : 1.5
600.000

Selanjutnya, angka 1.5 dapat digunakan untuk penyelesaian lebih


mudah dicari dengan bantuan lampiran tabel bunga pada n = 3
ternyata angka 1.5 ini berada pada tingkat bunga antara 14%-15%.
Dengan tingkat bunga 14% didapatkan nilai 1.48 dan tingkat bunga
15% didapatkan nilai 1.52. Untuk menghitung tingkat bunga yang
berlaku, kita gunakan metode interpolasi, yaitu:
1.50 -1.48
i = 14% + (15% - 14%)
1.52 -1.48

i = 14.47%, sehingga tingkat bunga yang berlaku oleh BRI sebesar


14.47%.
52 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
BAB V
ANALISIS KRITERIA INVESTASI

5.1 Penilaian Proyek


Untuk menilai suatu proyek dalam rangka memperoleh suatu tolok
ukur yang mendasar dalam kelayakan investasi, telah dikembangkan
suatu metode analisis, yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan apakah benefit bersih suatu kesempatan dalam
berinvestasi.

Dengan demikian, suatu kriteria investasi adalah merupakan suatu


alat apakah proyek yang akan dilaksanakan Go atau No Go. Adapun
kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV),

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio),

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C),

4. Internal Rate of Return (IRR),

5. Profitability Ratio (PR),


6. R/C Ratio.

5.2 Net Present Value (NPV)


Nilai bersih sekarang atau Net Present Value (NPV) dari suatu proyek
merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (man
faat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. Net Present Value
(NPV), yaitu menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan
dengan cost (biaya).
Apabila evaluasi suatu proyek tertentu telah dinyatakan “Go” maka
nilai NPV> 0. Bila NPV 0, berarti proyek tersebut mengembalikan
persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital, dan bila NPV < 0,
maka proyek tersebut “No Go” atau ditolak artinya, ada penggunaan lain
yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan
proyek.
54 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Contoh Perhitungan NPV adalah sebagai berikut:


i=0 i=0
B, -C,
-

atau NPV = (B, -C,) (DF)


t
NPV =
(=n (1+i)' t=n

i=0

atau NPV = (Net Benefit) (DF) (08)


t=n

Di mana : B Benefit pada tahun ke t,


C Cost pada tahun ke t,
DF Discount Factors (bunga yang berlaku),
N Waktu Umur Proyek.
Untuk lebih jelas dapat diberikan suatu contoh kasus dalam proyek
perikanan, yaitu suatu proyek usaha eksportir udang beku “Cold Storage”
PT. Usaha Mina Indonesia Timur di Makassar, seperti tabel berikut ini:

TABEL 5.1 Analisis finansial PT. Usaha Mina Indonesia Timur di


Makassar (dalam miliar)

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF (15%) NPV (15%)


(Bt) (Ct) (2-3) (4x5)
1 2 3 4 5 6

00 100 (100) 1.000 (100)


01 60 (60) 0.870 (52.20)
02 15 5 10 0.756 7.56

03 25 20 5 0.658 3.29

04 35 10 25 0.572 14.30

05 45 5 40 0.497 19.88

06 60 5 55 0.432 23.76

07 75 5 70 0.376 26.32

08 90 10 80 0.327 26.16

09 110 8 102 0.284 28.97


Analisis Kriteria Investasi | 55

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF (15%) NPV (15%)


(Bt) (Ct) (2-3) (4x5)

10 170 10 160 0.247 39,52

Jumlah 625 238 387 37.56

PV (B) PV (C) DF (18%) NPV (18%) DF (20%) NPV (20%)


(2x5) (3x5) (4x9) (4x11)

7 8 9 10 11 12

100 1.000 (100) 1.000 (100)

52.20 0.847 (50.82) 0.833 (49.98)

11.34 3.78 0.718 7.18 0.694 6.94

16.45 13.16 0.609 3.05 0.579 2.90

20.02 5.72 0.516 12.90 0.482 12.05

22.37 2.49 0.437 17.48 0.402 16.08

25.92 2.16 0.370 20.35 0.335 18.43

28.20 1.88 0.314 21.98 0.280 19.60

29.43 3.27 0.266 21.28 0.233 18.64

31.24 2.27 0.225 22.95 0.194 19.79

41.99 2.47 0.191 30.56 0.162 25.92

227.46 189.40 4.91 (9.63)

Berdasarkan hasil perhitungan pada TABEL 5.1 tersebut telah


memperoleh jumlah NPV sebesar 37.56 miliar rupiah. Hal ini berarti
proyek cold storage tersebut telah menguntungkan selama 10 tahun.

5.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali
besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat.
56 1 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Contoh perhitungan Net B/C Ratio adalah sebagai berikut:

Net B/C
B/C Ratio== Σ2B-4 2
Σ C -B,
1 1=
, ,
==
(09)
(1+i)(1+i)
' '
1=0 t0

tn

Σ(Β, -C) (DF)


t=0
atau Net B/C Ratio (10)
tan

(C, – B,) (DF)


-

t=0

ten

(Net Benefit Positif) (DF)


=0
atau Net B/C Ratio (11)
t

ten

Ž(Net Benefit Negatif) (DF)


t=0

ten

(NPV) (+)
t=0
atau Net B/C Ratio (12)
ten

(NPV) (-)
t=0

Untuk lebih jelas, dari data TABEL 5.1, maka dapat dihitung Net B/C
Ratio yaitu:
ten

(NPV) (+)
atau Net B/C Ratio
t=0 189.76 (+)-= 1.25
152.20 (-)
(NPV) (-)
t=0

an
Net B/C Ratio = 1.25

Dengan demikian, Net B/C Ratio sebesar 1.25 lebih besar 1 (satu),
maka benefit yang diperoleh tersebut 1.25 kali lipat dari cost yang
dikeluarkan oleh investor cold storage sehingga proyek tersebut dapat
dikatakan Go!
Analisis kriteria Investasi | 57

5.4 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)


Adalah rasio antara jumlah Present Value Benefit (PVB) dengan
Present Value Cost (PVC).

Adapun perhitungannya sebagai berikut:


tan ten
B, C
Gross B/C = (13)
t=0 (1+i)' +*(1+i)'
t=0

atau
ten

Σ(Β,) (DF)
t=0
Gross B/C =
ten
(14)

(C) (DF)
1=0

ΣΡΙ (Β) (15)


PV (C)
Selanjutnya untuk latihan dapat dimasukkan data pada TABEL 5.1
menjadi:
227.46
Gross B/C = 1.20
189.40

Kesimpulan Gross B/C sebesar 1.20, maka proyek Cold Storage


tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan atau go! Untuk menghitung
gross B/C Ratio adalah setiap Bt (DF) dan Ct (DF).

5.5 Internal Rate of Return (IRR)


Oleh karena ada 2 (dua) jenis analisis dalam evaluasi proyek yaitu
analisis finansial dan analisis ekonomis, maka penyebutan IRR-nya
menjadi berbeda pula untuk finansial proyek disebut Financial Internal
Rate of Return (FIRR), sedangkan analisis ekonomis adalah Economic
Internal of Return (EIRR).

IRR ialah untuk mengetahui sebagai alat ukur kemampuan proyek


dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga internal keuangan
yang membiayai proyek tersebut.
53 1 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Pada dasarnya IRR memperlihatkan bahwa Present Value (PV)


benefit akan sama dengan Present Value (PV) Cost. Dengan kata lain,
IRR tersebut menunjukkan NPV = 0. Dengan demikian, untuk mencari
IRR, kita harus menaikkan Discount Factors (DF) yang merupakan
Opportunity Cost of Capital.
Untuk mencari IRR dibutuhkan perhitungan yang berkali-kali oleh
karena proses sebenarnya lebih bersifat coba-coba (trial and error),
sebaiknya dapat menggunakan perangkat lunak (software) seperti Lotus,
Excel, dan lain-lain.

Adapun prosedur perhitungan IRR sebagai berikut:


1. Pilihlah nilai Discount Factors (DF) yang dianggap dekat nilai
IRR-nya yang benar, lalu dihitung nilai NPV dari arus benefit
dan biaya,
2. Apabila hasil NPV negatif (-), hal itu berarti bahwa nilai coba
coba tersebut terlalu tinggi, sehingga dicoba lagi DF yang lebih
mudah,

3. Jika sebaliknya hasil NPV-nya positif (+), diketahui bunga (i)


terlalu rendah, maka dipilih lagi percobaan i baru yang lebih
tinggi,

4. Nilai percobaan pertama (I) untuk DF dinotasikan i', yang kedua


(II) adalah i", nilai percobaan pertama NPV' dilambangkan
dengan NPV". Apabila salah satu dari kedua prakiraan NPV tidak
terlalu jauh dari nol (0) (yang merupakan nilai patokan NPV
benar apabila i = IRR), maka prakiraan IRR yang mendekati
dengan memasukkan dalam rumus data tabel 1 sebagai berikut:
NPV
IRR = i' + (i" - i') (16)
NPV' – NPV

4.91
IRR = 18% +
=
(20% - 18%)
4.91-9.63

IRR = 15.32

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IRR proyek Cold Storage


tersebut diperoleh 15.32%, sehingga tingkat bunga bank yang berlalu
pada saat proyek dibangun adalah seb 15%, maka IRR > tingkat
Analisis Kriteria Investasi | 59

bunga yang berlaku. Kesimpulannya proyek irrsebut telah meng


untungkan atau layak dibiayai dari kredit perbanka!).
5.6 Profitability Ratio (PR)
Adalah untuk menghitung perbandingan Present Value (PV) dari Net
Benefit di luar investasi. Cara penghitungannya sebagai berikut:
PV Net Benefit
PR = (17)
PV Investasi

Selanjutnya dapat digunakan data yang berasal dari tabel 1 di mana


PV Net Benefit = 127.46 dan PV Investasi = 100.

227.46
PR =
2.27
100

Dari kelima (5) kriteria investasi yang dinilai secara finansial cukup
hanya 3 (tiga) yang dihitung, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan Internal Rate of Return (IRR). Apabila
sudah memenuhi kaidah kelayakan, maka yang lain Gross Benefit Cost
Ratio (Gross B/C Ratio) dan Profitability Ratio (PR) tidak perlu dihitung
kembali.

5.7 Revenue-Cost Ratio (R/C Ratio)


R/C Ratio tidaklah sama dengan Net B/C Ratio. R/C Ratio diperoleh
R/C Ratio. Angka tersebut dapat diperoleh atas dasar umur tanaman.
Apabila tanam semusim jangka pendek 3-4 bulan, maka tidak diperlukan
penggandaan Discount Factors (DF), misal tanaman semusim seperti
cabe, sayur-mayur, padi, dan ikan. Sedangkan tanaman tahunan seperti
kakao, kelapa sawit, cengkeh, agroindustri (usaha pengelolaan) menghen
daki waktu dengan umur proyek yang lama (10-20 tahun) baru investa
sinya kembali.
TR
=
R/C Ratio, dimana; TR = y.Py; TC = Xi.Pxi
TC

TC = VC + FC (Variabel Cost + Fixed Cost)


60 1 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
BAB VI
BERBAGAI ALTERNATIF PROYEK INVESTASI
SISTEM AGRIBISNIS

6.1 Mutually Exclusive Alternative Projects


Setiap peluang investasi akan dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi
untuk mendapatkan manfaat (benefit). Aktivitas ekonomi dapat dikatakan
“identik dengan teori memilih". Investasi adalah fungsi expectation
(harapan), namun tidak sedikit usaha di bidang agribisnis mengalami
kegagalan akibat kesalahan dalam mengambil keputusan dalarn investasi.
Perlunya menentukan pemilihan atau ranking antara berbagai usul
investasi timbul terutama apabila dua atau lebih proyek merupakan
mutually exclusive alternative, di mana diterimanya proyek yang satu
berarti proyek yang lain harus dikorbankan. Hal ini inerupakan
konsekuensi logis karena keterbatasan sumber daya finansial (dana)
untuk digunakan dalam investasi tersebut, maupun paket teknologi yang
akan digunakan menyangkut penerapannya, ukuran, penempatan, atau
waktu yang merupakan umur proyek tersebut.
Selanjutnya bagaimana 2 (dua) proyek telah direncanakan, seperti
contoh dalam investasi, yaitu Proyek Budi daya Udang Windu (P.
monodon) merupakan proyek A dan proyek Kelapa Sawit merupakan
proyek B, maka proyek A besar dan B Kecil.

Kriteria Investasi Proyek A (Besar) Proyek B (Kecil)


NPV 1 Miliar 500 Juta

Net B/C 1.80 1.30

IRR 30% 15%

Berdasarkan data hipotesis di atas, jelas akan memilih proyek A


(Besar) karena lebih besar dibandingkan dengan proyek B (Kecil).
Namun tidak selamanya mendapatkan perhitungan kriteria investasi
seperti kondisi tersebut sehingga tergantung pada hasil perhitungan yang
diperoleh pada berbagai kasus, seperti contoh lain, yaitu:
62 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Kriteria Investasi Proyek A (Besar) Proyek B (Kecil)


NPV 500 Juta 800 Juta

Net B/C 1.80 1.30

IRR 15% 30%

Menurut kenyataan dari hasil perhitungan yang diperoleh, kita akan


memilih proyek A (Besar) karena sama menguntungkan, namun bila
dipertimbangkan maka proyek B (Kecil) memiliki NPV dan IRR lebih
besar dibandingkan proyek A (Besar).
Jika kasusnya seperti di atas, maka dalam pemilihan proyek harus
menggunakan analisis IRR selisih Net Benefit dari kedua proyek tersebut.
Untuk lebih jelas ditunjukkan pada kasus seperti pada TABEL 6.1.

TABEL 6.1 Analisis finansial proyek A (Besar)

Tahun Benefit Cost Net DF NPV 5%


Benefit
(4x5)
(2-3)
1 2 3 4 5 6

01 6000 (6000) 0.952 (5712)

02 1500 1000 500 0.907 453.50

03 2500 1000 1500 0.864 1296.00

04 3500 1000 2500 0.823 2057.50

05 6000 1000 5000 0.783 3915.00

Jumlah 13.500 10.000 3.500 2010.00


Berbagai Alternatif Proyek Investasi Sistem Agribisnis 1 63

DF (10%) NPV (10%) DF 16% NPV (16%)


(4x7) (4x9)
7 8 9 10

0.909 (5454.00) 0.862 (5172.00)

0.826 413.00 0.743 371.00

0.751 1126.50 0.640 960.00

0.683 1707.50 0.552 1380.00

0.621 3105.00 0.476 2380.00

898 (100.50)

Selanjutnya dari data TABEL 6.1 dapat dihitung menjadi:


NPV (5%) : Rp3.500.000,00

7722 (+)
Net B/C : - 1.35
(5712) (-)
898
IRR 10% +
898-(-80.50)
IRR 16.50%

Selanjutnya dari data TABEL 6.1 dapat dihitung menjadi:


NPV (5%) : Rp3.500.000,00
7722 (+)
Net B/C 1.35
:

(5712) (-)
898
IRR 10% + (16% - 10%)
898-(-100.50)
IRR 16.78%
64 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribis
Enis

TABEL 6.2 Analisis finansial


B (Kecil)
Berbagai Alternatif Proyek Investasi Sistem Agribisnis 1 65

Perbandingan kriteria investasi dari Proyek A dan B.


Kriteria Proyek A Proyek B
Investasi (Besar) (Kecil)
NPV 2.010.000 1.332.500

Net B/C 1.35 1.25

IRR 16.50% 22.40%

Untuk memilih proyek mana yang akan dilaksanakan, terlebih dahulu


perlu menghitung IRR selisih Net Benefit, IRR selisih dari kedua proyek
A dan B. Cara menghitungnya sebagai berikut:

Net Benefit Net Benefit Selisih

Tahun Proyek B Net Benefit


Proyek A
(Besar) (Kecil) (2-3)

1 2 3 4

01 (6.000) (5.500) (500)


02 500 4.000 (3.500)
03 1.500 2.000 (500)

04 2.500 1.000 1.500

05 5.000 500 4.500

Jumlah 3.500 3.000 1.500


66 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
|
NPV 5% NPV 16%

DF (5%) Selisih NB DF (16%) Selisih NB


(4x5) (4x7)
5 6 7 8

0.952 (476) 0.862 (431.00)


0.907 (3174.50) 0.743 (2.600.50)
0.864 (432) 0.641 (320.50)
0.823 1234.50 0.552 828.00

0.783 3523.50 0.476 2.142.00

Jumlah 675.50 -382.00

675.50
IRR selisih NB : 5% + (16%-5%)
675.50-(-382.00)
IRR selisih NB 30.32

Selisih antara arus benefit bersih kedua proyek tersebut diperoleh


IRR sebesar 30.32%. Apabila dengan selisih modal dapat ditemukan
proyek yang mempunyai return yang lebih besar dari 30.32%, lebih baik
dipilih proyek yang lebih kecil, sedangkan selisihnya ditanam di dalam
proyek yang lain yang lebih menguntungkan, jika tidak, maka lebih baik
dipilih proyek yang lebih besar.

6.2 Perbandingan IRR dengan Net B/C


Penggunaan IRR dalam kriteria suatu proyek sangat dominan. Akan
tetapi sering terjadi perbedaan pandangan tentang penggunaan tingkat
discount rate-nya. Ada yang berpendapat yang seharusnya dipakai adalah
Social Discount Rate, yaitu Rate Of Time Preference dari masyarakat
yang dikemukakan lepas dari serta biasanya jauh di bawah Social
Opportunity Cost Of Capital (SOCC). Namun di antara yang
menyetujui Social Opportunity Cost Of Capital sebagai Social
Discount Rate, ada selisih pendapatan tentang bagaimana cara yang tepat
untuk mengukurnya. Kebaikan suatu indeks tidak berlandaskan ukuran
Social Discount Rate. Namun demikian yang ideal adalah pemakaian IRR
sebagai indikator layak dan tidaknya tu proyek.
Berbagai Alternatif Proyek Investasi Sistem Agribisnis 67

Kelemahan IRR sebagai Investment Criteria berasal dari asumsi


bahwa semua benefit bersih yang terwujud dalam suatu tahun, selama
tahun berikutnya secara otomatis ditanam kembali dengan tingkat
keuntungan yang sama besarnya dengan IRR, yang selanjutnya berbunga
dalam sisa umur proyek. Pandangan pendapat yang mendasari baik NPV
maupun Net B/C secara nyata menentang asumsi tersebut, dengan alasan
bahwa sumber-sumber ekonomi yang diinvestasi, margin yang diperoleh
tidak dapat mengembalikan keuntungan di atas Social Discount Rate.
Selanjutnya apabila kita bandingkan IRR dengan Net R/C, maka Net
B/C sebagai ukuran tentang efisiensi dalam alokasi penggunaan modal
dapat lebih menguntungkan yaitu sebagai angka perbandingan terhadap
jumlah Investasi (Present Value dari biaya bersih). Atas dasar statement
tersebut maka dapat diharapkan seandainya investasi tersebut hanya dapat
menggambarkan Social Discount Rate, dan semua benefit diinvestasikan
kembali pada tingkat itu jelas bahwa rasio akan sebesar 10 saia sehingga
68 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnisdag

NPV

90

80

70
Proyek A
60

50

Cross Over Discount Rate dan NPV yang sama (A dan B)


40

30 Proyek B

20

Discount Rate
0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 6.1 Proyek A dan B dengan biaya sama

1. Proyek A lebih besar NPV nya dengan Proyek B pada Discount


Rate 15%,

2. Pada Discount Rate 25% NPV Proyek A 80% lebih besar


dibandingkan dengan Proyek B pada Discount Rate 60%,
3. Pada Discount Rate 15% kedua proyek tersebut memperoleh
NPV yang sama, yaitu 40.

Selanjutnya, dalam memilih proyek kita harus memperhatikan tingkat


bunga bank yang berlaku saat itu sebagai indikator Social Oppor
tunity Cost Of Capital (SOCC). Apabila tingkat bunga yang berlaku
lebih kecil, yaitu 15%, maka proyek A yang dilaksanakan. Sebaliknya
apabila tingkat bunga bank yang berlaku lebih besar dari 15%, maka
proyek B yang kita pilih. Jika melihat Gambar 6.1, maka Discount
Rate yang kecil NPV proyek A lebih besar dari proyek B. Hal inilah
yang menyebabkan Cross Over Discount Rate dapat terjadi karena
kedua proyek tersebut tidak sama waktu keluarnya biaya dan waktu
diterimanya benefit. Contohnya Proyek Budi Daya Udang Windu,
mungkin 2-3 tahun baru menghasilkan benefit, sedangkan proyek
agroindustri saos tomat relatif agak cepat.
b. Jika kedua proyek mempunyai benefit yang sama, maka kita harus
menggunakan gan, iaya efektif Cost Effectiveness).
Berbagai Alternatif Proyek Investasi Sistem Agribisnis | 69

Artinya harus menggunakan biaya sekecil mungkin (Cost Minimi


zation). Dengan demikian, karena kedua proyek tersebut benefitnya
sama berarti harus memilih proyek yang mempunyai Present Value
dari biaya yang paling kecil. Agar lebih jelas, lihat Gambar 6.2.

PV Biaya( Rp )

80

70

60
Proyek A

50

40
Cross Over Discount Rate
30

20
Proyek B
10

Discount Rate
0 5 7 10 15 20 25 30 35

Gambar 6.2 Proyek A dan B yang memiliki benefit sama

Pada Gambar 6.2, dapat dilihat bahwa:


1. Pada Discount Rate 7% maka PV proyek B lebih kecil
dibandingkan A,

2. Pada Discount Rate 20% maka PV biaya proyek A lebih kecil


dibandingkan proyek B,

3. Pada Discount Rate 16% maka PV A dan B sama (pada Cross


Over Discount Rate).

Untuk memilih proyek mana yang akan dilaksanakan, terlebih dulu


harus membandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku saat itu
sebagai Social Opportunity Cost Of Capital. Jika SOCC berlaku di atas
15%, maka pilih proyek A oleh karena PV biayanya lebih kecil
dibandingkan dengan PV biaya proyek B. Jika sebaliknya SOCC berlaku
di bawah 15%, sebaiknya dipilih proyek B sebab PV proyek B lebih kecil
dibandingkan dengan PV biaya proyek A. Ini karena semakin tinggi
70 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Discount Rate yang digunakan, semakin kecil PV benefit sehingga lebih


lambat terwujudnya dibandingkan dengan benefit yang terwujud lebih
awal. Dengan demikian mungkin saja pada Discount Rate yang semakin
tinggi, proyek yang benefit nominalnya terjadi lebih dahulu, meskipun
lebih kecil, akhirnya memperoleh NPV lebih tinggi.
BAB VII
BERBAGAI KONSEP DALAM PENDEKATAN
EVALUASI PROYEK

Dalam pembahasan Bab VII ini beberapa konsep pendekatan yang


sering digunakan dalam evaluasi proyek adalah:
1. Menentukan Panjang Umur Proyek,
2. Proyek Serbaguna (Multi Purpose Projects),
3. Sensitivity Analysis,
4. Payback Periods,

5. Domestic Resources Cost (DRC),


6. Effective Rate Of Protection (ERP),
7. Break Event Point (BEP).

7.1 Menentukan Panjang Umur Proyek


Untuk menentukan panjang umur proyek, ada beberapa pendekatan
antara lain:

a. Yang dimaksud dengan umur ekonomis suatu aset ialah jumlah


tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan cost
tahunan dari penggunaan aset tersebut. Dengan demikian, ukuran
umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang dikira
kira sama dengan umur ekonomis dari suatu proyek,
b. Proyek yang menggunakan investasi besar, lebih mudah untuk
menggunakan umur teknis daripada unsur-unsur pokok investasi.
Hanya perlu daripada unsur-unsur pokok investasi adalah lama,
tetapi umur ekonominya jauh lebih pendek disebabkan faktor
obsolescence (ketinggalan zaman karena ditemukannya produk
baru yang lebih canggih dan efisien). Hal ini sering ditemukan
pada proyek elektronik industri dan otomotif tetapi jarang
ditemukan pada proyek-proyek agribisnis,
72 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

c. Jadi proyek-proyek yang umurnya lebih lama, misalnya 25 tahun,


apabila discount rate sebesar 10% ke atas maka Present Valuenya
sudah kecil sekali sehingga mengurangi nilai nominal annuity
tersebut dalam satu tahun saja.

7.2 Proyek Serbaguna (Multipurpose Projects)


Adalah proyek serba guna berarti proyek tersebut memiliki berbagai
macam kegunaan. Misal dibangunnya Proyek Bendungan Bili-Bili di
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan sebagai proyek serbaguna di mana
selain untuk kepentingan irigasi persawahan, berfungsi pula sebagai
pengendalian banjir untuk Kota Makassar dan sekitarnya, penyediaan
baku air minum PDAM Makassar serta budi daya ikan air tawar (keramba
jaring apung atau KJA) serta peningkatan wisata domestik.
Relatif proyek serbaguna akan memperoleh benefit lebih besar,
namun apabila salah satu cabang pemanfaatan tidak menguntungkan atau
tidak ekonomis maka akan ditutupi oleh pemanfaatan yang lain sehingga
kelemahan tersebut tidak kelihatan. Seyogyanya proyek semacam ini dari
awal sudah diamati lebih detail subsektor mana yang menjadi motor
penggerak (utama) sehingga secara keseluruhan dapat memberikan
keuntungan yang besar kepada otoritasnya. Selain itu dalam perhitungan
biaya terdapat kesulitan dalam memilahkan alokasi pembiayaan karena
timbul adanya biaya bersama dalam proyek yang disebut Joint Cost
mengakibatkan kesulitan menghitung masing-masing benefit secara
parsial.

7.3 Sensitivity Analysis


Analisis kepekaan diperlukan sejak awal proyek waktu direncanakan.
Hal ini untuk mengantisipasi beberapa kemungkinan, misal turunnya
harga produk akibat harga pasar di pasar internasional merosot, karena
banyaknya pasokan negara-negara ASEAN lainnya ke negara setujuan
misalnya komoditas udang ke Jepang dan USA.
Terjadinya biaya yang over disebabkan harga input komponen proyek
menjadi tinggi. Hal ini diperoleh akibat nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing merosot menyebabkan harga impor komponen produk
menjadi naik. Selain itu, kemunduran waktu dalam pelaksanaan proyek
akibat faktor politik, keamanan, dan bencana alam banjir sehingga
Berbagai konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek | 73

mengakibatkan biaya membesar serta berproduksi tertunda mengaki


batkan benefit proyek menjadi menurun seperti Thailand di tahun 2011.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proyek tersebut,
maka perlu dibangun asumsi-asumsi untuk dapat memberikan terobosan
jalan keluar atau memperkecil risiko yang kita hadapi.
Adapun asumsi-asumsi tersebut adalah:

a. Apabila input naik 10% dari perencanaan semula sedangkan


benefit yang akan diperoleh tetap (konstan),
b. Sebaliknya jika biaya tetap maka benefit akan diturunkan
menjadi 10%,
c. Mundurnya waktu berproduksi sehingga menurunkan benefit
proyek,

d. Khusus untuk proyek sistem agribisnis dalam hal ini termasuk di


dalamnya perikanan, maka faktor iklim seperti Elnino/Lanina
atau serangan hama dan penyakit akan memengaruhi menurun
nya output per satuan lahan (Yield/Hectare).
Dalam menganalisis konsep analisis kepekaan tersebut maka perlu
dibuat perhitungan kembali dengan beberapa skenario sesuai dengan
asuinsi yang telah dikemukakan terdahulu.

7.4 Payback Periods


Jangka waktu pengembalian modal investasi yang akan dibayarkan
melalui keuntungan yang diperoleh proyek tersebut disebut Payback
Periods.

Semakin cepat waktu pengembalian semakin baik untuk diusahakan.


Akan tetapi Payback Periods tersebut akan mengabaikan nilai uang pada
saat sekarang (Present Value).

Untuk mengukur Payback Periods dapat dikemukakan sebagai


berikut:

a. Menggunakan Net Benefit Kumulatif,

b. Dapat menggunakan Net Benefit rata-rata setiap tahun.


74 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Adapun Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


I
Payback Periods (PP): (18)
Bt

Di mana :

I : Jumlah Investasi,

Bt : Net Benefit rata-rata tiap tahun.

7.5 Domestic Resources Cost (DRC)


Untuk mencukupi kebutuhan suatu produk di dalam negeri dapat
dilakukan dengan jalan mengimpor bahan baku dan menggunakan
sumber daya yang ada di dalam negeri (domestic resources). Hal ini bisa
terjadi karena bahan baku yang diimpor tersebut tidak mencukupi di
dalam negeri misalnya tepung ikan (fish-meal) dan jagung, bungkil
kedele dan vitamin untuk komposisi pakan ikan/udang di dalam negeri.
Untuk mengetahui penggunaan komponen lokal maupun impor tetap
layak atau menguntungkan dapat dilihat dengan menggunakan analisis
DRC (Domestic Resources Cost). Dengan demikian, DRC merupakan
salah satu kriteria investasi untuk menilai kelayakan dari pemanfaatan
bahan baku lokal, agar dapat bersaing di pasar global (liberalisasi
perdagangan)
Dalam menggunakan analisis DRC diasumsikan bahwa produk yang
dihasilkan merupakan barang Tradeable Goods. Produk tersebut bisa
diekspor, dan kalau dijual di dalam negeri maka dapat digunakan sebagai
penghematan devisa atau subtitusi impor.

Dalam menggunakan analisis DRC, beberapa hal yang perlu diper


hatikan sebagai persyaratannya adalah:
a. Bahan baku lokal yang digunakan dalam proyek tersebut harga
satuannya adalah menggunakan nilai uang rupiah (Rp),
b. Komponen yang berasal dari impor yang digunakan dalam
proyek, dinilai dalam satuan Dollar US ($),
C. Hasil sebagai output suatu proyek tersebut dinilai dalam satuan
Dollar US ($).
Berbagai konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek / 75

Adapun rumus penilaian DRC adalah sebagai berikut:


Domestic Cost
DRC: (19)
Nilai Output (S) - Imported (S)
Maksud penggunaan rumus tersebut dapat dilihat bahwa DRC
menunjukkan besarnya biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan
sumber daya dalam negeri untuk menghasilkan setiap 1 Dollar US ($).
Maka untuk menentukan kelayakan proyek tersebut DRC yang didapat
kan harus dibandingkan dengan Shadow Exchange Rate.
Jika DRC diperoleh lebih kecil dari Shadow Exchange Rate, maka
proyek agribisnis tersebut layak untuk dilaksanakan. Namun apabila lebih
besar, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (ditolak).
Sebagai contoh, kasus DRC : atau apabila DRC > 1 → No go, apabila
DRC < 1 layak diekspor ke luar negeri.
PT. Windu Kencana di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur
mengusahakan tambak udang intensif 100 ha dan produk udangnya
diekspor ke Jepang melalui cold storage sendiri dan telah menghasilkan
sebagian dari komponen pakan dan peralatan seperti kincir dan mesin
pompa yang harus diimpor. Apabila biaya tersebut adalah US $ 300,
sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa di dalam negeri
sebesar Rp80.000,00 maka hasil perhitungan DRC adalah sebagai
berikut:

Rp.80.000
DRC: (20)
USA S 500-USA S 300

DRC : Rp400,00/US $

Apabila diasumsikan besarnya Shadow Exchange Rate sebesar US $


8.000/Rp, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.

7.6 Effective Rate Of Protection (ERP)


Untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, pemerintah melakukan
kebijaksanaan membuka kran impor barang-barang masuk ke dalam
negeri. Hal ini serba dilematis, apakah membuat barang tersebut di dalam
negeri ataukah dengan jalan mengimpor, karena barang tersebut cukup
dibutuhkan di dalam negeri seperti gula dan garam. Sebagai contoh,
kasus pemerintah melindungi usaha industri pembuatan gula dan garam
76 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

di dalam negeri. Apakah Indonesia akan produksi gula/garam atau


mengimnar oulaloaram dari negara China mamnun Thailand ke Indonesia
Berbagai konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek / 77

Nilai Usaha Industri dalam negeri ..... Rp1.000.000,00


Bila tarif bea masuk pelabuhan komponen barang modal tersebut
dikenakan pemerintah sama, yaitu 100% dengan demikian:
Maka Harga Impor Komponen barang Rp12.000.000,00
Harga Impor barang jadi (X) Rp14.000.000,00

Nilai Usaha Industri menjadi Rp 2.000.000,00


Maka Effective Rate Of Protection :

Rp.2.000.000 – Rp.1.000.000
ERP x 100% (22)
Rp.1.000.000

ERP 100%

b. Dalam upaya mengembangkan industri pakan udang/ikan di dalam


negeri, maka pemerintah memberikan keringanan bea ma impor
lebih murah dibandingkan dengan bea masuk pakan (pallet) yang
masuk dari Taiwan.

Contohnya :
Tarif bea masuk tepung ikan (fish meal) 75%
Sehingga Bahan baku pakan udang menjadi
Rp10.000.000,00
Bea masuk barang pakan (pallet) impor Rp15.000.000,00
Nilai usaha industri pakan Rp 5.000.000,00

Rp.5.000.000 Rp.1.000.000
78 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

7.7 Analisis Titik Impas


Atau dapat disebut Break Event Point (BEP) di mana dapat
diperhitungkan batas kuantitas produksi yang mengalami keuntungan dan
kerugian pada usaha perikanan yang dilakukan oleh petani/nelayan. Ada
2 (dua) konsep analisis titik impas yang dapat digunakan dalam bentuk
dan tujuan yang berbeda, yaitu:
a. BEP Secara Parsial

Menganalisis secara parsial adalah analisis BEP yang dimaksud


ditujukan pada bentuk yang bersifat individual usaha tani. Analisis
BEP adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pengambil
keputusan proyek finansial untuk mengetahui kondisi batas pada
kuantitas produksi/penjualan biaya berapa usaha tani tersebut
mengalami keuntungan dan menderita kerugian.
Contoh dalam menghitung produksi/penjualan suatu usaha tani budi
Berbagai konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek | 79

Usaha ekstensif sebesar 820.84 kg, semi intensif sebesar 1.552,03 kg,
dan intensif sebesar 5.458,55 kg. Selanjutnya biaya rata-rata produksi
udang Rp12.833,00 untuk ekstensif, Rp13.365,00 untuk semi
intensif, dan Rp10.158,00 untuk intensif. Sedangkan R/C ratio adalah
1.20 ekstensif, 1.16 untuk semi intensif, dan 1.23 untuk intensif.
Untuk lebih jelas, lihat TABEL 7.1.

TABEL 7.1 Produksi dan nilai usaha tani udang windu (P monodon) pada
berbagai tingkat teknologi di Desa Garangkong Kecamatan Barru Kab.
Barru Sulsel (1988).

Petak Ekstensif Semiintensif Intensif

Tambak
Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp) Volume Nilai (Rp)
No. (Kg) (Kg) (Kg)
1 300 4.650.000 600 9.300.000 1.726 21.575.000

2 250 3.875.000 500 7.750.000 1.540 19.250.000

3 240 3.720.000 480 7.440.000 2.412 30.150.000

4 225 3.847.500 450 6.975.000 3.238 40.475.000


Total 1.015 15.372.500 2.030 31.465.000 8.916 111.450.000

Sumber : Pasaribu, dkk, (1988).

TABEL 7.2 Biaya tetap usaha tani udang windu (P. monodon) pada
berbagai tingkat teknologi di Kab. Barru Sulsel (1988).
No Uraian Unit Ekstensif Semiintensif Intensif
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Sewa Tambah 2/2 600.000 600.000 600.000

2 Konsumsi 4/4 10.000.000 31.579.000 31.579.000


tambah

3 Pompa Air 1/6 6.500.000 14.017.000


4 Gedung Mess 3 500.000 12.000.000 12.000.000
5 Rumah Jaga 1 100.000 566.000 566.000
6 Kincir 4/4 3.400.000 11.850.000
7 Penerangan 1 536.000

8 Instalasi listrik 7 723.200 723.200

9 Bangunan 200.000 1.220.550 3.220.550


80 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

No Uraian Unit Ekstensif Semiintensif Intensif


(Rp) (Rp) (Rp)
Irigasi
10 Jaring 1/2 20.000 688.750 1.377.500

11 Mobil Pick Up 1 8.500.000

12 Motor Roda 2 1 2.500.000

13 Perlengkapan PM 25.000 264.250 264.250


lain-lain
14 Mesin Gonsel 14/45 6.500.000 17.500.000

15 Laboratorium Peluh 665.000 665.000


Basah

Total 11.445.000 67.207.350 103.399.100


Sumber : Pasaribu, dkk, (1988).

TABEL 7.3 Biava variabel usaha tani udang windu (Pmonodon nada
Berbagai konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek | 81

TABEL 7.4 Analisis biaya pendapatan usaha tani udang windu


(P. monodon) pada berbagai tingkat teknologi di Kab. Barru Sulsel
(1988).

Biaya Variabel (Rp)


No Uraian
Ekstensif Semiintensif Intensif (Rp)
1 Penerimaan Total (TR) 15.732.500 31.465.000 111.450.000

2 Total Biaya (TC) 13.025.000 27.131.871 90.569.751

Biaya Tetap (Rp) 11.445.000 14.070.296 32.965.440

Biaya Tidak Tetap (Rp) 1.580.840 13.061.575 57.604.275

3 Gross Margin (Rp) 18.403.425 53.845.725

4 Keuntungan (Rp) 2.706.660 4.333.129 20.880.285

R/C (Ratio) 1.20 1.16 1.23

BEP Produksi (Kg) 820.84 1.552.030 5.458.550

7 Biaya Rata-rata (Rp) 12.833 13.365 10.158

8 GM/CI (Ratio) 27 52

Sumber : Pasaribu, dkk, (1988).

TABEL 7.5 Alokasi biaya usaha tani udang windu (P. monodon) pada
berbagai tingkat teknologi di Kab. Barru Sulsel (1988).

Biaya Variabel (Rp)


No Uraian
Ekstensif Semiintensif Intensif (Rp)
1 Benur (Bibit) 00.45 16.56 16.48

Pakan Alami (Buatan) 57.01 57.69

3 Room/Kimia 00.05 00.57 00.12

4 BBM 06.12 06.62

5 Pestisida 03.85 01.41

6 Pemeliharaan Tambak 04.76 01.03

7 Pupuk 00.50 03.07

8 Pemeliharaan Alat 01.79 01.17


82 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Biaya Variabel (Rp)


No Uraian

Ekstensif Semiintensif Intensif (Rp)


9 Tenaga Kerja 03.29 10.27

10 Administrasi 01.03 04.73

11 Peralatan lain-lain 01.92 00.41

Sumber : Pasaribu, dkk, (1988).

TRỰC
TR

TC

VC

FC

(-820,84) 10 20 30

Sumber : Pasaribu, dkk (1988)

Gambar 7.1 Break Event Point budi daya udang windu (P. monodon)
pada usaha tani tingkat teknologi ekstensif di Kab. Barru, Sulsel (1988)
Berbagai konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek | 83

TR

111 TC

90

E
68
VC
84 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

b. BEP secara kelompok skala luas hamparan sawah usaha tani


padi

Dasar pemikiran dalam mengambil keputusan batas titik impas pada


kondisi rugi/untung tersebut ditunjukkan pada penelitian dalam
analisis usaha tani secara kelompok dalam suatu luas hamparan
minimum, yaitu berapa petani rata-rata mengalami kondisi merugi/
untung dalam usaha taninya?
Adapun dasar ketentuan BEP tersebut adalah:

TR = TC (Total Revenue sama dengan Total Cost) sama dengan 0


Ada 3 (tiga) asumsi yang memenuhi titik impas yang dimaksud
adalah:

a. Titik potong fungsi biaya total adalah (TC), sedangkan fungsi


penerimaan total adalah TR, berpotongan pada suatu titik
merupakan batas titik impas,

b. Sementara nilai luas garapan usaha tani pada saat profit 0


diperoleh saat TR-TC = 0,
C.
Untuk menentukan luas skala usaha tani pada saat R/C Ratio 1
(R/C Ratio adalah nisbah total revenue dengan total biaya).
Berdasarkan pola pemikiran tersebut, metode yang sesuai adalah
menggunakan analisis regresi sederhana. Dalam hal ini luas lahan
diberlakukan sebagai variabel yang independen (Xi). Langkah
pertama meregresikan Yı: (total biaya) dengan luas lahan (Xi). Begitu
pula dengan Y2 (total revenue) dengan luas lahan (Xi). Selanjutnya,
pertama diperoleh Y;= Y2 atau sama saja dengan TC TR = 0.
Dengan demikian, persamaan tersebut menjadi:
Y = áo + ax .. Fungsi Biaya
Y2 = ßo + Bix Fungsi Revenue
Maka X (luas lahan) pada saat Y, = Y2 adalah:
=

BEP (Ha) =

X=
a. -B.
.)
Bi-a,
Berbagai Konsep dalam Pendekatan Evaluasi Proyek / 85

Di mana :

X Luas lahan usaha tani tambak udang,

Y =
Fungsi biaya sama dengan TC,
Y2 Fungsi revenue sama dengan TR,
áo, ájầo dan â, adalah parameter regresi sederhana.

Total Luas Cost


No Volume Harga Revenue Total TC
Petani (Kg) (Rp) VC FC
(TR) (Ha)

1 2.500 6.000 15.000.000 1.50 500.000 100.000 600.000

2 3.000 5.500 16.500.000 1.90 750.000 125.000 875.000

3 2.100 5.700 11.970.000 1.20 450.000 90.000 540.000

4 1.600 5.600 8.960.000 1.00 811.000 85.000 896.000

5 2.800 6.000 16.800.000 1.70 680.000 110.500 790.000

6 1.500 5.600 8.400.000 1.00 400.000 65.000 465.000

7 1.650 5.700 9.405.000 1.05 420.000 68.250 488.250

8 2.500 5.700 14.250.000 1.50 600.000 97.500 697.500

9 1.600 5.500 8.800.000 1.00 400.000 65.000 465.000

10 2.100 6.000 12.600.000 1.30 520.000 84.500 604.500

11 2.150 6.000 12.900.000 1,35 540.000 87.750 627.750

12 2.550 5.700 14.535.000 1.50 600.000 97.500 697.500

13 2.000 5.600 11.200.000 1.20 480.000 78.000 558.000

14 3.000 5.600 16.800.000 1.90 760.000 123.500 883.500

15 2.800 5.700 15.960.000 1.75 700.000 113.750 913.750

16 3.500 5.300 18.550.000 2.00 800.000 130.000 930.000

17 2.900 5.750 16.675.000 1.80 720.000 117.000 830.000

18 2.500 5.750 14.375.000 1.60 640.000 104.000 744.000

19 2.800 5.500 15.400.000 1.75 700.000 113.750 813.750

20 2.800 5.500 15.400.000 1.50 600.000 97.500 697.500

21 2.500 5.600 14.000.000 1.70 680.000 110.500 790.500

22 2.800 5.600 15.680.000 2.00 800.000 130.000 930.000


86 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Total Luas Cost


No Volume Harga Revenue Total TC
Petani (Kg) (Rp)
(TR) (Ha) VC FC

23 3.300 5.700 18.810.000 2.10 840.000 36.500 976.500


24 3.500 5.600 19.600.000 1.80 720.000 117.000 837.000
25 2.600 5.600 14.560.000 1.60 640.000 104.000 744.000

26 2.900 5.500 15.950.000 1.90 760.000 123.500 883.500

27 2.000 5.800 11.600.000 1.40 560.000 91.000 651.000

28 2.100 5.750 12.075.000 1.35 540.000 87.750 627.750

29 2.900 5.500 15.950.000 1.80 720.000 117.000 837.000

30 2.700 5.500 14.850.000 1.75 700.000 113.750 813.750

Keterangan Data Hipotetis


:
BAB VIII
MENGENAL PERBANKAN SEBAGAI SUMBER
PERMODALAN INVESTASI AGRIBISNIS

8.1 Lembaga Keuangan Sebagai Sumber Permodalan


8.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan
Lembaga Keuangan pada prinsipnya dibagi dua, yaitu Lembaga
Keuangan Bank dan Non Bank. Pembagian lembaga keuangan seperti
pada Gambar 8.1.

LEMBAGA KEUANGAN

LEMBAGA KEUANGAN BANK LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

Pasar Modal,
Pasar Uang.
Pasar Valas,

Bank Umum (Konvensional dan Pegadaian,

Syariah), Leasing,
Asuransi,

Anjak Piutang,
Modal Ventura,
BPR (Konvensional dan Syariah),
Koperasi Simpan Pinjam,
Dana Pensiun.

Sumber : Bank Indonesia, 2009.

Gambar 8.1 Bagan lembaga keuangan

Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat


dimanfaatkan sebagai sumber pendanaan dalam rangka pembiayaan
termasuk pembiayaan UMKM. Lembaga Keuangan Bank merupakan
lembaga keuangan yang dianggap memiliki produk-produk penghim
punan dan penyaluran dana yang paling lengkap sehingga lembaga
88 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

keuangan bank sering disebut sebagai lembaga intermediasi keuangan.


Sementara lembaga keuangan nonbank umumnya memiliki salah satu
produk berupa penghimpunan dana saja atau penyaluran dana saja.

8.1.2 Lembaga Keuangan Bank (Perbankan)


Pengertian Bank dalam istilah bahasa Italia “banco” berarti kepingan
papan tempat buku, sejenis meja yang kemudian penggunaannya lebih
diperluas untuk menunjukkan meja tempat penukaran uang yang diguna
kan oleh para pemberi pinjaman dan pedagang valuta di Eropa.
Sementara undang-undang perbankan New York menjelaskan bahwa
bank adalah segala tempat transaksi valuta setempat yang juga merupa
kan tempat usaha yang berbentuk trust, pemberian diskonto, dan
memperjualbelikan surat kuasa draft, rekening, dan sistem peminjaman,
menerima deposito, dan semua bentuk surat berharga, memberikan
pinjaman uang dengan memberikan jaminan berbentuk harta maupun
keselamatan pribadi dan memperdagangkan emas batangan, perak, uang,
dan rekening bank.
Pengertian Bank di Indonesia secara bertahap mengalami perbaikan:
a. UU RINo. 14 Tahun 1967

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi


kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran
uang.

b. UU RINo. 7 Tahun 1992 (mencabut UU No. 14 Tahun 1967)

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masya


rakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
C. UU RI No. 10 Tahun 1998 (mengubah UU No. 7 Tahun 1992)

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masya


rakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari tahapan perkembangan pengertian tersebut walaupun agak
berbeda-beda rumusannya, namun pada dasarnya bahwa bank menunjuk
kan sebagai badan usaha yang melakukan kegiatan usaha di bidang (1)
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 89

Jasa perantara di bidang keuangan dalam bentuk menghimpun dana dari


masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali pada masyarakat; (2)
Jasa-jasa di bidang lalu lintas pembayaran.
Sementara istilah perbankan sebagaimana UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, adalah segala sesuatu yang menyangkut dengan bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Berdasarkan hal tersebut, bank akan mengembangkan jenis-jenis
produknya dalam bentuk berbagai pelayanan yang disesuaikan dengan
perkembangan pasar dan teknologi informasi. Namun, keragamannya
akan dibatasi oleh jenis banknya itu sendiri, karena setiap jenis bank
memiliki ciri khas, keleluasaan, dan keterbatasan tertentu.

Lembaga keuangan Bank terdiri dari:


1. Bank Umum (Konvensional dan Syariah), dan

2. Bank Perkreditan Rakyat (Konvensional dan Syariah).

8.1.2.1 Bank Umum

Bank Umum menurut UU RI Nomor 7 Tahun 1992 tentang


Perbankan sebagaimana diperbarui dengan UU Nomor 10 Tahun 1998,
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi
kan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selanjutnya untuk pembahasan
tentang bank umum akan dipisahkan menjadi Bank Umum Konvensional
dan Bank Umum Syariah sebagai berikut:
1. Bank Umum Konvensional

Adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pemba
yaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan
wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Umum
sering disebut bank komersial (commercial bank).
Usaha utama bank umum adalah menghimpun dana dari masyarakat
luas yang dikenal dengan istilah funding, kemudian diputarkan kem
bali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman
atau lebih dikenal dengan istilah kredit. Dalam peng-himpunan dana,
90 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

penabung diberikan jasa dalam bentuk bunga simpanan. Sementara


dalam pemberian kredit, penerima kredit (debitur) dikenakan jasa
pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya administrasi.

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga sim


panan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka
semakin besar pula bunga kredit dan demikian pula sebaliknya. Di
samping bunga simpanan, besar kecilnya bunga pinjaman juga
dipengaruhi oleh margin/keuntungan yang ditetapkan, biaya operasi
yang dikeluarkan cadangan risiko kredit macet, pajak, dan lain-lain.
A. Kegiatan-kegiatan Bank Umum Konvensional
a) Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk:
1. Simpanan Giro (Demand Deposit),
2.
Simpanan
),Tabungan (Saving Deposit
3. Simpanan Deposito (Time Deposit).
b) Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:
1. Kredit Investasi,

2. Kredit Modal Kerja,


3. Kredit Konsumsi.

c) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti:


1. Transfer (Kiriman Uang),
2. Inkaso (Collection),

3. Kliring (Clearing),
4. Save Deposit Box,
5. Credit/Debit Card,

6. Valas (Bank Notes),

7. Bank Garansi,

8. Referensi Bank,

9. Bank Draft,
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 91

10. Letter Of Credit (L/C),

11. Traveller's Cheque,


12. Jual-beli Surat-surat berharga,
13. Pelayanan payment point seperti:
Pembayaran pajak, telepon, air, listrik, biaya pembayaran
ibadah haji (BPIH), uang kuliah, gaji/pensiun/honora
rium, dividen, kupon, bonus/hadiah, tantiem, dll,
14. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau
menjadi: penjamin emisi (underwriter), penjamin (gua
rantor), wali amanat (trustee), perantara perda-gangan
efek (pialang/broker), perdagangan efek (dealer), perusa
haan pengelola dana (investment company),
15. Anjungan Teller Mandiri (ATM),
16. Jasa-jasa lainnya, berkembang menurut teknologi IT.
B. Bentuk badan hukum Bank Umum Konvensional

a) Perusahaan Perseroan (Persero),


b) Perseroan Daerah (PD),

c) Koperasi,

d) Perseroan Terbatas (PT).

C. Pengertian dari beberapa produk Bank Umum Konvensional


a) Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan memberikan bunga,
b) Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran yang lainnya, atau dengan pemindah
bukuan,
92 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

c) Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat


dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasa
bah penyimpan dengan bunga,
d) Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito
yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangan
kan,

e) Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat


dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu,
f) Surat Berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel,
saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya,
atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
dan pasar uang. Dalam hubungan ini dapat dijelaskan bahwa
wesel bank adalah surat wesel yang ditarik oleh bank atas
bank lain. Sedangkan aksep bank adalah wesel yang
diakseptasi oleh bank, dan akseptasi adalah pernyataan
sanggup untuk membayar dari tertarik/pembayar yang ditulis
di atas surat wesel itu serta ditandatanganinya,
g) Penitipan (Save deposit box) adalah penyimpanan harta
berdasarkan perjanjian atau kontrak antara bank umum dan
penitip, dengan ketentuan bank umum yang bersangkutan
tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut,
h) Wali Amanat adalah kegiatan usaha yang dapat dilakukan
oleh bank umum untuk mewakili kepentingan pemegang
surat berharga berdasarkan perjanjian antara bank umum
dengan emiten surat berharga yang bersangkutan.
2. Bank Umum Syariah
Adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasar
kan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah adalah
BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasar
kan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dan
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 93

atau pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lain yang dinyatakan


sesuai dengan syariah. Berdasarkan bentuk hukumnya, bank dapat
berupa perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi.
A. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
a) Menerima simpanan dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Giro berdasarkan prinsip wadi'ah,

2. Tabungan berdasarkan prinsip wadi'ah atau mudharabah,


3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
atau,

4. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi'ah atau mudhara


bah.

b) Menyalurkan dana dalam bentuk:


1. Piutang dengan prinsip jual-beli meliputi:
Muhdarabah,

Isthishna,

Ijarah,
Salam.

2. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi:


Mudharabah,

Musyarakah.

3. Pembiayaan berdasarkan prinsip qardh.

c) Membeli, menjual dan atau menjamin atas risiko sendiri


surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar
transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip
jual-beli atau hiwalah,
d) Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau BI yang
diterbitkan atas dasar prinsip syariah,
e) Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau
nasabah berdasarkan prinsip wakalah,
94 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

f) Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang


diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar
pihak ketiga dengan prinsip wakalah,

g) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat


surat berharga berdasarkan prinsip wadi'ah yad amanah,
h) Melakukan kegiatan penitipan termasuk penata usahanya
untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
dengan prinsip wakalah,
i) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek berdasarkan prinsip ujrah,
j) Memberikan fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan
prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan
wadi'ah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan
prinsip kalafah,

k) Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip


walakah,

1) Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip


ujrah,
m) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepan
jang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional,

n) Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip


sharf,

o) Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip


musyarakah dan atau mudharabah pada bank atau perusahaan
lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah,

p) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasar


kan prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk
mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya, dan
q) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan dalam
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku,
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis 95

r) Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul ma’al, yaitu


menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah,
waqaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau
pinjaman kebajikan (qardh-ul hasan).
B. Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
a) Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana
dimaksud dalam kegiatan usaha bank umum di atas,
b) Melakukan usaha perasuransian,
c) Melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam kegiatan usaha bank
umum di atas,

d) Melakukan kegiatan usaha secara konvensional.

8.1.2.2 Bank Perkreditan Rakyat

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional


atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam pembahasan BPR
dipisahkan berdasarkan BPR Konvensional dan BPR Syariah sebagai
berikut:
1. BPR Konvensional

A. Kegiatan BPR Konvensional


a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan dan atau berbentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu,
b) Memberikan kredit,

c) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indone


sia (SBI), dengan berjangka, sertifikat deposito, dan atau
tabungan pada bank lain.
96 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

B. Larangan Kegiatan Usaha BPR Konvensional


a) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas pembayaran,
b) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali
sebagai pedagang valuta asing,
c) Melakukan penyertaan modal,
d) Melakukan perasuransian,

e) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana


dimaksud dalam kegiatan usaha BPR Konvensional tersebut
di atas.

2. BPR Syariah

A. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah


a) Menerima simpanan dan dari masyarakat dalam bentuk:
1. Tabungan berdasarkan prinsip wadi'ah atau mudharabah,
2. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
atau,

3. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi'ah atau


mudharabah.

b) Menyalurkan dana melalui:

1. Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:


Murabahah,

Isthishna,

Ijarah,
Salam.

2. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi:


Mudharabah,

Musyarakah,
Bagi Hasil lainnya.
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 97

c) BPRS dapat bertindak sebagai lembaga baitul ma’al, yaitu


menerima dana berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf,
hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman
kebajikan (qardhu-ul hasan),

d) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPRS sesuai


dengan prinsip syariah.

B. Larangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah


a) Melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam kegiatan
yang dilarang pada BPR Konvensional,
b) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha BPRS,
c) Melakukan kegiatan secara konvensional.

8.1.2.3 Tingkat Kesehatan Perbankan


Perbankan sebagai lembaga kepercayaan dalam melakukan inter
mediasi keuangan harus senantiasa memelihara tingkat kesehatannya
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan
bank diatur dalam PBI No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dengan
maksud:

Sebagai tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah


pengelolaan bank telah dilaksanakan sejalan dengan asas-asas
perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
Sebagai tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengem
bangan bank baik secara individual maupun perbankan secara
keseluruhan.

Bank yang sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut:


1. Dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
2. Berkembang secara wajar,

3. Bermanfaat bagi perkembangan ekonomi Indonesia.


Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam menentukan tingkat keseha
tan bank adalah permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas (earning), dan likuiditas atau yang secara umum dikenal
dengan CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity).
98 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

8.1.3 Lembaga Keuangan Non Bank

Umumnya hanya memiliki salah satu produk berupa penghimpunan


dana saja atau penyaluran dana saja. Namun apabila memiliki kedua
kegiatan tersebut (penghimpunan dan penyaluran dana), kegiatannya
terbatas kepada anggota dan tidak kepada masyarakat umum.
Lembaga keuangan non bank yang ada di Indonesia dan perbedaan
usaha masing-masing lembaga keuangan non bank secara sepintas
diuraikan sebagai berikut:
1. Pasar Modal

Merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara


pencari dana (emiten) dengan para penanam modal (investor). Dalam
pasar modal yang diperjualbelikan adalah efek-efek seperti saham
dan obligasi di mana jika diukur dari waktunya modal yang diperjual
belikan merupakan modal jangka panjang.
2. Pasar Uang
Money Market sama seperti halnya pasar modal, yaitu pasar tempat
memperoleh dana dan investasi dana. Hanya bedanya modal yang
ditawarkan di pasar uang adalah berjangka waktu pendek dan di pasar
modal berjangka waktu panjang. Dalam pasar uang, transaksi lebih
banyak dilakukan dengan media elektronik sehingga nasabah tidak
perlu datang langsung.
3. Pegadaian

Perusahaan ini merupakan lembaga keuangan yang menyediakan


fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut
digadaikan, kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai
besarnya nilai jaminan. Besarnya nilai jaminan akan memengaruhi
jumlah pinjaman. Sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih
dilakukan pemerintah.
4. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)
Bidang usahanya lebih ditekankan kepada pembiayaan barang-barang
modal yang diinginkan oleh nasabahnya. Sebagai contoh, jika
seseorang ingin memperoleh barang-barang modal secara kredit,
maka kebutuhan ini pembayarannya dapat ditutup oleh perusahaan
leasing. Pembayaran oleh nasabah diangsur sesuai dengan kesepa
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis 99

|
katan yang telah dibuat. Jadi dalam hal ini perusahaan leasing lebih
banyak bergerak di bidang pembiayaan barang-barang kebutuhan
modal.

5. Perusahaan Asuransi

Merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha pertanggungan.


Setiap nasabah dikenakan premi asuransi yang harus dibayar sesuai
dengan perjanjian dan perusahaan asuransi akan menanggung
kerugian dengan menggantikannya apabila nasabahnya terkena
musibah atau terkena risiko seperti yang telah diperjanjikan. Artinya
usaha asuransi m
merupakan kegiatan menanggung risiko yang dikait
kan dengan keuangan antara premi yang harus dibayar dan klaim
yang diterimanya. Besarnya premi akan memengaruhi klaim yang
akan diterima. Perusahaan asuransi dibagi ke dalam beberapa jenis
seperti asuransi kredit, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, asuransi
beasiswa, asuransi hari tua, asuransi kecelakaan, asuransi kehilangan,
dan jenis lainnya.
6. Perusahaan Anjak Piutang (Factoring)
Di mana usahanya adalah mengambil alih pembayaran kredit suatu
perusahaan dengan cara membeli kredit bermasalah perusahaan lain
atau dapat pula mengelola penjualan kredit perusahaan yang
membutuhkannya. Usaha ini memang relatif baru di Indonesia dan
perusahaan anjak piutang memang kegiatan utamanya adalah
membantu perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam
melakukan penagihan atau pengelolaan utangnya. Keuntungan yang
diperoleh dari usaha ini merupakan fee yang telah disepakati bersama
atau keuntungan dari harga jual dengan hasil penagihan yang
dilakukannya.
7. Perusahaan Modal Ventura

Merupakan pembiayaan oleh perusahaan-perusahaan yang usahanya


mengandung risiko tinggi. Perusahaan jenis ini relatif masih baru di
Indonesia. Usahanya lebih banyak memberikan pembiayaan dalam
bentuk kredit tanpa jaminan yang umumnya tidak dilayani oleh
lembaga keuangan lainnya. Selama ini kredit dengan jaminan sangat
menyulitkan, memberatkan, dan menghambat nasabah untuk mem
peroleh modal, walaupun dewasa ini pihak perbankan telah memper
lunak persyaratan untuk memperoleh kredit.
100 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

8. Koperasi Simpan Pinjam

Membuka usaha bagi para anggotanya untuk menyimpan uang yang


sementara belum digunakan. Oleh pengurus koperasi uang tersebut
dipinjamkan kembali kepada mereka yang membutuhkan, termasuk
pada masyarakat umum yang membutuhkan jika memungkinkan.
9. Dana Pensiun

Merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pensiun


suatu perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri.
Penghimpunan dana pensiun melalui iuran yang dipotong dari gaji
karyawan. Kemudian dana yang terkumpul oleh dana pensiun
diusahakan lagi dengan menginvestasikannya ke berbagai suktor
yang menguntungkan. Perusahaan yang mengelola dana pensiun
dapat dilakukan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa.

8.1.4 Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Sebagai Finan


cial Intermediary
Bank sebagai lembaga perantara keuangan memiliki fungsi meng
himpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk
kredit kepada masyarakat. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan
dalam sistem keuangan yang bertindak sebagai perantara unit surplus
dengan unit defisit. Lembaga keuangan dalam sistem atau pasar keuangan
seperti Gambar 8.2.
Surplus Financial Defisit

Saving Lending
Spending Intermediary: Spending

Unit (SSU): Unit (DSU) :

Bank,
Instrument Perusahaan Instrument:

Rumah Tangga, Asuransi, Rumah Tangga


Saving Kredit
Unit usaha, Unit usaha,
Obligasi. Dana Pensiun.
Pemerintah. Debentur. Pemerintah.
Saham
Reksa dana,
Lembaga keuangan
lain.

Gambar 8.2 Bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai Financial
Intermediary
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 101

Meskipun berbeda produk yang ditawarkan antara lembaga keuangan


bank dan lembaga keuangan non bank, keduanya memiliki persamaan
dalam hal penentuan harga atau suku bunga yang harus dibayar atau
dibeli oleh nasabahnya. Masing-masing lembaga keuangan baik bank
maupun non bank mempunyai cara sendiri dalam menentukan suku
bunga pinjamannya. Hal ini sesuai pula dengan tujuan perusahaan
masing-masing.

8.1.5 Bank Sentral (Bank Indonesia)


Bank Sentral di setiap negara hanya ada satu yang secara umum
berfungsi menjaga kestabilan moneter, mengatur, dan mengawasi bank
dan menyelenggarakan sistem pembayaran. Di Indonesia, tugas bank
sentral dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI).

Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Negara Republik Indonesia


yang merupakan “Lembaga Negara” yang independen, bebas dari campur
tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lain, yang bertujuan mencapai
dan memelihara kestabilan rupiah, yang diatur dalam Undang-Undang
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan
UU No. 3 Tahun 2004.

Adapun maksud dari kestabilan nilai rupiah yang diinginkan oleh


Bank Indonesia adalah:

1. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur
atau tercermin dari perkembangan laju inflasi,
2. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini dapat
diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain.
Dengan stabilnya nilai rupiah, maka sangat banyak manfaat yang
akan diperoleh terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Agar kestabilan nilai rupiah dapat tercapai dan terpelihara, Bank
Indonesia memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,

3. Mengatur dan mengawasi bank.


102 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

8.1.5.1 Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter


Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Bank Indonesia berwenang:
1. Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan secara laju
inflasi yang ditetapkannya,
2. Melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain:
Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta
asing,

Penetapan tingkat diskonto,

Penetapan cadangan wajib minimum,

Pengaturan kredit atau pembiayaan.

3. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,


paling lama 90 hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan
pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan,
4. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar
yang telah ditetapkan,

5. Mengelola cadangan devisa,


6. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlu
kan yang dapat bersifat makro atau mikro.

8.1.5.2 Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran


Dalam mengatur dan menjaga sistem pembayaran Bank Indonesia
berwenang:

1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyeleng


garaan jasa sistem pembayaran,
2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyam
paikan laporan kegiatannya,

3. Menetapkan penggunaan alat pembayaran,


4. Mengatur kliring antar bank dalam mata uang rupiah maupun valas,
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 103

5. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar


bank,

6. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan


yang digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat
pembayaran yang sah,
7. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, me
narik, dan memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan
penggantian dengan nilai yang sama.

8.1.5.3 Mengatur dan Mengawasi Bank


Dalam mengatur dan mengawasi bank, Bank Indonesia berwenang:
1. Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip
kehati-hatian bank,
2. Memberikan dan mencabut usaha bank,

3. Memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor


bank,

4. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank,


5. Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan tertentu,
6. Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan
penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia,
7. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan,
8. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau
seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank
Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindakan
pidana di bidang perbankan,
9. Mengatur dan mengembangkan informasi antar bank,
10. Mengambil tindakan terhadap suatu bank sebagaimana diatur dalam
Undang-undang tentang perbankan yang berlaku apabila menurut
penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan kelangsungan usaha
bank yang bersangkutan dan atau membahayakan perekonomian
nasional,
104Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

11. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan


sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan Undang
undang

8.1.5.4 Kebijakan Bank Indonesia Saat Ini


Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia saat ini meliputi beberapa
hal sebagai berikut:
1. Program penyehatan perbankan,
2. Program pemantapan ketahanan sistem perbankan,
3. Program pemulihan intermediasi perbankan.
Dalam program penyehatan perbankan, pemerintah masih tetap
melanjutkan program penjaminan meskipun secara bertahap cakupan
penjaminan akan dikurangi. Sedangkan terhadap program rekapitalisasi
bank dan restrukturisasi kredit yang telah dilakukan sejak beberapa tahun
terakhir, BI terus melakukan pemantauan perkembangannya.
Di bidang pengawasan dan pengaturan perbankan, untuk memenuhi
standar internasional seperti yang ditetapkan dalam 25 Basle Core
Principle, dilakukan penyempurnaan terhadap sistem pengawasan
perbankan dengan berpedoman pada risk based approach, termasuk
dimasukkannya risiko pasar (market risk) dalam memperhitungkan
permodalan bank yang diperlukan. Dengan semakin kompleksnya produk
dan jasa perban-kan disertai dengan meningkatnya globalisasi ekonomi,
pembenahan terhadap tatanan sistem perbankan ke depan sangat
diperlukan. Dalam hal ini, BI telah mempersiapkan Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) dengan tujuan menciptakan sistem perbankan ke depan
yang mampu menghadapi perubahan serta menjamin stabilitas sistem
keuangan. Sedangkan untuk mendorong stabilitas sistem keuangan, BI
sedang mempersiapkan Cetak Biru Sistem Keuangan dengan cakupan
kerangka kerja pelaksanaan tugas BI dalam mendorong stabilitas sistem
keuangan, kerangka kerja koordinasi dalam mencegah krisis keuangan
(crisis prevention), dan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
penanganan krisis (crisis resolution). Secara internal, BI mempersiapkan
organisasi yang melakukan monitoring dan surveillance terhadap
stabilitas sistem keuangan.
Mengenal Perbankan Sebagai Sumber Permodalan Investasi Agribisnis | 105

Sementara itu, untuk mendorong fungsi intermediasi perbankan,


berbagai langkah terus dilakukan dalam rangka pemberian kredit kepada
sektor UMKM yang saat ini dirasakan sebagai salah satu sektor yang
menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui
pendekatan:

Kebijakan kredit perbankan,


Penguatan kelembagaan,
Pemberian bantuan teknis,
Kerja sama dengan stakeholder.

Dengan kebijakan yang telah dilakukan telah menunjukkan adanya


perbaikan secara bertahap. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan
struktur permodalan, perbaikan rasio NPLs, peningkatan profitabilitas
serta terus berlangsungnya pemulihan fungsi intermediasi perbankan.
106 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
BAB IX
SHADOW PRICES SUATU KONSEP DALAM
EVALUASI PROYEK

Dalam analisis proyek pada Subbab 1.7, harga yang digunakan dalam
analisis finansial adalah harga yang berlaku di lokasi proyek atau market
prices, sedangkan dalam analisis ekonomi adalah harga bayangan
(shadow prices), yang merupakan biaya yang terluang (opportunity cost).
Dalam Bab IX ini akan dibahas hubungan pendekatan dari shadow prices
antara lain:

9.1 Pembangunan Sektor Pertanian


Accounting prices atau dapat disebut shadow prices dianggap sebagai
penyesuaian oleh si penilai proyek terhadap harga pasar dari beberapa
faktor produksi atau hasil produksi tertentu. Ini karena pasar penentu
kebijaksanaan ekonomi berpendapat bahwa harga-harga pasar (market
prices) tersebut tidak mencerminkan/mengukur cost atau nilai sosial yang
seunsur atau hasil produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai harga pasar
tersebut dirasakan kurang mencerminkan apa yang sebenarnya
dikorbankan karena suatu unsur atau hasil telah dipilih untuk dipakai
dalam penggunaan tertentu dalam mengevaluasi objek suatu proyek dan
bukannya dipakai dalam penggunaan-penggunaan lain yang mungkin
masih terdapat dalam masyarakat.
Adanya penyimpangan harga pasar dibandingkan dengan social
opportunity cost disebabkan terutama oleh politik pemerintah seperti
pajak tidak langsung, subsidi maupun prices policy. Contoh paling
sederhana adalah bila dalam pelaksanaan suatu proyek dipakai sejenis
komponen atau sarana yang harga pasarnya terdiri dari biaya produksi
ditambah pajak penjualan. Jelas bahwa nilai pajak tersebut tidak termasuk
di dalam sumber-sumber yang riil pada waktu pemakaian komponen/
sarana tersebut, melainkan hanya pemindahan uang kepada pemerintah
sebagai pihak produsen kepada siapa yang menanggung beban pajak
tersebut. Pemindahan dana tersebut termasuk biaya finansial yang
langsung dirasakan sebagai beban oleh yang membayar. Namun dari segi
108 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

masyarakat, pemindahan tersebut adalah dari anggota masyarakat yang


satu kepada anggota masyarakat lainnya.
Contoh komponen/sarana shadow prices yang sering digunakan
dalam analisis berupa:
Modal dan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja kasar, hal
mana shadow pricesnya merupakan suatu nilai implisit (nilai tukar rupiah
terhadap satu dollar ($/US)) yang tidak sama dengan nilai tukar resminya
tergantung pada tingkat ketidakseimbangan yang berlaku antara demand
dan suplai dalam pasar devisa.
Harga yang berlaku untuk ekspor atau impor biasanya dalam bentuk
US $ yang sudah barang tentu dalam analisis harus diubah dalam bentuk
nilai Rp (Rupiah). Karena itu, digunakanlah shadow Exchange Rate dan
Book Official Exchange Rate (Kurs US $).
Untuk lebih jelas mengenai penggunaan shadow prices pada evaluasi
proyek yang bersifat analisis ekonomi, berikut contohnya:
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pakan
udang/ikan mengimpor mesin pembuat pallet Rp100.000.000,00 dengan
komponen luar negeri 70% dan delette dalam negeri 30%:
Official Exchange Rate (Kurs) 1 US $ : Rp8.000,00
Shadow Prices Rate 1 US $ : Rp9.000,00
Dalam analisis ekonomi, biaya mesin tersebut harus menggunakan
harga bayangan untuk mesin yang diimpor dengan demikian harga pokok
mesin menjadi:
9.000
a. Impor = 0.7 x Rp100.000.000,00 x : Rp112.500.000,00
8.000

b. Komponen Lokal = 0.3 x Rp100.000.000,00 : Rp 30.000.000,00


=

Harga yang digunakan dalam analisis ekonomi : Rp142.500.000,00


.

Apabila semua mesin untuk 100% diimpor dengan harga US $11.111,


maka harga yang digunakan dalam analisis adalah: 11.111 x
Rp9.000,00 = Rp100.000.000,00 (Shadow Exchange Rate US $1 Vs
Rp9.000,00).
Shadow Prices suatu Konsep dalam Evaluasi Proyek | 109

9.2 Sumber Daya Manusia


Sumber daya Manusia (SDM) sebagai pasokan tenaga kerja dalam
suatu proyek, terdiri dari tiga kategori, yaitu a. tenaga kerja tidak terdidik
(kasar), b. tenaga kerja menengah (unskill labour), c. tenaga kerja ahli
(skill labour).

Untuk mengevaluasi proyek makro, yaitu analisis ekonomi biaya


tenaga kerja digunakan upah bayangan (shadow wages). Shadow wages
merupakan opportunity cost dari upah tenaga kerja yang berlaku.
Besar opportunity cost tergantung dari keadaan tenaga kerja yang
ada. Contohnya tenaga kerja kasar dan menengah (unskill labour) di
negara yang sedang berkembang (under development country) seperti di
Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Kamboja relatif masih banyak dijumpai
kondisi semacam ini menunjukkan tingginya angka penggangguran
(unemployment), disguised unemployment (penggangguran terselubung)
pada kondisi tersebut produktivitas tenaga kerja aktif relatif rendah.
Dengan demikian, analisis ekonomi pada proyek makro, upah tenaga
kerja kasar, dan tenaga kerja menengah dapat digunakan upah bayangan
(shadow wages).
Contoh kasus, seorang buruh kasar tenaga kerja yang bekerja pada
saluran irigasi tambah pada proyek Asian Development Bank (ADB),
upah per hari orang kerja (HOK) sebesar Rp30.000,00. Apabila tenaga
kerja tersebut tidak bekerja pada proyek, maka opportunity cost-nya
sebesar 0.5.

Asumsi Opportunity Cost di dalam analisis ekonomi dapat ditentukan


sebagai berikut:

a. Tenaga Kerja Buruh Kasar : 0.5

b. Tenaga Kerja Menengah : 0.8

c. Tenaga Kerja Ahli : 1.0

Contoh perhitungan:
Dalam suatu kegiatan proyek pembangunan saluran pertambangan
yang dibiayai dari pinjaman LOAN ADB di Jawa Timur dengan
mempekerjakan tiga (3) kategori tenaga kerja, yaitu 60% kasar,
menengah 30% dan tenaga ahli 10%. Dengan asumsi shadow wages
seperti tersebut di atas, besarnya biaya tenaga kerja adalah:
110 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

a. Tenaga Kerja Kasar :


0.60 x Rp400.000.000,00 x 0.50 : Rp100.000.000,00
b. Tenaga Kerja Menengah :
0.30 x Rp400.000.000,00 x 0.80 : Rp 56.000.000,00

C. Tenaga Kerja Ahli :


0.10 x Rp400.000.000,00 x 1.00 : Rp 40.000.000,00

Total Biaya Tenaga Kerja Rp236.000.000,00


BAB X

PENGENALAN SISTEM PERKREDITAN DARI


BANK

Kegiatan utama perbankan adalah menghimpun dan menyalurkan


dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana
untuk investasi, modal kerja maupun konsumsi. Dari kredit yang
diberikan pihak bank memperoleh jasa dari debitur sebagai keuntungan
bank. Sementara pihak yang menerima kredit diharapkan memperoleh
nilai tambah serta dapat mengembangkan usaha agar lebih maju.
Pemberian kredit harus dilakukan secara hati-hati agar kredit yang
disalurkan dapat kembali sesuai perjanjian. Namun, kehati-hatian tersebut
sering diartikan sebagai bentuk keengganan perbankan dalam menyalur
kan kredit kepada UMKM.
Potensi usaha dan jumlah UMKM yang membutuhkan kredit dari
perbankan cukup besar, namun hanya sebagian yang dapat memperoleh
fasilitas kredit karena pihak perbankan belum mengenal betul UMKM,
sementara pihak lain UMKM yang ada masih banyak yang belum
memenuhi persyaratan teknis perbankan. Oleh karena itu, peranan
KKMB yang membina UMKM hingga layak berhubungan dengan bank
sangat penting dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit UMKM
perbankan secara keseluruhan.
Untuk memperkuat kemampuan KKMB dalam menghubungkan
UMKM dengan bank, maka KKMB perlu mengenal kegiatan bank
khususnya tentang perkreditan mulai dari prosedur, penilaian hingga
monitoring dan pembinaan kredit, serta aspek lainnya berhubungan
dengan perkreditan perbankan.

10.1 Pengertian Kredit dan Perbankan


Dalam bahasa Latin kredit berarti (credere) artinya percaya. Pemberi
kredit (kreditur) percaya kepada penerima kredit (debitur) bahwa kredit
yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Bagi
Debitur, kredit yang diterima merupakan kepercayaan, yang berarti
112 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

menerima amanah sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar


sesuai jangka waktu.

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10


Tahun 1998, terdapat dua (2) istilah yang berbeda namun mengandung
makna yang sama, yaitu kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah. Definisi kedua istilah tersebut sebagai berikut:
1. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga,

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau


tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.
Dari kedua rumusan tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk
kontraprestasi yang diberikan debitur kepada bank atas pemberian kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pada bank konvensional
yang menggunakan istilah kredit, kontraprestasinya berupa bunga,
sedangkan bank syariah yang menggunakan istilah pembiayaan kontra
prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai kesepakatan bersama.
Perkreditan merupakan proses kegiatan perbankan dalam menyalur
kan dana yang dihimpun dari masyarakat, yang disalurkan kembali
kepada masyarakat khususnya pengusaha, dalam bentuk pinjaman yang
lebih dikenal dengan kredit. Penyaluran dana dalam bentuk kredit tidak
lain agar perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin.
Keuntungan utama bisnis perbankan adalah selisih antara bunga dari
sumber-sumber dana dengan bunga yang diterima dari alokasi dana
tertentu. Oleh karena itu, sumber dana dan alokasi penggunaan dana
memegang peranan yang sama pentingnya di dunia perbankan.
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 113

|
10.2 Unsur dan Tujuan Pemberian Kredit
10.2.1 Bank Sentral (Bank Indonesia)
Pemberian kredit oleh perbankan mengandung beberapa unsur, yaitu:
1) Kepercayaan
Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar
benar diterima kembali.

2) Kesepakatan
Suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak
dan kewajiban masing-masing.
3) Jangka Waktu
Masa pengembalian kredit yang telah disepakati bersama.
4) Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit.
5) Balas Jasa
Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau pembiayaan yang
dikenal sebagai bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil untuk
bank syariah.

10.2.2 Bank Sentral (Bank Indonesia)


Tujuan pemberian kredit adalah:
1. Mencari Keuntungan
Pemberian kredit merupakan upaya untuk memperoleh hasil dalam
bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan profisi
kredit yang dibebankan kepada nasabah, dengan harapan nasabah
yang memperoleh kredit pun bertambah maju dalam usahanya.
Keuntungan nasabah ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan
kemajuan usaha nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah

Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana inves


tasi maupun dana modal kerja sehingga debitur akan dapat mengem
balikan dan memperluas usahanya.
114 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

3. Membantu Pemerintah

Semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka


semakin banyak pengusaha yang dapat berkembang, sehingga
mendukung pembangunan di berbagai sektor yang pada akhirnya
meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak.
4. Membantu Masyarakat
Semakin berkembang sektor riil yang diusahakan oleh pengusaha
mikro, kecil, dan menengah, akan menciptakan kesempatan kerja
bagi masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

10.3 Jenis-jenis Kredit


Secara umum, jenis-jenis kredit perbankan dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria yang dapat dilihat dari berbagai segi sebagai berikut:

10.3.1 Tujuan Penggunaan


Berdasarkan tujuan penggunaan, kredit dapat dibagi sebagai berikut:
1) Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang diperoleh untuk dipergunakan


sebagai tujuan konsumsi seperti halnya perumahan, kendaraan, atau
keperluan lainnya secara pribadi.
2) Kredit Produksi

Adalah kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau


mengembangkan usaha, baik untuk investasi atau untuk modal kerja.
Kredit Investasi (KI) adalah kredit yang diberikan untuk
keperluan pembiayaan barang modal seperti pembangunan
gedung, instalasi, perkebunan, dan barang modal lainnya,
Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang diberikan untuk
keperluan pembiayaan modal kerja seperti pembelian bahan
baku, upah tenaga kerja, dan lainnya untuk menghasilkan barang
dan memperoleh keuntungan.
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 115

10.3.2 Jangka Waktu


1. Kredit Jangka Pendek;

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang 1 tahun atau paling lama
1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2. Kredit Jangka Menengah;


Kredit yang berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya
untuk investasi.

3. Kredit Jangka Panjang;


Kredit yang masa pengembaliannya berjangka waktu panjang biasa
nya lebih dari 3 tahun yang digunakan untuk investasi.

10.3.3 Agunan
1. Kredit dengan agunan
Adalah kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, di mana jaminan
tersebut dapat berupa barang atau jaminan orang yang disepakati oleh
bank.

2. Kredit tanpa agunan


Adalah kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu, berdasarkan kepercayaan (trust) atau keyakinan bank.

10.3.4 Sektor Ekonomi/Usaha

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia kredit sektor ekonomi dapat


dibedakan sebagai berikut:
1. Kredit Sektor Pertanian dan Sarana Pertanian,

2. Kredit Sektor Pertambangan,


3. Kredit Sektor Perindustrian,

4. Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air,

5. Kredit Sektor Konstruksi,

6. Kredit Sektor Perdagangan, restoran, dan hotel,


7. Kredit Sektor Pengangkutan dan komunikasi,
116 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

8. Kredit Sektor Jasa,

9. Kredit Sektor lain-lain.

10.3.5 Pemohon Kredit

10.3.5.1 Kredit Perorangan


Adalah kredit yang diajukan oleh orang perorangan. Pemohon kredit
secara perorangan harus memenuhi persyaratan dewasa dan cakap. Dalam
pasal 330 KUHP Perdata, disebutkan “belum dewasa adalah mereka
yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih
dahulu telah kawin". Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa
seseorang (misalnya pemohon kredit) digolongkan sebagai orang dewasa
setelah berumur 21 tahun atau bila sebelumnya sudah menikah.

Untuk membuat suatu perjanjian kredit bank, maka harus diperhati


kan ketentuan pasal 1329 KUHP Perdata yang menetapkan bahwa
"semua orang adalah cakap untuk membuat suatu persetujuan, kecuali
bila oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap”. Pasal 1330 KUHP
Perdata menetapkan bahwa:

***Tak cakap untuk membuat persetujuan-persetujuan adalah:


a) Orang-orang yang belum menikah,
b) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan,
c) Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
Undang-Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa
Undang-Undang telah melarang membuatpersetujuan tertentu”.
Mengenai orang-orang perempuan dalam angka 3 dari ketentuan
pasal 1330 KUHP Perdata tersebut di atas, dianggap sudah tidak berlaku
lagi dengan diakuinya kedudukan seorang perempuan adalah sama
dengan kedudukan seorang laki-laki, sebagaimana ditetapkan oleh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pokok-pokok perkawinan
(selanjutnya disebut UU No. 1 Tahun 1974).

Penilaian secara hukum juga perlu dilakukan bagi pemohon kredit


yang berkedudukan sebagai suami, istri, duda, atau janda terutama
berdasarkan ketentuan UU No. 1 Tahun 1974. Pemohon kredit yang
berkedudukan sebagai suami atau istri hendaknya dalam mengajukan
permohonan kredit kepada bank sudah memperoleh persetujuan dari
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 117

|
suami atau istri dari masing-masing pasangannya dalam perkawinan. Hal
ini menjadi penting karena terkait dengan masalah agunan dan pelunasan
kredit kepada bank, menyangkut harta suami atau istri yang bersang
kutan.

10.3.5.2 Kredit Badan/Lembaga


Adalah kredit yang diajukan oleh perusahaan selaku badan usaha.
Ketentuan tentang siapa yang berwenang untuk mewakili perusahaan
dalam melakukan hubungan hukum (misalnya perjanjian kredit bank)
diatur sesuai Anggaran Dasar masing-masing perusahaan. Pengaturan
perusahaan atau badan usaha yang berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum harus mengacu pada ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Suatu perkumpulan, misalnya, yang didirikan berdasarkan KUH
Perdata Buku Ketiga dapat mempunyai kedudukan sebagai badan hukum
dengan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia berdasarkan Stb. Tahun 1870 No. 64.

10.3.5.3 Kredit Kelompok


Pengertian pemohon kredit secara kelompok, yaitu adanya kesepa
katan dan tanggung jawab bersama beberapa orang untuk mengajukan
kredit kepada bank. Perjanjian kredit dibuat biasanya berupa perjanjian
tanggung renteng. Akibat hukum dari adanya perjanjian tanggung renteng
ini adalah masing-masing orang (anggota) mempunyai kewajiban yang
sama terhadap pelunasan kredit bank. Ketentuan perikatan tanggung
renteng diatur dalam pasal 1278 sampai dengan 1295 KUH Perdata.
Dikaitkan dengan patokan kredit, penerapan perjanjian kredit secara
tanggung renteng harus memenuhi unsur-unsur yang terdapat pada
ketentuan pasal 1280 KUH Perdata tersebut, yaitu:

Adanya lebih dari seorang debitur terhadap seorang kreditur yang


sama,

Semua debitur masing-masing dapat ditagih oleh kreditur untuk


seluruh kewajiban atau prestasi,

Pemenuhan kewajiban (membayar) atau prestasi oleh salah seorang


dari debitur membebaskan debitur yang lain dari kewajiban presta
118 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

sinya (dalam hal ini para debitur disebut tanggung renteng), kepada
kreditur,

Perjanjian kredit usaha mikro secara tanggung renteng.

10.4 Prosedur dan Penilaian Pemberian Kredit


10.4.1 Tujuan Penggunaan
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh perbankan pada
umumnya tidak jauh berbeda. Perbedaannya terletak pada persyaratan
yang ditetapkan dan pertimbangan masing-masing.
Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan
dan badan hukum, secara umum sebagaimana low chart berikut:

Pengajuan berkas
Permohonan pinjaman
Pemeriksaan berkas pinjaman

Wawancara I

On the soot

Wawancara 11

Penilaian dan analisis


kebutuhan kredit

Keputusan Kredit

Penandatangan akad dan


berkas kredit

Realisasi Kredit

Penyaluran / Penarikan kredit

Gambar 10.1 Bagan alur prosedur pemberian kredit


Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 119

|
Secara detail, prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut:

10.4.1.1 Pengajuan Berkas-berkas

Pengajuan proposal kredit hendaklah berisi:


a. Latar Belakang Perusahaan,
b. Maksud dan Tujuan,
C. Besarnya kredit dan jangka waktu,
d. Cara Pengembalian Kredit,
e. Jaminan Kredit.

Proposal hendaknya sudah dilampiri berkas-berkas yang telah


dipersyaratkan seperti:
a. Akta Notaris,

b. Tanda Daftar Perusahaan (TDP),


c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
d. Neraca dan Laporan Laba Rugi 3 Tahun terakhir,
e. Bukti diri dari pimpinan perusahaan,
f. Fotocopy sertifikat jaminan.

10.4.1.2 Pemeriksaan Berkas-berkas

Tujuan adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang


diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut
pihak perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk
segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah
tidak sanggup melengkapi kekurangannya, sebaiknya permohonan kredit
dibatalkan saja.

10.4.1.3 Wawancara I

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung


berhadapan dengan calon peminjam.
120 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

10.4.1.4 On The Spot


Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau
berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian
hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I.

10.4.1.5 Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan


pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

10.4.1.6 Penilaian dan Analisis Kebutuhan Kredit

Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menilai kebutuhan


kredit yang sebenarnya.

10.4.1.7 Keputusan Kredit


Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit
akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan adminis
trasinya. Biasanya mencakup:

a. Jumlah uang yang diterima,

b. Jangka waktu,
C.
Dan biaya-biaya yang harus dibayar.

10.4.1.8 Penanda Tangan Akad Kredit/Perjanjian Lainnya


Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka
sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani
akad kredit.

10.4.1.9 Realisasi Kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan


dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersang
kutan.
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 121

|
10.4.1.10 Penyaluran/Penarikan

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai


realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit, yaitu:
a. Sekaligus, atau

b. Secara Bertahap.

10.4.2 Penilaian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus yakin


bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Pada umumnya
untuk memperoleh dan memperkuat keyakinan tersebut, bank melakukan
penilaian dengan beragam pendekatan seperti 5C, 7P, dan 3R.

10.4.2.1 Prinsip 5C
Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit sebagai berikut:
1. Character

Sifat atau watak dari calon debitur.

2. Capacity
Kemampuan calon debitur dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan.

3. Capital
Calon debitur dipersyaratkan memiliki sejumlah modal tertentu
sebelum mengajukan sejumlah kredit.
4. Collateral

Merupakan agunan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat


fisik maupun nonfisik.
5. Condition Of Economic

Adalah menggambarkan kondisi ekonomi negara pada saat per


mohonan kredit apabila kondisi sangat kondusif, yaitu kondisi makro
ekonomi dan mikro ekonomi cukup baik maka biasanya perbankan
lebih mudah mempertimbangkannya.
122 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

10.4.2.2 Prinsip 7P
Penilaian berdasarkan prinsip 7P dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Personality
Penilaian calon debitur dari kepribadian atau tingkah lakunya.
2. Pas
Penilaian dengan mengklasifikasikan nasabah ke dalam golongan
tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3. Purpose
Penilaian dengan mengetahui tujuan penggunaan kredit.
4. Prospect
Penilaian terhadap prospek usaha calon debitur.
5. Payment

Penilaian terhadap ukuran cara calon debitur mengembalikan kredit.

6. Profitability
Penilaian terhadap kemampuan calon debitur dalam mencari laba.
7. Protection

Penilaian terhadap kemampuan calon debitur dalam memberikan


perlindungan terhadap usaha dan jaminan yang ada.

10.4.2.3 Prinsip 3R
Adapun yang dimaksud dengan 3R, yaitu:

1. Return (Pengembalian)

Pengembalian dalam bentuk keuntungan atas penggunaan kredit yang


diberikan.

2. Repayment (Pembayaran)
Kemampuan dan kesanggupan untuk membayar kembali semua
pinjaman kredit yang diberikan.
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 123

|
3. Risk (Risiko)

Kemampuan untuk mengantisipasi risiko kegagalan.

10.4.2.4 Berdasarkan Aspek Kelayakan Usaha yang Dinilai


Di samping menggunakan 5C, 7P, dan 3R penilaian kredit dilengkapi
juga dengan penilaian aspek-aspek kelayakan usaha seperti berikut:
1. Aspek Turidis/Hukum
Yang din lai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha
serta zın izin yang dimiliki perusahaan, yang terkait dengan aspek
legali as pengajuan kredit seperti:
a. Surat Izin Usaha (SIUI, SIUP, SIT, dll),

b. Tanda Daftar Perusahaan (TDP),

C. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),


d. Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah,
e Serta hal-hal yang dinnannn nenting lainnya
yang dihasilkan, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah:


a. Pemasaran produknya selama beberapa waktu yang lalu,
b. Rencana penjualan dan produksi selama beberapa waktu di masa
yang akan datang,
c. Peta kekuatan pesaing yang ada,
d. Prospek produk secara keseluruhan,
e. Fluktuasi harga penjualan.
3. Aspek Keuangan
Yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk mem
biayai usaha dan bagaimana penggunaan dana tersebut.
124 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Penilaian bank dari aspek keuangan pada umumnya menggunakan


alat ukur sebagai berikut:

a. Payback Periods (PP),


b. Net Present Value (NPV),
c. Profitability Indek (PI),

d. Internal Rate Of Return (IRR),


e. Break Even Point (BEP).
4. Aspek Teknis/Operasi
Ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti
kapasitas mesin yang digunakan, lokasi, layout ruangan, dan mesin
mesin yang digunakan, proses produksi, dan lainnya yang terkait
dengan proses produksi.
5. Aspek Manajemen
Ini membahas mengenai struktur organisasi perusahaan, sumber daya
manusia dan latar belakangnya, serta pengalaman perusahaan dalam
mengelola berbagai proyek.
6. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek ini menganalisis dampak proyek terhadap perekonomian dan


masyarakat umum antara lain:

a. Meningkatkan ekspor barang,


b. Mengurangi pengangguran dan lainnya,
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat,
d. Tersedianya sarana dan prasarana,
e. Membuka isolasi daerah tertentu,
f. Keterkaitan ke belakang dan ke depan (Backward and Forward
Linkage).
7. Aspek Amdal

Aspek ini menganalisis dampak proyek terhadap lingkungan baik


darat, air, dan udara.
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank | 125

Secara skematis, proses penilaian kredit seperti Gambar 10.2.


PROSES PENILAIAN PROYEK
(Project Appraisal Process)

STUDI KELAYAKAN :
Analisis Pemasaran
Analisis Teknis Produksi
Analisis Manajemen
Analisis Ekonomi dan Keuangan
Analisis Keuangan
Analisis Amdal
3 (TIGA) R

Duchom
IRR

)
PROJECT PROJECT BIC

Z
Return ROI
APPRAISAL VIABILITY Repayment

>
NPV
Risk
DII

7 (TUJUH) P
5 (LIMA) C Z

Personality
Collateral Party
Capital Purpose
Capacity Prospect
Character Payment
Condition Profitability
Protection

Gambar 10.2 Proses penilaian permohonan kredit bank, unsur-unsur


yang dipertimbangkan dalam menentukan suatu usaha yang Bankable.

10.4.3 Informasi dan Analisis Keuangan


Dalam melakukan analisis kredit yang berhubungan dengan kemam
puan keuangan perlu dikaji tentang informasi keuangan perusahaan dan
pengusaha. Informasi keuangan yang tercermin dari laporan keuangan,
perlu dianalisis dengan menggunakan rasio tertentu yang dibutuhkan.
Secara umum, gambaran tentang informasi dan analisis keuangan
perusahaan untuk membantu analisis kredit sebagaimana terlampir.

10.5 Analisis Kebutuhan Kredit

Dalam perhitungan kebutuhan kredit, baik kredit modal kerja maupun


kredit investasi yang akan diberikan kepada calon debitur dilakukan
beberapa tahapan sebagai berikut:

10.5.1 Perhitungan Kebutuhan Kredit


10.5.1.1 Kredit Modal Kerja

1. Analisis mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan me


nyatakan beberapa hal, yaitu:
a.
Lama proses pembelian dilakukan (termasuk lamanya pengang
kutan/pembongkaran barang sampai siap dijual),
126| Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

b. Lama barang tersimpan sampai dengan terjual,


C.
Lama piutang baru tertagih semua kalau penjualannya dilakukan
secara kredit.

Dari penjumlahan hari dari jawaban di atas, akan diketahui


lamanya perputaran modal kerja usaha calon debitur.
2. Menghitung kebutuhan modal kerja dengan cara sebagai berikut:
a. Asumsi jumlah hari dalam satu tahun adalah 360 hari atau 1
bulan adalah 30 hari,

b. Perhitungan kebutuhan modal kerja adalah sebagai berikut:

Jumlah Hari Perputaran MK


x Biaya Operasional Periode Perhitungan
Jumlah Hasil Periode Perhitungan

Periode perhitungan dapat per minggu, per bulan, per triwulan, per
caturwulan, per semester, per tahun, dst, tergantung sifat dari usaha
calon debitur. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya di sini adalah
biaya yang terdapat pada daftar Laba/Rugi Proekasi.
3. Menghitung besarnya kredit yang dapat diberikan calon debitur
dengan cara sebagai berikut:
a. Menghitung modal kerja yang tersedia pada calon debitur dengan
rumus:

Aktiva Lancar - Hutang Jangka Pendek

b. Menghitung kebutuhan kredit calon debitur dengan rumus:

Kebutuhan Modal Kerja - Modal Kerja yang tersedia

Apabila besarnya kredit yang dapat diberikan sudah diketahui, maka


untuk menentukan jangka waktu dan besarnya angsuran perlu dilihat
angka Repayment Capacity dengan rumus:
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank | 127

X% x Laba Proyeksi per Periode Perhitungan

Berdasarkan besarnya Repayment Capacity ini baru dipilih jangka


waktu dan besarnya angsuran kredit yang paling sesuai kemampuan
calon debitur.

Barang Kas
Penjualan
Dagangan

Tunai

Kredit
Bayar

Piutang Penagihan
Dagang
Analisis Kualitatif

Gambar 10.3 Arus kas modal kerja untuk perdagangan

Biaya Bhn. Baku,


Penjualan + Barang Jadi Upah Langsung, dan Kas
Over Head

Tunai

Kredit Bayar

Piutang
Penagihan
Dagang

Gambar 10.4 Arus kas modal kerja untuk manufaktur/industri


Secara lebih mendalam, cara perhitungan kebutuhan kredit modal
kerja terdapat pada lampiran.
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 129

|
yang memengaruhi, yaitu biaya dana (cost of loanable fund), biaya
operasional (overhead cost), biaya risiko (risk cost), dan margin (spread)
yang diproyeksikan. Penjumlahan dari komponen-komponen tersebut,
disebut sebagai dasar perhitungan harga kredit (base lending rate).
Kendatipun setiap bank telah menetapkan harga dasar kredit, dalam
praktiknya bank akan mempertimbangkan faktor lain sehingga harga
kredit yang ditetapkan tidak sama dengan hasil perhitungan harga dasar
kredit. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain pangsa
pasar, persaingan, pelayanan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
Dalam implementasinya, untuk kepentingan teknis ataupun kebu
tuhan nasabah, bank menerapkan berbagai sistem perhitungan suku bunga
kredit yang terkait dengan cara angsuran. Beberapa sistem perhitungan
tersebut yang umum digunakan, yaitu perhitungan suku bunga menurun
(sliding rates), suku bunga efektif (effective rates), suku bunga mendatar
(flat rates), dan suku bunga mengambang (floating rates). Secara lebih
mendalam, sistem perhitungan suku bunga kredit dibahas dalam
lampiran.

10.6 Penanganan Kredit Bermasalah


10.6.1 Kredit Bermasalah
Untuk menetapkan suatu kredit dikatakan sebagai kredit bermasalah
didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan
pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta
kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut. Sesuai Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November
1998, membagi kolektibilitas kredit menjadi 5 (lima), yaitu Kredit
Lancar, Kredit Dalam Perhatian Khusus, Kredit Kurang Lancar, Kredit
Diragukan, dan Kredit Macet.
Suatu kredit dinyatakan sebagai kredit berinasalah apabila kredit
cohoani Kredit Dalam Perhatian Khusus. Kurang
valu UAIIN TTTUNu uupuu
115 uur 1
sebagai bank sehat.
130 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Dalam jumlah besar kredit bermasalah dapat membawa pengaruh


terhadap kinerja bank, kehidupan ekonomi sekitarnya, bahkan dapat
memengaruhi dunia perbankan pada umumnya. Pengaruh kredit berma
salah terhadap kinerja bank sebagai berikut:
Menurunkan rentabilitas bank,

Menambah beban biaya operasional,


Menurunkan modal bank (percentage capital adequacy ratio),
Menurunkan likuiditas bank.

10.6.2 Faktor Penyebab Kredit Bermasalah


Oleh karena itu, perbankan akan menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam menyalurkan kredit agar tidak terjadi kredit bermasalah. Faktor
yang menyebabkan kredit bermasalah berasal dari faktor internal bank
dan eksternal bank. Penjelasan lebih rinci sebagai berikut:

10.6.2.1 Faktor Internal Bank


Antara lain:

a. Lemahnya kualitas sumber daya manusia dalam melakukan analisis


kelayakan kredit. Kredit yang disalurkan tanpa dilengkapi analisis
yang memadai, terutama berkaitan dengan prospek usaha debitur dan
kemampuan debitur dalam mengembalikan kewajibannya dan terlalu
besarnya ekspansi kredit tanpa diimbangi dengan analisis yang
memadai,

b. Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan


administrasi kredit. Kurangnya pemantauan terhadap penggunaan
kredit dan perkembangan kegiatan usaha maupun keuangan debitur
dan belum adanya sistem pengawasan yang memadai yang dapat
segera mendeteksi lebih dini kredit yang akan menjadi bermasalah
sehingga bank tidak dapat segera melakukan upaya-upaya penyela
matan kredit,

c. Terlalu banyaknya campur tangan nemilik dalam memutuskan


Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank 131

|
hubungan keluarga sangat dominan dalam menentukan penyaluran
kredit,

d. Lemahnya pengikatan terhadap angsuran kredit. Apabila debitur tidak


mampu lagi untuk melakukan pembayaran bunga dan angsuran
pokok kredit, maka agunan kredit merupakan sumber dana kedua
pelunasan kredit. Namun mengingat bank belum melakukan
pengikatan kredit secara sempurna sehingga bank kesulitan dalam
mengeksekusi agunan tersebut. Agunan yang selama ini dipegang
oleh bank sebagian besar dalam bentuk surat kuasa menjual dan
penyerahan sertifikat di bawah tangan sehingga bank mengalami
kesulitan untuk mengeksekusi agunan tersebut, bahkan terdapat
kredit yang tidak dilengkapi agunan yang memadai.

10.6.2.2 Faktor Eksternal Bank

Antara lain :

a. Tingkat persaingan yang tinggi dengan bank umum, terutama BRI


unit yang didukung oleh modal yang kuat dan SDM yang profesional.
Debitur yang dibiayai bank sebagian besar adalah debitur yang
kualitasnya kurang baik, mengingat debitur yang baik telah
memperoleh fasilitas lain dari bank lain, terutama BRI unit desa, di
samping suku bunga yang ditawarkan bank umum lebih rendah dari
BPR, sehingga dengan kondisi debitur tersebut menyebabkan mereka
mengalami hambatan untuk melakukan pembayaran bunga dan
angsuran pokok
b. Kondisi perekonomian yang kurang kondusif. Kondisi ekonomi yang
belum menunjukkan perbaikan menyebabkan terjadinya penurunan
kegiatan usaha debitur, sehingga kemampuan debitur untuk mem
bayar kewajibannya juga mengalami penurunan,
C. Bencana alam (kebakaran, banjir, gempa bumi, dsb). Bencana alam
merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan memengaruhi fasilitas
produksi dan usaha debitur sehingga debitur mengalami kesulitan
untuk memenuhi kewajibannya,
d. Kondisi debitur. Sebagian besar kredit diberikan kepada perorangan
sehingga apabila terjadi sesuatu pada debitur, misalnya menderita
sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia, maka akan mengganggu
pembayaran kewajiban yang bersangkutan.
132 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

10.6.3 Upaya Penyelamatan Kredit


Kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan bisnis bank, namun
tidak boleh dibiarkan tumbuh. Kredit bermasalah harus dicegah, kalaupun
muncul harus ditangani dengan baik dan serius sehingga tidak tumbuh
menjadi kredit macet atau me bank terlalu besar. Besarnya kredit
bermasalah mencerminkan atau menjadi peringatan adanya kelemahan
manajemen kredit bank yang bersangkutan.
Sesuai dengan SK Dir BI No. 25/22/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993,
upaya penanganan kredit bermasalah dilakukan dengan cara antara lain:
1. Rescheduling
a. Memperpanjang jangka waktu kredit,
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti:
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok,
b. Penundaan pembayaran bunga,
C. Penurunan suku bunga,
d. Pembebasan bunga.
3. Restructuring
a. Dengan menambah jumlah kredit,

b. Dengan menambah equity :

Dengan menyetor uang tunai,


Tambahan dari pemilik.
Perubahan syarat-syarat kredit menyangkut penambahan dana bank
dan/atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi
pokok kredit baru yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali
dan atau persyaratan kembali.

Upaya penyelamatan kredit tersebut memerlukan waktu yang cukup


lama dan tidak secara langsung memengaruhi pendapatan bank dan
Pengenalan Sistem Perkreditan dari Bank | 133

dapat memperbaiki kinerja bank, meskipun demikian bank perlu


melakukan langkah-langkah:
a. Inventarisasi data dan informasi dari tiap debitur, antara lain
mengenai kondisi usaha, keuangan, legalitas usaha, dan data
pendukungnya,
b. Berdasarkan data-data tersebut, dilakukan analisis kemungkinan
penyelesaiannya bentuk berupa:
Penyelesaian kekeluargaan (persuasif),
Apabila hal tersebut sulit dilakukan dan berdasarkan analisis
penyelesaian hasil usahanya tidak dapat diharapkan, maka
dapat ditempuh melalui jalur hukum namun perlu diper
hatikan nama baik bank di mata debitur,

Bagi debitur yang masih potensial dapat dibantu pemasaran


produk debitur.
4. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari rescheduling, reconditioning, dan


restructuring sebagaimana tersebut di atas.
5. Penyitaan Jaminan
Merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak
punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar
semua utang-utangnya.
134 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
BAB XI
SUPLEMEN 1. SISTEM USAHA TANI RANDING
136 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Usaha budi daya ikan bandeng di Indonesia merupakan kegiatan


tertua di Asia Tenggara dan sudah dimulai pada abad ke XIV (Kou,
1985). Teknologi yang biasa digunakan oleh petani adalah teknologi
konvensional, yaitu dengan padat tebar 3.000-5.000 ind/ha dengan hanya
mengandalkan pupuk organik/kimia untuk pertumbuhan kelekap sebagai
bahan pakan alami seadanya. Hasilnya, produksi bandeng hanya rata-rata
300-100 kg/ha musim tanam. Hal ini dinilai sangat lamban karena faktor
benih nener yang bergantung pada tangkapan di alam. Keberhasilan
produksi benih di hatchery (panti pembenihan) memungkinkan pasokan
benih dapat dilakukan secara kontinu. Menurut Ahmad, dkk (1998),
berdasarkan hasil pengujian di lapangan, yaitu di Brebes (Jawa Tengah)
dan Maros (Sulawesi Selatan), produksi bandeng dapat ditingkatkan lebih
dari 500% bila teknik budi daya diperbaiki dan ditingkatkan secara
intensif.

Produksi ikan bandeng di Sulawesi Selatan dewasa ini umumnya


masih dihasilkan dengan budi daya sederhana atau tradisional oleh para
petani tambak. Faktor penyebabnya antara lain petani tambak belum
sepenuhnya menguasai teknologi budi daya intensif. Penerapan teknologi
Suplemen 1: Sistem Usaha Tani Bandeng Umpan di Propinsi Sulawesi Selatan 137

|
dengan ukuran 8-10 ekor/kg dengan luas tambak masing-masing secara
intensif 0,6 ha dan tradisional 0,5 ha.

Jenis data yang dikumpulkan pada kedua petak tambak yang berbeda
teknologi tersebut meliputi parameter biologi sintasan (%) dan pertum
buhan ikan (berat dan panjang) setiap 15 hari sekali.
Metode Analisis meliputi analisis statistik, cost benefit (biaya dan
pendapatan) dalam SUT.
Persiapan pengkajian meliputi:

1. Perbaikan pintu air dan pematang serta pelataran menaikkan tanah


galian ke pematang,
2. Pengeringan pelataran tambak,
3. Pengapuran lahan,
4. Penambahan ke dalam air sampai 100 cm,
5. Pemberantasan hama dengan menggunakan saponin dan pestisida
cair.

Pemupukan antara lain:

1. Lahan dipupuk dengan kotoran ayam sebagai pupuk dasar,


2. Pemberian pupuk kimia TPS dan Urea (1:2),
3. Pupuk pelengkap cair (PPC) sebagai pupuk suplemen setiap 10 hari
sekali dengan dosis 1/2 liter.

Pemberian pakan, dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Untuk penebaran secara intensif diberi pakan buatan 3 kali dengan
frekuensi pagi pukul 06.00-07.00, siang 11.00-12.00, dan sore pukul
16.00-17.00,

2. Jenis pakan untuk 1 bulan diberi pakan butiran kecil tingkat grower,
selanjutnya medium untuk umur 30-90 hari, sedangkan untuk dewasa
agak lebih besar butirannya,

3. Pemberian pakan disesuaikan dengan arah angin agar pakan dapat


merata di sekitar pelataran perairan tambak.
138 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Panen Produksi, meliputi:


1. Setelah ikan bandeng berumur 90 hari dengan ukuran 8-10 ind/ha,
maka ikan dipanen secara selektif selang waktu 1 minggu dan
dihitung jumlah ikan yang tertangkap untuk dijadikan ikan umpan,
2. Alat tangkap yang digunakan adalah gill net dan untuk sampling
menggunakan jala lempar.

11.3 Pertumbuhan dan Biaya Pendapatan


Hasil pertumbuhan berat dan panjang ikan bandeng, dari hasil
pengamatan 15 hari setiap bulannya sejak ditebar tanggal 17 Agustus
1999 maka disajikan berat dan panjang rata-rata ikan bandeng selama 4
bulan seperti TABEL 11.1.

TABEL 11.1 Data pertumbuhan berat dan panjang rata-rata ikan bandeng
(Chanos chanos F)

Waktu (Bulan)
Parameter
Awal II IV

Intensif
Berat (g) 1.39 25.94 70.00 110.56

Panjang (Cm) 5.28 14.72 20 23.00

Tradisional

Berat (g) 1.39 20.13 68 78.50 106.00

13.30 19.50 21.50 23.70


Panjang (Cm) 5.28

Pengelolaan air, kualitas air yang diukur langsung di lapangan relatif


sama di antara petakan intensif dan tradisional pada TABEL 11.2 (rata
rata) selama budi daya berlangsung seperti pada TABEL 11.3.
Suplemen 1: Sistem Usaha Tani Bandeng Umpan di Propinsi Sulawesi Selatan | 139

TABEL 11.2 Kualitas air tambak di petakan intensif dan tradisional

Variabel Intensif (A) Tradisional (B)

pH Air
Pagi 6.5-80.07 (7.3) 6.5-8.0 (7.3)

Sore 6.5-8.5 (7.6) 6.5-8.5 (7.6)


Salinitas 10-21 (15.5) 10-21 (15.5)

Suhu Air (°C)

Pagi 29-34 (31) 26-34 (31)


Sore 30-36 (33) 30-36 (33)

Kecerahan (Cm) 20-50 (35) 20-50 (35)

Kedalaman Air (Cm) 80-100 (90) 50-75 (62.5)

( ) = Rata-rata

TABEL 11.3 Pemanenan produksi bandeng umpan dan sintasan

Teknologi Padat Rata-rata Ukuran


Sintasan (%)
(Petak) Tebar (ind) (ind) (ind/kg)

Intensif (A) 20.000 17.000 85 8-10

Tradisional (B) 5.000 4.500 90 8-10*

Keterangan : *) Tradisional dipanen pada umur pemeliharaan 4 bulan baru


*

dapat mencapai 8-10 ind/kg.

Biaya dan Pendapatan

1. Analisis SUT Bandeng Umpan Teknologi Intensif :


Asumsi Dasar :

a. Masa Pemeliharaan 3 bulan,

b. Luas Tambak pembesaran 0,06 ha,


c. Padat penebaran 40.000 ind/ha,
d. Tanpa menggunakan kincir,
1401 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis SRL

e. Lahan tambak dianggap sewa 6 bulan,


f. Pompa air dianggap sewa bulan.
1.1 Investasi

a. Sewa Tambak 6000 m²/6 bulan Rp 500.000,00

b. Sewa Pompa/6 bulan @Rp50.000,00 Rp 300.000,00


c. Pipa dipakai 3 siklus @Rp200.000,00 Rp 200.000,00
Subtotal Rp1.000.000,00
1.2 Biaya tidak tetap
a. Nener 20.000 ind (gelondongan) @ Rp 200,00
Rp4.000.000,00
b. Pakan komersial 3 ton, 1kg @Rp2.850,00
Rp 8.550.000,00

c. Pupuk Organik (kotoran ayam) 1 ton @Rp 200.000,00


Rp 200.000,00
d. Pupuk kimia
TSP 100 Kg @Rp2.000,00 Rp 200.000,00
Urea 200 Kg @Rp1.000,00 Rp 200.000,00
e. Pupuk Pelengkap Cair 10 Botol @ Rp 7.500,00
Rp 75.000,00

f. Samonin 25 Kg @ Rp 4.000,00

Rp 100.000,00
Racun 2 liter Rp 35.000,00
h. Upah jaga 3 bulan Rp 300.000,00
i. Solar/Olie Rp 200.000,00
Suplemen 1: Sistem Usaha Tani Bandeng Umpan di Propinsi Sulawesi Selatan | 141

1.3 Total Biaya Rp21.637.000,00

1.4 Pendapatan
a. Produksi 17.000 ind @Rp1.550,00 Rp26.350.000,00

b. Pendapatan Bersih Rp 4.713.000,00

25.500.000
1.5 R/C Ratio 1.17
21.837.000

3.663.000
1.6 Rentabilitas Ekonomi x 100% = 167%

-
21.837.000

2. Analisis SUT Bandeng Umpan Tradisional :


Asumsi Dasar Perhitungan :
a. Masa Pemeliharaan

b. Luas Tambak pembesaran 0,5 ha


c. Padat Penyebaran 10.000 ind/ha
d. Tanpa pemberian pakan buatan hanya mengambil pakan alami
e. Lahan tambak dianggap sewa 6 bulan
2.1 Investasi

a. Sewa Tambak 5000 m²/6 bulan Rp400.000,00


b. Saringan pompa air Rp200.000,00
Subtotal Rp600.000,00
2.2 Biaya Tidak Tetap
a. Nener 5.000 ind (gelondongan) @Rp250,00
Rp1.000.000,00

b. Pupuk Organik (kotoran ayam) 1 ton @Rp200.000,00


Rp 200.000,00

c. Pupuk kimia
TSP 100 Kg @Rp2.000,00 Rp 200.000,00

Urea 200 Kg @Rp1.000,00 Rp 200.000,00


142 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Bid. Pupuk Pelengkap Cair 5 Botol @Rp7.500,00


Rp 37.500,00

e. Saponim 20 Kg @Rp4.000,00 Rp 80.000,00


f. Tiodan 1/2 liter Rp 35.000,00

g. Upah jaga parallel dengan intensif Rp 300.000,00


h. Solar/Olie Rp 200.000,00

i. Bunga Modal 172% bulan (Investasi) Rp1.411.500,00


Subtotal Rn3.663.000.00
Suplemen 1: Sistem Usaha Tani Bandeng Umpan di Propinsi Sulawesi Selatan 143

|
Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada budi daya bandeng
umpan secara intensif di antaranya oksigen terlarut, salinitas, suhu,
warna, pH serta senyawa beracun amonia dan asam belerang yang
berkaitan erat satu sama lain lingkungan keseimbangan dan pada kondisi
konsentrasi optimal.
Pada TABEL 11.2, pengelolaan air relatif sama di antara petakan
tambak intensif (A) dengan tradisional (B). Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen) dan kedalaman air cukup berfluktuasi, hal mana DO yang paling
kritis adalah pukul 02.00-05.00 WITA.

Pemasaran bandeng dalam bentuk umpan dapat dikatakan belum


populer di kalangan petani Sulsel khususnya di Kabupaten Pangkep,
namun untuk produksi bandeng umpan hasil pengkajian ini langsung
dipasarkan oleh PT. Persero Perikanan Samudera Besar (PT. PSB)
Cabang Makassar untuk selanjutnya dikirim ke PT. PSB di Benoa (Bali)
sebagai Pusat Pendaratan Ikan (PPI) bagi kapal-kapal penangkapan ikan
tuna yang beroperasi di Samudera Hindia.
Berdasarkan hasil analisis biaya dan pendapatan SUT bandeng
umpan dengan sistem intensif diperoleh tingkat pendapatan sebesar
Rp4.713.000,00, R/C Ratio sebesar 1.22 dan Rentabilitas Ekonomi
sebesar 12,18%. Selanjutnya untuk teknologi tradisional pendapatan
bersih sebesar Rp2.711.000,00, R/C Ratio sebesar 1.63 dan Rentabilitas
Ekonomi sebesar 63,59%. Perbandingan kedua analisis pendapatan
tersebut ternyata bandeng tradisional lebih besar tingkat kelayakan usaha
taninya, hanya saja masa pembesarannya lebih lama 1 bulan dibanding
kan dengan intensif.
BAB XII
SUPLEMEN 2: KEBIJAKAN HASIL HUTAN
BUKAN KAYU
(KEMENHUT RI, DITJEN REHABILITASI
LAHAN)

12.1 Pendahuluan

Luas hutan di Indonesia 120,35 juta Ha : hutan konservasi 20,50 juta


ha, hutan lindung 33,52 juta ha, hutan produksi seluas 58,25 ha dan hutan
produksi yang dapat dikonversi seluas 8,08 juta ha.
Perubahan paradigma pengelolaan hutan dari timber management
menjadi forest resource management memacu pengembangan dan
pemanfaatan HHBK.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa hasil hutan berupa kayu dari
suatu ekosistem hutan hanya sebesar 10% dan selebihnya merupakan
hasil hutan bukan kayu yang selama ini belum dimanfaatkan secara
optimal. Dalam rangka revitalisasi bidang pertanian, perikanan, dan
kehutanan telah diinstruksikan melalui keputusan Menteri Kehutanan No.
421/Menhut-II/2006 tentang fokus-fokus kegiatan pembangunan kehutan
an di antaranya pengembangan pemanfaatan HHBK menjadi tanggung
jawab Direktorat Bina Perhutanan Sosial Direktorat Jenderal RPLS.

12.2 Pengertian Hasil Hutan


Menurut UU 41 Tahun 1999 hasil hutan: benda-benda hayati,
146 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

→ Benda non hayati yang secara ekologi merupakan kesatuan ekosistem


dengan organ hayati penyusun hutan seperti air, udara bersih dan
sehat serta barang lain tetapi tidak termasuk barang tambang,
Jasa yang diperoleh dari hutan seperti jasa wisata, jasa keindahan dan
keunikan, jasa perburuan, dan jasa lainnya,

Hasil produksi yang langsung diperoleh dari hasil pengolahan bahan


mentah yang berasal dari hutan, yang merupakan produksi primer
antara lain berupa kayu bulat, gergajian, kayu lapis, dan pulp.

12.3 Jenis Pohon dan Hewan HHBK


Jenis Tanaman HHBK: Pohon Khusus penghasil HHBK : cendana,
gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, murbei, jernang, kemenyan,
kayu manis, pinang, aneka tanaman hias.
Kelompok Produksi Jenis Komoditas HHBK sebagai berikut:
A. Komoditas HHBK Tanaman :
1. Kelompok Resin (damar, gaharu, kemenyan, dll),
2. Kelompok Minyak Atsiri (cendana, kayu putih, kenanga, dll),
3. Kelompok Minyak Lemak, pati, dan buah-buahan (buah merah,
rebung, bambu, durian, dll),
4. Kelompok tannin, bahan pewarna dan getah (kayu kuning,
jelutung, perca, dll),
5. Kelompok tumbuhan obat dan tanaman hias (akar wangi,
brotowali, anggrek hutan, dll),
6. Kelompok palma dan bambu (asam, manau gajah, tohiti, dll),
7. Kelompok lainnya (nipah, pandan, purun, dll).
B. Kelompok HHBK Hewan :
1. Kelompok hewan hasil buru (kelinci, kancil, rusa, buaya, ular,
katak, kakatua, dll),
2. Kelompok hewan hasil penangkaran (arwana irian, kupu-kupu,
rusa, buaya),
3. Kelompok hasil hewan (sarang burung walet, kutu lak, madu,
sutera).
Suplemen 2: Kebijakan Hasil Hutan Bukan Kayu | 147

12.4 Manfaat HHBK

1. Sumber devisa negara,


2. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat,

3. Rehabilitasi lahan dan hutan, mencegah erosi, peningkatan kualitas


lingkungan, dan pengatur tata air,
4. Pencegahan atau mengurangi perladangan berpindah,
5. Pencegahan laju urbanisasi.

TABEL 12.1 Sebaran beberapa tanaman HHBK utama

NA Tanaman Dantul. ILG


148 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

TABEL 12.2 Ekspor HHBK (dalam TON)

Produksi Per Tahun


No Komoditas Satuan
2000 2001 2002 2003 2004
1 Rotan Ton 18.701 24.116 22.999 32.746 31.600
2 Gondorukem Ton 4.162,78 5.685,80 4.719,63 4.881,64 863.69
3 Damar/Resin Ton 5.22 30.13 28.93
4 Terpentin Ton 5.587 3.667 5.530 5.495 6.794
5 Arang Ton 174.34 157.42 188.26 5.178,08 12.436
6 Gambir Ton 11.533 14.231 13.820 6.904 6.563
7 Minyak Ton 5.797 7.748 6.609 6.904 6.563
Atsiri
8 Gaharu Ton 263.33 333.28 539.34 540.04 1.408,84
9 Sagu Ton 36.37 60.91 247.80 21.27 388.76
10 Jelutung Ton 9.75
11 Kolang Ton 471.81 677.08 230 204.18 7.14

Kaling
12 Kemiri Ton

13 Bambu Ton 2.913 2.621 1.578 4.463 4.847

Perkembangan Ekspor Komoditas HHBK


35.000

32.500 52 Rotan

30.000 Gondorukem

27.500 O Darnariresin

25.000
O Terpentin
Arang
22.500
O Gambir
20.000
Minyak atsiri
17.500
O Gaharu
15.000
Sagu
12.500 Jelutung

10.000 O Kolang-kaling
A Kemiri
7.500
Bambu
5.000
2.500

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun
Suplemen 2: Kebijakan Hasil Hutan Bukan Kayu 149

|
TABEL12.3 Devisa ekspor HHBK (dalam US Dollar)
Devisa Per Tahun
No Komoditas Satuan
2000 2001 2002 2003 2004

1 Rotan Juta USD 11.52 13.84 13.69 20.59 20.83

2 Terpentin Juta USD 1.35 1.63 2.56 2.28 3.36

3 Gambir Juta USD 14.70 18.04 15.73 9.69 18.23

4 Minyak Atsiri Juta USD 55.97 72.56 71.00 66.41 71.03

5 Tanaman Obat Juta USD 4.3 4.6 5.7

6 Kopal Juta USD 6.30 7.60

7 Bambu Juta USD 1.16 1.23 1.067 1.89 2.28

Grafik Perkembangan Ekspor HHBK

80,00

70,00
Rotan
60.00
Terpentin
50,00 O Gambir
40,00 O Minyak atsiri
30,00 Tanaman obat

20,00 o Kopal
s Bambu
10.00
In
2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

12.5 Permasalahan

1. Penguasaan teknologi, pengetahuan, dan keterampilan pengembangan


HHBK belum banyak dikuasai.
2. Data dan Informasi HHBK tidak tercatat secara lengkap.
3. Jejaring kerja pengembangan HHBK masih lemah.
4. Dukungan teknologi pasca panen belum memadai.
5. Peraturan perundangan tentang pengembangan HHBK belum
lengkap.
150 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

12.6 Peraturan Perundangan Tentang HHBK3


1. UU 41 Tahun 1999 pasal 11 tentang hasil hutan,
2. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.83 Tahun 2006 tentang
pengadaan jenis tanaman untuk kegiatan gerakan rehabilitasi lahan,
3. Keputusan Menteri Kehutanan No. 421/Menhut-II/2006 tentang
fokus-fokus kegiatan pembangunan kehutanan,
4. PP No. 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan,
5. Peraturan bersama Menteri Kehutanan No. P47/Menhut/2006,
Menteri Perindustrian No. 29/M-Ind/per/6/2006, dan Menteri UKM
No.07/per/M.UKM/VI/2006 tentang pembinaan dan pengembangan
persuteraan alam dengan pendekatan klaster,
6. PP No 111 Tahun 2007 tentang daftar usaha tertutup dan terbuka
bidang penanaman modal (di antaranya 11 komoditas HHBK :
persuteraan alam, perlebahan, rotan, bambu, gaharu, seedlak, sagu,
getah pinus, damar, getah-getahan, minyak atsiri),
7. Peraturan Menteri Kehutanan No. 35 tahun 2007 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu,
8. Peraturan Menteri Kehutanan No. 56 tahun 2007 tentang pengadaan
dan peredaran telur sutera,
9. Beberapa keputusan Dirjen RPLS tentang Pedoman Pengembangan
komoditas HHBK.

12.7 Maksud dan Tujuan serta Arah Pengembangan


HHBK

12.7.1 Maksud

Terwujudnya pengelolaan HHBK yang produktif dan lestari untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

12.7.2 Tujuan
1. Meningkatkan jumlah dan mutu serta usaha pemanfaatan HHBK
melalui pemanfaatan budi daya tanaman dan pemanfaatan hutan alam
secara lestari,
Suplemen 2: Kebijakan Hasil Hutan Bukan Kayu 153

|
6. Fasilitas Promosi,

7. Pembentukan dan Penguatan Kelembagaan pengembangan HHBK,


8. Fasilitas Perizinan.
154 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
LAMPIRAN-LAMPIRAN
160 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lampiran A. Compounding Factor 1

Peri Tingkat Bunga


ode 1% 2% 3% 4% 5%

01. 1,010 1,020 1,030 1,040 1,050


02. 1,020 1,040 1,061 1,082 1,102
03. 1,030 1,061 1,093 1,125 1,158
04. 1,041 1,082 1,126 1,170 1,216
05. 1,051 1,104 1,159 1,217 1,276
06. 1,062 1,126 1,194 1,265 1,340
07. 1,072 1,149 1,230 1,316 1,407
08. 1,083 1,172 1,267 1,369 1,478
09. 1,094 1,195 1,305 1,423 1,551
10. 1,105 1,219 1,344 1,480 1,629

11. 1,116 1,243 1,384 1,540 1,710


12. 1,127 1,268 1,426 1,601 1,796
13. 1,138 1,294 1,468 1,665 1,886
14. 1,150 1,320 1,513 1,732 1,980
15. 1,161 1,346 1,558 1,801 2,079
16. 1,173 1,373 1,605 1,873 2,183
17. 1,184 1,400 1,653 1,948 2,292
18. 1,196 1,428 1,702 2,026 2,407
19. 1,208 1,457 1,754 2,107 2,527
20. 1,220 1,486 1,806 2,191 2,653

21. 1,232 1,516 1,860 2,279 2,786


22. 1,245 1,546 1,916 2,370 2,925
23. 1,257 1,577 1,974 2,465 3,072
24. 1,270 1,608 2,033 2,563 3,225
25: 1,282 1,641 2,094 2,666 3,386
26. 1,295 1,673 2,157 2,772 3,556
27. 1,308 1,707 2,221 2,883 3,734
28. 1,321 1,741 2,288 2,999 3,920
29. 1,334 1,776 2,357 3,119 4.116
30. 1,348 1,811 2,427 3,243 4,322
Lampiran-lampiran | 161

Lanjutan 1. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)


Peri Tingkat Bunga
ode 6% 7% 8% 9% 10%

01. 1,060 1,070 1,080 1,090 1,100


02. 1,124 1,145 1,166 1,188 1,210
03. 1,191 1,225 1,260 1,295 1,331
04. 1,262 1,311 1,360 1,412 1,464
05. 1,338 1,403 1,469 1,539 1,610
06. 1,418 1,501 1,587 1,677 1,772
07. 1,504 1,606 1,714 1,828 1,949
08. 1,594 1,718 1,851 1,993 2,144
09. 1,690 1,838 1,999 2,172 2,358
10. 1,791 1,967 2,159 2,367 2,594

11. 1,898 2,105 2,332 2,580 2,853


12. 2,012 2,252 2,518 2,813 3,138
13. 2,133 2,410 2,720 3,066 3,452
14. 2,261 2,578 2,937 3,342 3,798
15. 2,397 2,759 3,172 3,642 4,177
16. 2,540 2,952 3,426 3,970 4,595
17. 2,693 3,159 3,700 4,328 5,054
18. 2,854 3,380 3,996 4,717 5,560
19. 3,026 3,616 4,316 5,142 6,116
20. 3,207 3,870 4,661 5,604 6,728

21. 3,400 4,141 5,034 6,109 7,400


22. 3,604 4,430 5,436 6,659 8,140
23. 3,820 4,740 5,872 7,258 8,954
24. 4,049 5,072 6,341 7,911 9,850
25. 4,292 5,427 6,848 8,623 10,835
26. 4,549 5,807 7,396 9,399 11,918
27. 4,822 6,214 7,988 10,245 13,110
28. 5,111 6,649 8,627 11,167 14,421
29. 5,418 7,114 9,317 12,172 15,863
30. 5,744 7,612 10,063 13,268 17,449

40. 10,286 14,974 21,724 31,409 45,259

50. 18,420 29,457 46,902 74,358 117,391


162 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 2. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri Tingkat Bunga


ode 11% 12% 13% 14% 15%

01. 1,110 1,120 1,130 1,140 1,150


02. 1,232 1,254 1,277 1,300 1,322
03. 1,368 1,405 1,443 1,482 1,521
04. 1,518 1,574 1,630 1,689 1.749
05. 1,685 1,762 1,842 1,925 2,011
06. 1,870 1,974 2,082 2,195 2,313
07. 2,076 2,211 2,353 2,502 2,660
08. 2,304 2,476 2,658 2,853 3,059
09. 2,558 2,773 3,004 3,252 3,518
10. 2,839 3,106 3,395 3,707 4,046

11. 3,152 3,479 3,836 4,226 4,652


12. 3,498 3,896 4,334 4,818 5,350
13. 3,883 4,364 4,898 5,492 6,153
14. 4,310 4,887 5,535 6,261 7,076
15. 4,785 5,474 6,254 7,138 8,137
16. 5,311 6,130 7,067 8,137 9,358
17. 5,895 6,866 7,986 9,276 10,761
18. 6,544 7,690 9,024 10,575 12,376
19. 7,263 8,613 10,197 12,056 14,232
20. 8,062 9,646 11,523 13,744 16,366

21. 8,494 10,804 13,021 15,668 18,822


22. 9,934 12,100 14,714 17,861 21,645
23. 11,026 13,552 16,627 20,362 24,892
24. 12,239 15,179 18,788 23,212 28,625
25. 13,586 17,000 21,230 26,462 32,919
26. 15,080 19,040 23,990 30,167 37,857
27. 16,739 21,325 27,109 34,390 43,535
28. 18,580 23,884 30,634 39,204 50,066
29. 20,624 26,750 34,616 44,693 57,576
30. 22,892 29,960 39,116 50,950 66,212

40. 65,001 93,051 132,782 188,884 267,864

50. 184,565 289,002 450,736 700,233 1083,657


Lampiran-lampiran | 163

Lanjutan 3. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri Tingkat Bunga


ode 16% 17% 18% 19% 20%

01. 1,160 1,170 1,180 1,190 1,200


02. 1,346 1,369 1,392 1,416 1,440
03. 1,561 1,602 1,643 1,685 1,728
04. 1,811 1,874 1,939 2,005 2,074
05. 2,100 2,192 2,288 2,386 2,488
06. 2,436 2,565 2,700 2,840 2,986
07. 2,826 3,001 3,186 3,379 3,583
08. 3,278 3,512 3,759 4,021 4,300
09. 3,803 4,108 4,436 4,785 5,160
10. 4,411 4,807 5,234 5,695 6,192

11. 5,117 5,624 6,176 6,777 7,430


12. 5,936 6,580 7,288 8,064 8,916
13. 6,886 7,699 8,599 9,596 10,699
14. 7,988 9,008 10,147 11,420 12,839
15. 9,266 10,539 11,974 13,590 15,407
16. 10,748 12,330 14,129 16,172 18,488
17. 12,468 14,426 16,672 19,244 22,186
18. 14,462 16,876 19,673 22,900 26,623
19. 16,776 19,748 23,214 27,252 31,948
20. 19,461 23,106 27,393 32,429 38,338

21. 22,574 27,034 32,324 38,591 46,005


22. 26,186 31,629 38,142 45,923 55,206
23. 30,376 37,006 45,008 54,649 66, 247
24. 35,236 43,297 53,109 65,032 79,497
25. 40,874 50,658 62,669 77,388 95,396
26: 47,414 59,270 73,949 92,092 114,476
27. 55,000 69,346 87,260 109,589 137,371
28. 63,800 81,134 102,967 130,411 164,845
29. 74.008 94,921 121,500 155,189 197,814
30. 85,850 111,065 143,371 184,675 237,376

40. 378,721 533,869 750,378 1051,668 1469,772

50. 1670,704 2566,215 3927,357 5989,914 9100,438


164 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 4. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri. Tingkat Bunga


ode 21% 22% 23% 24% 25%

01 1,210 1,220 1,230 1,240 1,250


02. 1.464 1,488 1,513 1,538 1,562
03. 1,772 1,816 1,861 1,953
1,907
04. 2,144 2,215 2,289 2,364 2,441
05. 2,594 2,703 2,815 2,932 3,052
06. 3,138 3,297 3,463 3,635 3,815
07. 3,798 4,023 4,259 4,508 4,768
08. 4,595 4,908 5,239 5,590 5,960
09. 5,560 5,987 6,444 6,931 7,451
10. 6,728 7,305 7,926 8,594 9,313

11. 8,140 8,912 9,749 10,657 11,642


12. 9,850 10,872 11,991 13,215 14,552
13. 11,918 13,264 14,749 16,386 18,190
14. 14,421 16,182 18,141 20,319 22,737
15. 17,449 19,742 22,314 25, 196 28,422
16. 21,449 24,086 27,446 31,243 35,527
17. 25,548 29,384 33,759 38,741 44,409
18. 30,913 35,849 41,523 48,039 55,511
19. 37,404 43,736 51,074 59,568 69,389
20. 45,259 53,358 62,821 73,860 86,736

21. 54,764 65,096 77,269 91,592 108,420


22. 66, 264 79,418 95,041 113,574 135,625
23. 80,180 96,889 116,901 140,831 169,407
24. 97,017 118,205 143,788 174,631 211,758
25. 117,391 144,210 176,859 216,542 264,698
26. 142,043 175,936 217,537 268,512 330,872
27. 171,872 214,642 267,570 332,965 413,590
28. 207,965 261,864 329,112 412,864 516,988
29. 251,638 319,474 404,807 511,952 646,235
30. 304,482 389,758 497,913 634,820 807,794

40. 2048,400 2847,038 3139,656 5455,913 7523,164

50. 13780,612 20796,561 31279,195 46890,435 70064,923


Lampiran-lampiran | 165

Lanjutan 5. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri. Tingkat Bunga


de 26% 27%. 28% 29% 30%
01. 1,260 1,270 1,280 1,290 1,300
02. 1,588 1,613 1,638 1,664 1,690
03. 2,000 2,048 2,097 2,147 2,197
04. 2,520 2,601 2,684 2,769 2,856
05. 3,176 3,304 3,436 3,572 3,713
06. 4,001 4,196 4,398 4,608 4,827
07. 5,042 5,329 5,630 5,945 6,275
08. 6,353 6,768 7,206 7,669 8,157
09. 8,004 8.595 9,223 9,892 10,604
10. 10,086 10,915 11,806 12,761 13,786

11. 12.708 13,862 15,112 16,462 17,922


12. 16,012 1.7.605 19,343 21,236 23,298
13. 20,175 22,359 24,759 27,395 30,288
14. 25,421 28,396 31,691 35,339 39,374
15. 32,030 36,062 40,565 45,588 51,186
16. 40.358 45,799 51.923 58,808 66,542
17. 50,851 58,165 66,461 75,862 86,504
18. 64,072 73,870 85,071 97,862 112,455
19. 80,731 93,815 108,890 126,242 146,192
20. 101,721 119,145 139,380 162,852 190,050

21. 128,168 151,314 178,406 210,080 247,064


22. 161,492 192.168 228,360 271,003 321,184
23 203,480 244,054 292,300 349,594 417,539
24 256 285 200 049 274 1414 AKA 07 ED001
166 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 6. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri Tingkat Bunga


ode 31% 32% 33% 34% 35%

01. 1,310 1,320 1,330 1,340 1,350


02. 1,716 1,742 1,769 1,796 1,822
03. 2.248 2,300 2,353 2,406 2,460
04. 2,945 3,036 3,129 3,224 3,322
05. 3,858 4,008 4,162 4,320 4,484
06. 5,054 5,290 5,535 5,789 6,053
07. 6.621 6,983 7,361 7,758 8,172
08. 8,673 9,217 9,791 10,395 11,032
09. 11,362 12,166 13,022 13,930 14,894
10. 14,884 16,060 17,319 18,666 20,107

11. 19,498 21,199 23,034 25,012 27,144


12. 25,542 27,982 30,635 33,516 36,644
13. 33,460 36,937 40,745 44,912 49,470
14. 43,833 48,757 54,190 60,182 66,784
15. 57,421 64,359 72,073 80,644 90,158
16. 75.221 84,954 95,858 108,063 121,714
17. 98,540 112,139 127,492 144,804 164,314
18: 129,087 148,024 169,562 194,038 221,824
19. 169,104 195,391 225,518 260,041 299,462
20. 221,527 257,916 299,939 348,414 404,274

21. 290,200 340,449 398,919 466,875 545,769


22. 380,162 449,393 530,562 625,613 736,789
23. 498,012 593,199 705,647 838,321 994,665
24. 652,396 783,023 938,511 1123,350 1342,797
25. 854,638 1033,590 1248,220 1505;289 1812 776
26. 1119,576 1364,339 1660,132 2017,088 2447,248
27. 1466,645 1800,927 2207,976 2702,897 3303,785
28. 1921,305 2377,224 2936,608 3621,882 4460,110
29. 2516,909 3137,935 3905,688 4853,322 6021,148
30. 3297,151 4142,075 5194,566 6503,452 8128,550

40. 49074,042 66520,767 89963,354 121392,520 163437,130

50. 730406,760 1068308,20 1558052,40 2265895,70 3286157,90


Lampiran-lampiran | 167

Lanjutan 7. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri Tingkat Bunga


ode 36% 37% 38% 39% 40%

01. 1,360 1.370 1,380 1,390 1,400


02. 1,850 1,877 1,904 1,932 1,960
03. 2,516 2,571 2,628 2,686 2,744
04. 3,421 3,523 3,627 3,733 8,842
05. 4,653 4,826 5,005 5.189 5,378
06. 6,328 6,612 6,907 7,212 7,530
07. 8,605 9,058 9,531 10,025 10,541
08. 11,703 12,410 13,153 13,935 14,758
09. 15,917 17,001 18,152 19,370 20,661
10. 21,647 23,292 25,049 16,924 28,926

11. 29,439 31,910 34,568 37,425 40,496


12. 40,038 43,717 47,703 52,021 56,694
13. 54,451 59,892 65,831 72,309 79,372
14. 74,053 82,062 90,846 100,510 111,120
15. 100;713 112,411 125,868 139,708 155,568
16. 136,969 154,003 173,008 194,194 217,795
17. 186,278 210,984 238,751 269,930 304,914
18. 253, 338 289,048 329,476 375,203. 426,879
19. 344,540 395,996 454,677 521,532 597,630
20. 468,574 542,614 627,645 724,930 836,683

21. 637,261 743, 245 865,886 1007,652 1171,356


22. 866,674 1018, 245 1194,923 1400,637 1639,898
23. 1178,677 1394,996 1648,994 1946,886 2295,857
24. 1903,001 1911,145 2275,61) 2706,171 3214,200
25. 2180,081 2618,268 3140,344 3761,577 4499,880
26. 2964,911 8587,028 4333,674 5228,593 6299,831
27. 4032,279 4914,228 5980,470 7267,744 8819,764
28. 6483,899 6732,492 8253,049 10102,164 12347,670
29. 7458, 102 9223,615 11389,208 14042,008 17286,737
30. 10143,019 12636,216 15717,106 19518,391 24201.432

40. 219561,570 294321,970 393698,220 525523,340 700037,700

60. 4752754,900 6856329,900 9861757,500 14149465,000 20248916,000


168 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 8. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri Tingkat Bunga


ode 41% 42% 43% 44% 45%

01. -1,410 1,420 1.430 1,440 1,450


.02. 1,988 2,016 2,045 2,074 2,102
03. 2,803 2,863 2,924 2,986 3,049
04. 3,952 4,066 4,182 4,300 4,420
05. 5,573 5,774 5,980 6,192 6,410
06. 7,858 8,198 8,551 8,916 9,294
07. 11,080 11,642 12,228 12,839 13,476
08. 15.623 16,531 17,486 18,488 19,541
09. 22.028 23,474 25,005 26,623 28,334
10. 31,059 33.334 35,757 38,338 41,085
11. 43,794 45.334 51,132 55,206 59,573
12. 61,749 67,214 73,119 79,497 86,381
13. 87,066 95,444 104,561 114,476 125,252
14. 122.763 135.530 149,522 164,845 181,615
16. 173,096 192,453 213,816 237,376 263,342
16. 244.065 273,284 305,757 341,822 381,846
17. 344,132 388,063 437,233 492,224 553,676
18. 485,226 551,049 625,243 708,802 802,831
19. 684,169 782,490 894,097 1020,675 1164,105
20. 964,678 1111,135 1278,559 1469,772 1687,952

21, 1360, 196 1577,812 1828,339 2116,471 2447,530


Aa

41. 11000,402 12930; DOZ 15634,105 18870,669


22747,625
28. 15070,760
32984,056 18368,498 22356,769 27173,763
29. 21249,772
47826,882 26083,267 31920,180 39130,218
30. 29962,178 37038,239 45717,358 56347,514
69348,978

40. 930603, 120 1234621,300 1143155,900 , 700


50
. 1500158
2849181.300

117057730,000 28903846000 41154490,000 58452336,000 82817970,000


Lampiran-lampiran | 169

Lanjutan 9. (Lampiran A. Compounding Factor for 1)

Peri Tingkat Bunga


ode 46% 47% 48% 49% 50%

01. 1,460 1,470 1,480 1,490 1,500


02 2,132 2,161 2,190 2,220 2,250
03. 3,112 3,176 3,242 3,308 3,375
04. 4,544 4,670 4,798 4.929 5,062
06. 6,634 6,864 7,101 7,344 7,594
06. 9,685 10,090 10,509 10.942 11,391
OT. 14,141 14,833 15,554 16,304 17,086
08 20,645 21,804 23,019 24,294 25,629
09. 30,142 32,055 34,069 36,197 38,443
44,008 47,116 50.422 53.934 57,665
10.
11. 64,251 69,216 74,624 80,362 86,498
Open 101914 110 AAA 119 729 129 746
170 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan B.1. Discount Factor/Present Value dari 1

Peri Tingkat Bunga

ode 3% 4% 8% 9%
1% 2% 5% 6% 7% 10%

01. 0,990 0,980 0,971 0,962 0,952 0,943 0.935 0,926 0,917 0,909

02. 0,980 0,961 0.943 0,925 0,907 0.890 0.873 0,857 0,842 0,826

03. 0,971 0,942 0,915 0,889 0,864 0,840 0,816 0,794 0,772 0.751

04. 0.961 0,924 0,888 0,855 0,823 0.792 0.769 0,735 0,708 0,683

05. 0,981 0.906 0,863 0.822 0.784 0,747 0,713 0,681 0,650 0,621
06. 0,942 0,868 0,837 0.790 0,746 0.705 0,666 0,630 0,596 0,564
07. 0,933 0,871 0,813 0,760 0,711 0,665 0,623 0,583 0,547 0,513

08. 0,923 0,853 0,789 0,731 0.677 0,627 0,582 0,540 0.502 0,467
09. 0,914 0,837 0,766 0,703 0,645 0.592 0,644 0,500 0,460 0,424
10. 0.905 0,820 0,744 0,676 0,614 0,568 0,508 0,463 0,422 0.386

12. 0,896 0,804 0.722 0,650 0,585 0,527 0,475 0,429 0.388 0.360

12. 0,887 0,788 0,701 0,628 0,557 0,497 0,444 0,397 0,366 0,319

13. 0,879 0,773 0,681 0.601 0,530 0,469 0,413 0.368 0,326 0,290

14. 0,870 0,758 0.661 0.677 0,605 0.142 0.888 0,808 0.299 0.263
15. 0,861 0.743 0,642 0,555 0,481 0,417 0,362 0,315 0,275 0,239

16. 0.863 0,726 0.623 0,534 0.488 0,394 0,339 0.292 0.252 0,218
17. 0,844 0,714 0.605 0,513 0,436 0,371 0.917 0,270 0,231 0.198

18. 0,836 0.700 0,687 0,494 0,416 0,350 0,296 0,250 0,212 0,180

19. 0.828 0.686 0,670 0,475 0.396 0,331 0,277 0.232 0,194 0.164

20. 0.820 0,673 0,554 0.456 0.377 0,312 0,258 0,216 0,178 0,149

21. 0,811 0.660 0,838 0,439 0,369 0,294 0,242 0.199 0.164 0.135

22. 0,803 0,647 0,822 0,422 0.342 0,278 0.226 0,184 0,180 0.123

23. 0,795 0,634 0,507 0,406 0,326 0.262 0,211 0,170 0,138 0,112

24. 0,788 0.622 0,492 0,390 0,310 0,247 0.197 0,168 0,126 0,102

25. 0,780 0,610 0,478 0,375 0,295 0,233 0,184 0,146 0,116 0.092

26. 0.772 0,598 0,464 0,361 0.281 0.220 0,172 0.135 0,106 0,084
27. 0.764 0,686 0,450 0,347 0,268 0.207 0,161 0,125 0,089 0,076
28. 0,757 0,674 0,437 0,333 0.255 0.196 0,150 0,116 0,090 0,069
29. 0.749 0,853 0,424 0,321 0,243 0,185 0,141 0,107 0,082 0.063

30. 0,742 0,552 0,412 0,808 0,231 0.174 0.131 0,099 0,075 0,057

40. 0,672 0,453 0,307 0.208 0,142 0.097 0,067 0,046 0,032 0.022

80. 0,608 0,372 0.228 0.141 0,087 0.054 0,034 0.021 0,013 0.009
Lampiran-lampiran | 171

Lanjutan 1. (Lampiran B.1.Discount Factor/Present Value dari 1)

Tingkat Bunga
Peri
ode
11% 129 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 20%

01. 0.901 0.893 0,883 0.877 0,870 0,862 0.855 0.847 0.840 0.833

02. 0,812 0.797 0,783 0,769 0.756 0.743 0,731 0,718 0,706 0,694

03. 0.731 0,712 0.893 0,675 0,658 0,641 0,624 0,609 0,593 0,579
04. 0.659 0,636 0,613 0,692 0,672 0,652 0,534 0,516 0,499 0,482
06. 0.593 0,567 0.543 0,519 0,497 0,476 0,456 0,437 0,419 0,482
06. 0.535 0,507 0,480 0,456 0.432 0,410 0,390 0.370 0.362 0,335
07. 0,482 0,452 0.425 0,400 0,376 0,354 0,333 0,814 0.296 0,279
08. 0,434 0,404 0,376 0,351 0.327 0,305 0,285 0.266 0.219 0.233
09. 0,391 0.361 0,333 0.308 0,284 0,263 0,243 0,225 0,209 0.194
10. 0,352 0,322 0,295 0,270 0.247 0.227 0,208 0,191 0,176 0.162

11. 0,317 0.287 0,261 0,237 0,215 0,195 0.178 0.162 0.148 0.135
12 0,286 0,257 0,231 0,208 0,187 0,168 0.162 0,137 0,124 0,112
13. 0.258 0.229 0.204 0.182 0,103 0.145 0,130 0,116 0,104 0,093
14. 0,232 0,205 0.181 0,160 0.141 0,125 0.111 0,099 0.088 0.078
15. 0,209 0.183 0.160 0,140 0,123 0,108 0,095 0,084 0,074 0,065
16. 0.188 0,163 0.141 0,123 0,107 0,093 0.081 0,071 0,062 0.054
17. 0,170 0,146 0.125 0,108 0,093 0.080 0,069 0,060 0,052 0,045
18. 0.153 0,130 0,111 0,095 0,081 0,069 0,059 0.051 0,044 0,038
172 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 2. (Lampiran B.1.Discount Factor/Present Value dari 1)

Peri Tingkat Bunga

ode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%

01. 0,826 0.820 0,813 0,806 0,800 0,794 0,787 0,781 0,775 0,769
02. 0.683 0,672 0,661 0,650 0,640 0,630 0,620 0,610 0.601 0.592

03. 0.551 0,537 0,524 0,512 0,500 0,488 0,477 0,466 0,455
0,864
04. 0,467 0,451 0,437 0.423 0,410 0,397 0,384 0.373 0,361 0,950

05. 0,386 0.370 0.355 0,341 0,328 0,315 0,303 0,291. 0,280 0,269

06. 0,319 0,303 0,289 0,275 0,262 0,250 0,238 0,227 0,217 0,207
07. 0.263 0,249 0,235 0.222 0.210 0.198 0,188 0,178 0.168 0.169
08. 0.218 0,204 0,191 0,179 0,168 0,157 0,148 0,139 0,130 0,123
09. 0,180 0,167 0,155 0.144 0,134 0,125 0.116 0,108 0.101 0,094

10. 0,149 0.137 0.126 0,116 0.107 0,099 0,092 0,085 0,078 0,073

11. 0,123 0.112 0,103 0,094 0,086 0,079 0,072 0.066 0,061 0,056

12. 0,102 0,083 0,076 0,069 0,062 0.057 0.052 0,047 0.043
0,092
18. 0.084 0,075 0,068 0,061 0,055 0,050 0.945 0.040 0,037 0,039

14. 0,069 0,062 0.055 0,049 0,044 0.039 0.035 0,032 0.020 0,025

15 0.057 0.051 0.045 0.040 0,035 0.031 0.028 0,025 0,022 0.020

LO. WA vive

V
0,012 0,011 0.009 0,008 0,007 19. 0,027 0,023 0,020 0,017 0,0

12 0,010 0,008 0.007 0,006 0.005 20. 0,022 0,019 0,016 0,014 0,0

09 0,008 0.007 0.006 0.005 0.004 21. 0,018 0,015 0,013 0,011 0,0

0.005 0,004 0,004 0.003 0,015 0,013 0.011 0,009 0.0


07 0,006 22.

06 0,005 0,004 0,003 0.003 0.002 23. 0.012 0.010 0,009 0,007 0,0
05 0,004 0.003 0.003 0,002 0.002 24. 0,010 0.008 0,007 0.006 0,0
04 0,003 0,003 0,002 0.002 0,001 25. 0,009 0.007 0,006 0,005 0,0

03 0,002 0.002 0,002 0,001 0,001 26. 0,007 0.006 0,005 0,004 0.0

0,002 0,002 0.001 0,001 0.001 27. 0,006 0,005 0.004 0,003 0.0

02 0,002 0.001 0,001 0,001 0.000 28. 0.005 0,004 0,003 0,002 0,0

02 0,001 0.001 0.001 0,001 0.000 29. 0,004 0,003 0,002 0,002 0,0
01 0.001 0,001 0.001 0,000 0,000 30. 0.009 0.003 0,002 0,002 0,0

00 0,000 0,000 0.000 0.000 0,000 40. 0.000 0,000 0,000 0,000 0,0

00 0,000 0,000 0.000 0,000 0,000 50. 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0
Lampiran-lampiran | 173

Lanjutan 3. (Lampiran B.1.Discount Factor/Present Value dari 1)

Peri. Tingkat Bunga

odo 35% 37% 38% 39% 40%


81% 82% 83% 34% 36%

01. 0,263 0,758 0.752 0.746 0,741 0.795 0,730 0,725 0;719 0,716

02 0,689 0,574 0,665 0,857 0,649 . 0,541 0,633 0,828 0,518 0,510
03. 0,446 0,435 0,428 0,416 0,406 0,393 0,389 0,381 0,872 0,364
04. 0,340 0,829 0,320 0,310 0,301 0,292 0,284 0,276 0,268 0,260

OS. 0,259 0,250 0,240 0,231 0,223 0,216 0,207 0,200 0,193 0,186
06. 0,198 0,189 0,261 0,173 0,165 0,158 0,161 0,145 0,139 0,238
07. 0.151 0,143 0,136 0,129 0,122 0,116 0,110 0,105 0,100 0,096
08. 0,1-26 0,108 0,102 0,096 0,091 0,085 0,081 0,076 0,072 0,068

09. 0,088 0,082 0.077 0,072 0,067 0.063 0,059 0,055 0,052 0,048
10. 0,067 0,062 0,058 0,054 0,050 0,046 0,043 0,040 0,037 0,035

11. 0,052 0,047 0,043 0,040 0,097 0,034 0,031 0,029 0,027 0,025
12 0,039 0,036 0,033 0,030 0,027 0.025 0,023 0,021 0,019 0,028
13. 0,030 0,027 0,025 0,022 0,020 0,018 0,017 0,016 0,014 0,013
14. 0,023 0,021 0,018 0,017 0,018 0.014 0.012 0,011 0,010 0,009
16. 0,017 0,016 0,014 0,012 0,011 0,010 0,009 0,008 0,007 0,006
16. 0,013 0,012 0,010 0,009. 0,008 0,007 0,006 0,006 0.005 0,000
17. 0,010 0,009 0,008 0,007 0.006 0,006 0,005 0,004 0,004 0,003
18. 0,008 0,001 0,006 0,005 0,006 0,004 0,003 0,009 0,003 0,002
19. 0,006 0,006 0,004 0,004 0,003 0,003 0,003 0,002 0.002 0,002

20. *0,005 0,004 0.008 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,001 0,007

21. 0.003 0,003 0,003 0,002 0.002 0,002 0,001 0.001 0,001 0,001

0:00 0,002 0.002 0.002 0.001 0,001 0,001 0,001 0,001 0.001
23. 0.002 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0.001 0,001 0,000
24. 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000
20. 0,001 0,001 0.001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
26. 0,001 0,001 0,001 0,000 0.000 0.000 0,000 0,000 0,000 0,000
27. 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
28. 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

29. 0,000 0,000 0,000 0.000 0.000 0,000 0,000 0,0000,000 0,000
80. 0,000 0.0000,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0.000 0,000 0,000

40. 0,000 0.000 0.000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0.000

80. 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0.000 0,000
174 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 4. (Lampiran B.1.Discount Factor/Present Value dari 1)

Peri Tingkat Bunga

ode
41% 42% 43% 44% 45% 46% 17% 48% 49% 80%

01. 0.709 0.704 0.699 0.694 0.690 0.685 0.680 0,676 0,671 0.007
02. 05.03 0496 0.489 082 1.16 0169 182 K2
Lampiran-lampiran | 175

Lanjutan B.2. Discount Factor/Present Value of Annully

Peri Tingkat Bunga

olle 2% 3% 5% 6% 8% 9% 10%
1%

01. 0.990 0.980 .971 0,962 0.952 0.943 0.9315 0,926 0.917 0.909

02. 1.970 1.9-12 1.913 1.886 1.859 1.833 -1.808 1.783 1.759 1.736

03. 2.941 2.884 2.829 2.775 2.723 2.673 2.62 2,577 2.531 2.-467

04. 3.902 3.808 3,717 3.630 3.546 3.465 3.387 3,312 3.240 3.170

05. 1.853 -4.713 4.580 4,452 4.329 4.212 1.100 3.993 3.890 3,791

06. 3.795 5.601 5.417 5.242 5.076 1.917 1.767 4.623 4. 486 4.355

07. 6.728 6. 172 6.230 6.002 5.786 5.582 5.389 5.206 5.093 4.888
08. 7,652 7,325 7.020 6.733 6.463 6.210 5.971 5.747 5,535 5.335

09. 8.566 8.162 7.786 7.4355 7,108 6.802 6.515 6.247 5.995 5.759

10. 9. 171 8.983 8.530 8.111 7.722 7.360 7.024 6.710 6,418 6.1.45

11. 10.368 9.787 9.253 8,760 8.306 7.887 7. 199 7.139 6.805 6.-195

12. 11.2155 10,575 9.954 9.385 8.863 8.384 7.9-13 7.536 7.161 6.814

13. 12,134 11.3.18 10.635 9.986 9.39-1 8.853 8.358 7,904 7,487 7.103

13.00-4 12.106 1.296 10,563 9.899 9.295 8.7-45 8.214 7,786 7.367

- 16. 13.865 12.8 19 11.938 11.118 10.380 9.712 9.108 8.559 8.061 7.60G

16. 1-4,718 13.578 12.561 11.652 10.838 10.106 9.137 8.8.51 8,313 7.825
17. 15.562 14.292 13.166 12,166 11.274 10.477 9.763 9,122 8.5.4.1 8.024

18. 16.398 14.992 13.75-3 12.659 11,690 10.828 10.059 9.372 8.756 8.204

19. 17.226 15.678 14,324 13.134 12.085 11.158 10.336 9.604 8.950 8.382

20. 18.046 16,351 14,877 13.590 12. 462 11. 170 10.594 9.818 9,129 8.511

21. 18.857 17.011 15.115 14.029 12.821 11.764 10,836 10.017 9.209 6.6-49

22. 19.660 17.658 15,837 14.451 13.163 12.042 11.061 10.201 9.12 8.772

23. 20.-456 18.292 16.444 14.857 13.489 12.303 11.272 10.371 9,580 &.883

21. 21.2-13 18.914 16.936 15.2-17 13.799 12.550 11.169 10.529 9.707 8.985
25. 22.023 19.523 17.13 15.622 14.094 12.783 11.65 10.675 9.823 9.077

26. 22.795 20.121 17.877 15.983 14.375 13.003 11.826 10.810 9.929 9.161

27. 23.560 20.707 18327 16.330 14.6.13 13.211 11.987 10.935 10,027 9.237
28. 24.316 21.281 18.764 16.663 14.898 13.406 12.137 11.051 10.116 9..307

29. 25.066 21.844 19.188 16.984 15.141 13.591 12.278 11,158 10,198 9,370

30. 25.808 22.396 19.600 17.292 15.372 13.765 12,409 11.258 10.274 9.427

10. 32.835 27.355 23.115 19.793 17,159 15.046 13.332 11.925 10.757 9.779

80. 39.196 31.424 25.730 21.482 18,256 15,762 13.801 12.233 10.962 9.915
176 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 1. (Lampiran B.2. Discount Factor/Present Value Annully)

Peri Tingkat Bunga

ode 15% 16% 17% 18% 19% 20%


11% 12% 13% 14%

01. 0.901 0,893 0,885 0,877 0.870 0,862 0,855 0,847 0,840 0.833
02. 1,713 1,690 2,668 1,647 1,626 1,605 1,585 1,566 1,347 1,528
03. 2,444 2,402 2,361 2,322 2,283 2,246 2,210 2,174 2,140 2,106
04. 3,102 3,307 2,974 2,914 2,855 2,798 2,743 2,690 2,639 2,589
3,605 3,517 3,433 3,352 3,274 3,199 3,121 3,058 2,991
05. 3,696
06. 4,231 4,111 3,998 3,889 3,784 3,685 3,689 3,498 3,410 3,326
07. 4,712 45564 4,423 4,288 4,160 4,039 3,922 3,812 3,706 3.605

08. 5,146 4,968 4,799 4,639 4,487 4,344 4,207 4,078 3,954 3,837

09. 5,537 5,328 5,132 4.946 4,772 4.607 4.451 4.303 4,163 4,031
10. 5.889 5,650 5,426 5,216 5,019 4,833 4,669 4.494 4,339 4,192

11. 6,207 5.938 5,687 5,453 5,234 5,029 4,836 4,656 4,486 4,327
12. 6.492 6,194 5,918 5,660 5,421 5,197 4,988 4,793 4,611 4,439
13. 6,750 6,424 6,122 5,842 5,583 5,342 5,118 4,910 4,715 4,533
14. 6,982 6,628 6,302 6,002 5,724 5,468 5,229 5,008 4:802 4,611
15. 7.191 6,811 6,462 6,142 6,847. 5,675 5,324 5,092 -4,876 4,675

6.974 6,604 6.265 6.964 5.668 5,405 5,162 4,938 4,780


16. 7,379
17. 7,849 7,120 6,729 6,373 6,047 3,749 5,478 5,222 4,990 4,776
18. 7,702 7,250 6,840 6,467 6,128 8,818 5,534 5,279 5,033 4,812
19. 7.839 7,366 6,938 6,560 6,198 5,877 5,684 6,316 6,070 4,843
20. 7,963 7,469 7,025 6,623 6,259 8,929 5,628 5,353 8,101 4,870

21. 8,075 7,662 7,102 6,687 6,312 3,973 5,665 5,384 5,127 4,891

22. 8,176 7,645 7,170 6,743 6,359 6,011 8,696 5,410 5,149 4,909
23. 8,266 7,718 7,230 6,792 6,399 6,044 5,723 5,432 5,167 4,926
24. 8,348 7,784 7,283 6,835 6,434 6,073 5,746 5,461 5,182 4,837
25. 8,422 7,843 7,330 6,873 6,464 6.097 6.766 8,467 5,195 4,948

26. 8,488 7,896 7,372 6,906 6,491 6,118 5,783 5.480 5,206 4,956

27. 8,548 7,943 7.409 6,986 6,514 6,136 5,798 5,492 5,216 4,964
5,502 5.223
5,229,970
28. 8,602 7,984 7,441 6,961 6,834 6,182 6,810
29. 8,650 8.022 7,470 6,983 6,581 6,166 5,820 5,610 4,876
30. 8,694 8,058 7,496 7;003 6.566 6,177 5,829 5,517 5,236 4,979

8.244 7,634 7,105 6,642 6,233 5,871 8.238 4,897


40. 8.951

8,304 7,675 7,133 6,662 6,2466,880 8.884 6,262 4,999


80. 9,042
Lampiran-lampiran 177

|
Lanjutan 2. (Lampiran B.2. Discount Factor/Present Value Annully)

Tingkat Bunga
Peri

ode 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 29% 30%

01. 0.826 0,820 0.813 0,806 0.800 0,794 0,787 0.781 0,775 0.769

02. 1,509 1.492 1,474 1,457 1,440 1,424 1,407 1.392 1,376 1.361

03. 2,074 2,042 2,011 1.981 1,952 1,923 1,896 1,868 1,842 1.816

04. 2,5-40 2.494 2,448 2,404 2.362 2,320 2,280 2,241 2,203 2,166
05. 2,926 2.864 2,83 2,745 2,689 2,635 2,583 2,532 2,483 2.436

06. 3,245 3,167 3,092 3.020 2,951 2,885 2,821 2,759 2,700 2,643
07. 3,508 3,416 3,327 3,242 3,161 3,083 3.009 2,937 2.868 2,802
08. 3,726 3,619 3,518 3,421 3,329 3,241 3.156 3,076 2,999 2,926
09. 3.905 3,786 3,673 3,566 3.463 3,386 3.273 3,184 3.100 3,019
10. 4.054 3,923 3,799 3.682 3,571 3,465 3,364 3.269 3,178 3,092

11. 4,177 4.035 3.902 3,776 3,656 3,543 3.437 3,335 3,239 3.147
12. 4,278 4,127 3,985 3.851 3,725 3,606 3.493 3.387 3,286 3,190

13. 4,362 4,203 4,053 3.912 3,780 3.656 3,538 3.127 3,322 3.223

14. 4,432 4,265 4,108 3,962 3,824 3,695 3.573 3,459. 3,351 3,249
15. 4,489 4.315 4,153 4,001 3,859 3,726 3.601 3,483 1,373 3.268

16. 4,536 4,357 4,189 4,033 3,887 3,751 3.623 3.503 3,390 3,283
17. 4,576 4,391 4,219 4,059 3,910 3,771 3,640 3,518 3,403 3,295
18. 4,608 4,419 4,243 4.080 3,928 3,786 3,654 3,529 3,413 3,304
19. 4,635 4,442 4,263 4,097 3,942 3,799 3,664 3,339 3,421 3.311

20. 4.667 4,460 4,279 4,110 3,954 3,808 3,673 3,546 3,427 3,316

21. 4,675 4.476 4,292 4,121 3,963 3,816 3,679 3,551 3,432 3,200
22. 4.690 4,488 4,302 4.130 3,970 3.822 3,684 3,566 3,436 3,329
23. -4,703 4.499 4,311 4,137 3,976 3,827 8.689 8,559 3,438 3,325
A. 4,713 4,507 4.318 4,143 3,988 3,831 3,692 3,562 3.443 3,327
25. 4,721 4,514 4,323 4,147 3,985 3,834 3,694 3.864 3,442 3.329

25. 4,728 4,520 4,328 4,151 3,988 9,837 3,696 3,566 3,330
27. 4,734 4,524 4,332 4,15-4 3,990 3,839 9,698 3,567 3,445 8.330
28. 4,739 4,828 4.335 4,157 3,992 3,840 3,699 3,868 3.446 3,331
29. 4,743 4,531 4,337 4,158 3,994 3,841 3.700 3,569 3,446 8,332
30. 4,746 4,534 4,339 4,160 3,995 3,842 3,701 3.570 3,447 3,332

4,760 3,544 4,347 . 4,166 3,910 3.8.46 3.703 3.571 3.448 3.333

30. 5,762 4,845 4,348 4,167 3,910 3,846 3,703 8,671 3.448 9,339
1781 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis

Lanjutan 3. (Lampiran B.2. Discount Factor/Present Value Annully)

Peri. Tingkat Bunga

ode 31% 32% 33% 3-4% 35% 36% 37% 38% 39% 10%

01. 0,763 0.758 0,752 0.746 0,741 0.735 0,730 0.725 0.719 0.71-4

02. 1.346 1.331 1,317 1.303 1,289 1.276 1,263 1.250 1,237 1.224

1,742 1.719 1,673 1.652 1.630 1.609 1,589


03. 1,791 1,766 1,696

04. 2,130 2.096 2,062 2,029 1,997 1.966 1.935 1,906 1,877 1,849

05. 2,390 2,345 2,302 2,260 2.220 2,181 2,143 2.106 2,070 2.035

06. 2,588 2.534 2.483 2.433 2.385 2,339 2,294 2.251 2,209 2,168

07. 2.739 2,677 2.619 2,562 2.308 2,455 2.404 2,355 2.308 2,263
08. 2.854 2,786 2.721 2,658 2.598 2.540 2,485 2.432 2.380 2.331

09. 2.942 2.868 2.798 2,730 2.665 2.603 2.544 2,487 2.432 2,379

3,009 2.930 2.855 2.784 2,715 2,6-49 2,587 2,527 2.469 2,41
10.

11. 3,060 2,978 2.899 2.824 2.752 2,683 2,608 2,655 2,496 2.438

12. 3,100 3.013 2,931 2.853 2.779 2.708 2,641 2,676 2.515 2,456

13. 3.129 3,040 2.956 2.876 2,799 2.727 2,658 2,592 2.529 2,469

14. 3,152 3,061 2,974 2,892 2,814 2.740 2.670 2.603 2,539 2.478

16. 3,170 3,076 2.988 2,905 2,825 2.750 2,679 2.611 2,5-46 2,484

16. 3.183 3,088 2,999 2,914 2.834 2,757 2,685 2,616 2,551 2,489

17. 3,193 3,097 3.007 2.921 2,840 2.763 2,690 2,621 2,555 2.492
18. 3.201 3.104 3,012 2.926 2,844 2,767 2.693 2.624 2.557 2.494

3.207 3.109 3,017 2,930 2.848 2.770 2,696 2.626 2.559 2,496
19.

3.211 3,113 3,020 2,933 2,850 2.772 2,698 2,627 2,561 2,497
20.

21. 3.218 3.116 3,023 2.935 2.852 2.773 2.699 2.629 2,562 2, 488
22. 3.217 3.118 3,025 2,936 2,853 2,775 2.700 2,629 2,562 2,198

23. 3,219 3,120 3.026 2,938 2,854 2.778 2,701 2,630 2,563 2.499

24. 3,221 3.121 3,027 2,939 2,856 2,776 2,701 2,630 2,863 2.499

25. 3.222 3,122 3,028 2,939 2.856 2,777 2.702 2.631 2.563 2,499
26. 3,223 3,123 3.028 2,940 2,856 2,777 2,702 2,631 2,564 2,500
27. 3,224 3.123 3.029 2.940 2,856 2.777 2.702 2.631 2,564 2,500

28. 3.224 3,124 3,029 2,940 2,857 2,777 2,702 2.631 2,564. 2,500

29. 3.225 3.124 3.030 2,941 2,857 2.777 2.702 2.631 2,564 2,500

30. 3,225 3,124 3,030 2,94 2.857 2,778 2,702 2,631 2,564 2 500

3.125 2,94) 2,857 2,778 2,703 2,632 2,564 2.500


40. 3.226 3,030

50. 8,226 3,125 3,030 2,941 2,857 2,778 2,703 2,632 2,864 2,500
Lampiran-lampiran | 179

Lanjutan 4. (Lampiran B.2. Discount Factor/Present Value Annully)

Peri Tingkat Bunga

ode 13% 45% 46% 47% 48% 49% 50%


41% 42% 14%

01. 0.709 0.70-1 0.699 0.694 0.690 0,685 0.680 0.676 0.671 0.667

02 1,212 1.200 1.188 1.177 1.165 1.151 1.143 1.132 1.122 1.111

03. 1.569 1.5-19 1.530 1,512 1,193 1.175 1.458 1.12 1.407

04. 1.822 1.795 1.769 1.744 1.720 1,695 1.672 1.649 1.627 1.605

05. 2.001 1.969 1.937 1.905 1.876 1.8-16 1.818 1.790 1.763 1.737

06 2.129 2.091 2.054 2.01 1.983 1.9.49 1.917 1.885 1.85.1 1.824

07. 2.219 2.176 2.135 2.096 2.057 2.020 1.98.1 1.949 1.916 1.883

08. 2.283 2.237 2.193 2.150 2.109 2.069 2.030 1.993 1.957 1.922

09 2.328 2.280 2.233 2,187 2.1.14 2.102 2.06) 2.022 1.981 1.918

10. 2,360 2.310 2.261 2.213 2.168 2.1255 2.003 2.042 2,003 1.965

11. 2.383 2.331 2.280 2.232 2.185 2.140 2.097 2.055 2,015 1.977

12. 2.100 2.316 2.294 2.2.1.1 2.196 2.151 2.107 2.06-4 2.024 1.985

13. 2.-111 2.356 2.303 2.253 2.20-1 2,158 2. 1 13 2.071 2.029 1,990

14. 2,419 2.363 2.310 2.259 2.210 2.163 2,118 2.075 2.033 1.993

15. 2. 125 3.369 2.3 1.5 2,26-3 2.214 2.166 2,121 2.078 2.036 1.995

16. 2,429 2.372 2.318 2.266 2,216 2.169 2.123 2.079 2.037 1.997

17. 2.432 2.975 2.320 2.268 2.218 2,170 2.125 2.081 2.038 1.998

18. 2.43.1 2.377 2.322 2.270 2.219 2.172 2.126 2.082 2.039 1.999

19 2.4135 2:378 2.323 2.271 2.220 2.172 2.126 2,082 2.0.10 1.999

20. 2. 136 2.379 2.32-1 2.271 2.221 2.173 2.127 2.083 2.0 10 1.999

21. 2.437 2.379 2.321 2.272 2.221 2. 173 2.127 2.083 2.0-30 2.000

22. 2.-438 2.380 2.325 2.272 2.222 2. 173 2. 127 2.083 2.041 2.000

23. 2. 438 2.380 2.325 2.272 2.222 2.174 2.127 2.083 2.041 2.000

24. 2.438 2.380 2.325 2.272 2.222 2.174 2.127 2.083 2.041) 2.000

25 2,439 2.38 2.325 2.272 2.222 2,171 2.128 2.083 2.0-11 2.000
26. 2,439 2.381 2.325 2.273 2.222 2.174 2.128 2.083 2.041 2.000

27 2.439 2.381 2.325 2.273 2.222 2.17.1 2.128 2.083 2.041 2.000

28. 2.-139 2.381 2.325 2.273 2.222 2.174 2.128 2.083 2.041 2.000
29. 2.439 2.381 2.326 2.273 2.222 2.17.1 2.) 28 2.083 2.041 2.000

30. 2.439 2.381 3.326 2.273 2.222 2.174 2.128 2.083 2.0.11 2.000

40. 2.439 2.381 2.326 2.273 2.222 2.174 2.128 2.083 2.041 2.000

30. 2.439 2.381 2.326 2.273 2.222 2.174 2.128 2.083 2.041 2.000
180 | Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
TENTANG PENULIS

H. Ali Musa Pasaribu, Lahir 27 Agustus 1945 di


Sibolga ibu kota Eks Karisidenan Tapanuli Provinsi
Sumut, adalah Staf Dinas Perikanan Laut di
Kabupaten Pasuruan Th.1968, lalu pindah ke kota
Malang 1970 menjadi General Manager proyek
pemasaran Ikan segar Ditjen Perikanan Departemen
Pertanian RI, dimutasikan ke Surabaya Th 1982
menjadi Ka-Si Sarana dan Prasarana Pemasaran
Ikan Segar Diskan Jatim. Lulus program S2 Ilmu
ilmu Pertanian UGM Yogyakarta Th 1987 dan dimutasikan sebagai Balai
Penelitian Perikanan Budidaya Pantai (Balitdita) Badan Litbang Pertanian
Th 1988 di Maros dan setelah 2 Tahun kemudian sebagai peneliti
ditugaskan belajar Program S3 Ke UNPAD Bandung Lulus Th. 1995
seterusnya Th. 1997 mutasi lagi menjadi Koordinator Peneliti di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Sul-Sel) Makassar sampai
pensiun awal September Thn. 2010 sebagai ahli Peneliti Madya. Di
samping sebagai peneliti, penulis aktif sebagai Dosen LB di Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS dan sebagai Pembimbing/Penguji
Mahasiswa Program S3 UNHAS selama 14 Tahun (1997 - 2011). Di
samping itu penulis menjadi Dosen Luar Biasa PPS Program MM
UNISMUH Makassar dan Magister Sains UMPAR di Pare-pare serta
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER Maros) dan sekarang menjadi
Staf Dosen tetap pada PPS Prodi Magister Administrasi Publik
Konsentrasi Kebijakan Maritim Universitas HANGTUA (UHT) TNI
Angkatan Laut mulai Thn 2011. Buku yang telah diterbitkan adalah
Perencanaan dan Evaluasi Proyek Perikanan tahun 2005 oleh Penerbit
University Press Hasanuddin Press (LEPAS), hingga sekarang menjadi
konsultan di berbagai proyek-proyek Pemerintah/Swasta di Indonesia.
182 Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis
|

Anda mungkin juga menyukai